Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH, REFORMASI

PERPAJAKAN DAN KEMANDIRIAN PEMBIAYAAN


PEMBANGUNAN DAERAH

Jaka Sriyana

Abstract

Decentralisation has become as a new paradigm in the development


policy and administration since 1970s. The growing interest ofcentralised plan
ning is emphasised to the growth policy, and the realization that uneasily deve
lopment must be controlled from the centre. Since 1966. the Soeharto government,
known bs the New Order Government has established a strong central policy.
This policy results a great economic crises started in the mid of 1997. By the re
formation orde. thelocalgovements have to begiven a higherrolein thefiscalpolicy.

PENDAHULUAN ekonomi rezim orde baru. Namun temyata


Tihjauan Umum Indikator kondisi perekonomian yang cukup meng-
Makroekonomi Indonsia gembirakan tersebut tidak bisa dipertahan-
Kondisi perdkonomian Indonesia kan, sampai datangnya krisis moneier yang
dewasa ini tidak bisa dilepaskan dari kebija- berlanjut pada krisis ekonomi yang terjadi
kan rezim orde baru yang telah berkuasa sejak bulan Juli 1997. Dari kenyataan ini
selama 32 tahun. Dalam kurun waktu terse- dapat diduga bahwa kebijakan ekonomi
but Indonesia telah mengalami berbagai yang dilakukan oleh pemerintah lernyata
macam perubahan di bidang ekonomi. Tak salah sehingga perekonomian negara begitu
bisa dipungkiri bahwa sejak lahirnya orde mudah hancur. Oleh karena itu perlu ada
baru, kondisi perekonomian nasiona! meng tindakan perubahan pola kebijakan ekonomi
alami perbaikan yang cukup berarti. Hal ini untuk memperoleh kinerja yang lebih baik.
dapat dilihat dari angka-angka indikator Kinerja perekonomian sebuah ne
makro ekonomi yang utama. Pertumbuhan gara dapat dilihat dari indikator-indikator
ekonomi rata-rata pertahun mencapai 5 %, makro ekonominya. Oleh karena itu pe
sedangkan inflasi mampu ditekan pada ki- merintah (kablnet) masing-masing negara
saran angka dibawah 10 % pertahun, begitu menentukan target-target" variabel tersebut.
pula angka kesempatan kerja terus meningkat. Indikator utama ekonomi adalah pertum
Keadaan yang demikian tentu tidak buhan ekonomi, tlngkat inflasi, penganggu-
lepas dari pola kebijakan yang telah ditem- ran dan transaksi berjalan. Untuk mencapai
puh oleh pemerintah pada masa tersebut. target tersebut, maka pemerintah menetap-
Secara garis besar kebijakan ekonomi dapat kan berbagai macam kebijakan ekonomi.
kita golongkan ke dalam dua macam kebija Target-target keberhasilan pembangunan
kan, yaitu kebijakan moneier dan kebijakan sebenamya dapat diperluas lagi, misalnya
fiskal. Dengan demikian dapat dikatakan berkait dengan pendidikan, kesehatan, fer-
bahwa prestasi ekonomi yang telah dicapai tilitas, mortalitas dan sebagainya. Selama ini
selama ini merupakan hasil dari kebijakan pemerintah telah mentargetkan bahwa per-

102 JEP Vol. 4 No. 1. 1999


ISSN; 1410-2641 Jaka Sriyana. Hubungan Keuangan Pusat-Daerah. ReformasiPerpajakan...

