Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

“BATU GINJAL”

Kelompok 4 :

Deslia Imbang 17011104049


Feronika Lumolos 17011104051
Junita Saroinsong 17011104052
Silvana Pinontoan 17011104058
Thasya Kesek 17011104059
Veronika Wohon 17011104061
Zefanya Najoan 17011104062
Sarah Pudihang 17011104070
Cathleen Gunawan 17011104071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Kasih Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Asuhan Keperawatan Batu
Ginjal.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami mengharapkan kritikan, saran, atau ide-ide yang mendukung demi
kesempurnaan pembuatan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Harapan kami semoga
makalah ini boleh bermanfaat bagi banyak orang.

Terima kasih Tuhan memberkati.

Manado, Maret 2019


Penyusun

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah......................................................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................................................
..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS ......................................................................................................
1.1.1 Definisi ............................................................................................................
1.1.2 Etiologi .................................................................................................. ........
1.1.3 Manifestasi klinik.............................................................................................
1.1.4 Patofisiologi .....................................................................................................
1.1.5 Penatalaksanaan ...............................................................................................
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI............................................................. …….
1. Pengkajian ..........................................................................................................
2. Diagnosa .............................................................................................................
3. Intervensi ............................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... …….
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama
dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan
cairan dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-
basa darah, serta sekresi bahan buangan dan kelebihan garam (Pearce, 1999).
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah keadaan dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan yang progresif secara perlahan tapi pasti, yang dapat mencapai 60% dari
kondisi normal menuju ketidakmampuan ginjal ditandai tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Pearce, 1999 : 989).
Kondisi pasien dengan penyakit ginjal kronik masih dapat melakukan aktifitas hidup
jika memperhatikan kualitas hidup yang cukup baik .
Penyebab terjadinya penyakit ginjal kronik adalah disebabkan oleh beberapa
penyakit serius yang diderita oleh tubuh yang mana berlahan–lahan berdampak pada
kerusakan organ ginjal, dan apabila penyakit ginjal kronik tidak segera mendapatkan
perawatan yang intensif dapat menyebabkan kematia.
Diwilayah Asia, telah tercatat resiko untuk terkena batu ginjal dan batu saluran
kemih lainnya sebesar 2-5%, 8-15% untuk wilayah Asia barat, dan 20% untuk Arab
Saudi. Di negara berkembang, batu kandung kemih lebih umum terjadi daripada batu
saluran kemih bagian atas, sedangkan di Negara maju, malah sebaliknya, batu saluran
kemih bagian atas lebih sering terjadi. Perbedaan ini diyakini berhubungan diet, pola
hidup dan konsumsi di masing-masing negara.3,8,11

Setiap tahunnya, terjadi peningkatan jumlah kejadian nefrolithiasis baik di dunia,


di Indonesia maupun di RSUD Raden Mattaher Jambi. Berdasarkan data yang telah
diambil peneliti pada Rekam Medis RSUD Raden Mattaher Jambi, Terjadinya
peningkatan insidensi atau kasus kejadian nefrolithiasis dari tahun 2011 berjumlah 58
kasus dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 95 kasus, serta belum pernah dan belum
adanya data dasar mengenai angka kejadian batu opak ginjal yang disertai nyeri ketok

4
CVA pada pasien suspect nefrolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD Raden Mattaher
Jambi, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep medis teori Batu Ginjal?
2. Bagaimana asuhan keperawatan Batu Ginjal secara teoritis ?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum:
Mengetahui dan memahami konsep medis Batu Ginjal dan Asuhan Keperawatan
Batu Ginjal
b. Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui definisi Batu Ginjal
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit Batu Ginjal
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Batu Ginjal
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan woc Batu Ginjal
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Batu Ginjal
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori Batu Ginjal

1.4 Manfaat
1. Masyarakat
Untuk mengetahui bagaimana mengetahui penyebab penyakit Batu Ginjal dan
bagaimana mencegah penyakit Batu Ginjal
2. Mahasiswa Keperawatan
Untuk mengetahui dan memahami penyakit Batu Ginjal serta asuhan
keperawatan sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah
sakit.
3. Perawat
Sebagai bahan kajian dan informasi bagi mahasiswa serta menambah wawasan
tentang Batu Ginjal.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
2.1. Definisi
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal
dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises
dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat
atau kalsium.

2.2. Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat
diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya
hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–kadang
dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus,
beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang
mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:

6
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

2.3. Manifestasi Klinis


 Obstruksi.
 Peningkatan tekanan hidrostatik
 Distensi pelvis ginjal.
 Rasa panas dan terbakar di pinggang. Kolik
 Peningkatan suhu (demam).
 Hematuri.
 Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare. Nyeri hebat
1. Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
kolik ureteral
b. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
d. retensi urined.

