Anda di halaman 1dari 48

PEDOMAN

PENGORGANISASIAN RADIOLOGI

BLUD RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO


TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna berkat rahmat dan
ridhoNya maka Pedoman Pengorganisasian Radiologi Rumah Sakit Daerah Kol. Abundjani
Bangko ini telah selesai disusun.
Dengan diterbitkannya Pedoman Pengorganisasian Radiologi ini kami harapkan dapat
membantu dan memperlancar pelaksanaan tugas sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
di radiologi sehingga pelayanan di radiologi dapat berjalan dengan baik.
Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya
Pedoman Pengorganisasian Radiologi RSD Kol Abundjani Bangko. Saran dan koreksi demi
perbaikan panduan ini sangat kami harapkan.

Bangko, Maret 2016


PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN
RSD. KOL. ABUNDJANI BANGKO
Jln. Kesehatan No. 20, Telp. (0746) 21459, 21118 Kode Pos 37312

KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO


NOMOR : 16/B/RAD/RSD/III/2016
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN RADIOLOGI
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO TAHUN 2016

PEMIMPIN BLUD RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSD. Kol.


Abunjani Bangko maka diperlukan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Radiologi di RSD Kol. Abundjani bangko dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Pedoman Pelayanan Radiologi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Pemimpin BLUD
RSD. Kol. Abundjani Bangko;

1. Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


Mengingat : 2. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/Menkes
/Pers/VIII/2011, tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 370/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Radiologi Kesehatan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD TENTANG PEDOMAN


PELAYANAN RADIOLOGI RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO
TAHUN 2016.
KESATU : Pedoman sebagaimana dimaksud tercantum dalam lampiran surat
keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bangko
pada tanggal Maret 2016
PEMIMPIN BLUD
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO,

BERMAN SARAGIH
DAFTAR ISI :

KATA PENGANTAR ….............................................................................................. i

SURAT KEPUTUSAN ……………………………………………………………..… ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN…............................................................................... 1

BAB II : STANDAR KETENAGAAN ................................................................ 4

BAB III : STANDAR FASILITAS..................................................................... 5

BAB IV : TATA LAKSANA PELAYANAN....................................................... 10

BAB V : LOGISTIK …………………………………………………………….. 12

BAB VI : KESELAMATAN PASIEN…………………………………………… 13

BAB VII : KESELAMATAN KERJA…………………………………………….. 20

BAB VIII : PENGENDALIAN MUTU……………………………………………. 31

BAB IX : PENUTUP …………………………………………………………….. 41


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi di rumah sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Perlu disadari bahwa dengan
semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat tuntutan masyarakat akan
suatu pelayanan kesehatan semakin meningkat. Pelayanan Rumah sakit yang memadai baik
dibidang diagnosa maupun pengobatan akan semakin di butuhkan. Sejalan dengan hal
tersebut maka pelayanan diagnostik yang di selenggarakan laboratonium rumah sakit akan
semakin penting. Radiologi di rumah sakit menempati kedudukan sentral maka tanggung
jawab radiologi makin lama makin bertambah besar, baik tanggung jawab profesional
(professional responsibilities), tanggung jawab teknis (technical responsibilities) maupun
tanggung jawab pengelolaan (Management responsibilities).
Dengan dilaksanakannya akreditasi radiologi akan terpacu untuk memenuhi dan
memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat di pertanggung jawabkan. Maka radiologi
Rumah Sakit Kol. Abundjani perlu membuat suatu pedoman dan standar pelayanan radiologi
sebagai acuan radiologi dalam melaksanakan kegiatan untuk pencapaian pelayanan yang
efisien dan efektifitasnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
1.1. Sebagai gambaran umum . profil dan pelayann laboratonium RSD Kol. Abundjani
baik bagi karyawan maupun pihak lain yang ingin bekerja sama dengan bagian
radiologi.
1.2. Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, dokumen/panduan, program, serta
segala prosedur dalam pelayanan pemeriksaan radiologi di RSD Kol. Abundjani
2. Tujuan Khusus:
2.1. Terselenggaranya proses pelayanan pemeriksaan radiologi yang terstandar sesuai
undang-undang dan peraturan.
2.2. Terselenggaranya proses pengambilan sampel yang tepat sesuai standar yang
berlaku dan memperhatikan kaidah keselamatan pasien
2.3. Terselenggaranya proses pemeriksaan sampel yang memberikan hasil akurat dan
tepat waktu sesuai dengan standar yang berlaku
2.4. Terselenggaranya proses pelayanan yang dapat menjamin keselamatan pasien dan
staf radiologi.
2.5. Tercapainya kepuasan pelanggan dalam hal pelayanan radiologi.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Perencanaan
1.1.Penyusunan pedoman pelayanan radiologi
1.2.Penyusunan kebijakan dan panduan / prosedur pelayanan pemeriksaan dibidang:
 Hematologi
 Kimia klinik
 Sero-Immunologi
 Mikroskopis
2. Organizing / Pengorganisasian:
2.1. Melakukan pengorganisasian dan staffing.
2.2. Menyusun UTW (Uraian Tugas dan Wewenang).
3. Action / Pelaksanaan.:
3.1.Pelaksanaan pelayanan radiologi meliputi identifikasi pasien dan pemeriksaan
spesimen seperti verifikasi dan pendistribusian hasil pemeriksaan.
3.2. Pelaksanaan PMI dan PME
3.3. Peningkatan pengetahuan SDM
3.4. Identifikasi resiko keselamatan pasien dan petugas radiologi.

D. Batasan Operasional
Radiologi klinik RSD Kol. Abundjani adalah radiologi klinik kelas C, dengan:
1. Jadwal pelayanan pemeriksaan adalah sebagai berikut:
 Pelayanan untuk pasien luar Rumah Sakit dan rawat jalan (poli umum, poli
spesialis)
- Pada hari senin – sabtu : Jam 07.30 — 21.00 WIB
- Pada hari minggu dan hari libur : tutup
 Pelayanan untuk pasien rawat inap , IGD dilaksanakan dalam 24 jam.
2. Waktu tunggu hasil pemeriksaan radiologi
Sesuai dengan yang dijanjikan petugas kepada pasien dengan pertimbangan
banyaknya pemeriksaan dan waktu yang digunakan untuk pemeriksaan sesuai standard
TAT (Turn around time).
 Pemeriksaan darah rutin : DL/CBC : < 140 menit
 Pemeriksaan kimia klinik : < 140 menit
 Pemeriksaan cito : maksimal 1 jam
 Pemeriksaan rujukan
- PA : 1 minggu
- Kultur : 1 minggu
- Gambaran darah tepi : < 48 jam
 Pemeriksaan dengan hasil kritis : segera dilaporkan dengan ketentuan seperti
standar prosedur operasionalnya.
E. Landasan Hukum
a. Undang-undang No,36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.364/Menkes/SK/III/2003 tentang Radiologi
Kesehatan
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.432JMenkes/SK/IV/2007 tentang pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) rumah sakit,
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 370/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi
ahli teknologi.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI N0.298/Menkes/SK/III/2008 Tentang Pedoman
Akreditasi Radiologi Kesehatan.
h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/SK/VII1/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.411/Menkes/PER/III/2010 Tentang Radiologi
Klinik.
j. Pedoman Pengelolaan Radiologi Kilnik Rumah Sakit, Depkes RI, Dirjen Pelayanan
Medik, Di Rumah Sakit khusus dan swasta Sub. Dir. Penunjang Medik tahun 1998.
k. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Depkes, tahun 2001.
l. Pedoman Praktek Radiologi Kesehatan yang benar, Depkes tahun 2008.
m. Keputusan Direktur RSD Kol. Abundjani Bangko No. /RSD/Dir/ /2015 tentang
Kebijakan Pelayanan Radiologi RSD Kol. Abundjani Bangko
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Dalam upaya pengelolaan dan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia (SDM)
diradiologi RSD Kol. Abundjani Bangko, perlu adanya suatu pola yang ditetapkan sehingga
radiologi di dukung oleh Sumber Daya Manusia berkualitas secara terencana. Perencanaan
bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas yang ada.
Adapun sebagai acuan pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia
diradiologi RSD Kol. Abundjani berdasarkan Pedoman Pengelolaan Radiologi Klinik Rumah
Sakit Type C Tahun 1998, yang ditetapkan Depkes RI dan untuk jumlah tenaga yang
dibutuhkan dihitung berdasarkan beban kerja
Jumlah ketenagaan berdasarkan pengelolaan radiologi klinik Rurnah Sakit Type C tahun
1998:

NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH


1 Dr. Konsulen Dr. Spesialis Patologi Klinik 1 orang
2 Penanggung jawab Lab Dr. Umum 1 orang
3 Pelaksana DIII Analis Kesehatan (AAK) / 12 orang
SMAK
4 Staf Administrasi SMA 4 orang
5 Pekarya SMP 4 orang
Jumlah 22 orang

Jumlah ketenagaan Radiologi RSD Kol. Abundjani, tahun 2015 :

NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH


1 Dr. Konsulen Dr. Spesialis Patologi Klinik Tidak ada
2 Ka. Inst. Penunjang medis Dr. Umum 1 orang
3 Kepala ruangan Lab S1 Biologi Medik 1 orang
4 Pelaksana DIII Analis Kesehatan (AAK) 12 orang
SMAK 1 orang
Jumlah 15 orang
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

Di Scening denah yang ada

10 M

15M 1111 15M

3,83

10 M
KETERANGAN POSISI ALAT DAN PERLENGKAPAN
RADIOLOGI TAHUN 2015

A. RUANGAN PENGAMBILAN / PENERIMAAN SPESIMEN


1. Meja sampling
2. Meja resepsionis
3. Kursi sampling
4. Tempat spuit dan nald bekas pakai
5. Tempat sampah medis pasien
6. Tempat sampah medis petugas
7. Rak tempat tip, blood lanset
8. Tempat tidur pasien
B. RUANGAN ADMINISTRASI
9. Meja admin
10. Kursi admin
11. Tempat tidur sampling
12. Rak gallon cuci tangan
13. Tong sampah biasa
C. RUANGAN PETUGAS
14. Kasur busa
15. Loker
D. RUANGAN PEMERIKSAAN
16. Meja pemeriksaan
17. Loker tempat reagen
18. Lemari
19. Kulkas
20. Fotometer Biosystem BTS 350
21. Rotator
22. Stabilisator
23. Swelab alfa
24. UPS swelab
25. Printer
26. Point care
27. Picolo express chemistry analyzer
28. Ember tempat kuvet bekas
29. Limbah swelab alfa (bawah)
30. Rak mikropipet
31. Rak tip n objek glass
32. Tempat sampah medis
D. RUANG MIKROSKOPIS
33. Mikroskop Binokuler
34. Centrifugr hettich
35. Hematocrit centrifuge
36. Kursi petugas
37. Lemari Reagen
38. Lemari Bahan Habis Pakai
39. Loker reagen
40. Meja lemari botol pyrex
41. Meja pemeriksaan Urin
42. Tong sampah medis sampel infeksius
43. Oven
44. Neraca Timbangan
45. Water bath
46. Bak pembuangan limbah
47. Ember
E. GUDANG
F. KAMAR MANDI / WC PETUGAS
G. RUANG TV
48. TV
49. Rak Tv
50. Dispenser
51. Kipas angin
52. APAR
53. Meja
H. RUANG SHOLAT / MUSHOLA
I. RUANG KEPALA RUANGAN
54. Meja
55. Lemari
56. Komputer + Printer
57. Kulkas / Bank darah
J. KAMAR MANDI / WC PASIEN
B. STANDAR FASILITAS
Standar fasilitas radiologi RSD Kol. Abundjani mengacu pada standar fasilitas
radiologi RS. Type C:
I. Sarana
Sebagai gambaran umum ruangan Radiologi RSD Kol. Abundjani berlokasi dilantai 1
dengan luas 8 x 13,05 meter, terdiri dan 8 ruangan terpisah yang dilengkapi sarana
gedung, peralatan dan penunjang lainnya.
a. Bangunan
1. Lokasi
Ruangan radiologi RSD Kol. Abundjani terletak dilantai 1 berdekatan dengan
instalasi penunjang lainnya dan merupakan pertengahan antara ruang rawat inap
VIP dan ruang rawat jalan, ruangan Radiologi.
2. Ruangan
Ruangan instalasi radiologi berukuran 15 x 10 meter, terdiri dan 8 ruangan terpisah
dengan rincian sebagai berikut:
- Ruang pendaftaran (Counter radiologi): 3 x 3 m
- Ruang pengambilan sampel : 2,85 x 5 m
- Ruang pemeriksaan : 6 x 3,8 m
- Ruang cuci alat + ruang mikroskopis : 6 x 6,2 m
- Ruang Administrasi : 3.x 3 m
- Toilet pasien : 1,25 x 1,6 m ( 2 bh)
-Toilet petugas : 1,25 x 1,6 m
3. Ventilasi
- Jendela kaca yang bisa dibuka : 6 buah
- AC l pk : 1 buah
-AC 1/2 pk : 1 buah
- Exhauser : 4 buah
4. Penerangan
- Lampu neon : 22 buah @ 40 watt
- Daya listrik : 220 volt
5. Sumber Air
- PDAM
6. Limbah
- Limbah cair (sisa sampel, reagen, dll) Melalui wastafel dialirkan ke IPAL
(Instalasi Pengelolaan Air Limbah).
- Limbah padat non infeksius:
Limbah rumah. tangga ditampung pada tong sampah yang dialasi kantong plastik
hitam dan diteruskan ke TPA sampah.
- Limbah tajam infeksius
Seperti jarum, spuit, lancet langsung masuk kardus bekas kotak obat berlabel /
bekas reagen yang telah disiapkan oleh bagian kesehatan lingkungan lalu dibawa
untuk di insenerator.
- Limbah pàdat infeksius:
Berupa darah, sisa spesimen, wadah bekas sampel ditampung dalam kantong plastik
warna merah lalu dibawa untuk di insenerator.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Agar mendapatkan pelayanan pemeriksaan radiologi yang adekuat, teratur dan


nyaman perlu dibuat dalam pelayanan pemeriksaan radiologi.
Ada 4 alur pelayanan pemeriksaan radiologi yaitu :
1. Alur pelayanan pemeriksaan Radiologi untuk pasien Rawat Jalan Pelayanan
pemeriksaan pasien Rawat Jalan melayani pasien:
1. Pasien Poli Rawat Jalan (umum, spesialis)
2. Pasien IGD
3. Pasien MCU Pribadi
4. Pasien MCU perusahaan
5. Pasien kiriman dokter praktek
6. Pasien rujukan rumah sakit lain
2. Alur pelayanan pemeriksaan Radiologi pasien Rawat Inap
Pelayanan pemeriksaan pasien Rawat inap melayani semua pasien Rawat Inap RSD
Kol. Abundjani (Bagan terlampir)