tumbuhan ekonomi kita rata-rata minimal yang mampu menjamin pasar berada pada.
5% pertahun dan angka inflasl tidak leblh kondisi keseimbangan.
darl 10 % serta.angka pengangguran di Kebijakan fiskal di Indonesia
bawah 2% dari angkatan kerja. Namun perlu selama ini bersifat defisit, artinya total pene-
diingat, akibat kesalahan kebijakan ekonomi rimaan dalam negeri tidak mampu menutup
yang teiah diambil, maka dengan adanya total pengeluaran pemerintah. Kondisi-ini
krisis ekonomi tentu saja target tersebut ti berdampak pada peningkatan pertumbuhan
dak bisa dicapai. Yang terpenting adaiah ekonomi. Sedangkan untuk menutup defisit
bagaimana pemerintah menemukan format tersebut dilakukan dengan pinjaman luar
paket kebijakan ekonomi, baik moneter negeri. Berbagai macam perkembangan
nTaupun fiskal ypng rnampu mengendalikan APBN di Indonesia dalam beberapa tahun
indikator ekonomi makro pada tingkat yang terakhir menunjukkan adanya kenaikan
moderat. peran pemerintah yang ditunjukkan oleh
menin^atnya angka nilai total APBN tersebut.
Pola Umum Kebijakan
Fiskal 'di Indonesia SISTEM HUBUNGAN KEUANGAN
Salah satu kebijakan ekonomi yang PUSAT-DAERAH
dtlakukan oleh pemerintah adaiah kebijakan Antara Otonomi dan Negara Kesatuan
fiskal. Kebijakan ini merupakan sebuah ke -Selama ini kita dihadapkan pada
bijakan yang dilakukan dengan cara penge- pemahaman bahwa negara kesatuan adaiah
lolaan APBN. Fungsi kebijakan fiskal meli- sebuah bentuk yang tidak boleh ditawar lagi
puti fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. (didiskusikan), tanpa pemah memperhitung-
Jika kebijakan ini dapat berfungsi dengan kan dan mempertanyakan apakah bentuk
baik, maka akan berdampak pada pening- yang lain lebih.baik atau tidak. Salah satu
katan kesejahteraan masyarakat, yang di- ciri utama negara kesatuan adaiah begitu
tunjukkan olehjndikator makroekonomi. kuatnya cengkeraman kebijakan, baik kebi
Feran alokasi menjadi sangat di- jakan di bidang politik, ekonomi, sosial dan
perlukan dalam menciptakan alokasi sumber budaya dari pemerintah pusat. Denyut nadi
ekonomi sehingga tercapai alokasi. yang kehidupan dipompakan dari pusat dengan
efisien. Peran ini sangat dibutuhkan karena kelengkapan aparaturyang begitu dibuat taat
mekanisme pasar tidak selalu mampu me- pada pemerintah pusat. Segala kebijakan
nyediakan barang, khususnya barang' publik ' hams dilakasanakan secara tuntas (dituntun
yang sangat dibutuhkan masyarakat (Mus- dari atas). Seakan-akan 'pemerintah daerah
grave, 1989; Hyman., D, 1996). Dengan hahya mempakan kepanjangan tangan dari
demikian pemerintah berperan mengganti- pemerintah pusat, tanpa memiliki kewe-
kan fungsi pasar dalam penyediaan barang • nangan mendasar untuk mengambil kebija
yang tidak mampu disediakan oleh pasar kan, padahal kenyataannya pemerintah
tersebut. Peran distribusi juga sangat diper- daerahlah yang mengetahui permasalahan di
lukan karena mekanisme pasar dalm banyak derahnya sendiri. Selama ini aparat pe-
kasus cenderung menciptakan distribusi . merintah daerah cenderung hanya ditugasi
pendapatan yang semakin tidak merata. Se- untuk mengambil kebijakan pada hal-hal
dangkan peran stabilisasi adaiah untuk men- yang kurang prinsipil (Mudrajat K, 1996).
jaga agar tidak terjadi gejolak harga yang 'Dari masalah bayi lahir dan orang.mening-
diakibatkan oleh kenaiakn permintaan mau- - gal, bahkan mungkin kalau ada daun jatuh di
pun penuru'nan penawaran. Dalam 'hal ini '' tengah jalan, itulah pemerintah :daerah baru
pemerintah bisa membuat sebuah regulasi bisa mengambil kebijakan.

JEP Vol. 4 No.l, 1999 103


JakaSriyana. Hubungan Kevangan Pmat-Daerah. Refomasi Perpajakan... ISSN: 1410 - 2641

Belakangan ini ada kecenderu'ngan merintah daerah. Studi yang dilakukan oleh
yang terjadi di seluruh penjuru dunia akan Rodinalli, (1984), atas sponsor Bank Dunia
tuntutan te'rhadap peningkatan kewenangan terhadap 45 negara m'enunjukkan bahwa
daerah dalam melaksanakan kebijakan eko- derajat sentralisasi hubungan keuangan
nomi (Faisal Basri, 1995). Tuntutan ini tentu pusat-daerah mengalami perubahan sejak
saja didukung oleh alasan bahwa permasalah tahun 1960.
yang terjadi didaerah sedemikian komplek Faktor-faktor yang mempengaruhi
dan multidimenional sehingga tidak mung- adalah umur sebuah negara, pendapatan na-
kin diatasi dengan suatu terapi yang bersifat sional (GNP), kebebasan media masa (in-
terpusat Selain itu disadari pula bahwa i'pan formasi), tingkat industrialisasi, kepadatan
of control pemerintah sangat terbatas, se penduduk, tingkat urbanisasi dan Junilah pe
hingga kebijakan yang dibuat menjadi tidak merintah daerah. Semua faktor tersebut
efektif dan tidak efisien. Keberhasilan kebi berkorelasi positip terhadap peningkatan
jakan tersebut tj(dak lupa pula sangat diten- desentralisasi. Secara teoritis desentralisasi
tukan oleh pola pendanaan di tingkat daerah. mempunyai manfaat (Machfiid Sidik,1998):
Dengan demikian sangat perlu dibahas per- 1. Menyebarkan pusat pengambilan keputusan
masalahan hubungan keuangan pusat-daerah (decongestion)
agar dapat diketahui- cafa-cara untuk me- 2. Kecepatan dalam pengambilan kepu
ningkatkan peran pemerintah daerah, baik tusan (speed)
pemda tingkat satu maupun dua agar dapat 3. Pengambilan keputusan yang realistis
diperoleh hasil kebijakan yang lebih baik. (Economic and social realism)
Pola dasar hubungan keuangan pusat-daerah 4. Penghematan (economic efficiency)
dapat dilihat pada gambar 1. Dari diagram 5. Partisipasi masyarakat lokal (local par
tersebut dapat dilihat keterkaitan antara ticipation)
kewenangan pemerintah pusat terhadap pe 6. Solidaritas nasional.