7
e. Obstruksi

2.4. Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air
seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana
tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya
partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih:


1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-
kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan
memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah
retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih
bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang
dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal,
pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

8
2.5. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi
atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa,
dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau
pembedahan terbuka.
a. ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk
menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu
renal tanpa pembedahan mayor.
c. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam
pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter
yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
d. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu
alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang
hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki
duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
e. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu
terletak di dalam ginjal.
f. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.

Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :


a. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu
dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi

9
kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg
hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari )
mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
b. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium
fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
c. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine
harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam
nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi
purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal (
zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah
metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
d. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu
ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang
dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan
terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan
drainase dan perawatannya.

10
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI BATU GINJAL
2.6. Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui
pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,
dan evaluasi (Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan ; pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
d. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat,
dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu.
Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung,
abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada
pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
f. Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil.

11
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4
hari.
h. Pemeriksaan diagnostic
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM,
SDP, Kristal,
Urine : (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat.
Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.

PATOFLOW

Faktor Intrinsik Faktor Idiopatik Faktor Ekstrinsik


- Herediter Gangguan Metabolik Geografis
- Umur Infeksi saluran kemih iklim dan temperatur
- Jenis kelamin dehidrasi Asupan air
Obtruksi Diet
Pekerjaan

Defisiensi kadar magnesium, sitrat


prifosfor, mukoprotein dan peptide

Resiko kristalisasi mineral

Peningkatan konsentrasi larutan


urine

Pengumpulan Kristal

Pengendapan

12
Batu saluran kemih

Sumbatan saluran Farmakologi


kemih
Peningkatan
distensi Ketidakpatuhan
Spasme batu Kencing tidak abdomen regimen terapeutik
saat turun dari tuntas
ureter Mual-muntah
Kurang
Perubahan pengetahuan
Nyeri pola elimnasi Resiko
urin Kekurangan
volume
Cairan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar
berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah
intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.

3. Intervensi Keperawatan
No Dianosa Tujuan Interfensi Rasional
1. Nyeri Tujuan :Setelah 1. Catat lokasi, 1. membantu mengevaluasi
berhubungan dilakukan tindakan lamanya intensitas tempat obstruksi dan
dengan selama 3 x 24 jam dan penyebaran. kemajuan gerakan
peningkatan maka nyeri hilang, 2. Jelaskan penyebab kalkulus.
kontraksi keseimbangan cairan nyeri dan 2. memberikan kesempatan
ureteral, trauma dipertahankan. pentingnya untuk pemberian analgesic

13
jaringan, Kriteria hasil : melaporkan ke staf sesuai waktu dan
pembentukan Pasien bebas dari terhadap perubahan mewaspadakan staf akan
edema, ischemia rasa nyeri , Pasien kejadian/karakteristi kemungkinan lewatnya
seluler. tampak rileks, bisa k nyeri. batu/terjadi komplikasi.
tidur dan istirahat. 3. Berikan tindakan 3. meningkatkan relaksasi,
nyaman, contoh menurunkan tegangan otot,
pijatan punggung, dan meningktkan koping
lingkungan istirahat. 4. mengarahkan kembali
4. Bantu atau dorong perhatian dan membantu
penggunaan napas dalam relaksasi otot.
berfokus, bimbingan 5. Biasanya diberikan selama
imajinasi, dan akut untuk menurunkan
aktivitas terapetik. kolik uretral dan
5. Berikan obat sesuai meningkatkan relaksasi
indikasi : narkotik, otot/mental.
contoh meperidin 6. menghilangkan tegangan
(Demerol), morfin. otot dan dapat menurunan
6. Berika kompres reflex spasme.
hangat pada
punggung.
2. Perubahan pola Tujuan : setelah 1. Awasi pemasukan 1. memberikan informasi
eliminasi urine dilakukan interfensi dan pengeluaran tentang fungsi ginjal dan
berhubungan selama 3 x 24 jam dan karakteristik adanya komplikasi, contoh
dengan stimulasi maka pasien mampu urine. infeksi dan perdarahan.
kandung kemih berkemih dengan 2. Tentukan pola 2. kalkulus dapat
oleh batu, iritasi normal. berkemih norml menyebabkan eksitabilitas
ginjal atau Kriteria hasil : Pola pasien dan saraf, yang menyebabkan
ureteral, eliminasi urine dan perhatikan variasi. sensasi kebutuhan berkemih
obstruksi output dalam batas 3. Dorong segera.
mekanik, normal, Tidak meningkatkan 3. peningkatan hidrasi
inflamasi. menunjukkan tanda- pemasukan cairan. membilas bakteri, darah,
tanda obstruksi 4. Awasi dan debris dan dapat

14
(tidak ada rasa sakit pemeriksaan membantu lewatnya batu.
saat berkemih, laboratorium, 4. peniggian BUN, kreatinin
pengeluaran urin contoh elektrolit, dan elektrolit
lancar). BUN, kretainin. mengindikasikan disfungsi
5. Ambil urine untuk ginjal.
culture dan 5. menetukan adanya ISK,
sensifitas. yang penyebab komplikasi.

