“BATU GINJAL”
Kelompok 4 :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Kasih Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Asuhan Keperawatan Batu
Ginjal.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami mengharapkan kritikan, saran, atau ide-ide yang mendukung demi
kesempurnaan pembuatan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Harapan kami semoga
makalah ini boleh bermanfaat bagi banyak orang.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah......................................................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................................................
..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS ......................................................................................................
1.1.1 Definisi ............................................................................................................
1.1.2 Etiologi .................................................................................................. ........
1.1.3 Manifestasi klinik.............................................................................................
1.1.4 Patofisiologi .....................................................................................................
1.1.5 Penatalaksanaan ...............................................................................................
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI............................................................. …….
1. Pengkajian ..........................................................................................................
2. Diagnosa .............................................................................................................
3. Intervensi ............................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... …….
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
CVA pada pasien suspect nefrolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher
Jambi, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hal tersebut.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum:
Mengetahui dan memahami konsep medis Batu Ginjal dan Asuhan Keperawatan
Batu Ginjal
b. Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui definisi Batu Ginjal
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit Batu Ginjal
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Batu Ginjal
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan woc Batu Ginjal
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Batu Ginjal
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori Batu Ginjal
1.4 Manfaat
1. Masyarakat
Untuk mengetahui bagaimana mengetahui penyebab penyakit Batu Ginjal dan
bagaimana mencegah penyakit Batu Ginjal
2. Mahasiswa Keperawatan
Untuk mengetahui dan memahami penyakit Batu Ginjal serta asuhan
keperawatan sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah
sakit.
3. Perawat
Sebagai bahan kajian dan informasi bagi mahasiswa serta menambah wawasan
tentang Batu Ginjal.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
2.1. Definisi
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal
dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises
dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat
atau kalsium.
2.2. Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat
diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya
hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–kadang
dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus,
beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang
mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
6
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
7
e. Obstruksi
2.4. Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air
seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana
tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya
partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
8
2.5. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi
atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa,
dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau
pembedahan terbuka.
a. ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk
menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu
renal tanpa pembedahan mayor.
c. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam
pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter
yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
d. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu
alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang
hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki
duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
e. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu
terletak di dalam ginjal.
f. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
9
kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg
hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari )
mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
b. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium
fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
c. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine
harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam
nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi
purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal (
zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah
metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
d. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu
ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang
dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan
terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan
drainase dan perawatannya.
10
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI BATU GINJAL
2.6. Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui
pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi (Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan ; pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
d. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat,
dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu.
Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung,
abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada
pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
f. Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
11
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4
hari.
h. Pemeriksaan diagnostic
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM,
SDP, Kristal,
Urine : (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat.
Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
PATOFLOW
Pengumpulan Kristal
Pengendapan
12
Batu saluran kemih
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar
berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah
intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.
3. Intervensi Keperawatan
No Dianosa Tujuan Interfensi Rasional
1. Nyeri Tujuan :Setelah 1. Catat lokasi, 1. membantu mengevaluasi
berhubungan dilakukan tindakan lamanya intensitas tempat obstruksi dan
dengan selama 3 x 24 jam dan penyebaran. kemajuan gerakan
peningkatan maka nyeri hilang, 2. Jelaskan penyebab kalkulus.
kontraksi keseimbangan cairan nyeri dan 2. memberikan kesempatan
ureteral, trauma dipertahankan. pentingnya untuk pemberian analgesic
13
jaringan, Kriteria hasil : melaporkan ke staf sesuai waktu dan
pembentukan Pasien bebas dari terhadap perubahan mewaspadakan staf akan
edema, ischemia rasa nyeri , Pasien kejadian/karakteristi kemungkinan lewatnya
seluler. tampak rileks, bisa k nyeri. batu/terjadi komplikasi.
tidur dan istirahat. 3. Berikan tindakan 3. meningkatkan relaksasi,
nyaman, contoh menurunkan tegangan otot,
pijatan punggung, dan meningktkan koping
lingkungan istirahat. 4. mengarahkan kembali
4. Bantu atau dorong perhatian dan membantu
penggunaan napas dalam relaksasi otot.
berfokus, bimbingan 5. Biasanya diberikan selama
imajinasi, dan akut untuk menurunkan
aktivitas terapetik. kolik uretral dan
5. Berikan obat sesuai meningkatkan relaksasi
indikasi : narkotik, otot/mental.
contoh meperidin 6. menghilangkan tegangan
(Demerol), morfin. otot dan dapat menurunan
6. Berika kompres reflex spasme.
hangat pada
punggung.
2. Perubahan pola Tujuan : setelah 1. Awasi pemasukan 1. memberikan informasi
eliminasi urine dilakukan interfensi dan pengeluaran tentang fungsi ginjal dan
berhubungan selama 3 x 24 jam dan karakteristik adanya komplikasi, contoh
dengan stimulasi maka pasien mampu urine. infeksi dan perdarahan.
kandung kemih berkemih dengan 2. Tentukan pola 2. kalkulus dapat
oleh batu, iritasi normal. berkemih norml menyebabkan eksitabilitas
ginjal atau Kriteria hasil : Pola pasien dan saraf, yang menyebabkan
ureteral, eliminasi urine dan perhatikan variasi. sensasi kebutuhan berkemih
obstruksi output dalam batas 3. Dorong segera.
mekanik, normal, Tidak meningkatkan 3. peningkatan hidrasi
inflamasi. menunjukkan tanda- pemasukan cairan. membilas bakteri, darah,
tanda obstruksi 4. Awasi dan debris dan dapat
14
(tidak ada rasa sakit pemeriksaan membantu lewatnya batu.
saat berkemih, laboratorium, 4. peniggian BUN, kreatinin
pengeluaran urin contoh elektrolit, dan elektrolit
lancar). BUN, kretainin. mengindikasikan disfungsi
5. Ambil urine untuk ginjal.
culture dan 5. menetukan adanya ISK,
sensifitas. yang penyebab komplikasi.
15
kebutuhan pasien menyatakan Tekankan 2. menurunkan pemasukan
belajar pemahaman proses pentingnya oral terhadap prekusor
berhubungan penyakit, peningkatan asam urat.
dengan kurang menghubungkan cairan, 3. menurunkan risiko
terpajan/ kurang gejala dengan factor 2. pembilasan system pembentukan batu
mengingat/salah penyebab. Kriteria ginjal menurunkan kalsium. Diet rendah
intepretasi/infor hasil : melakukan kesempatan statis oksalat.
masi. Tidak perubahan perilku ginjal dan 4. mencegah kalkulus fosfat
mengenal yang perlu dan pembentukan batu. dengsn membentuk
masalah/sumber berpartisipasi dalam Diet rendah purin, presipitasi yang tak larut
masalah. program pengobatan. contoh membatasi dalam traktus GI.
daging berlemak,
kalkun, tumbuhan
polog, gandum,
alkohol.
3. Diet rendah
kalsium, contoh
membatasi susu,
keju, sayur
berdaun hijau,
yogurt. Rasional :
4. menurnukan
pembentukan batu
kalsium. Diet
rendah kalsium.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Batu ginjal adalah komponen kristal yang sering ditemukan di kaliks atau pelvis
ginjal dan bila keluar melalui ureter menimbulkan gesekan, yang menyebabkan nyeri
yang bergantung pada besarnya kristal tersebut. Penyebab batu ginjal masih idiopatik,
namun terdapat faktor predisposisi seperti genetik, makanan dan minuman, volume air
yang diminum, infeksi saluran kemih, aktivitas, vitamin dan obat-obatan, jenis kelamin
dan berat badan. Seseorang yang mengalami batu ginjal biasanya memiliki tanda seperti
rasa mual ingin muntah. Hal tersebut dikarenakan infeksi pada saluran kemih akibat
tersimpan lamanya batu. Selain itu, semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan
nyeri, namun lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu berasa di dalam
pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap,
dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke dalam ureter, klien
akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Selain itu, gejala
klien dengan batu ginjal, yakni nokturia yang merupakan gejala pengeluaran urine pada
waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau pasien terbangun untuk
berkemih beberapa kali waktu malam ini. Gejala-gejala di atas cukup membuktikan
bahwa seseorang mengidap batu ginjal. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa
keperawatan diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai patofisiologi batu
ginjal sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
batu ginjal. Pada tahap pengkajian diharapkan dapat dilakukan dengan teliti dan baik
sehingga diagnosa yang timbul pun akurat. Jika diagnosa akurat, maka dapat
direncanakan perencanaan asuhan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yang
tepat sehingga dapat diintervensi dengan benar. Ketika diintervensi dengan benar, maka
saat evaluasi pun akan terlihat bahwa asuhan keperawatan yang direncanakan berhasil
dan tidak menutup kemungkinan akan mengurangi kasus batu ginjal di Indonesia dan di
dunia
17
DAFTAR PUSTAKA
18