Gambar 1
Kerangka Hubungan Keuangan Pusat - Daerah

Hubungan Fungs!
Pusat-Daerah

Dekonsentrasi Desentralisasi Tugas Perbantuan

'

Beban APBN Beban APBD Beban Pemerintah

Hubungan Keuangan
Pusat-Daerah

PAD BHP&BP Subsidi dan Bantuan Pinjaman Daerah

104 JEP Vol. 4 No. 1,1999


ISSN: 1410-2641 Jaka Sriyana. Hubungan Kemngan Pusai-Daerah.-Reformasi Perpajakan...

Desentralisasi, Dekonsentrasi dan PUOD menyatakan bahawa,"otonomi itu


Tugas Perbantuan (Medebewind) dari atas" (Gatra, No.I3/1995). Ini menun
Sistem hubungan hubungan ke- jukkan adanya kpntradiksi antara prinsip
uangan pusat-daerah menunjukkan ' peran yang harus diterapkan dan implemehtasi
masing-masing dalam pengalokasian angga- kebijakan oleh aparat pemerintah. Kontra-
ran pembangunan. Sistem ini di Indonesia diksi ini secara nyata juga terlihat dari aspek
dirangkum dalam tiga prinsip, yaitu desen- keuangan sehingga pemde kehilangan kele-
tralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan luasaan bertindak untuk mengambil kepu-
(UU No. 5 tahun 1974). Bahwa titik berat tusan-keputusan penting dalam proses pem
desentralisasi di Indonesia lebih dititikberat- bangunan ekonomi di daerah masing-
kan pada daerah tingkat II, kiranya mudah masing. • Sedikit menyimak gambaran ten-
dipahami karena daerah tingkat II merupa- tang hubungan keuangan pusat-daerah di
kan ujung'tombak pebangunan yang lebih Indonesia dan beberapa negara lain dapat
mengetahui permasalahan di daerah. Namun dliihatpadatabel 1.
hingga saat ini komitmen pemerintah ter- Dari tabel tersebut dapat dilihat betapa ter-
hadap ketiga prinsip ersebut masih bersifat pusatnya kondisi keuangan di Indonesia.
komitmen politik saja. Pada kenyataannya Dibandingkan dengan negara lain Indonesia
masih terjadi •sentralisasi yang amat kuat merupakan satu-satunya negara yang sistem
baik dalam perencanaan maupun imple- keuangannya paling terpusat.
mentasi kebijakan (Mudrajat K, 1996). Ti-
dak berlebihan jika banyak kalangan ber- Ketergantungan Fiskal di Indonesia
pendapat bahwa i^aya desentralisasi di In Angka ketergantungan fiskal
donesia diletakkan dalam rangka sen menunjukkan betapa kuatnya peran pe
tralisasi. Seperti juga pemyataan Sumitro merintah pusat dalam alokasi anggaran di
Maskun, yang kala itu menjabat Dirjen bandingkan pemerintah daerah. Angka ini

Tabel 1
Keuangan Pusat-Daerah di beberapa Negara

Porsi Daerah Porsi Daerah Penrm


Negara dalam Pengl. dim Penrm. Pemda/Pengl.
Pern.Pusat (%) Pem.Pusat (%) Pemda '
Indonesia 22 7 30
Cina • 64 64 ICQ
Korea 38 18 48
India 54 35 60
Argentina • 37 • • 35 65
Brasii 37 22 76
Komombia 32 18 56
Sumber: Anwar Shah. et. al, (1994)

JEP Vol. 4 No.l, 1999 105


Jaka Sriyana, //uAungan Keuangan Pusat-Daerah, Reformasi PerpajaJum... ISSN; 1410 - 2641

