Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balanced Scorecard merupakan alat pengukur kinerja
eksekutif yang memerlukan ukuran komprehensif dengan empat perspektif, yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran.
Sementara itu Atkinson, Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan Balanced Scorecard
sebagai “a measurement and management system that views a business unit’s performance
from four perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and
growth”.
Suwardi Lubis, B.Psy. MBA/Dr.Ir. Prima A. Biromo (Step By Step in Cascading BSC) : “Suatu alat
manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi untuk
menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator-
indikator finansial dam non-finansial yang kesemuanyya terjalan didalam hubungan sebab
akibat”
Mengapa BSC di PDAM, untuk mengukur kinerja PDAM diperlukan sistem manajemen kinerja
(BSC) yang mampu melakukan :
Perencanaan Kinerja
Pemantauan Kinerja, dan
Evaluasi Kinerja
Selain mengukur kinerja perusahaan juga menjadi Sistem Manajemen Kinerja Individu, sebelum
penerapan penerapan Manajemen Kinerja Individu diperlukan infrastruktur :
Struktur Organisasi dan Job Discription unit kerja,Diperlukan pada saat cascading /
penurunan sasaran dari level Organisasi, Divisi/Departemen/Bagian sampai Sub
Departemen/level terendah. Sasaran unit kerja diturunkan menjadi sasaran kinerja individu.
Sistem penggajian dan promosi, Mempunyai aturan direksi tentang hasil kinerja individu
sebaiknya menjadi dasar penggajian dan promosi.
Sistem Penghargaan dan Sanksi, Mempunyai aturan direksi tentang Hasil kinerja individu
sesuai target atau lebih dapat diberikan penghargaan (reward) dan sanksi bagi yang kinerja
individunya tidak tercapai.
Pengembangan Karyawan, Didukung dengan sistem pengembangan karyawan, dengan
Hasil KInerja Individu dapat menjadi acuan untuk diberikan pengembangan/pelatihan.
Aplikasi Sistem Manajemen Kinerja, Dukungan IT untuk meyiapan sistem informasi agar
pengelolaan manajemen kinerja perusahaan dan individu dapat lebih efisien dan akurat.
Job Analis, Tersedia deskripsi pekerjaan dari masing-masing unit dan indvidu, untuk
mempermudah mengisi penurunan sesuai dengan lingkup tugasnya.
Untuk Skor Budaya Kerja : “Untuk penilaian budaya kerja diberi nilai 1 s/d 5 untuk setiap unsur
penilaian (sesuai pedoman penilaian kinerja PDAM Bandarmasih) dengan perhitungan total nilai
dibagi nilai maksimum dikalikan dengan bobot”
Contoh :
KPI Budaya dan Potensi Diri si Amir ada 8 = ” nilai maksimum adalah 5″, maka Total Nilai
Maksimum Si Amir adalah = 40
KPI Actual Bidaya dari ke 8 KPI Individu Budaya dan Potensi Diri mendapatkan nilai 25
Maka rumus = ( 25/40) * 40 = 25
Total NIlai Prestasi Kerja + Nilai Budaya Kerja dan Potensi Diri =
36 + 25 = 61
Total nilai dimasukan ke dalam Kriteria dibawah ini :
Istimewa = > 95 s.d > 100
Sangat Baik = > 85 s.d < 95
Baik = > 60 s.d < 85.
Kurang = > 50 s.d < 60
Sangat Kurang = < 50
Si Amir untuk BSC tahun 2017 mendapatkan nilai 61 atau dengan kriteria “Baik”
Dalam buku “KPI A to Z”, secara gamblang dijelaskan bahwa hal pertama yang harus Anda
ketahui sebelum menyusun sebuah KPI adalah pemahaman menyeluruh mengenai apa itu KPI.
