Disusun Oleh :
ANUGRAH PRATAMA PUTRA
18/19998/THP–STPK B
A. Respirasi
Respirasi tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk
memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan
hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan
proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang
memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari
merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut.
Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan
proses fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil yang berada di dalam daun
tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan
berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 2006).
Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut
respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi
bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik
maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana
oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi (Lovelles, 2010).
B. Laju Respirasi
Laju respirasi dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain
ketersediaan substrat, ketersediaan oksigen, suhu, tipe dan umur tumbuhan.
Ketersediaan substrat, karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang
terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Tumbuhan dengan kandungan substrat
yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula.
Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju
respirasi akan meningkat. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju
respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing
spesies dan bahkan antara organ pada tumbuhan yang sama.
Suhu, semakin tinggi suhu, semakin tinggi laju respirasi. Laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun
hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Tipe dan umur tumbuhan,
masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan
demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-
masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan
yang sedang dalam masa pertumbuhan (Luqman, 2012).
C. Faktor Respirasi
Ada dua faktor yang mempengaruhi respirasi yang terjadi pada
tumbuhan. Faktor tersebut digolongkan atas faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam yaitu umur, tipe jaringan atau organ, bentuk pertumbuhan dari
suatu spesies. Umur mempengaruhi laju respirasi, dimana sel atau jaringan
muda lebih cepat dari umur dewasa, sebab aktifitas metabolisme, yang
memerlukan energi dan rangka karbon untuk pertumbuhannya. Faktor luar
diantaranya adalah kosentrasi oksigen, suhu dan cahaya. Oksigen sangat
penting dalam respirasi, karena oksigen adalah penerima electron terakhir
yang menentukan keberhasilan terbentuknya ATP. Suhu sangat
mempengaruhi respirasi karena respirasi adalah reaksi enzim. Pada reaksi
metabolisme berlaku Q10 yaitu bila suhu naik 100oC maka laju reaksi naik
2-3 lipat. Tapi pada organisme baerlaku sampai suhu optimum. Cahaya
secara tidak lansung mempengaruhi respirasi sehubungan ketersediaan
substrat. Jika cahaya cukup maka proses fotosintesis tinggi mengakibatkan
tersedianya sewnyawa karbohidrat sebagai substrat respirasi (Sahputra,
2016).
D. Respirator
Respirometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur laju
respirasi pada organisme atau tumbuhan yang berukuran kecil. Konsep
tentang respirasi tersebut dapat diperoleh melalui praktikum dengan
mengukur kecepatan respirasi makhluk hidup. Biasanya pada praktikum ini
menggunakan respirometer buatan pabrik. Namun bagi sekolah tertentu
yang tidak memiliki peralatan laboratorium yang memadahi, maka kegiatan.
praktikum respirasi ini cenderung diabaikan. Sehingga pemahaman konsep
tentang kecepatan respirasi makhluk hidup tidak utuh. Oleh karena itu,
diperlukan adanya peralatan alternatif yang dapat digunakan siswa untuk
mengukur laju respirasi secara akurat (Nur, 2018).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Dibuat blangko yaitu larutan KOH 0,01 N dengan volume yang sama
dengan respirator tanpa bahan kemudian titrasi HCl 0,02 N
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum Respirasi adalah sebagai
berikut:
A. Tabel Kecepatan Respirasi
No Bahan Volume HCl Berat CO2
1 Tauge 15 mL 100 gr
B. Perhitungan Kecepatan Respirasi
1. Berat CO2 yang dihasilkan
= N HCl × V HCl × Mr CO2
= 0,02 N × 15 mL × 44
= 13,2 mg
2. Kecepatan Respirasi
V HCl
= B CO2 ×
0,1
44
= 13,2 ×
0,1
= 5,8 mg/liter/jam
B. Pembahasan
Praktikum ini telah mengamati proses respirasi pada tauge. Alasan
mengapa bahan yang digunakan adalah tauge, karena tumbuhan ini
merupakan suatu organisme yang walaupun ia masih belum berkembang
dengan sempurna tetapi sudah bisa melakukan pernapasan, hal ini terbukti
dari hasil percobaan yang telah diamati dimana tauge sebagai bahan
percobaan mampu melakukan respirasi.