dapat dilihat dari porsi bantuan pemerintah tentang kondisi Hskal di Indonesia, perlu.
pusat kepada ^ masing-masing -daerah. adanya.perubahan sistem hubungan keuang-
Besamya komponen PAD untuk Pemda Tk I an-pusat daerah. Hal senada juga pemah
rata-rata di- Indonesia seiama kurun waktu dlkemukakan oleh beberapa ekonom atas
1990-1995 hanya 24% darl total rata-rata dasar studinya tentang Indonesia, misalnya
APBD.sedangkan porsl bantuan pusat men- Davey, K.J, (1879)., Booth and McCawly,
capai 60 %. Porsi bag! hasil pajak hanya 6% (1988) dan Bawazier, F,, 1990). Semua eko
dan porsi pinjaman daerah hanya 1%. Kon- nom tersebut memberikan rekomendasi
disi untuk daerah tingkat II lebih mempri- perlunya perubahan sistem kebijakan. fiskal
hatinkan lagi. Porsi PAD dan bagi hasil pa di Indonesia, khususnya mengenai hubungan
jak masing-masing hanya sekitar 10% se- keuangan-pusat daerah.
dangkan porsi bantuan pusat mencapai 70%.
Porsi pinjarhan daerah hanya 3%. Dari REFORMASI PERPAJAKAN DAN
angka-angka ini sangat jelas terlihat bahwa KEMANDIRIAN PEMBIAYAAN
sistem keuangan kita sangatlah terpusat, se- PEMBANGUNAN DAERAH
hingga kondisi keuangan daerah sangat ter- Pajak merupakan salah satu sumber
gantung pada pemerintah pusat. Hal lain' utama pembiayaan pembangunan di semua
yang lebih memprihatinkan adaiah sebagian negara. Oleh karena itu perlu adanya peng-
besar daerah tingkat I dan II memiliki PAD aturan/regulasi tentang perpajakan yang
dan PDRB kurang dari 1. Ini menunjukkan mampu menjamin adanya efisiensi dan
jka PDRB daerah tertentu naik 1%, maka efektivitas pengelolaan pajak. Reformasi
PAD hanya meningkat kurang dari 1%. pajak, sebagai bagian .dari reformasi ekono-
FCondisi ini disebabkan karena sumber-sum- mi di Indonesia, merupakan suatu usaha
ber penerimaan daerah yang potensial sudah untuk mengelola sumber-sumber keuangan
ditarik ke pusat. Ibaratnya daerah hanya negara. Secara umum, reformasi pajak ada
mampu mengambil ikan yang kecil-kecil iah proses- perubahan atas. sistem (perpaja
karena yang besar sudah diambil terlebih kan) yang ada, yang tidak atau kurang sesuai
dahulii. dengan kondisi yang berkembang mengarah
Dari berbagai macam gambaran pada sistem yang lebih balk (Sutrisno, 1998).

label 2
1995/1996
No Uralan Daerah Tk I . "Daerah Tk II
, (Milyar Rp) (%) (Milyar Rp) (%)
1 PDS . 4.422.2 '39.1 2.761.7 24.6
a. PAD 3.854.2 34.1 1.531.2, 13.7
b. Bagi Hasil Pajak (PBB) 568.0 5.0 1.230.5 11.0
2 Bagi hasil pajak dan bukan 418.5 3.7 485.7 4.3
pajak di iuar PBB
j- Sumbangan dan bantuan"" 5.489.0 48.5 7.477.9 66.7
Pemerintah Pusat
4 Pinjaman Daerah 57.4 0.5^ 120.6 1.1
5 Sisa lebih tahunsebelumnya 926.2 • 8.2 357.7 3.2
Jumlah penerimaan APBD 11.313.4 100 • 11.203.6 100
Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN I998//999

106 JEP Vol. 4 No. 1; 1999


ISSN ; 1410-2641 Jaka Sri)ana, Hiibungan Keuangan Piisal-Daerah. Kc/ormasi Ferpa/akan.

Proses refomiasi perpajakan di Indonesia 2) Sumber-sumber pembiayaan dari Dati I


ditandai dengan lahimya berbagi macam meliputi:
Undang-Undang yang mengatur masalah - Pendapatan Daerah Sendiri (PADS)
perpajakan. Undang-Undang tersebut adalah Bantuan dari Pusat
UU No. 17. 18. 19, 20 dan 21 tahun 1997. Pinjaman
Dari berbagai macam Undarig-Undaiig ten- 3) Sumber-sumber pembiayaan dari Dati II
tang perpajakan tersebut, begitu juga jika meliputi:
dibandingkan dengan UU tentang perpaja Pendapatan Daerah Sendiri (PADS)
kan yang ada sebelumnya, UU No. 18/1997 Bantuan dari Pusat
merupakan UU yang memiliki art! dan Pinjaman
dampak cukup besar 'terhadap penerimaan Melihat kondisi yang telah dipa-
daerah. sebagai sumber pembiayaan pem- parkan didepan, maka cukup beralasan ki-
bangunan daerah (skema tentang sumber- ranya untuk memposisikan pemda balk ting-
sumber pembiayaan daerah dapat dilihat kat 1 maupun tingkat II secara lebih besar
pada gambar 2). Pada pokoknya UU in! dalam pengelolaan anggaran. Hal ini tidak
mengatur kembali tentang pajak dan relrl- mungkin dilakukan tanpa adanya perangkat
busi daerah. Berdasarkan UU tersebut, ter- peraturan perundang-undangan yang mampu
dapat berbagai macam perubahan item-item menjamin adanya sistem keuangan pusat
sumber-sumber penerimaan daerah. daerah yang memberikan kesempatan lebih
Mengingat bahwa pajak dan retribusi daerah besar pada pemerintah daerah. Dalam ba-
merupakan sumber penerimaan daerah hasa yang lain, adalah otonomi yang lebih
maka dengan diberlakukannya UU No luas. Dalam proses otonomi tersebut. ber-
18/1998 ini akan memiliki dampak yang arti memberikan kewenangan yang labeih
cukup penting terhadap penerimaan masing- luas kepada masing-masing daerah. baik
masing daerah di Indonesia. dalam pengelolaan sumber-sumber keuang
an daerah maupun dalam hal pengalokasian
Catalan : anggaran pembangunannya. Untuk melihat
1) Sumber-sumber dari pusal meliputi: gambaran tentang kemampuan daerah dalam
- DIP • menghimpun dana dibanding dengan total
Bantuan Luar Negeri anggaran (APBD) dapat dilihat pada tabel 3.
Inpres Dati 1, Dati 11. Desa

