Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan wilayah
laut yang luas. Di dalam laut tersebut terdapat aneka ragam hayati yang dapat
dimanfaatkan dalam berbagai sektor terutama menunjang perekonomian bangsa.
Pemanfaatan hasil perikanan sebagai sumber daya laut merupakan hal yang sangat
penting sebagai sumber pangan dan komoditi pedagangan, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Perikanan yang dimaksud disini dalam arti yang luas
mencakup penangkapan dan budidaya ikan (Zander, 2009).
Ikan dengan nama ilmiah pisces ini tergolong dalam subfilum vertebrata.
Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki
tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut vertebra.
Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. (Djuhanda, 1974).
Jumlah spesies ikan terbanyak jika dibandingkan dengan jumlah spesies
hewan vertebrata lainnya. Jumlah spesies ikan lebih dari 27.000 di seluruh dunia
yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jumlah spesies ikan yang telah diberi nama
diperkirakan sekitar 15.000–17.000 jenis, dari sekitar 40.000 jenis ikan yang ada.
Persentase spesies hewan menurut Lagler et al. (1977) dari lima kelas vertebrata
pisces terdiri atas 20.000 spesies (48,1%), Aves 8600 spesies (20,7%), Reptilia 6000
spesies (14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies
(6,0%) (Alamsjah, 1974).
Dari kelas Animalia yang ada, ikan merupakan salah satu kelas yang
memiliki keunikan pada alat pernapasannya. Ikan bernafas menggunakan insang.
Menurut Guinan (2006) insang adalah lipatan terluar dari permukaan tubuh yang
tertanam di dalam air dan memiliki distribusi yang sangat bervariasi di dalam ikan
tersebut. Tidak hanya insang, morfologi pisces lainnya yang berbeda dengan kelas
lainnya ialah adanya sirip. Sirip pada ikan berfungsi sebagai alat penggerak untuk
membantu pergerakan ikan di dalam air. Posisi sirip pun berbeda-beda dengan fungsi
yang beragam pada masing-masing posisi. Selain posisi, bentuk sirip setiap spesies

1
ikan juga berbeda-beda. Sirip-sirip pada ikan berbeda sesuai dengan adaptasi dan
lingkungan tempat tinggalnya. Salah satunya pada spesies Oreochromis niloticus.
Menurut Kottelat (1993), ikan nila (O. niloticus) merupakan ikan asli Afrika
yang tersebar dari sungai Nil hingga barat Pesisir Atlantik. Namun dalam
perkembangannya, ikan O. niloticus mampu hidup dan beradaptasi dengan baik di
daerah zona khatulistiwa seperti Indonesia. Kemampuan beradaptasi yang baik ini
menyebabkan ikan O. niloticus bisa hidup dengan baik walaupun bukan di habitat
aslinya. Hal ini juga didorong oleh faktor lingkungan yang mendorong ikan harus
beradaptasi dengan lingkungan baru (Jacob, 2008).
Ikan ini umumnya hidup di perairan tawar seperti sungai, danau, rawa, sawah,
waduk dan juga saluran irigasi yang memiliki salinitas yang baik terhadap
perkembanganbiakan ikan tersebut. Ikan termasuk hewan bertulang belakang
(vertebrata), bernafas dengan insang, habitat berada pada perairan.Ikan bergerak dan
menjaga keseimbangan tubuhnya dengan menggunakan sirip-sirip. Morfologi ikan
ada bermacam–macam, tetapi morfologi dasar adalah terdiri dari badan, kepala, dan
juga ekor.Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja
berbeda dengan spesies ikan lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan bentuk
tubuh,pola adaptasi spesies ikan terhadap lingkungan atau dalam hidup spesies
tersebut(Wahl, 2006).
Oleh karena itu, praktikum tentang anatomi pisces perlu dilaksanakan karena
kurangnya pengetahuan tentang bentuk luar atau morfologi dari pisces serta
kurangnya pengetahuan tentang mekanisme berbagai sistem dalam tubuh pisces.
Selain itu, untuk mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi
diperlukan adanya identifikasi dari morfologi dan anatomi ikan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum anatomi pisces ini yaitu untuk


mengetahui dan memahami morfologi, anatomi, dan sistem yang bekerja pada tubuh
Pisces.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ikan adalah vertebrata akuatis yang bernafas dengan insang. Ikan terdiri atas tiga
kelas yaitu Agnatha (ikan tanpa rahang), Chondrichtyes (ikan tulang rawan),
Osteicthyes (ikan bertulang keras). Kelas agnatha memiliki ciri-ciri yaitu: mulut
tanpa rahang, tubuh silindris, tubuh halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang rawan
dan tidak punya sirip yang berpasangan . Kelas Osteicthyes memiliki ciri-ciri yaitu:
tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup
dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel. Kelas Chondricthyes memiliki ciri-
ciri yaitu: rangkanya bertulang rawan, hidup diair-air payau dan tidak memiliki
tulang rusuk (Brotowidjoyo, 1990).
Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang
belakang, suhu tubuhnya berubah-ubah tergantung dengan suhu lingkungannya
(poikiloterm), bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan
memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangan. Bagian tubuh
pisces mulai dari anterior sampai posterior berturut-turut adalah kepala (caput)
merupakan bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai bagian belakang operculum,
tubuh (truncus) merupakan bagian tubuh mulai dari batas akhir operculum sampai
anus, ekor (cauda) merupakan bagian dari anus sampai bagian ujung sirip ekor
(Yasin, 1984).
Menurut Djuhanda (1982), berdasarkan habitat hidupnya, ikan dibedakan dua
macam yaitu ikan air tawar dan ikan air asin (laut). Ikan air tawar adalah ikan yang
menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau,
dengan salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal lingkungan ini berbeda
dengan lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat
salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang
bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. Sebanyak 41% dari
seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat
yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali. Begitu
juga dengan ikan Oreochromis niloticus yang mempunyai habitat air tawar.
Menurut Zander, (2009) mengklasifikasikan ikan Oreochromis niloticus sebagai
berikut : Phylum Chordata, Subphylum Vertebtara, Class Osteichtyes, Subclass

3
Achanthoptherigi, Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea, Family Chiclidea, Genus
Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus. Oreochromis niloticus bersifat
omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari plankton,
tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan lain
sebagainya.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah
berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan
betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya
dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus
terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran
pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap,
dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan
yang betina biasanya pada bagian perutnya besar (Amri, 2002).
Sistem digestoria pada ikan dibagi menjadi 2 yaitu tractus digestivus (saluran
pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar pencernaan). Tractus digestivus
melewati organ-organ berikut yaitu mulai dari mulut, pharing, ventriculus,
intestenum tenue, intestenum crassum, rectum dan anus. Kalau untuk glandula
digestoria yaitu berupa hepar dan vesica fellea (Djuhanda, 1982).
Sistem ekskresi adalah sistem pembuangan proses pembuangan metabolisme
tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal dan melalui saluran
pencernaan. Pada ikan, ginjal merupakan satu-satunya alat ekskresi. Sistem ekskresi
berupa ren (ginjal) dari suatu lubang urogenital yaitu tempat bermuaranya saluran
ginjal yang berada dibelakang anus (Sukiya, 2005).
Sistem reproduksi pada kelas osteichthyes memiliki kelamin terpisah. Ikan jantan
mempunyai dua testis yang membesar diwaktu musim kawin, sperma (juga juga
disebut “telur ikan jantan”) keluar dari apertura urogenital melalui vas diferens. Pada
ikan betina, telur keluar dari 2 ovarium melalui oviduk. Fertilisasi internal dan
viviparus serta tidak ada metamorfosis (Bond, 1979).
Jantung ikan terdiri atas dua ruangan, yaitu sebuah serambi atau atrium dan
sebuah bilik atau ventrikel. Untuk menjaga agar aliran darah tetap searah, antara
serambi dan bilik terdapat katup jantung. Selain daripada 2 ruang jantung itu terdapat
pula yang namanya sinus venosus. Sinus venosus terletak diantara atrium dan