Adapun beberapa poin penjelasan yang perlu Anda ketahui antara lain:
1. Manfaat KPI
Ada banyak sekali manfaat dari KPI, namun jika disimpulkan dalam satu kalimat kurang lebih
adalah “sebagai penggerak atau pendorong kinerja organisasi”
2. Persyaratan KPI
Metrik atau satuan pengukuran yang bisa dimasukan ke dalam KPI haruslah memenuhi
persyaratan S.M.A.R.T yakni Specific, Measureable, Attainable, Relevant, dan Time Bound
3. Kualitas KPI
Yakni aspek Gap, antara capaian KPI dengan capaian Strategic Objective-nya, dan aspek Gap
yang terjadi antara KPI yang dirumuskan dengan ekspektasi dari customer – nya.
4. Polarisasi KPI
Polarisasi KPI dapat diartikan sebagai orientasi KPI sehingga dapat ditentukan semakin kecil
semakin baik (polarisasi negatif), semakin besar semakin baik (polarisasi positif), atau semakin
stabil semakin baik (polarisasi stabil).
5. Capaian KPI
Capaian KPI adalah tingkat keberhasilan yang dihitung dengan cara membandingkan capaian
aktual dan capaian target.
6. Kamus KPI
Untuk mencegah multi-intepretasi terhadap perhitungan KPI, maka setiap KPI harus
didokumentasikan dengan terperinci dimana mencakup deskripsi KPI, Strategic Objective yang
ingin dicapai, tujuan KPI, unit yang digunakan, formula KPI, formula capaian KPI, KPI Owner, KPI
Custodian, dan sumber data KPI.
Setelah kita menentukan konten-konten yang seharusnya ada pada KPI kita, langkah selanjutnya
adalah merancang KPI. Merancang KPI dimulai dari merumuskan visi dan misi organisasi. Rata-
rata perusahaan yang telah berbentuk perseroan terbatas (PT) pasti sudah memiliki visi dan misi.
Maka, langkah selanjutnya yang seharusnya dilakukan untuk merancang KPI adalah membuat
analisis SWOT. Penjelasan mengenai analisis SWOT pun sudah sangat mudah ditemui di dunia
maya atau literatur perkuliahan sehingga tidak perlu dibahas disini.
Yang perlu mendapat perhatian pembaca dalam buku ini adalah langkah ketiga dalam
merancang KPI, yakni perumusan strategi. Strategi adalah serangkaian aktivitas yang
menciptakan nilai tambah yang dilakukan secara berbeda dan lebih baik dari yang dilakukan oleh
kompetitor atau dibandingkan dengan cara yang sama pada waktu lampau. Sehingga, strategi
perusahaan dapat dirumuskan dengan melakukan analisis terhadap tiga pertanyaan berikut
1. Apa tujuan perusahaan dan dimanakah posisi perusahaan saat ini?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah pernyataan terhadap ke arah mana perusahaan menuju dan
sudah sampai sejauh mana perusahaan melangkah.
2. Dalam jenis lingkungan seperti apa saat ini organisasi berada?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah tabel IFAS (internal factor analysis summary) dan
EFAS (external factor analysis summary) matriks SWOT dari lingkungan perusahaan.
3. Apa yang dapat dilakukan untuk pencapaian organisasi yang lebih baik di masa depan?
Jawaban inilah yang akan menghasilkan strategi organisasi
Setelah kita selesai merumuskan strategi perusahaan, langkah keempat adalah menentukan
sasaran strategis. Yakni mengerucutkan strategi yang telah dirumuskan menjadi strategic
objective (SO). Dimana SO ini memiliki ciri diawali dengan kata kerja yang memiliki orientasi atau
diawali dengan kata sifat yang menunjukkan kondisi ideal seperti “menurunkan biaya produksi”,
“menaikkan penjualan”, atau “excellence customer service”.
Setelah menentukan SO, langkah kelima dalam merancang KPI adalah menentukan Critical
Success Factor (CSF) untuk masing-masing SO. Critical Success Factor adalah faktor yang harus
ada atau dicapai untuk memenuhi SO. Contoh, CSF untuk SO meningkatkan kinerja pemasaran
perusahaan adalah penjualan yang tinggi, tingkat keuntungan yang terkendali, dan promosi yang
efektif. Setelah CSF teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah penentuan KPI dan penetapan
target untuk masing-masing KPI.