Gambar 2
Skema Sumber Pembiayaan Daerah

Sumber-Sumber
Pembiayaan

Swadana

Dati II Swasta Masyarakal


Pusat Dati 1

3EP Voi: 4 No. 1, 1999 107


Jaka Sriyana. Hubungan Keuangan Piisal-Daerah. Reformasi Perpajakan... ISSN: 1410 - 2641

Tabel 3
PorsI PDS dan PAD terhadap Total APBD

1995/1996 Proporsi 1996/1997 Proporsi


Uraian Penerimaan (dim milyar (%) (dim milyar (%)
Rp) Rp)
I. Daerah Tk I
a. PDS 4.422.2 39.1 5.044.8 40.2
b. PAD 3.854.2 34.1 4.318.9 34.4
c. APBD 11.313.4 100 12.541.9 100
II. Daerah Tk II
a. PDS 2.761.7 24.7 3.225.7 25.0
b. PAD 1.531.2 13.7 1.788.4 13.9
c. APBD 11.203.6 100 12.844.1 100

Catatan:
PDS = Penerimaan Daerah Sendiri
PAD = Pendapatan Asli Daerah

Tabel 4

Tahun TanpaUU 18/1997 Dengan UU 18/1997


PAD A% PDS A% PAD A% PDS A%
Daerah Tk I
1997/1998 4.387.2 5.650.2 4.837.2 5.650.2
1998/1999 5.085.9 5.1 5.940.3 5.1 5.733.2 18.5 6.701.0 18.6
1999/2000 5.448.8 7.1 6.363.5 7.1 6.846.8 19.4 7.983.9

Daerah Tk II
1997/1998 2.056.7 3.709.6 2.056.7 3.709.6
1998/1999 2.182.1 6.1 3.935.8 6.1 3.779.1 83.7 4.901.3 32.1
1999/2000 2.358.8 8.1 4.254.5 8.1 4.723.8 24.9 6.327.5 29.1
Sumber: Machfud^"iidiU IQOR

Dari tabel 3 dapat diketahul, bahwa


PDS yang terdiri atas PAD dan Bagi Hasil Analisis Dampak Reformasi Perpajakan
Bukan Pajak hanya me'miliki porsi sekitar 40 Terhadap Penerimaan Daerah
%untuk Dati I dan hanya25 % untuk Dati II. Dengan diberlakukannya Undang-
Kondisi in! tentu saja membawa dampak Undang No 18/1997 tentang Pajak Daerah
pada sangat terbatasnya peran masing- dan Retribusi Daeerah, dimana dalam UU
masing pemerintah daerah dalam melak- tersebut mengatur peran pemda yang leblh
sanakan pembangunan. Untuk itu memang besar dalam pengelolaan anggaran pemba
perlu adanya pengaturan kembali tentang ngunan, maka dapat dikatakan terjadi trans
peran pemerintah daerah sehingga akan fer flskal dari pemerintah pusat ke daerah.
memlliki ruang gerak yang leblh besar. Artinya kebijakan alokasi anggaran yang