4
ventrikel. Tidak hanya sinus venosus tapi ada juga bagian dari jantung ikan yang
dikenal dengan conus arterious. Bila bilik jantung berkontraksi, darah akan terpompa
ke luar menuju ke insang. Di dalam kapiler insang CO2 dibebaskan ke dalam air,
sedangkan oksigen dari air berdifusi ke dalam darah insang, sehingga darah yang
meninggalkan insang banyak mengandung oksigen. Dari insang darah mengalir
melalui vena sambil mengedarkan oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan
selanjutnya menuju ke atrium jantung, lalu mengalir ke bilik.Peredaran darah ikan
hanya sekali melewati jantung. Peredaran darah yang demikian disebut peredaran
darah tunggal (Brotowidjoyo, 1990).
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan
dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah.
Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung
banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki
banyak kapiler, sehingga memungkinkan oksigen berdifusi masuk dan
karbondioksida berdifusi keluar (Kimball,1992).
Otot-otot pada ikan berbentuk bulat yang melingkari vertebrae. Otot ikan pada
tahap embrio disebut dengan myomere. Adapun, pada ikan dewasa otot tersebut
disebut myotome. Lapisan pembungkus otot disebut myoseptum. Adapun, otot
tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu, otot epaxial dan otot hypaxial
(Brotowidjoyo, 1990).
Adapun sistem rangka pada ikan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu cranium
(tulang kepala), tulang rusuk, dan vertebrae. Vertebrae terdiri dari beberapa bagian,
yaitu centrum, arcus neuralis (berpangkal pada dorsal ventrum), spina neuralis
(lanjutan dari arcus neuralis), canalis neuralis (rongga sum-sum tulang belakang),
arcus hemalis (berpangkal pada deretan ventral centrum), canalis hemalis (rongga
yang terdapat pada vena dan arteri caudalis), dan spina hemalis (lanjutan dari arcus
hemalis) (Djuanda, 1982).

5
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pengamatan Anatomi Pisces dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6


September 2018 di Laboratorium Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Anatomi Pisces adalah gunting bedah, pinset
mata, pisau cutter, sabun cuci, jarum pentul bedah, jarum suntik 1 cc, masker dan
sarung tangan, sabun cair, buku gambar dan alat tulis, serta tissue. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus) jantan dan betina.

3.3. Cara Kerja

Pada praktikum Anatomi Pisces kali ini adapun cara kerjanya yaitu pertama ikan
yang akan dibedah diletakkan di atas bak bedah dan dimatikan terlebih dahulu. Ikan
dimatikan dengan cara memukul bagian lateral linenya di bagian dorsal. Selanjutnya
ikan dibedah pada bagian abdomennya dengan menggunakan pisau cutter dan
gunting bedah, lakukan pembedahan tersebut dengan hati-hati agar organ dalam ikan
tidak rusak. Kemudian dikeluarkan semua organ yang terdapat didalam perut ikan
tersebut dengan bantuan pinset mata, lalu organ tersebut diletakkan diatas kertas
HVS dan diuraikan masing-masing organnya supaya mudah diamati. Setelah itu
dibandingkan antara ikan nila jantan dan betina dengan melihat organ vitalnya. Dan
langkah terakhir yaitu organ anatomi ikan serta morfolginya digambar didalam buku
gambar masing-masing praktikan.

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Pisces

F E A

G D
H

Gambar 1. Morfologi Oreochromis


Gambar 2. Morfologi
niloticus:(a).Overculum, (b).Organum
visum, Oreochromis niloticus
(c)Oral, (d).Pinna abdominalis, Sumber : Indie, 2009
(e).Pinna dorsalis, (f).Pinna caudalis,
(g).Pinna analis,(h).Sisik Scenoid
Sumber : Kelompok 6

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil ikan terbagi dari 3
bagian tubuh utama, yaitu bagian kepala, badan serta ekor. Hal ini dapat terlihat
jelas, ketika pengamatan pada bagian didekat kepalanya terdapat insang yang mana,
insang ini berfungsi sebagai alat pernapasan pada ikan. Ikan juga memiliki sirip yang
mana sirip ini berguna untuk dijadikan alat bantu renang, membantu kestabilan ikan
untuk berenang.
Hal ini sesuai dengan literatur yang telah didapatkan yaitu, Secara
morfologinya Pisces memiliki 3 bagian yaitu: caput, truncus dan cauda. Pertama
pada bagian kepala (caput) memiliki 4 bagian lagi yaitu: Rimaoris (celah mulut)
,terdapat pada ujung rostrum (moncong). Fovea nasalis, yaitu sepasang cekung
hidung didorsal mulut. Organon visus yang merupakan alat penglihatan pada pisces
dan yang terakhir ada yang kita kenal dengan yang namanya apparatus opercularis
atau yang lebih dikenal dengan tutup insang, apparatus opercularis ini terdapat