ad.1. Alur pelayanan pemeriksaan radiologi pasien rawat jalan


Pasien rawat jalan yang telah membawa pengantar pemeriksaan radiologi yang telah
mendaftar pada loket kemudian oleh petugas radiologi dicocokkan antara permintaan
pemeriksaan pada formulir dengan permintaan. Formulir pemeriksaan diberikan
kepada petugas sampling untuk diambil sampelnya.
Bila sudah cocok diminta kekasir untuk mendapat bukti tanda bayar (lunas), lalu
pengantar permintaan pemeriksaan diberi no.register, selanjutnya formulir
pemeriksaan diberikan kepada petugas sampling untuk diambil sampelnya. kemudian
sampel dikelola dan dianalisa (bagi pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan sendiri
dikirim ke radiologi rujukan ). Setelah hasil pemeriksaan divalidasi hasil bisa dibaca.
Kemudian hasil disahkan dan bisa diambil oleh pasien / keluarganya dengan menanda
tangani buku expedisi,

ad.2. Alur pelayanan pemeriksaan radiologi pasien rawat inap


Perawat datang ke radiologi membawa formulir permintaan pemeriksaan radiologi dan
sampelnya dari ruangan masing-masing.
Sampel oleh petugas analis dicek apakah memenuhi syarat / tidak, apabila sampel
tidak memenuhi syarat maka sampel akan diambil ulang oleh petugas perawat / analis.
Bila sampel belum diambil karena kesulitan maka bisa minta bantuan perawat / analis
untuk mengambilnya. Sampel diserahkn kebagian pengelola sampel ,lalu formulir
permintaan pemeriksaan diberi no. register. Proses selanjutnya seperti pada alur
pelayanan pemeriksaan radiologi pasien rawat jalan hanya hasil diambil petugas
ruangan masing-masing dengan menandatangani buku ekspedisi.

ad.3 Alur pelayanan pemeriksaan radiologi rujukàn


Setiap sampel yang akan dirujuk keradiologi luar melalui alur pelayanan pemeriksaan
radiologi pasien rawat jalan maupun rawat inap sampai pada tahap pengelolaan sampel
dengan dilengkapi formulir persetujuan radiologi rujukan selanjutnya sampel dikemas
sesuai standar prosedur operasional dikirim / dijemput ke radiologi rujukan. Hasil
yang dikeluarkan oleh radiologi rujukan diantar / diambil dan diberikan keradiologi
RSD Kol. Abundjani. Sebelum hasil diserahkan kepasien maka hasil laboratonium
dicopy untuk arsip.
BAB V
LOGISTIK

Dalam mendukung pelayanan radiologi dibutuhkan sarana dan prasarana baik itu berupa:
 Peralatan tehnis, reagensia dan consumable / bahan lainnya.
 Peralatan administrasi
 Peralatan rumah tangga

Unit radiologi RSD Kol. Abundjani setiap bulan mempunyai permintaan rutin yang dibagi
menjadi 3, yaitu :
 Permintaan Alkes (reagensia dan consumable)
 Permintaan ATK (alat tulis kantor) / Adm
 Permintaan ART (alat rumah tangga)

Radiologi memiliki 2 logistik yaitu :


 Logistik Alkes: melayani permintaan alkes, reagensia, consumable
 Logistik Rumah Tangga : melayani permintaan ATK, ART

Cara memperoleh pelayanan:


 Semua permintaan diketik dikomputer / ditulis di kertas permintaan.
 Surat permintaan tetap dibuat untuk pengambilan barang-bärangnya 2 rangkap (1
untuk arsip logistik, 1 arsip radiologi).
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
1. Keselamatan pasien (patient safety)
2. Keselamatan pekerja atau petugas kesehatan
3. Keselamatan bangunan dan peralatan di rumáh sakit yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas
4. Keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan
5. Keselamatan ‘bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah
sakit.
Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada
pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan
hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien
sesual dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum,
non nocere (first, do no harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, pelayanan kesehatan - khususnya di rumah sakit - menjadi
semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien - IKP;apabila
tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan balk dapat menyebabkan terjadinya IKP..
Di Indonesia data tentang KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) apalagi Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) (near miss) masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan
mal praktek, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) telah rnengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah aktif melaksanakan langkah-langkah
persiapan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dengan mengembangkan
(radiologi) program keselamatan pasien rumah sakit.
Keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat. Berdasarkan atas latar
belakang itulah maka pelaksanaan program keselamatan pasien di RSD Kol. Abundjani
perlu dilakukan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terkait
pelaksanaan keselamatan pasien, maka diperlukan suatu pedoman yang jelas sehingga
keselamatan pasien rumah sakit yang pada hakekatnya merupakan proses pembelajaran,
dapat terlaksana secara maksimal. Dimana pedoman keselamatan pasien Rumah Sakit
menjadi pegangan bagi seluruh petugas di Rumah Sakit termasuk petugas di ruangan
Radiologi.

B. TUJUAN PANDUAN KESELAMATAN PASIEN.


1. Tujuan Umum:
Sebagai Panduan bagi manajemen RSD Kol. Abundjani untuk dapat melaksanakan
program keselamatan pasien rumah sakit d&am upaya meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit termasuk ruangan radiologi.
2. Tujuan Khusus:
1. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen RSD Kol. Abundjani di dalam
mengambil keputusan dan berhubungan dengan keselamatan pasien rumah sakit,
khususnya di ruangan radiologi.
2. Sebagai acuan bagi para dokter dan para petugas radiologi untuk dapat
meningkatkan keselamatan pasien.
3. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah.
3. Manfaat
1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas dan memberikan citra yang
baik bagi rumah sakit.
2. Agar seluruh personil rumah sakit khususnya petugas radiologi memahami tentang
tanggung jawab serta nilai – nilai kemanusiaan yang berhubungan dengan
keselamatan pasien rumah sakit.
3. Dapat meningkatkan rasa saling percaya antara dokter, petugas radiologi dan
pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan.
4. Mengurangi terjadi Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di rumah sakit dan ruangan
radiologi.

C. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assasemen (pengkajian)
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi yang di dapat, untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem yang dijalankan tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan.

Tujuan:
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah säkit, termasuk di ruangan
radiologi.
b. Peningkatan akuntabilitas rumah sakit khususnya radiologi di mata pasien dan
masyarakat
c. Angka IKP (Insiden Keselamatan Pasien) di rumah sakit khususnya di ruangan
radiologi semakin minimal.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

D. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka RSD Kol. Abundjani harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif IKP, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatah, kaidah klinis terkini, praktek bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh
Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
Faktor resiko keselamatan pasien di radiologi dapat di identifikasikan sebagai berikut: 1.
Kesalahan pasien
2. Kesalahan pengambilan specimen
3. Kesalahan pemberian hasil pemeriksaan radiologi

Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan :
 Tingkat di ruangan radiologi
1. Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepeduliaan mereka dan melaporkan bilamana ada insiden
2. Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran – ukuran yang dipakai di
rumah sakit untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi
proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/ Solusi yang tepat.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF RUMAH SAKIT
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di
seluruh jajaran rumah sakit.
Langkah penerapan:
 Tingkat di ruangan radiologi:
1. Semua pimpinan ruangan radiologi wajib memimpin gerakan keselamatan pasien
2. Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta manfaat
bagi mereka dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien.
3. Tumbuhkan sikap positif yang menghargai pelaporan insiden.