108
JEP Vol: 4 No. 1, 1999
ISSN : 1410-2641 JakaSriyana, Hubungan Keuangan Pusat-DaeraJi Re/ormasi Perpajakan...

tadinya dilakukan oleh pemerintah pusat, PAD = 0,76 Yk + 0, 68 Pd


baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan (2,61)* (2,44)*
dan pengawasan kemudian dilakukan oleh • F=12,3
pemda. Sebagai konsekuensi dari proses = 0,56
tersebut tentu saja timbul berbagai macam
permasalahan. Diantara permasalahan terse Pajak = 0,54 Yk + 0,92 Pd
but adalah keslapan pemda (SDM), usaha (1,78) (3,57)*
menggali sumber pendapatan dan adanya F = 8,97
efisiensi dan efektivitas yang lebih baik. = 0,49
Dari tabel 4 dapat diketahui, bahwa
dengan adanya UU No 18/1997 akan sangat 2. Untuk Pemda Tingkat II.
berpengaruh terhadap PAD dan PDS untuk
Daerah Tingkat I maupun Tingkat II. Dari PAD = 0,34 Yk + 0, 58 Pd
angka-angka di atas tidak ada alasan bag! (1.21) (2,64)*
pemerintah daerah untuk pesismis atas F= 9,08
jalannya pembengunan. Yang perlu diper- R- = 0,55
hatikan adalah bahwa peluang adanya
kenaikan penerimaan pemerintah daerah Pajak = 0,85 Yk + 0,79 Pd
hams direspon dengan baik dan diikuti de (2,98)* (1,78)
ngan peningkatan pelayannan kepada ma- F = 6,2
syarakat. R^ = 0,51
Berdasarkan teori perpajakan Catalan : * = Signifikan untuk a=5%
(Musgrave and Musgrave, 1989; Anwar
Shah, I994)_, besar kecilnya penerimaan Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui
pajak akan sangat dit6ntukan oleh pendapa bahwa variabel pendapatan perkapita (Yk)
tan perkapita, jumlah penduduk dan kebija- dan jumlah penduduk (Pd) mempakan vari
kan pemerintah, baik pusat maupun daerah. abel yang cukup penting menentukan PAD
Dengan demikian kenaikan penerimaan dari dan pajak baik untuk daerah tingkat I mau
pajak (termasuk juga PAD) yang diterima pun tingkat II. Dengan demikian peningka
o!eh Pemda tingkat I dan II yang tercantum tan pajak dan PAD masing-masingdaerah di
dalam tabel di atas merupakan dampak dari Indonesia, selain disebabkan oleh adanya
adanya kebijakan reformasi perpajakan. kebijaka reformasi perpajakn juga .ditentu-
Untuk melihat pengaruh variabel pendapatan kan oleh peningkatan pendapatan perkapita
perkapita dan jumlah penduduk maka perlu masyarakat dan jumlah penduduk, khusus-
dilakukan sebuah studi. Model yang diguna- nya penduduk yang bekerja.
kan mengacu pada Anwar Shah, (1994):
Implikasi Ekonomi Reformasi Perpajakan
PAD = F( Yk, Pd) Terhadap Pembangunan Daerah
Dengan adanya reformasi perpaja
Pajak = F(Yk, Pd)
kan yang ditandai dengan adanya beberapa
Berdasarkan data 27 propinsi pada-tahun UU tentang perpajakan, khususnya lagi UU
1995diperoleh hasil ahalisis.sebagai berikut: No 18/1997, akan sangat berpengamh ter
hadap pembangunan daerah. Selain akan
1. Untuk Pemda Tingkat I. berpengaruh terhadap.penerimaan daerah.

JEP Vol. 4 No.l, 1999 109


Jaka Sriyana Hubungan Keuangan Ptisat-Daerah. Reformasi Perpajakan... ISSN; 1410-2641

juga akan memiliki mata rantai pengaruh jakan, perlu ditanggapi oleh .pemerintah
yang besar terhadap berbagai kegiatan eko- daerah dengan suatu strategi agar dapat
nomi daerah. Dilihat dari sudut pandang memberikan hasil yang bersifat ekonomis
kenaikan PAD dan PDS, hal ini akan mem- maupun non ekonomis secara maksimal.
bawa dampak peningkatan kemampuan pe- Secara umum beberapa faktor yang mem-
merlntah daerah dalam melakukan pemba- pengaruhi keberhasilan kebijakan pemerin
ngunan. Namun disils lain, karena pajak tah daerah adalah:
merupakan pembayaran yang dilakukan oleh 1. Kemampuan administrator (SDM)
masayarakat, maka akan berdampak secara 2. Kemampuan keuangan daerah
langsung terhadap pendapatan masyarakat. 3. Keadaan infrastruktur
Sama hainya dengan pajak negara Pajak Dari faktor sumber daya manusia dapat
Daerah dan Retribusi Daerah {PDRD).juga dipahami bahwa aparatur daerah merupakan
mempunyai issue ekonomis seperti inciden pelaksana dari sebuah kebijakan yang diru-
ce dan efisiensi. Tax incidence merupakan muskan, sehingga sangat dibutuhkan SDM
analisis tentang siapa sebenamya yang yang mampu melaksanakan program terse
membayar pajak, terrnasuk PDRD. Karena but. Tidaklah mudah untuk menjawab per-
PDRD pada umumnya merupakan pajak tanyaan tentang kesiapan SDM di daerah.
tidak langsung, maka pembayarannya dapat Satu hal yang pasti, tentu saja peningkatan
digeserkan kepada orang Iain. Dalam ha! ini kualitas SDM dengan berbagai macam jalur
kenaikan PDRD belum lentu secara lang pendidikan dan pelatihan akan meningkat-
sung menurunkan pendapatan masyarakat. kan kemampuan SDM sehingga tidak perlu
Dalam konsep efisiensi, sering merujuk pada • ada keraguan dalam pelaksanaan program-
Pareto Efficiency. Kenaikan PDRD merupa program pembangunan. Kemampuan ke
kan proses kepindahan cash dari masyarakat uangan masing-masing daerah akan ditentu-
ke kas daerah yang akan dipakai untuk kan oleh potensi dan pengembangan sum-
memproduksi barang dan jasa publik yang ber-sumber ekonomi yang ada. Namun de
dibutuhkan oleh masyarakat. Proses ini tentu ngan adanya reformasi perpajakan, ada
saja bukan merupakan proses inefisiensi, sinyal positip bagi pemerintah daerah untuk
karena dengan adanya peningkatan penge- meningkatkan penerimaan daerah. Keadaan
luaran oleh masyarakat juga diikuti dengan infrastruktur fisik dan non fisik juga meru
terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Bahkan pakan faktor penting dalam proses pelak
jika dinilai secara ekonomis dan non eko sanaan kebijakan ekonomi daerah dalam
nomis biaya penyediaan barang tersebut le- menggerakkan perekonomian daerah. Pe
bih murah jika dibandingkan dengan tingkat nyediaan infrastruktur in akan berkait erat
pengeluaran masyarakat. Musgrave, R and dengan kemempuan keuangan daerah dan
Musgrave, P.A., (1989), menjelaskan atas negra. Dengan demikain dapat diketahui
dasar analisis yang djlakukan, bahwa pe bahwa kebijakan ekonomi balk pusat mau
ningkatan pajak akan memiliki dampak pun daerah berrsifat integralistik.
positipr terhadap masayarakat dalam jangka
panjang. Proses ini berjalan melalui Income Bagaimana Alternatif Menggali
effect dan substitution effect. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah ?
Pertanyaan berikut yang harus di-
STRATEGI PENINGKATAN jawab agar reformasi perpajakan benar-
PENDAPATAN DAERAH benar berhasil adalah bagaimana mening
Dengan adanya berbagi macam katkan-. kemampuan pendapatan daerah,
perubahan UU, khususnya mengenai perpa khususnya PADS. Apabila dengan adanya

