OLEH :
GEK DIAH APRILLIA
1902621025
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
Kehamilan memerlukan proses yang panjang. Kehidupan intrauterine secara
umum terjadi selama 9 sampai 10 bulan menurut putaran bulan. Kehidupan
dimulai setelah terjadi hubungan seksual, pada saat ovum dibuahi oleh sperma.
Mani diantarkan ke dalam tubuh wanita melalui penis ketika koitus. Tempat
pembuahan atau pertemuan sperma dan ovum sering terjadi di 1/3 bagian lateral
tuba falopii. Pasangan kedua kromosom gamet pria dan wanita yang semula
haplon, melebur menjadi diplon. Setelah pembuahan zigot mengalami
pertumbuhan (embriologi) (Syaiffudin, 2014).
Ovum yang sudah difertilisasi disebut dengan zigot. Zigot berjalan melewati
tuba falopii menuju uterus selama 4 hari. Selama masa ini zigot terus mengalami
pembelahan. Pada hari ketiga zigot telah memasuki masa morula yang bentuknya
berupa bola padat. Morula akan membentuk rongga pusat, atau blastosit. Pada
tahap ini sel-sel mulai berdiferensiasi dalam struktr dan fungsi. Sel-sel pada ujung
yang satu dari blastosit terkembang menjadi embrio, dan ujung sisi yang lainnya
membentuk plasenta. Setelah itu, barulah embrio terimplantasi pada dinding
uterus. Selanjutnya disebut dengan priode gestasi yang dibagi menjadi tiga yaitu
trimester 1, trimester 2, dan trimester 3. Selama masa ini, fetus terus mengalami
perkembangan dan diferensisasi (Potter&Perry, 2005).
4. PATOFISIOLOGI
Proses kehamilan dapat menyebabkan beberapa perubahan pada ibu
(Reeder, 2014). Dalam 12 minggu pertama kehamilan, uterus menjadi lebih bulat
dan membesar. Pembesaran uterus akan menekan organ-organ disekitarnya.
Pembesaran uterus apabila menekan diafragma menyebabkan rungga dada
menyempit, sehingga kembang-kempisnya paru-paru tidak optimal dan oksigen
yang masuk ke dalam tubu berkurang. Ibu akan berusaha mengambil nafas
sebanyak-banyaknya dan secepat mungkin, yang disebut dengan takipnea.
Pembesaran uterus yang menekan kandung kemih membuat ibu merasa
kandung kemihnya selalu penuh sehingga ibu terus berkeinginan untuk miksi.
Tidak hanya karena penekanan dari utrus, hormon juga mempengaruhi dari
frekuensi keinginan miksi dari ibu. Pembesaran uterus juga menekan saraf
panggul yang mempengaruhi kinerja otot polos pada usus dan rectum, akibatnya
ibu sering mengalami konstipasi.
Peningkatan hormon progesteron pada ibu menyebabkan saliva yang
dihasilkan terasa asam. Rasa asam pada saliva ini sama hal nya dengan rasa asam
pada lambung, akibatnya timbul rasa mual dan muntah pada ibu. Rasa mual ini
menyebabkan ibu kesulitan untuk memasukkan makanan ke dalam tubuhnya,
sehingga ibu beresiko mengalami perubahan nutrisi.
Pada kehamilan, hormon estrogen juga berkurang. Kekurangan hormone ini
menyebabkan munculnya bercak kehitaman pada wajah ibu. Selain itu, produksi
kelenjar lemak dan sebasea juga meningkat, sehingga produksi keringat pada ibu
lebih banyak daripada keadaan normal. Kedua hal tersebut membuat ibu merasa
dirinya menjadi lebih jelek dan citra tubuhnya berubah.
5. PATHWAY
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru, ditandai dengan pola nafas yang tidak
normal.
b. Pengeluaran urine berlebih berhubungan dengan penekanan pelvis,
ditandai dengan pengeluaran urine yang sering
c. Konstipasi berhubungan dengan kehamilan, ditandai dengan feses
keras dan kesulitan untuk defekasi.
d. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan faktor biologis,
ditandai dengan penolakan terhadap makanan.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang perlu dilakukan pada ibu
hamil yaitu :
a. Hematologi Lengkap
Pemeriksaan hematologi lengkap merupakan tes yang digunakan untuk
mendeteksi adanya kelainan pada darah dan komponennya yang dapat
menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Hematologi lengkap dapat
dilakukan selama kehamilan pada trimester pertama, trimester kedua dan
saat persalinan. Pemeriksaan ini diantaranya :
7. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Umum
1) Tanda-tanda vital dan keadaan umum
2) Reflex
Terutama reflex lutut, reflex negative pada kekurangan vitamin
B1 dan penyakit urat.
3) Berat badan
Yang dialami oleh penderita adalah perubahan berat badan
(BB) setiap kali ibu memeriksakan diri.
BB dalam triwulan ke-3 tidak boleh bertambah lebih dari 1 kg
seminggu atau 3 kg dalam sebulan.
Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut di atas
disebabkan karena penimbunan (retensi) air dan disebut
“praxoedema”.
B. Pemeriksaan Kebidanan (Status Obstetricus)
1) Inspeksi
Muka
Adanya edema, chloasma gravidarum (bintik-bintik hitam
pada wajah), selaput mata pucat dan merah, keadaan lidah
dan gigi.
Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit
jantung), kelenjar gondok membesar/kelenjar limfe
membengkak.
Payudara
Payudara membesar, areola mammae mengalami
hiperpigmentasi, papilla mammae menonjol, adakah
colostrum.
Abdomen
Pengkajian kulit pada abdomen harus memperhatikan
warna, ruam, lesi, jaringan parut, stria, dilatasi vena, turgor,
tekstur, dan distribusi rambut. Kontur, kesimetrisan, dan
adanya hernia juga harus dicatat.
Vagina
Vagina membesar, dan struktur penyokong menjadi lebih
rileks dengan semakin tuanya kehamilan.
Anggota bawah
Cari varises, oedema, luka, cicatrik pada lipatan paha
2) Palpasi
- Abdomen
Untuk menentukan :
Besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya
kehamilan (UK)
Menentukan letaknya anak dalam rahim
Adakah tumor dalam rongga perut, kista, mioma,
limpa yang membesar
Pemeriksaan Leopold :
LEOPOLD I
Tujuan : untuk menentukan tua kehamilan dan bagian
apa yang terdapat di bagian fundus.
Tinggi fundus (cm) x 2/7 (atau + 3,5) = durasi kehamilan dalam bulan
LEOPOLD II
Tujuan : untuk menentukan di mana letaknya punggung
anak dan di mana letaknya bagian-bagian kecil
Gambar 3. Pemeriksaan Leopold II
Caranya :
Kedua tangan pindah ke samping
Tentukan di mana punggung anak. Punggung anak
terdapat di pihak yang memberikan rintangan yang
paling besar, carilah bagian-bagian kecil yang biasanya
terletak bertentangan dengan pihak rintangan yang
terbesar.
Kadang di samping terdapat kepala atau bokong
ialah pada letak lintang.
LEOPOLD III
Tujuan : untuk menentukan apa yang terdapat dibagian
bawah an apakah bagaian bawah anak ini
sudah atau belum terpegang oleh pintu atas
panggul.
LEOPOLD IV
Tujuan : untuk menentukan tua kehamilan dan bagian
apa yang terdapat di bagian fundus.
Gambar 5. Pemeriksaan Leopold III
Caranya :
Pemeriksa menghadap kea rah kaki klien
Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi
Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah
abdomen dan coba untuk menekan kea rah pintu atas
panggul
Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul (PAP), dan berapa masuknya
bagian bawah ke rongga panggul.
Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan
dari bagian terbawah dari kepala yang masih teraba dari
luar dan :
a) Kedua tangan convergent, hanya bagian
kecil dari kepala turun ke dalam rongga
b) Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh
dari kepala masuk ke rongga panggul
c) Jika kedua tangan divergen, maka bagian
terbesar dari kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah
melewati pintu atas panggul (PAP).
3) Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop monoaural dan
ultrasound (doptone). Dengan stetoskop dapat didengar bermacam-
macam bunyi yang berasal :
a. Dari anak
Bunyi jantung anak (frekuensi bunyi jantung 120-
140 kali per menit) dengan stetoskop monoral pada
akhir bulan kelima. Dengan stetoskop ultrasound
(doptone) pada akhir bulan ketiga. Kalau bunyi jantung
<120 kali permenit atau >160 kali permenit atau tidak
teratur, maka anak dalam asphyxia (kekurangan
oksigen).
Cara menghitung bunyi jantung adalah dengan
mendengarkan bunyi jantung selama 3 x 5 detik kemudian
dikalikan 4.
Misalnya :
Waktu (5 detik) Hasil
I III V Dijumlahk Dikalika Interpretas
Perhitung
an n4 i
an
11 12 11 34 34 x 4 136 x/mnt Teratur,
bayi
normal
10 14 9 33 33 x 4 132 x/mnt Tak
teratur,
asphyxia
8 7 8 23 23 x 4 92 x/mnt Teratur,
aspyxia
Tanda-tanda persalinan
Keluaran vagina keluarnya operculum
atau lendir yang menyumbat dan
show berupa gumpalan darah,
pecahnya membrane amnion
Psikologis Ibu