3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO


Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
pengkajian hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
 Tingkat di ruangan radiologi:
• Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kepada
direksi terkait.
• Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses pengkajian
risiko rumah sakit.
• Lakukan proses pengkajian risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk
memperkecil risiko tersebut.
• Pastikan penilahan risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
pengkajian dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian / insiden; serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(KPRS)
Langkah penerapan :
 Tingkat di ruangan radiologi:
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap juga terjadi, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
 Tingkat di ruangan radiologi:
 Pastikan seluruh personil menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden.
 Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi
insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar
secara tepat.
 Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.

6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN


PASIEN
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa IKP itu timbul.
Langkah penerapan:
 Tingkat di ruangan radiologi:
 Diskusikan dalam jajaran unit / tim pengalaman dari hasil analisis insiden.
 Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan
dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN


KERJA
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
 Tingkat di ruangan radiologi:
 Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pàsien menjadi lebih baik dan lebih aman.
 Telah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan
pelaksanaannya.
 Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit termasuk ruangan
radiologi. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus serentak. Dapat
dipilih langkah – langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan
terlebih dahulu.
Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat menambah
penggunaan metoda lainnya.

E. PENCATATAN DAN PELAPORAN


A. Ruangan Radiologi
1. Ruangan radiologi wajib melakukan pencatatan dan pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien yang meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian
Nyaris Cidera (KNC) dan kejadian sentinel dalam waktu 2 x 24 jam.
2. Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) mengacu pada
pedoman yang dikeluarkan oleh komite keselamatan pasien rumah sakit (PERSI)
3. Pelaporan Insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme / alur pelaporan KPRS di internal
ruangan radiologi.
- Setiap kejadian yang ditemukan oleh petugas, segera dicatat dibuku IKP
radiologi dan dilaporkan kepada kepala ruangan radiologi.
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS):
- Kepala ruangan akan segera membuat laporan dalam formulir IKP dan
mengisi formulir investigasi yang diserahkan ke KKPRS dalam waktu 2 x 24
jam.
- Kepala ruangan juga buat laporan bulan yang wajib dilaporkan paling lambat
setiap tanggal 10 bulan berikutnya, yaitu :
 Angka insiden tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan
radiologi.
 Angka insiden kesalahan pengambilan sampel.
 Angka insiden kesalahan pasien.
Semua dalam bentuk % yang diserahkan ke KKPRS,
4. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (PMKP) RSD Kol. Abundjani
melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan
kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.
5. Insiden dari instalasi radiologi:
a. insiden tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan radiologi.
b. Insiden kesalahan pengambilan sampel.
c. Insiden kesalahan pasien.
F. MONITORING DAN EVALUASI
1. Seluruh jajaran manajemen RSD Kol. Abundjani termasuk ruangan radiologi secara
berkala melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang
dilaksanakan oleh Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) RSD Kol.
Abundjani.
2. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) RSD Kol. Abundjani secara berkala
(paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur
keselamatan pasien yang dipergunakan di RSD Kol. Abundjani.
3. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) RSD Kol. Abundjani melakukan
evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja. khususnya tempat yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal
diatas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap
para pelaku langsung yang bekerja di Rumah Sakit, tetapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS.Sehingga sudah seharusnya pengelola Rumah Sakit rnenerapkan upaya-upaya
K3 di Rumah Sakit.
Potensi bahaya di Rumah Sakit selain penyakit-penyakit infeksi juga terdapat potensi
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah Sakit, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, tersengat listrik ), radiasi, bahan beracun dan berbahaya (B3),
gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut dapat mengancam para
karyawan Rumah Sakit, pasien dan pengunjung Rumah Sakit.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakáan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja dibeberapa negara maju (dan beberapa
pengamatan) menunjukan kecendrungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran. pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Diantara sarana kesehatan, Radiologi Kesehatan merupakan suatu institusi dengan
jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan radiologi kesehatan
mempunyai risiko berasal dan faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran,
tipe dan kelengkapan radiologi menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan
kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi radiologi, maka risiko yang dihadapi
petugas radiologi semakin meningkat.
Petugas radiologi merupakan orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang
merupakan bahan toksik korosif, mudah meledak dan mudah terbakar seta bahan biologi.
Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat mudah pecah, berionisasi dan radiasi
serta alat – alat elektronik dengan voltase yang mematikan.
Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya
dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor Kesehatan termasuk Radiologi Kesehatan.
B. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman oleh pihak manajemen untuk terciptanya cara kerja, lingkungan
kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
karyawan RSD Kol. Abundjani di ruangan Radiologi.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja
di RSD Kol. Abundjani Bangko di ruangan Radiologi.
b. Mengendalikan dan meminimalisasi potensi bahaya di lingkungan RSD Kol.
Abundjani di ruangan Radiologi.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) RSD Kol.
Abundjani di ruangan Radiologi.
Manfaat:
1. Bagi Rumah Sakit:
a. Meningkatkan mutu pelayanan di Radiologi.
b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit di Radiologi.
c. Meningkatkan citra Rumah Sakit terutama di Radiologi.
2. Bagi karyawan Rumah Sakit:
a. Terhindar dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Radiologi.
b. Mencegah Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Radiologi.
3. Bagi pasien dan pengunjung:
a. Terjaminnya mutu pelayanan yang baik di ruangan Radiologi.
b. Kepuasan pasien dan pengunjung di ruangan Radiologi.

C. PENGERTIAN
Kesehatan Kerja menurut WHO/ILO (1995).
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja semua jenis pekerjaan,
pencegahan ganguan kesehatan pekerja yang disebabkan kondisi pekerjaan, perlindungan
dan resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan pekerja dalam lingkungan
kerja yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologinya. Intinya adalah penyesuaian
pekerjaan kepada pekerja dan setiap pekerja kepada pekerjaannya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja dengan cara pencegahan KAK (Kecelakaan akibat kerja) dan PAK (Penyakit
akibat kerja), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
D. Upaya K3 di ruangan Radiologi RSD Kol. Abundjani
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) radiologi merupakan bagian dan pengelolaan
radiologi secara keseluruhan. Radiologi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dan manusia maupun bukan
manusia.
Bagi petugas radiologi yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi
terinfeksi kuman pathogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas kepetugas
lainnya, atau keluarganya dan kernasyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu
adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan radiologi dan
tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan
sehubungan dengan pekerjaannya sesuai standar prosedur operasional, serta mengontrol
bahan / spesimen sëcara baik menurut praktik radiologi yang benar.
Berikut adalah upaya-upaya kesehatan, keselamatan kerja di ruangan radiologi, sebagai
berikut:
1. Pembentukan Tim K3 radiologi untuk mengkoordinasi, informasi, monitor dan
evaluasi pelaksanaan keamanan radiologi, terutama untuk laboratonium yang
melaksanakan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sasaran.
2. Kesehatan petugas radiologi bagi calon petugas maupun petugas radiologi yang
sudah bekerja secara berkala.
3. Sarana dan prasarana K3 radiologi umum yang perlu disiapkan (APD seperti jas
lab, sarung tangan, masker, sepatu tertutup, emergency shower, eye shower,
wastafel + sabun, lemari asam + exhauster, pipeting aid : rubber bulb, countainer
untuk jarum dan lancet).
4. Pengamanan pada keadaan darurat
(Sytem tanda bahaya, system evakuasi, perlengkapan P3K, alat komunikasi darurat,
pelatihan khusus berkala, tersedia Apar, masker, pasir, sumber air terdekat, alat
kampak, palu, obeng, tangga dan tali).
5. Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap bahaya kontaminasi (bahan-bahan
kimia, bakteri, luka tertusuk/ kéna pecahan).
6. Melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilasasi.
7. Tersedianya sarana pembuangan limbah radiologi baik medis maupun non medis
sesuai standar prosedur operasional.
8. Tersedianya standar prosedur operasional pengelolaan spesimen (penerimaan,
pengolahan, penyimpanan, pengiriman).
9. Tata ruang radiologi dan fasilitas radiologi harus memenuhi persyaratan.
E. MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante
dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkung.an kerja
yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi
maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas.
Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatankerja berupa
penyakit atauapun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas
kerja.
1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan.
Dan beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30 - 40% masyarakat pekerja
kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa
anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk
bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal mi diperberat lagi dengan kenyataan
bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan
non kesehatan, yang mempunyai banyak keterbatasan,sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja.
2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 -
24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratonium
menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas / jaga malam. Pola kerja yang berubah-
ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada
bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan.. Beban
psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja
dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

F. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


RADIOLOGI KESELAMATAN DAN PENCEGAHANNYA
A. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dan yang paling ringan
sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di radiologi dapat berbentuk 2 jenis
yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas radiologi. itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok:


1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu pérbuatan berbahaya dari manusia,yang dapat
terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di radiologi :


1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi diradiologi.
Akibat :
- Ringan  memar
- Berat  fraktura, dislokasi, memar otak, dll
Pencegahan :
- pakai sepatu anti slip
- Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar.
- Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
kontruksinya
- Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban
Mmengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat. Terutama apabila
mengabaikan kaidah ergonomic.
Akibat : cedera pada punggung
Pencegahan :
- Beban jangan terlalu berat
- Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
- Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah
tungkai bawah sambil jongkok.
- Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

3. Mengambil sampel darah / cairan tubuh lainnya. Hal ini merupakan pekerjaan sehari-
hari di radiologi
Akibat :
- Tertusuk jarum suntik
- Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahan :
- Gunakan alat suntik sekali pakai
- Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan
destruction clip)
- Bekerja dibawah pencahayaan yang cukup
4. Risiko terjadi kebakaran (sumber kimia, kompor) bahan desinfektan yang mudah
menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama –
sama yaitu : oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibat :
- Timbulnya kebakaranm dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
- Timbulnya keracunan akibat kurang hati – hati.
Pencegahan :
- Kontruksi bangunan yang tahan api
- Sistem penyimpan yang baik terhadap bahan – bahan yang mudah terbakar
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
- Sistem tanda kebakaran
 Manual yang memungkinkan seseorang menyatakn tanda bahaya
dengan segera
 Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tand secara
otomatis
- Jalan untuk menyelamatkan dri
- Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
- Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

B. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja diradiologi kesehatan
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyal penyebab yang spesifik
atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan ,pada umumnya terdiri dan satu agen penyebab,
harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja.
Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagal penyebab timbulnya
penyakit akibat kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah
dankeracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor manusia
juga (WHO). Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja
(PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973),Penyakit
Akibat Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan
kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di
tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan
kekambuhan penyakit.
Penyakit akibat kerja diradiologi kesehatan umumnya berkaitan dengan factor
biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); factor kimia (pemaparan
dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptic pada kulit, zat kimia /solvent
yang menyebabkan kerusakan hati; factor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat
pasien salah); factor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit,
tegangan tinggi, radiasi dll); factor psikologis (ketegangan dikamar penerimaan pasien,
gawat darurat, karantina, dll)
1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biak
strain kuman yang resisten, terutama kuman – kuman pyogenic, colli, bacilli dan
staphylococci yang bersumber dari pasien, benda – benda yang terkontaminasi dan
udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta ( Misal HIV
dan Hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil
dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi
virus.
Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi.
Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai
contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampal 3 kali lebih besar
dan pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan
menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar
kuman patogen, debu beracun mempunyal peluang terkena infeksi.
Pencegahan:
1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemiologi dan desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeiksaan kesehatan untuk memastikandalam
keadan sehat badahi, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan
infeksius, dan dilakukan imunisasi.
3. Melakukan pekerjaan radiologi dengan praktek yang benar (Good Laboratory
Practice).
4. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar,
5. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar,
6. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
7. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8. Kebersihan diri dari petugas.

2. Faktor Kimia
Petugas di radiologi kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen.Semua bahàn cepat atau lambat ini dapat memberi dampak
negative terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
(trichloroethane, tetrachioromethane) jika tertelan,tehirup atau terserap melalui
kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan
korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible
pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
1. “Material safety data sheet” (MSDS) dan seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas radiologi.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,celernek,
jas laboratonium) dengan benar:.
4. Hindari penggunaan lensa kontak karena dapat melekat antara mata dan
lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat , cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat
konseptual dan kuratif, secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai
To fit the job to the man and to fit the man to the job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah,
bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misanya tenaga operator peralatan,
hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang
disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja indonesia. Posisi kerja yang salah
dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang
efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan
psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja
(low back pain).
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di radiologi kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
kerja meliputi :
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian.
2. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, radiologi, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan
dan kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
4. Terimbas kecelakaan / kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi.

Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,


penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan:
1. Pengendalian cahaya di ruang radiologi.
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser.
6. Filter untuk mikroskop

5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di radiologi kesehatan yang dapat
menyebabkan stress :
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di radiologi kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-
tamahan.
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama
teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sector formal ataupun
informal.

G. PENGENDALIAN PENYAKT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN MELALUI


PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara lain:
1. Persyaratan penerimaan tenaga med is, para medis, dan tenaga nonmedis yang.
meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan.
2. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift.
3. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masing-
masing instalasi dan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.
4. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat
radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan.
5. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
mengupayakan pencegahannya.
B. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) antara lain.:
1. Substitusi dan bahan kimia, alat kerja atau proses kerja.
2. Isolasi dan bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan
non kesehatan (penggunaan alat pelindung).
3. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain.
C. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap
jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan rneluasnya gangguan
yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini,maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat
pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat
kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment) Pencegahan sekunder ini dilaksanakan
melalui pemeniksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
1. Pemeriksaan Awal
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja
(petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon
pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya
sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.
Pemeriksaan pemeriksaan awal ini meliputi :
 Anamnesa umum
 Anamnesa pekerjaan
 Penyakit yang pernah diderita
 Alergi
 Imunisasi yang pernah didapat
 Pemeriksaan badan
 Pemeriksaan radiologi rutin
Pemeriksaan tertentu:
 Tuberkulin test
 Psiko tes

2. Pemeriksaan berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu
berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin
besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala.
Ruang Iingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

3. Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan
berkala, yaitu. pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja.
Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern radiologi
kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan
memberi panutan pada masyarakat pekerja disekitarnya, utamanya pelayanan promotif
dan preventif. Misalnya untuk mengamankan imbah agar tidak berdampak kesehatan
bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali
unsafeact dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. LATAR BELAKANG
Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing-masing sarana pelayanan
seperti Rumah Sakit adalah déngan meningkatkan mutu pelayanan di semua unit
pelayanan, baik pada unit pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, ataupun pada unit
pelayanan administrasi dan manajemen melalui program jaminan mutu.
Kegiatan peningkatan mutu tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan berbagai
pendekatan atau kegiatan mutu diantaranya dengan mengembangkan Gugus Kendali Mutu,
Pengendalian Mutu Terpadu, Penyusunan/Penerapan standar pelayanan atau penyediaan
pelayanan prima di Rumah Sakit.
Seperti diketahui Mutu Pelayanan Rumah Sakit merupakan derajat kesempurnaan
pelayanan Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat / konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sësuai dengan standar profesi dan standar pelayanan profesi
dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar,
efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan mémuaskan sesuai norma, etika, hukum
dan sosio-budaya, dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat sebagai konsumen. Di dalam mencapai mutu tersebut diatas, maka upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit disusun berupa kegiatan yang komprehensif dan
integratif yang menyangkut Struktur, Proses dan Output/Outcome secara objektif,
sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan tehadap
pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan
masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit berdaya
guna dan berhasil guna. Upaya peningkatan mutu di rumah sakit bertujuan untuk
memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien.
Keselamatan (safety) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan mutu, telah menjadi
isu global. Karena itu keselamatan pasien. merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan,
dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan terjadinya KTD.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan berdasarkan
atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program keselamatan pasien di RSD Kol.
Abundjani Bangko perlu dilakukan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan RSD Kol.
Abundjani Bangko terutama didalam melaksanakan keselamatan pasien sangat diperlukan
suatu pedoman yang jelas sehingga angka kejadian KTD dapat dicegah sedini mungkin.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Sebagai dasar dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSD Kol.
Abundjani Bangko sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan
memuaskan bagi pasien.
2. TUJUAN KHUSUS
1. Sebagai pedoman bagi manajemen di dalam mengambil keputusan terhadap
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSD Kol. Abundjani Bangko.
2. Terlaksananya program peningkatan mutu secara sistematis dan terarah.
3. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah.
4. Sebagai acuan bagi para dokter untuk dapat meningkatkan keselamatan pasien.
5. Agar seluruh personil Rumah Sakit memahami tentang tánggung jawab dan rasa nilai
kemanusian terhadap keselamatan pasien di RSD Kol. Abundjani Bangko.
6. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
7. Hubungan antara Rumah Sakit dengah para pasien menjadi harmonis.
8. Memberikan dasar yang baik bagi kunjungan utang.
9. Membentuk suatu rekomendasi dan mulut ke mulut ( word of mouth ) yang
menguntungkan bagi Rumah Sakit.
10. Penghasilan Rumah Sakit meningkat
11. Meningkatkan mutu pelayanan medis RSD Kol. Abundjani Bangko.
12. Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang berkualitas dan citra yang baik bagi
RSD Kol. Abundjani Bangko.
13. Mengurangi tenjadinya KTD di rumah sakit.

C. RUANG LINGKUP
1. Mutu pelayanan medis
2. Mutu pelayanan non medis (umum)

D. BATASAN OPERASIONAL
Agar upaya peningkatan mutu dapat dilaksanakan secara efektif den efisien maka
diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
1. Pengertian mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah mi ada beberapa pengertian yang
secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b. Mutu adalah expertise atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
2. Definisi Mutu Pelayanan
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat/konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi
dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara
wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan
norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan masyarakat konsumen.
3. Pihak yang Berkepentingan dengan Mutu
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu:
a. Konsumen
b. Pembayar /perusahaan/asuransi
c. Manajemen RS
d. Karyawan RS
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah:
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel,
yaitu:
a. Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi, dan lain-lain, Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
b. Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi
profesional artara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat).
Proses mi merupakan variabel & penilaian mutu yang penting.
c. Output, ialah basil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dan konsumen tersebut.
Program Jaminan Mutu dapat dibedakan dengan bentuk manajemen yang lain, dimana
jaminan mutu didasarkan pada prinsip pninsip sebagai berikut:
a. Setiap orang di dalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan, pengertian dan
peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing masing kontrol dan
bertanggung jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing-masing orang.
b. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing-masing pelanggan baik
pelanggan eksternal maupun pelanggan internal.
c. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan
menggunakan data untuk pengambilan keputusan, penggunaan alat-alat statistik dan
keterlibatan setiap orang yang terkait.
d. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami.
e. Pembentukan teamwork. Baik itu dalam part komitee teamwork, full komitee team
work ataupun cross functional team
f. Adanya komitmen tentang pengembangan - karyawan (development of employees)
melalui keterlibatan di dalam pengambilan keputusan.
g. Partisipasi setiap orang dalam merupakan dorongan yang positif dan harus
dilaksanakan.
h. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investment/modal dalam
rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mencapai
potensi yang mereka harapkan.
i. Supliers dan Customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.

6. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
Penyebab terjadinya KTD:
a. Tindakan yang tidak aman (unsafe act):
- Human error
- Slips. Error sebagai akibat kurang / teralihnya perhatian atau salah persepsi
- Lapses: error yang terkait dengan kegagalan memori lupa / tidak ingat
- Mistakes. Kesalahan yang terkait dengan proses mental dalam assessment
informasi yang terjadi, kesalahan dalam merencanakan asuhan, kesalahan
dalam menetapkan tujuan, kesalahan dalam mengambil keputusan kilnis.
- Violation (pelanggaran), contoh : aborsi tanpa indikasi medis.
- Sabotase (Sabotase), contoh mogok kerja.
b. Kondisi laten
- Sistem yang kurang tertata yang menjadi predisposisi terjadinya error,
misalnya SOP tidak jelas, tata ruang yang tidak jelas.
7. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
8. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Adalah terjadinya insiden yang sudah terpapar ke pasaien tetapi tidak menimbulkan
cidera tapi belum terjadi insiden.
9. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.

E. TATA LAKSANA PELAYANAN


Dalam melaksanakan pengendalian mutu pelyanan Rumah Sakit, khususnya di
ruangan radiologi, maka ditetapkan beberapa indikator mutu yang menyangkut mutu
pelayanan, keselamatan pasien dan kontrol mutu di ruangan radiologi dimana perlu diberikan
perhatian khusus dalam proses pengukuran mutu.
Sebagai gambaran untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengendalian mutu di
ruangan radiologi dikerjakan dilapangan, maka perlu adanya monitoning dan evaluasi dan
agar semakin berjalan kearah kebaikan. Perlu adanya perbaikan-perbaikan yang
berkesinambungan. Cara memonitoning ini dilakukan dengan mengumpulkan data sehari-
hari, kemudian dilakukan rekapitulasi setiap bulan, dihitung dalam %.
8.1. Indikator mutu pelayanan laboratonium, terdiri dari.
a. Indikator waktu tunggu hasil pelayanan radiologi
b. Indikator waktu tunggu hasil pelayanan radiologi yang cito (IGD, Kamar
operasi, bedah, ICU).
c. Indikator laporan hasil pemeriksaan radiologi kritis.
8.2. lndikator keselamatan pasien, terdiri dari:
a. indikator tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan radiologi
b. Indikator kesalahan pengambilan sampel
c. Indikator kesalahan pasien
8.3. Indikator kontrol mutu radiologi, terdiri dari:
a. Pemantapan Mutu Internal
b. Pemantapan Mutu External
c. Pemantapan Mutu Radiologi Rujukan

ad.8.1. a. Indikator waktu tunggu hasil pelayanan laboratonium


Judul Waktu tungguhasil pemeriksaan lab.
Dimensi Mutu Efektivitas, efisiensi dan kesinambungan ,pelayanan
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan lab
Definisi Pemeriksaan lab yang dimaksud adalah pelayanan pemeriksaan lab.
Operasional rutin dan kimia darah. Waktu tunggu hasil pelayanan lab. untuk
pemeriksaan lab adalah tenggang waktu mulai pasien diambil sampel
sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi.
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode analisa 3 bulan sekali
Numeratur Jumlah kumulatif waktu, tunggu hasil pelayanan lab. pasien yang
disurvey dalam 1 bulan
Denominator Jumlah pasien yang diperiksa dilab. yang .disurvey dalam 1 bulan
Sumber data Survey
Standar Petugas administrasi
Pengumpul data <140 menit (manual)
Penanggung jawab Kepala ruangan laboratonium
pengumpul data
Penanggung jawab Kepala lnstalasi laboratonium

Ad.8.1.b.indikator waktu tunggu hasil pelayanan radiologi yang cito


Judul Waktu tunggu hasil pemeniksaan cito / urgen.
Dimensi Mutu Efektivitas, efisiensi dan kesinambungan pelayanan.
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan lab.
Definisi Pemeriksaan lab yang dimaksud adalah pelayanan pemeniksaan lab
Operasional cito/urgen (IGD,Kamar bedah,ICU) Waktu tunggu hasil untuk
pemeriksaan lab. adalah tenggang waktu mulai pasien diambil sampel
sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numeratur Jumlah kumulatif waktu tunggu hash pemeriksaan lab. yang cito <60
menit disurvey dalam 1 bulan.
Denominator Jumlah seluruh pasien cito yang diperiksa dilab. dalam 1 bulan.
Sumber data Survey
Standar < 60 menit
Pengumpul data Petugas Administrasi
Penanggung jawab Kepala ruangan radiologi
pengumpul data
Penanggung jawab Kepala Instalasi

ad.8.1.c. Indikator laporan hasil pemeriksaan radiologi kritis.


Judul Tidak adanya kejadian hasil pemeriksaan radiologi kritis yang tidak
dilaporkan.
Dimensi Mutu Keselamatan dan kenyamanan Pasien.
Tujuan Tergambarnya pelaporan hash pemeriksaan radiologi kritis.
Definisi Tidak dilaporkannya hasil laboratorlum kritis oleh petugas medis
Operasional diruang rawat inap kepada dokter DPJP.
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode analisa bulan sekali
Numeratur Jumlah pasien yang mempunyal hasil pemeriksaan radiologi kritis
yang telah dilaporkan DPJP.
Denominator Jumlah seluruh pasien yang mempurnyai hasil radiologi kritis yang
disurvey dalam 1 bulan
Sumber data Rekam medis.
Standar 100%
Pengumpul data Petugas analis
Penanggung jawab Kepala ruangan radiologi
pengumpul data
Penanggung jawab Ka Instalasi radiologi.

ad.8.2.a.Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan radiologi


Judul Tidak adanya kesalahan penyerahan. hasil pemeriksaan radiologi
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan Tergambarnya ketelitian pelayan radiologi.

Definisi Kesalahan penyerahan hasil lab adalah penyerahan hsil radiologi


operasional pada salah orang
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang diperiksa radiologi dalam 1 bulan
dikurangi jumlah penyerahan hasil lab salah orang dalam 1 bulan
Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di lab dalam bulan tersebut
Sumber data Rekam medis
Standar 100%
Pengumpul data Petugas administrasi
Penanggung jawab Kepala ruangan radiologi
Pengumpul data
Penanggung jawab Kepala instalasi Penunjang medis

ad.8.2.b. Kesalahan pengambilan sampel


Judul Kesalahan pengambilan sampel
Dimensi mutu Sampel tidak memenuhi syarat
Tujuan Tercapainya sampling yang memenuhi syarat
Definisi operasional Kesalahan pengambilan sampel yang tidak sesuai SPO
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah sampel tidak memenuhi syarat (masing- masing bidang)
dalam 1 tahun
Denominator Jumlah sampel dalam bulan tersebut (masing- masing bidang)
Sumber data Survey
Standar 0%
Pengumpul data Semua petugas yang menemukan kejadian
Penanggung jawab Kepala ruangan radiologi
Pengumpul data
Penanggung jawab Kepala instalasi penunjang medis

ad.8.2.c. Kesalahan pasien


Judul Kesalahan pasien
Dimensi mutu Kesalahan penyediaan sampel
Tujuan Keselamatan pasien
Definisi operasional Kesalahan pengambilan sampel yang tidak sesuai SPO
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kesalahan pasien (identitas pasien) dalam 1bulan
Denominator Jumlah pasien dalam bulan tersebut
Sumber data Survey
Standar 0%
Pengumpul data Semua petugas yang menemukan kejadian
Penanggung jawab Kepala ruangan radiologi
Pengumpul data
Penanggung jawab Kepala instalasi penunjang medis
ad. 8.3.a, Pemantapan Mutu Internal
Definisi Kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
masing-masing lab. Secara berkesinambungan.
Tujuan Memperoleh hasil pemeriksaan yang tepat
Petugas Analis lab
Frequensi Harian atau mingguan untuk semua pemeriksaan yang dilakukan
di ruangan labor.
Metode Sesuai SPO untuk : validasi metode test, survey harian, koreksi
cepat bila ada kesalahan / kekurangan,pengetesan reagen.
Pelaporan Hasil PMI dilaporkan dalam bentuk data / grafik tiap bulan ke
pengumpul data.
Pengumpul data Ptugas analis yang ditunjuk
Penanggung jawab Kepala ruangan radiologi
pengumpul data
Penanggung jawab Kepala instalasi penunjang medis

ad. 8.3.b, Pemantapan Mutu External


Definisi Kegiatan yang diselenggarakan secara periodic oleh pihak luar
lab yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan tertentu
Tujuan Memantau dan menilai penampilan suatu lab. Dalam
pemeriksaan tertentu
Petugas Analis lab
Frequensi 1 x setahun
Metode Sesuai SPO parameter pemeriksaan yang ikut serta PNPME
bidang: Hematologi, Kimia klinik, Sero-Imunologi, Urinalisis.
Pelaporan Hasil PNPME yang telah dievaluasi dilaporkan ke direktur.
Pengumpul data Petugas analis yang ditunjuk
Penanggung jawab Kepala ruangan radiologi
pengumpul data
Penanggung jawab Kepala instalasi penunjang medis

ad. 8.3.c, Pemantapan Mutu Radiologi rujukan


Judul Foto copy sertifikat pemantapan mutu external dari lab rujukan
Dimensi mutu Keselamatan dan keamanan
Tujuan Tergambarnya kualitas pelayan radiologi rujukan.
Definisi Adanya foto copy sertifikar PME dan hasil PME dari lab rujukan
operasional yang bekerjasama dengan lab RSD Kol. Abundjani
Frekuensi 6 bulan sekali
pengumpulan data
Periode analisis 1tahun sekali
Numerator Jumlah seluruh lab rujukan yang memberikan sertifikat PME dan
hasil PME nya
Denominator Jumlah seluruh lab rujukan
Sumber data File lab rujukan lab
Standar 100%
Pengumpul data Petugas analis yang ditunjuki
Penanggung jawab Kepala ruangan radiologi
Pengumpul data
Penanggung jawab Kepala instalasi Penunjang medis

8.4. Evaluasi
Evauasi dilakukan terhadap:
1. Data hasil monitoring:
a. Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk angka atau grafik
dibandingkan dari bulan ke bulan dan dan. tahun ke tahun. Analisnya dilakukan
setiap 3 bulan sekali.
b. Data dibandingkan dengan standar / nilai yang diharapkan disetiap parameter
yang diukur.
c. Analisa untuk mencari penyebab dan penyimpangan yang ditemukan selama
proses pengumpulan data.
2. Hasil proses monitoring
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, juga dilakukan analisa
subyektif. Hasil pengawasan melalui observasi pelaksanaan standar prosedur
operasional dilapangan.

8.5. Perbaikan berkesinambungan:


Setelah dilakukan analisis maka hasil dilaporkan kepada atasan yaitu panitia mutu dan
keselamatan pasien (PMKP) RSD Kol. Abundjani dan ditembuskan juga kepada kepala
bidang Pelayan medik. yang akan ditindak lanjutin berupa:
a. Penyusunan program atau rencana kerja baru.
b. Perbaikan prosedure / kebijakan atau penyusunan prosedure / kebijakan baru.
c. Penambahan tenaga baik administrasi ataupun tehnis.
d. Pelatihan petugas (training, In house training, pelatihan, dst).
e. Perbaikan pedoman pelayanan radiologi rurnah sakit.

BAB IX
PENUTUP

Adanya pedoman pelayanan radiologi di ruangan radiologi RSD Kol. Abundjani,


diharapkan semua petugas yang bertugas dimasing-masing bidang baik ditingkat manajemen,
administrasi maupun teknis memahami dan melaksanakannya sesuai ketetapan direktur.
Dengan demikian Visi, Misi RSD Kol. Abundjani bangko, khususnya radiologi,
maupun dalam era global yang sekarang sedang dikumandangkan yaitu keselamatan pasien,
juga keselamatan petugas dapat terpenuhi sehingga mampu melaksanakan semua tugas-
tugasnya dengan tulus, meminimal kesalahan, menanggapi kesalahan dan bersama-sama
memperbaiki untuk memperoleh hasil pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.
Sebagai penutup, mohon koreksi serta masukkan untuk perbaikan pedoman pelayanan
lab ini baik dan pihak Direktur Rumah Sakit, teman teman sejawat maupun siapa saja yang
menggunakan buku pedoman ini.

Ditetapkan di Bangko
pada tanggal Maret 2016
PEMIMPIN BLUD
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO,

BERMAN SARAGIH
PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN
RSD. KOL. ABUNDJANI BANGKO
Jln. Kesehatan No. 20, Telp. (0746) 21459, 21118 Kode Pos 37312

KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO


NOMOR : 12/A/LAB/RSD/III/2016
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO TAHUN 2016

PEMIMPIN BLUD RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSD. Kol.


Abunjani Bangko maka diperlukan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Radiologi di RSD Kol. Abundjani bangko dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Pemimpin BLUD
RSD Kol. Abundjani sebagai landasan bagi penyelanggaraan
pelayanan radiologi diRSD Kol. Abundjani
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Pemimpin BLUD
RSD. Kol. Abundjani Bangko;

Mengingat : 1. Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;


2. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/Menkes/Pers/VIII/2011,
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 370/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Radiologi Kesehatan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD TENTANG KEBIJAKAN


PELAYANAN RADIOLOGI RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO
TAHUN 2016.
KESATU : Kebijakan pelayanan Radiologi RSD Kol. Abundjani sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bangko
pada tanggal 1 Maret 2016
PEMIMPIN BLUD
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO,

BERMAN SARAGIH
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO
NOMOR : 12/A/LAB/RSD/III/2016
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI

KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan di instalasi radiologi harus selalu berorientasi kepada mutu, aman, penuh
kasih, ramah dan berempati, serta selatu memperhatikan keselamatan pasien sesuai
dengan Visi, Misi, Tujuan Rumah Sakit dan Program Mutu Radiologi.
2. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan profesi, etika profesi dan memilki izin sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta menghormati hak pasien.
3. Penyediaan tenaga radiologi harus mengacu pada pola ketenagaan
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan peraturan ke karyawanan dan standar
prosedur operasionál (SPO) yang berlaku.
5. Dalam melaksananakan koordinasi dan evaluasi di internal radiologi wajib dilaksanakan
rapat rutin radiologi minimal 1 bulan sekali.
6. Dalam melaksanakan tugas setiap petugas wajib mematuhi aturan K3, pencegahan dan
pengendahan infeksi.
7. Pelayanan radiologi diluar rumah sakit harus dipilih berdasarkan reputasi yang baik dan
memenuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku (sertifikat akreditasi, sertifikat
PME dan hasilnya) dan melalui satu pintu yaitu radiologi. Tidak dibenarkan merujuk
diluar radiologi yang telah disepakati Direktur (MOU).

KÉBIJAKAN KHUSUS
1. Pelayanan di unit radiologi menyelenggarakan 5 bidang pelayanan:
 Bidang kimia klinik
 Bidang hematologi
 Bidang immuno/serologi
 Bidang mikroskopis
2. Pelayanan unit radiologi dilaksanakan dalam 24 jam termasuk pelayanan gawat darurat.
3. Pelayanan pemeriksaan radiologi untuk pasien rawat jalan (poli umum, spesialis) pada hari
senin - sabtu pukul 07.30 - 13.00 WIB. Pada hari minggu dan libur nasional tutup.
4. Pengambilan sampel untuk pasien IGD, ICU, OK, Rawat inap dilakukan oleh petugas
tehnis radiologi
5. Pengambilan sampel untuk pasien rawat jalan dan IGD, ICU, OK, Rawat inap yang gagal
atau mengalami kesulitan dilakukan oleh petugas tehnis radiologi.
6. Peralatan di radiologi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku termasuk alat - alat pemeriksaan gula
7. Standar waktu tunggu hasil pemeniksaan radiologi adalah
Waktu dari pengambilan sampel sampai hasil di terima di masing-masing ruangan :
- Darah rutin : DL : < 120 menit
Kimia : < 140 menit
Yang lain sesuai dengan tabel
- Pemeriksaan gabungan yang bersifat Cito : maksimal 1 jam
- Hasil kritis segera dilaporkan
8. Dalam mempertahankan dan meningkatkan kompetensi setiap petugas wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan.
9. Sebagai monitoring evaluasi dibutuhkan pengumpulan data-data berupa data harian,
bulanan dan tahunan dalam bentuk laporan maupun rujukan.

Ditetapkan di Bangko
pada tanggal 1 Maret 2016
PEMIMPIN BLUD
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO,

BERMAN SARAGIH

Anda mungkin juga menyukai