Oleh karena itu, pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah
lingkungan harus menjadi pilihan.
KENAPA BIOGAS?
PENGERTIAN
Biogas merupakan gas yang mudah terbakar, gas yang dihasilkan oleh aktivitas
anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya;
kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga). sampah biodegradable atau setiap
limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik.
Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida.Biogas dapat digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan dan untuk menghasilkan listrik.
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah
limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil Mengurai dan sekaligus
mengurangi volume limbah buangan.
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untukmenghasilkan biogas, namun demikian hanya
bahan organik (padat,cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternakcocok untuk sistem
biogas sederhana
SEJARAH BIOGAS
Sejarah penemuan biogas diawalai dari proses anaerobik yang tersebar dibenua Eropa. Ilmuwan
Volta menemukan as yang ada dirawa-rawa pada tahun 1770, kemudian avogadro
mengidentifikasi tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan
produk dari proses anaerobik digestion. Pastoer melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan pada tahun 1884. Era penelitian Pastoer menjadi landasan untuk
penelitian biogas hingga saat ini.
KOMPOSISI BIOGAS
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter
minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif
yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan
lain yang berasal dari fosil.
Karena memliki peluang yang besar dalam pengembangannya karena bahannya dapat diperoleh
disekitar kita.
TEKNOLOGI DIGESTER
Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup yang disebut digester. Desain
digester bermacam-macam sesuai dengan jenis bahan baku yang digunakan, temperatur yang
dipakai dan bahan konstruksi. Digester dapat terbuat dari cor beton, baja, bata atau plastik dan
bentuknya dapat berupa seperti silo, bak, kolam dan dapat diletakkan di bawah tanah. Sedangkan
untuk ukurannya bervariasi dari 4-35 m3 .Biogas dengan ukuran terkecil dapat dioperasikan
dengan kotoran ternak 3 ekor sapi, 7 ekor babi atau 500 ekor unggas. Gambar tersebut adalah
Beberapa macam digester Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik
atau digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator listrik, patromas
biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dll
MANFAAT BIOGAS
1. Bahan Bakar Kendaraan
Penggunaan energy bahan bakar yang tak terbarukan sepertu energi fosil mulai semakin
diperhatikan, dengan cara merubah bahan bakar tersebut menjadi bahan bakar berbasis gas. Nah,
biogas menjadi salah satu bahan bakar gas yang memiliki banyak fungsi dan manfaatnya.Salah
satunya adalah lebih murah untuk biaya operasional.
5. Pembangkit Listrik
Pemasok listrik tunggal di Indonesia yaitu PLN, saat ini menggunakan bahan bakar jenis solar
sebagai alternatif untuk memasok ketersedian listriknya ke pelanggan.Faktanya, dengan
memanfaatkan biogas dengan baik dan benar, maka biogas mampu menjadi alternatif atau
energy tambahan untuk memasok ketersediaan listrik di Indonesia, diperkirakan 1 meter kubik
biogas mampu menghasilkan 6000 watt listrik per-jamnya.
LANGKAH KERJA
MISALKAN LIMBAH PETERNAKAN
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan
langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1
pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam
digester
2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama
kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada
didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran
sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 –
5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk
adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan
(CH4) dan CO2mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan
menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas
atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang
selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus
diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal
3. Hasil
BIOGAS DAN PEMBUANGAN YANG BISA MENJADI PUPUK.
Dibawah kondisi tekanan H2 parsial yang relatif tinggi, pembentukan asetat berkurang dan
subtrat dirubah menjadi asam propionat, asam butirat, dan etanol dari pada metan.Ada hubungan
simbiotik antara bakteri asetonik dan metanogen.Metanogen membantu menghasilkan ikatan
hidrogen rendah yang dibutuhkan oleh bakteri asetogenik.
Etanol, asam propionat, dan asam butirat dirubah menjadi asam asetat oleh bakteri asetogenik
dengan reaksi seperti berikut:
Bakteri asetogenik tumbuh jauh lebih cepat dari pada bakteri metanogenik. Kecepatan
pertumbuhan bakteri asetogenik (m mak) mendekati 1 per jam sedangkan bakteri metanogenik
0,04 per jam (Hammer, 1986).
Bakteri metanogen yang menggunakan hidrogen membantu memelihara tekanan parsial yang
sangat rendah yang dibutuhkan untuk proses konversi asam volatil dan alkohol menjadi asetat
(speece, 1983).
Bakteri metanogen Asetotropik, atau biasa disebut sebagai bakteri asetoklastik atau bakteri
penghilang asetat, merubah asam asetat menjadi metan dan CO2.
Bakteri asetoklastik tumbuh jauh lebih lambat (waktu generasi = beberapa hari) dari pada bakteri
pembentuk asam (waktu generasi = beberapa jam). Kelompok ini terdiri dari dua kelompok,
yaitu : Metanosarkina (Smith dan Mah, 1978) dan Metanotrik (Huser et al., 1982). Selama
penguraian termofilik (58oC) dari limbah lignosellulosik, Metanosarkina adalah bakteri
asetotropik yang ditemukan dalam bioreaktor. Sesudah 4 minggu, Metanosarkina (m mak = 0,3
tiap hari; Ks = 200 mg/l) digantikan oleh Metanotrik (m mak = 0,1 tiap hari; Ks = 30 mg/l).
PEMURNIAN
biogas yang dihasilkan dari biodigester harus dilakukan peningkatan kualitas (upgrading) gas
terlebih dahulu agar diperoleh biogas dengan kandungan gas metana lebih dari 95%, terutama
jika biogas tersebut dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan atau akan dimasukkan ke
jaringan pipa gas alam. Peningkatan kualitas biogas ini terkadang juga disebut sebagai proses
pemurnian (purification).
Biogas yang akan dimasukkan ke jaringan pipa gas alam ataupun untuk kebutuhan lainnya
setidaknya harus memenuhi tiga syarat berikut:
1. Tinggi kandungan metana, karena semakin tinggi kandungan metana, maka nilai kalor biogas
akan semakin tinggi.
2. Rendah kandungan hidrogen sulfida, karena belerang dapat menyebabkan karat pada sistem
perpipaan atau pada sistem generator listrik.
3. Rendah kandungan karbondioksida, karena kandungan karbondioksida menurunkan nilai kalor
biogas.
1. Lingkungan Abiotis
Proses methanogenesis dalam reaktor yang dilakukan oleh bakteri methanogen terjadi
secara anaerob sempurna. Oleh karena itu tabung reaktor / digester harus kedap, sehingga
oksigen (O2) yang masuk jumlahnya minimal. Meskipun, masuknya oksigen tidak menyebabkan
kegagalan total dari pross fermentasi anaerob, namun pertumbuhan dan produksi biogas tidak
sepenuhnya dalam kondisi anaerob. Dengan demikian, adanya konsentrasi O2 dalam
fermentasi anaerob akan menghambat produksi gas metana. Penurunan gas metana seiring
dengan jumlah penambahan O2 dalam fermentasi anaerob.
2. Temperatur
Aktifitas mikroorganisme pada pembentukan biogas juga dipengaruhi oleh temperatur.
Secara umum ada tiga range temperatur dalam proses fermentasi anaerob, yaitu:
1). Thermophilic, fermentasi terjadi pada range temperatur 47 – 55 ºC; 2). Mesophilic, fermentasi
terjadi pada range temperatur 35 – 38 ºC; 3). Psicrophilic, fermentasi terjadi pada range
temperatur 4 – 20 ºC. Menurut Harahap, F. (1978), fermentasi anaerob pada digester dapat
berlangsung pada temperatur 5 – 55 ºC. sedangkan temperatur optimal untuk
fermentasi anaerob adalah 35 ºC.
4. Rasio C/N
Unsur karbon (C) dalam proses fermentasi anaerob diperlukan untuk pembentukan gas
metana, sedangkan unsur nitrogen (N) diperlukan oleh bakteri untuk pembentukan sel yang baru.
Ratio C/N yang ideal adalah 25 – 30, apabila ratio C/N bahan organik tinggi, berarti kadar
karbon lebih banyak dari pada kadar nitrogen, sehingga mikrooganisme akan kekurangan
nitrogen untuk metabolisme yang akan mengakibatkan terhambatnya proses perkembangan dari
organisme dan menyebabkan produksi biogas akan berkurang. Sebaliknya, jika ratio C/N rendah,
maka unsur karbon akan habis terlebih dahulu dan unsur nitrogen akan hilang membentuk
ammonia (NH3). Untuk mendapatkan ratio C/N yang ideal, perlu dilakukan penambahan bahan
yang mengandung karbon atau nitrogen yang tinggi.
6. Pengadukan
Pengadukan kotoran sapi dan air sangat penting dilakukan agar kontak antara bahan isian
dengan mikroorganisme berjalan secara optimal, sehingga produksi biogas optimal.
Pengadukan slurry dalam digester dilakukan untuk menghindari terbentuknya lapisan kerak pada
dasar digester dan permukaan atas slurry, yang akan menghambat keluarnya biogas dari digester.
Selain itu, pengadukan juga bermanfaat untuk memberikan kondisi temperatur yang seragam
pada digester.
Starter adalah bahan yang mengandung bakteri methanogen yang berfungsi untuk
mempercepat proses fermentasi anaerob. Berdasarkan jenisnya, dikenal beberapa macam starter,
yaitu: 1). Starter alami : berasal dari alam, misalnya : Lumpur aktif, sludge, timbunan kotoran
dan timbunan sampah; 2). Starter semi buatan:berasal dari instalasi unit biogas yang dalam
keadaan aktif; 3). Starter buatan: bakteri methanogen yang dibiakkan secara laboratoris dengan
media buatan.
Gas-gas pengotor tersebut dapat dikurangi menggunakan beberapa metode, salah satu
diantaranya adalah metode scrubbing yaitu dengan melewatkan biogas pada adsorbent atau
material yang dapat menyerap gas pengotor tersebut.Gas karbondioksida dan hidrogen sulfida
dapat dikurangi menggunakan metode water scrubbing.Gas hidrogen sulfida juga dapat diatasi
menggunakan adsorbent berupa karbon aktif, yaitu karbon yang memiliki permukaan sangat
luas sehingga dapat menyerap gas lebih banyak. Proses pembersihan biogas dari hidrogen
sulfida ini juga terkadang disebut sebagai proses desulfurisasi. Sementara itu, kelembaban
biogas yang berkaitan dengan kandungan air di dalam biogas dapat diatasi dengan
menggunakan gel silika.
Biasanya, proses pemurnian biogas ini mengikuti alur berikut:
Setelah diperoleh biogas dengan kandungan metana di atas 95% (atau sesuai dengan standar
gas alam masing-masing negara) maka biogas telah siap untuk didistribusikan melalui jaringan
pipa gas negara ataupun untuk pemanfaatan lainnya. Perlu dicatat bahwa jika biogas hasil
olahan ini akan didistribusikan bersama gas alam melalui jaringan pipa gas, biogas hasil olahan
tersebut harus diberi bau atau dilakukan odorisasi agar jika terjadi kebocoran pada pipa gas
maka dapat dideteksi dengan mudah. Namun jika langsung digunakan untuk bahan bakar
generator pada pembangkit listrik atau pada kendaraan bermotor, biogas tidak perlu diberi bau
dan bisa langsung digunakan.
Lalu bagaimana metode yang digunakan untuk mengubah biogas menjadi listrik?
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengubah biogas menjadi listrik.
1. Biogas dapat digunakan secara langsung untuk memanaskan air dan menghasilkan uap
bertekanan. Uap air yang bertekanan tinggi ini kemudian digunakan untuk menggerakkan
generator turbin yang kemudian menghasilkan listrik, seperti sistem pembangkit listrik
konvensional yang biasa digunakan.
2. Biogas dapat digunakan secara langsung untuk menggerakkan motor stirling. Kelebihan dari
metode ini adalah biogas yang digunakan tidak harus dimurnikan terlebih dahulu karena motor
stirling menggunakan sistem pembakaran eksternal (yaitu proses pembakaran dilakukan di luar
sistem mesin) namun metode ini memiliki kelemahan pada efisiensinya yang rendah.
3. Biogas digunakan sebagai bahan bakar pada generator yang menggunakan BBM sebagai bahan
bakarnya, baik diesel maupun bensin. Untuk metode ini, generator dapat menggunakan biogas
murni maupun menggunakan sistem hibrid bersama dengan solar ataupun bensin.
Diantara ketiga metode di atas, metode ketiga adalah yang paling banyak digunakan. Hal ini
karena metode ini memungkinkan hibridisasi dengan bahan bakar lain dan memiliki efisiensi
yang paling tinggi. Pak Yusmin, salah satu pengguna Biogas Rumah (BIRU), pun
menggunakan metode ketiga yang digunakan untuk menggerakkan genset miliknya baik untuk
menghasilkan listrik jika terjadi pemadaman listrik maupun untuk menggerakkan mesin
pencacah rumput miliknya. Meski demikian, Pak Yusmin tidak melakukan pembersihan gas
pengotor terlebih dahulu dan langsung mengalirkan biogas ke genset miliknya.Hal ini
menyebabkankan Pak Yusmin harus membersihkan katup saluran bahan bakar pada genset
miliknya secara berkala karena adanya kerak akibat kandungan belerang pada biogas.
Untuk dapat memanfaatkan biogas agar dapat digunakan untuk menghasilkan listrik yang terus
menerus, maka ukuran biodigesternya pun harus berukuran besar, bergantung pada masukan
daya yang dibutuhkan oleh generator yang digunakan. Hal ini diperlukan agar pasokan biogas
selalu mencukupi agar generator terus berputar dengan stabil. Dikutip dari majalah Trendsetter
Report, agar listrik yang dihasilkan oleh biogas ini memiliki nilai ekonomis, maka biogas yang
dihasilkan setidaknya harus lebih dari 700 Nm3/jam, yaitu lebih dari 700 m3/jam jika diukur
pada suhu kamar dan tekanan 1 atmosfer. (Jihan A. As-sya’bani)
Teknologi Digester Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyak
dikembangkan sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis, jumlah dan
pengelolaan kotoran ternak.Secara umum terdapat dua teknologi yang digunakan untuk
memperoleh biogas.Pertama, proses yang sangat umum yaitu fermentasi kotoran ternak
menggunakan digester yang didesain khusus dalam kondisi anaerob.Kedua, teknologi yang baru
dikembangkan yaitu dengan menangkap langsung gas metan dari lokasi tumpukan sampah tanpa
harus membuat digester khusus. Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas
ditampilkan pada gambar berikut.
Gambar 1.2 Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas
Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan antara lain :
a. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan
pencernaan bahan organik kompleks menjadi sederhana;
b. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer yang terbentuk pada tahap
hidrolisis akan menjadi bahan makanan bakteri asam. Produk akhir dari perombakan
gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit
butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amonia.
c. Metanogenik, pada tahap ini terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi
sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu untuk mereduksi sulfat dan komponen sulfur
lainnya menjadi hidrogen sulfida.
Syah, Johan. 2011. Makalah Biogas. Dikutip dari http://ekologimanusia.blogspot.com/
2011/12/makalah-biogas.html. 10 Oktober 2018.
As-sya’bani, Jihan A. 2017. Mengubah Biogas Menjadi Listrik. Dikutip dari http://www.
biru.or.id/index.php/news/2017/03/19/279/mengubah-biogas-menjadi-listrik.html.
10 Oktober 2018.
Tridi News. 2017. 5 Manfaat Biogas Dalam Kehidupan Sehari-hari. Dikutip dari http://
news.tridinamika.com/6142/5-manfaat-biogas-dalam-kehidupan-sehari-hari. 10
Oktober 2018.
Fendy, dek. 2009. Membuat Biogas dari Kotoran Ternak. Dikutip dari http://dekfendy.
blog.uns.ac.id/2009/12/15/membuat-biogas-dari-kotoran-ternak/. 16 Oktober
2018.
Sari, Dewi Yuli Puspita. 2014. Bentuk dan Jenis-jenis Reaktor Biogas. Dikutip dari
http://dewiyulipuspitasari09.blogspot.com/2014/04/bentiuk-dan-jenis-jenis
reaktor-biogas.html#!/tcmbck. 16 Oktober 2018.
Ayubsetyajii. 2017. 132799771 Reaksi-Biogas. Dikutip dari https://www.slideshare.net/
ayubsetyajii/132799771-reaksibiogas?from_action=save. 17 Oktober 2018.
Eka,Rina. 2015. Pemurnian dan Peningkatan Biogas dengan Adsorpsi Pressure Swing.
Dikutip dari Pemurnian_Dan_Peningkatan_Biogas_Dengan_Adsorpsi_Pressure_
Swing. 17 Oktober 2018.
Agustin, Novembri. 2011. Biogas sebagai Alternatif Energi Biomassa. Dikutip dari
http://irbmevonnovembri.blogspot.com/2011/08/biogas-sebagai-alternatif
energi.html. 17 Oktober 2018.