110 JEP Vol. 4 No; 1. 1999.


ISSN; 1410-2641 JakaSriyana Hubungan Keuangan Pusai-Daerah. Reformasi Perpajakan...

UU No. 18 Tahun 1997 yang berakibat pada (Strategic Management) yang tepat, se-
peningkatan penghasiian daerah, strategi suai dengan target misi dan visi yang
apa yang tepat untuk meningkatkan penda- telah ditetapkan. Misalnya untuk
patan daerah masing-masing ?. Satu hal mengembangkan daerah industri dan
yang tidak boieh dilupakan adaiah bahwa perdagangan hams disediakan jaringan
dalam usaha peningkatan PADS in! aparatur infrastruktur yang memadai, diciptakan
daerah hams mampu berpikir secara corpo iklim usaha yang kondusif dan
rate. Artinya aparat hams punya punya sebagainya.
pemahaman bahwa proses terjadinya kenai- Jika ketiga hal tersebut telah dilakukan
kan PAD ditentukan oleh berbagai macam tentu saja akan dihasilkan kondisi pereko-
aspek dan keterkaitan kegiatan ekonomi nomian daerah yang optimal, sehingga oto-
antar sektor. Dengan demikian diperlukan matis akan menggerakkan sendi-sendi eko
sebiuah konsep pola berpikir jarigka pan- nomi dan pada akhimya dengan sendirinya
jang. Berkaitan dengan hal tersebut, ada potensi daerah meningkat sehingga pen-
beberapa hal yang perlu dijawab : dapatan daerah akan meningkat.
1. Bagimana posisi (potensi ekonomi) Kebijakan lain, yang bersifat eks-
masing-masing pemda? temal adaiah adanya kemungkinan menggali
Pertanyaan ini dapat dijawab dengan sumber-sumber keuangan di pasar uang,
menggunakan analisa SWOT, sehingga yaitu dengan menjual obligasi darl masing-
diperoleh gambaran potensi ekonomi masing daerah, baik tingkat satu maupun
masing-masing daerah, sektor serta tingkat dua. Bagi Indonesia, hal ini memang
sekaligus dapat diketahui komoditas sasuatu tang belum populer, tetapi dalam
yang bisa diandalkan. kumn waktu 10 tahun ke depan kebijakan
2. Sejauh mana kondisi daerah dapat ini bukan suatu yang tidak mungkin dilaku
digerakkan ? kan. R.L. Kitchen, (1995), menjelaskan bah
Berdasarkan hasila analisa no.l dapat wa berdasarkan riset yang dilakukan ter-
diketahui potensi daerah, sehingga hadap beberapa negara berkembang di Asia
dapat ditentukan pula arah kebijakan dan Amerika Latin menenjukkan adanya
daerah, misalnya pertumbuhan 7%, trend peninggkatan sumber-sumber keuang
sektor yang diandalkan sektor perda- an bagi pembangunan dari pasar uang. Oleh
gangan dsb. Perlu juga ditetapkan misi karena itu, sudah saatnya bagi pemerintah
dan visi masing-masing daerah yang pemda untuk mengikuti perkembangan ter-
memilki karakteristik/keunggulan. ter- .sebut. Cara lain yang dapat dilakukan oleh
tentu. Sebagai coritoh; pemerintah daerah untuk meninggali sum
Tahun 2010 Klaten hams mampu ber-sumber investasi daerah adaiah dengan
menjadi daerah sentra industri mene- melakukan pinjaman ke negara lain secara G
ngah di Indonesia. to G. Namun untuk melakukan hal ini ti-
Daerah Istimewa Yogyakarta hams daklah mudah, karena negara lain harus di-
mampu menjadi pusat kota wisata pen- yakinkan terlebih dahulu akan kemampuan
didikan baik ekonomis maupun non ekonomis
Nusa Tenggara Timur merupakan pusat masing-masing pemerintah daerah yang
peterhakan nasional, dan sebagainya. ' akan mengajukan pinjaman. Dengan pe
3. Pertanyaan berkutnya adaiah, dengans ningkatan kinerja dan efisiensi akan me
srategi apa misi dan visi tersebut dicapai ? ningkatkan kredibilitas daerah di tingkat
Untuk menjawab pertanyaan ini tentu nasional, sehingga akan mendorong keber-
hams dilakukan pendekatan strategi hasilan usaha tersebut.