7
sepasang dan terletak dikiri dan kanan bagian belakang caput serta dengan bentuk
setengah bulatan dan berfungsi untuk melindungi insang yang berfungsi sebagai alat
pernafasan(Campbell, 2000).
Sedangkan pada bagian badan ikan terdapat sisik, sirip, dan terdapat garis
didekat vertebrae, garis tersebut lurus memanjang sampai cauda. Garis ini
menghubungkan antara otak dan tulang punggung belakang. Hal ini sesuai dengan
literatur, yaitu kedua pada bagian badan(truncus) memiliki 4 bagian lagi yaitu:
Epidermis, dimana epidermis tersebut tipis, transparan dan licin hal ini disebabkan
karena epidermis tersebut menghasilkan mucus atau getah bening. Squama (sisik)
merupakan bagian yang terdapat dibawah epidermis, tersusun sebagai susunan
genting dengan bagian belakang bebas sehingga ada bagian sisik yang tertutup oleh
sisik lain. Sedangkan, linea lateralis atau yang lebih dikenal dengan gurat sisi
merupakan suatu bangunan berupa garis memanjang disisi lateral truncus, dimulai
dari kepala sampai kepangkal ekor. Dan bagian yang terakhir yaitu adanya dua buah
lubang keluar (muara) yaitu anus yang merupakan muara saluran makanan sebagai
lubang pembuangan sisa-sisa makanan;parus urogenitalis merupakan muara bersama
dari saluran kelamin dan saluran kencing (Djuhanda, 1982).
Ketiga pada bagian ekor (cauda), dibagian ekor ini terdapat sirip ekor yang
mempunyai bentuk protocercal. Selain itu juga,sesuai dengan literatur dan hasil
praktikum yang telah dilakukan,ada 5 sirip ikan yang diketahui yaitu: sirip dorsal
(punggung), sirip caudal (ekor), sirip anal (anus), sirip pectoral (perut) dan sirip
ventral (dada) (Bond, 1979)

A B

Gambar 3. Oreochromis niloticus: (a) Betina, (b) Jantan


Sumber : kelompok 6

8
Gambar 4. Oreochromis niloticus
Sumber : Sugiarto, 1988
Dari pengamatan yang telah dilakukan maka dapat kita ketahui perbedaan antara ikan
nila jantan dan betina. Dilihat dari ukuran sisiknya, pada nila jantan lebih besar dari
ukuran sisik nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak
runcing yang berfungsi untuk muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak
didepan anus, sedangkan pada betina mempunyai lubang genital terpisah dengan
lubang saluran urin yang terletak didepan anus. Bentuk hidung dan rahang ikan nila
jantan melebar dan berwarna biru muda, pada ikan nila betina bentuk hidung dan
rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Kematangan gonad ikan
nila dapat diketahui dengan melakukan pengurutan perut kearah anus dan akan
mengeluarkan cairan kental berwarna bening pada ikan nila jantan sedangkan pada
ikan nila betina kuning kehijauan.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa perbedaan antara ikan
jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin
sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang
berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma.
Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke
belakang yang memberi kesan kokoh. Sedangkan yang betina biasanya pada bagian
perutnya besar (Suyanto, 2010).

9
4.2 Anatomi Pisces

4.2.1 Sistem Pencernaan

A
G

Gambar 5. Sistem pencernaan Gambar 6.Sistem


Oreochromis niloticus:
pencernaanOreochromis niloticus:
(a). Ventriculus, (b) Intestinum
tenue, Sumber : Raharjo, 1990
(c). Intestinum crassum, (d).Cloaca,
(e). Hepar, (f).Vesica felea, (g).
Pankreas
Sumber : kelompok 6

Dari pengamatan yang telah dilakukan terhadap anatomi ikan nila dapat dilihat pada
gambar 3 diatas, organ dalam (sistem pencernaan) pada ikan nila tersebut
dikeluarkan dan diletakkan diatas kertas dan diamati masing-masingnya. Alat
pencernaan terdiri dari mulut, pharink, oesophagus, ventriculus, intestinum tenue,
dan intestinum crassum, dan anus. Namun pada praktikum kali ini kami tidak
menemukan oesophagus dikarenakan kerusakan dalam pengambilan organ dalam
ikan.
Menurut Djuhanda (1982), sistem digestoria dibagi menjadi 2 yaitu tractus
digestivus dan glandula digestoria. Tractus digestivus (saluran pencernaan) yang
melewati organ-organ berikut yaitu dimulai dari mulut, pharing, esophagus,
ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum, rectum dan anus. Kemudian ada
juga glandula digestoria (kelenjar pencernaan) yaitu berupa hepar (hati) ikan yang
berukuran kecil, berwarna merah tua dan terletak di dekat jantung. Selain hepar ada

10
juga namanya vesica fellea (kantung empedu) yang memiliki warna hijau dan
berbentuk bulatan kecil. Hati terletak di bagian muka rongga badan meluas
mengelilingi usus. Hati berfungsi sebagai tempat penawar racun dan merombak sel-
sel darah merah. Adapun kantung empedu berfungsi untuk menampung empedu yang
dihasilkan oleh hati. Sedangkan pancreas merupakan organ yang mensekresikan
enzim yang diperlukan dalam proses pencernaan (Sjafei, 1989).