Tauge melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang
dilakukan dengan melibatkan gas oksigen sebagai bahan yang diserap atau
diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan
sejumlah energi.
Proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan
dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk
menjadi sebuah tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka
makin besar pula kebutuhannya akan energi sehingga dalam respirasinya
memerlukan oksigen yang banyak pula.
Pengamatan ini digunakan alat yang disebut respirometer, alat ini
berfungsi untuk mengukur jumlah oksigen yang diperlukan dalam respirasi.
Di dalam tabung respirometer diletakkan kapas yang sudah dibasahi larutan
KOH dan ada juga yang dibasahi dengan aquadest di bawah kecambah
kacang hijau. Kapas yang sudah dibasahi larutan KOH ini akan mengikat
oksigen yang ada di dalam tabung respirometer, sehingga di dalam tabung
respirometer terjadi perebutan oksigen antara larutan KOH dengan tauge.
Tauge tidak bisa mengikat oksigen yang dibebaskan oleh larutan KOH
karena yang diperlukan tauge adalah oksigen bebas, bukan oksigen yang
terikat sehingga lama-kelamaan oksigen yang ada di dalam tabung
respirometer habis dan akhirnya oksigen dari luar akan tertarik masuk ke
dalam tabung respirometer melalui selang karet. Masuknya oksigen dari luar
ini ditandai dengan naiknya larutan eosin yang dimasukkan dalam pipa kaca.
Praktikum kali ini mengamati respirasi yang terjadi pada tauge segar,
yang dilakukan sebanyak dua kali dengan memberi perlakuan yang berbeda.
Pada perlakuan yang pertama, kapas dibasahi dengan larutan KOH.
Sedangkan pada perlakuan kedua, kapas dibasahi dengan akuades. Pada
kapas yang dibasahi dengan akuades, terlihat permukaan air pada alat
respirometer ganong menjadi turun maka nilainya positif karena adanya
O2 yang merupakan penguraian dari H2O selain H2, yang membantu tauge
dalam respirasi. Dan pada perlakuan kedua, permukaan air pada
respirometer ganong menjadi naik berarti nilainya negatif karena terdapat
KOH yang apabila bereaksi dengan CO2 akan menghambat respirasi pada
kecambah. Hal ini dapat terjadi karena KOH lebih bersifat basa jika
dibandingkan dengan aquades.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme
antara lain: umur/usia organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang
dilakukan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta
cahaya juga mempengaruhi rata-rata pernapasan. Untuk mengetahui bahwa
kecambah kacang hijau melakukan respirasi atau tidak, maka kita dapat
mengamati tabung respirometer. Jika kecambah kacang hijau dalam tabung
berespirasi maka kita akan menemukan uap air yang menempel dalam
tabung respirometer, tetapi jika tidak ada uap air itu artinya kecambah
kacang hijau tidak berespirasi. Adanya uap air dijadikan indikator respirasi
karena dalam proses respirasi akan dilepaskan karbon dioksida dan uap air.
Dalam pengamatan ini kita harus teliti dalam mengoleskan vaselin pada
sumbat, jangan sampai ada rongga udara yang masih terbuka karena hal ini
bisa mengganggu pengamatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil praktikan setelah melakukan
kegiatan praktikum Respirasi antara lain :
1. Pada peristiwa respirasi menghasilkan karbondioksida, air, dan
sejumlah energi.
2. Respirasi bertujuan menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk
memperoleh makanan berupa air dan karbondioksida.
3. Botol respirometer tidak boleh dipegan karena akan merubah suhu pada
respirometer tersebut.
4. Fungsi KOH adalah untuk mengikat molekul CO2 pada tabung
respirometer tersebut, agar proses respirasi terbantu olehnya.
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya O2 yang dihirup
tumbuhan pada proses respirasi aerob ialah jumlah kecambah, jumlah
substrat yang ada di sekitar lingkungan, suhu,plastisin, dan jumlah air
yang masuk.
B. Saran
Untuk saat praktikum alat-alat dan bahan harus lengkap dan pada saat
praktikum praktikan agar tetap tertib. Pada saat praktikum diharapkan
ruangan tidak gaduh dan bagi praktikan agar bisa tertib mengikuti dan
memperhatikan apa yang diarahkan atau diberitahu oleh co.ass.
Mengembalikan alat-alat yang di pinjam dan diletakan ditempatnya.
DAFTAR PUSTAKA