111
JEP Vol. 4 No.l, 1999
Jaka Sriyana Hubungan Keuangan Piisat-Daerah. ReformasiPerpajakan... ISSN: 1410 - 2641

SIMPULAN Dengan adanya reformasi perpaja


Dari uraian di muka dapat diambil kan.yang ditandai dengan lahimya beberapa
kesimpulan bahwa sistem hubungan ke UU tentang perpajakan, memberikan dam-
uangan pusat-daerah di Indonesia menun- pak penghapusan beberapa komponen pen-r
jukkan adanya sentralisasi yang cukup besar dapatan daerah, namun juga memberikan
pada pemerintah pusat. Masalah hubungan wewenang yang lebih besar kepada pe
keuangan pusat-daerah memang bukan merintah daerah untuk menetapkan peneri-
hanya masalah ekonomi saja, tetapi sarat maan daerah. Dengan demikian diharapkan
dengan muatan masalah ketatanegaraan, ada peningkatan kemandirian pembiayaan
politik dan sosial budaya. Seiring dengan bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan
proses reformasi di segala bidang di Indone pembangunan. Dampak lain dari adanya
sia, sistem keuangan pusat-daerah juga perlu reformasi perpajakan ini adalah danya pe
diubah. Dalam menghadapi milenium III, ningkatan efisiensi ekonomi nasional se-
peran pemerintah daerah perlu ditingkatkan hingga akan merangsang investor unyuk
mengingat bahwa pembangunan daerah menenamkan usanya di masing-masing
merupakan inti dari pembangunan nasional. daerah. Dalam jangka panjang peningkatan
Kebijakan ini akan lebih menjamin adanya investasi akan berdampak pada peningkatan
keseiarasan pertumbuhan ekonomi antar volume kegiatan ekonomi, sehingga secar
daerah, kemampuan keuangan antar daerah otomatis juga akan meningkatkan peneri-
dan partisipasi masyarakat masing-masing maan daerah melalui pajak dan retribusi.
daerah. Dalam bahasa yang lebih mudah Namun demikian agar dampak reformasi
dipahami adalah adanya pemberian otonomi perpajakan terhadap masing-masing daerah
yang seluas-Iuasnya kepada pemerintah bisa maksimal, perlu adanya strategi khusus
daerah dengan tetap berpegang pada konsep bagi masing-masing daerah dalam melak
negara kesatuan Indonesia. sanakan pembangunan di daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Shah. Et.al, (1993),"Intergovernmental Fiscal Relation In Indonesia" WorldBank


DiscussionPaper No. 239. Washington DC

Bawazier P., {\99(}),Central-Local Financial Relation inIndonesia, USA,The university of


Maryland

Davey, K.J., (1979), Central-Local Financial Relations: AReportfor The Government of


Indonesia, Birmingham University.

Faisal ^^^n,{\995),Perekonomian Indonesia MenjelangAbadXXI, Jakarta, PenerbltEr-


(angga

Hyman, D, (1996), Public Finance: AContemporary Application ofTheory to Policy, The


Dyden Press,'6'^' Edition.

Kitchen, R.L., (1995),7^/wflwceybr The Developing Countries, University of Bradford.

112 JEP Vol. 4 No. 1, 1999


410-2641- JakaSriyana HubunganKeuanganPusai-Daerah. ReformasiPerpajakan...

t ive, P.B, and Musgrave, R., (1989), Publicfinance in Theory andPractice, Fifth Edi
tion, McGraw-Hill Book, co.

jat K, (1996),Analisis AlematifPendanaan Pembahgunan, Makalah Seminar, Ypgya-


karta, FE-UII

Harvey, (1992), Public Finance, ¥omXh Edition, Irwin, Illinois.

A., (1998), Hubungan Keuangan Pusat-Daerah, Makalah Seminar, Yogyakarta, MEP-UGM

0, (1998), Pengaruh Reformasi Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pembangunan


Daerah, MakalahSeminar, Yogyakarta, MEP-UGM

4No.l,-1999 • •

Anda mungkin juga menyukai