3. Risiko tinggi Tujuan : setelah 1. Awasi pemasukan 1. membandingkan keluaran


kekurangan dilakukan tindakan 1 dan pengeluaran. actual dan yang
volume cairan x 24 jam maka 2. Catat insiden diantisipasi membantu
berhubungan pasien muntah, diare, dalam ealuasi
dengan mual mempertahankan perhatikan adanya/derajat
dan muntah. keseimbangan cairan karakteristik muntah stasis/kerusakan
adekuat. dan diare. 2. ginjal. mual/muntah dan
Kriteria hasil : 3. Tindakan diare secra umum
membrane mukosa pemasukan cairan berhubungan dengan kolik
lembab, turgor kulit sampai 3-4 L/hari ginjal.
baik, berat badan dalam toleransi 3. mempertahankan
normal. jantung. keseimbangan cairan
4. Awasi tanda vital untuk homeostasis juga
5. Kalau perlu berikan tindakan “mencuci”yang
obat anti enemik. dapat membilas batu
keluar.
4. indicator hidrasi/volume
sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.

4. Kurang Tujuan : setelah 1. Kaji ulang proses 1. memberikan pengetahuan


pengetahuan dilakukan tndkan penyakit dan dasar dimana pasien dapat
tentang kondisi, selama 1 x 24 jam harapan di masa membuat pilihan
prognosis, dan makan keluarga atau dating. Rasional berdasarkan informasi.

15
kebutuhan pasien menyatakan Tekankan 2. menurunkan pemasukan
belajar pemahaman proses pentingnya oral terhadap prekusor
berhubungan penyakit, peningkatan asam urat.
dengan kurang menghubungkan cairan, 3. menurunkan risiko
terpajan/ kurang gejala dengan factor 2. pembilasan system pembentukan batu
mengingat/salah penyebab. Kriteria ginjal menurunkan kalsium. Diet rendah
intepretasi/infor hasil : melakukan kesempatan statis oksalat.
masi. Tidak perubahan perilku ginjal dan 4. mencegah kalkulus fosfat
mengenal yang perlu dan pembentukan batu. dengsn membentuk
masalah/sumber berpartisipasi dalam Diet rendah purin, presipitasi yang tak larut
masalah. program pengobatan. contoh membatasi dalam traktus GI.
daging berlemak,
kalkun, tumbuhan
polog, gandum,
alkohol.
3. Diet rendah
kalsium, contoh
membatasi susu,
keju, sayur
berdaun hijau,
yogurt. Rasional :
4. menurnukan
pembentukan batu
kalsium. Diet
rendah kalsium.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Batu ginjal adalah komponen kristal yang sering ditemukan di kaliks atau pelvis
ginjal dan bila keluar melalui ureter menimbulkan gesekan, yang menyebabkan nyeri
yang bergantung pada besarnya kristal tersebut. Penyebab batu ginjal masih idiopatik,
namun terdapat faktor predisposisi seperti genetik, makanan dan minuman, volume air
yang diminum, infeksi saluran kemih, aktivitas, vitamin dan obat-obatan, jenis kelamin
dan berat badan. Seseorang yang mengalami batu ginjal biasanya memiliki tanda seperti
rasa mual ingin muntah. Hal tersebut dikarenakan infeksi pada saluran kemih akibat
tersimpan lamanya batu. Selain itu, semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan
nyeri, namun lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu berasa di dalam
pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap,
dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke dalam ureter, klien
akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Selain itu, gejala
klien dengan batu ginjal, yakni nokturia yang merupakan gejala pengeluaran urine pada
waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau pasien terbangun untuk
berkemih beberapa kali waktu malam ini. Gejala-gejala di atas cukup membuktikan
bahwa seseorang mengidap batu ginjal. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa
keperawatan diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai patofisiologi batu
ginjal sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
batu ginjal. Pada tahap pengkajian diharapkan dapat dilakukan dengan teliti dan baik
sehingga diagnosa yang timbul pun akurat. Jika diagnosa akurat, maka dapat
direncanakan perencanaan asuhan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yang
tepat sehingga dapat diintervensi dengan benar. Ketika diintervensi dengan benar, maka
saat evaluasi pun akan terlihat bahwa asuhan keperawatan yang direncanakan berhasil
dan tidak menutup kemungkinan akan mengurangi kasus batu ginjal di Indonesia dan di
dunia

17
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi/Elisabeth. J. Cowin. EGC:


Jakarta.
Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan:aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke
Sembilan. Jakarta :EGC.
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa: Nike, B. Editor edisi
bahasa indonesia: Yuda, E.K, et All.Edisi 3 Jakarta. EGC: Jakarta.
Doengoes, E. M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Mary Baradero. (2008). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
perkemihan. Salemba Medika: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. EGC: Jakarta.
Soeparman. (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta:
Salemba Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai