Oleh :
Gek Diah Aprillia
1502105045
2.2 Ureter
Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute
keluar pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang
memiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa.
Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung
kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter
ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya
steril.
2.4 Uretra
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami
turbulansi membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi
uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir
dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah
masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi uretra.
H. Pemeriksaan Penunjang :
- CT Scan memperlihatkan Otot polos dengan potongan-potongan dapat
menunjukkan osteopit yang berada di dalamspinal colum.
- Sinar X menggambarkan abnormal gerakan atau tidak stabil berupa
foto polos vertebra AP/Lateral/Oblique.
- MRI menunjukkan jaringan lunak di sekitar tulang (saraf, diskus)
selain tulang.
- Pungsi lumbal memperlihatkan adanya peningkatan dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya infeksi medulla spinalis.
- SSEP (Somato Sensory Evoked Potensial) mengukur kemampuan
sensorik saraf dengan sebuah listrik di lakukan dengan
merangsang lengan atau kaki dan kemudian membaca sinyal di otak.
- Pemeriksaan laboratorium meliputi darah rutin, kimia darah, urin
lengkap.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik d.d respon autonom
(seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil), tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah).
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular d.d keterbatasan kemampuan untuk melakukan
keterampilan motorik kasar, keterbatasan kemampuan untuk
melakukan keterampilan motorik halus, perubahan gaya berjalan
(misalnya penurunan kecepatan berjalan, kesulitan memulai jalan,
langkah sempit, kaki diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi
lateral), bergerak menyebabkan nafas menjadi pendek, usaha yang
kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatian untuk aktivitas
lain, mengontrol perilaku, fokus dalam anggapan ketidakmampuan
aktivitas), pergerakan yang lambat.
c. Retensi urin berhubungan dengan hambatan dalam refleks berkemih
d.d distensi blader, sedikit sering berkemih atau tidak sama sekali.
d. Inkontinensia urin total berhubungan dengan trauma atau penyakit
yang mempengaruhi saraf medulla spinal d.d Inkontinensia tidak
disadari, Keterbatasan kesadaran pengisian perineal atau blader, Urin
mengalir secara konstan pada waktu yang tak dapat diperkirakan tanpa
bantuan kontraksi atau spasme blader
e. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan neurologis pada lumbal
d.d Perubahan pola BAB, Nyeri saat defekasi, Fekuensi BAB
menurun, Perasaan rektal penuh atau tertekan.
f. Inkontinensia bowel berhubungan dengan keabnormalan sfingter
rectum d.d Ketidakmampuan menunda defekasi, Dorongan defekasi,
Laporan ketidakmampuan merasakan rektal penuh.
g. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh atau
fungsi (trauma) d.d Mengungkapkan masalah, Perubahan dalam
mencapai kepuasan seksual, Perubahan hubungan dengan orang yang
berharga, Perubahan dalam mencapai peran seks yang diterima.
h. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan
fungsional lumbal d.d Mengungkapkan diri yang negative, Bimbang,
perilaku nonasertif, Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Terlampir.
4. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Nyeri akut S : Tanyakan pada pasien apakah level nyeri sudah
berhubungan dengan berkurang atau belum setelah perawatan selama 3 x
agen injuri fisik 24 jam? O : Level nyeri pasien sudah berkurang
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lakukan kontrol nyeri dan manajemen nyeri
selanjutnya
Kerusakan mobilitas S : Tanyakan pada pasien apakah sudah dapat
fisik yang berhubungan bergerak dalam batas fungsi atau belum
O : Pasien sudah memperlihatkan usaha melakukan
dengan kerusakan
latihan dalam batas fungsi
neuromuskular
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Melatih pasien dengan ROM
Retensi urin S : Tanyakan pada pasien apakah sudah
mengonsumsi asupan cairan yang adekuat atau
berhubungan dengan
belum?
hambatan dalam refleks O : Pasien sudah mengonsumsi cairan yang adekuat
A : Tujuan tercapai
berkemih
P : Menjaga asupan cairan yang adekuat
Inkontinensia urin total S : Tanyakan pada pasien apakah terjadi tanda-tanda
infeksi pada saluran urine misalnya berkemih jernih
berhubungan dengan
dan urine encer
trauma atau penyakit O : Pasien tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada
saluran urine (warna urine jernih dan encer)
yang mempengaruhi
A : Tujuan tercapai
saraf medulla spinal P : Menjaga agar tidak timbul tanda-tanda infeksi
saluran urine selama masih perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.
Brunner & Suddarth, (2002.) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3 .
Jakarta : EGC.
Bulecheck, M.G & Dotcherman. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 5th
ed. Mosby Year Book. Philadelphia, J.B. Lippincott.
Bulecheck, M.G & Dotcherman. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) 5 th ed.
Mosby Year Book. Philadelphia, J.B. Lippincott
Perry, Potter.2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4.Jakarta.EGC
Price, A., Sylvia & Wilson, M., Lorraine.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2.Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Universitas Hasannudin. 2016. BAHAN AJAR II MIELOPATI. Diakses dari:
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
2_-Mielopati.pdf