4.2.2 Sistem ekskresi

Gambar 7. Ren (ginjal) Gambar 8. Ren (ginjal)


Sumber : kelompok 6 Sumber : Campbell, 2000
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat alat ekskresi pada ikan nila yaitu
ginjal (ren). Pada sistem sekresi terdapat ginjal, ginjal pada ikan ada 2 buah,
berwarna hitam, terletak diantara gelembung udara dan vertebra. Ginjal terletak
terpisah dengan sistem pencernaan pada ikan, yaitu terletak di bagian dorsal.
Sistem ekskresi berupa ren (ginjal) dari suatu lubang urogenital yaitu tempat
bermuaranya saluran ginjal yang berada dibelakang anus. Untuk sistem
reproduksinya, pada ikan jantan mempunyai testis sebagai sistem reproduksinya
sedangkan pada ikan betina mempunyai ovarium sebagai sistem reproduksinya dan
kedua sistem reproduksi ini terletak didalam rongga perut.Berdasarkan literatur
biasanya gonad pada ikan nila terdapat pada bagian posterior rongga perut disebelah
bawah ginjal (Sukiya, 2005).
Menurut Rahardjo (1980), Ikan memiliki alat ekskresi berupa sepasang ginjal
berwarna kemerahan bernama opistonefros yang merupakan tipe ginjal paling
primitif. Sepanjang ginjal tersebut berada di atas rongga perut, di luar peritonium, di

11
bawah tulang punggung dan aorta dorsalis. Fungsi ginjal yaitu untuk menyaring zat-
zat sisa metabolisme dan mengedarkan kembali zat-zat yang masih berguna ke
seluruh tubuh, menjaga keseimbangan tekanan osmotik tubuh dan menjaga
kekentalan urine.

4.2.3 Sistem reproduksi

Gambar 9. Sistem reproduksi Oreochromis niloticus


(a). ovarium (b). testis
Sumber : kelompok 6

Gambar 10. Sistem reproduksi Oreochromis niloticus


Sumber : Indie, 2009

Sistem reproduksi pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan
mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada
rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan
sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin
meningkatnya fungsi gonad. Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad,
terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal.
Menurut pernyataan Bond (1979) bahwa pada saat ikan nila bertelur dan
sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar

12
tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada,
kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut
menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva
tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan
sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya. Adapun perbedaan organ
reproduksinya, pada jantan terdapat testis yang dari morfologinya ditandai dengan
ada tonjolon runcing di dekat anusnya. Adapun pada betina terdapat ovarium yang
pada morfologi ikan tampak seperti tonjolan yang berbentuk oval.

4.2.4 Sistem sirkulasi

Gambar 11. Cor (jantung) Gambar 12. Cor (jantung)


Sumber : kelompok 6 Sumber : Indie, 2009
Sistem sirkulasi pada ikan menggunakan jantung. Ukuran jantung pada ikan lebih
kecil daripada hati. Jantung adalah organ yang berfungsi untuk memompa darah.
Pada saat praktikum jantung ikan tetap berdetak beberapa saat setelah dilakukan
pembedahan terhadap ikan tersebut.
Untuk sistem sirkulasinya, ikan memiliki 2 ruang jantung yaitu 1 atrium dan
1 ventrikel, lalu jantung tersebut terdiri dari 4 bagian yaitu sinus venosus, atrium,
ventrikel dan conus arterious. Prosesnya darah mengalir dari sinus venosus ke atrium
kemudian dari atrium ke ventrikel. Kontraksi ventrikel memaksa darah masuk ke
dalam conus arterious yang kecil dan keluar melalui ventral aorta pendek dan menuju
ke insang melalui 4 pasang branchial arteries yang berbeda. Atrium (serambi)
berfungsi untuk menerima darah dari seluruh tubuh dan ventrikel (bilik) berfungsi
untuk menyalurkan darah ke insang (Sukiya, 2005).

13
Selain daripada 2 ruang jantung itu terdapat pula yang namanya sinus venosus.
Sinus venosus terletak diantara atrium dan ventrikel. Tidak hanya sinus venosus tapi
ada juga bagian dari jantung ikan yang dikenal dengan conus arterious. Bila bilik
jantung berkontraksi, darah akan terpompa ke luar menuju ke insang. Di dalam
kapiler insang CO2 dibebaskan ke dalam air, sedangkan oksigen dari air berdifusi ke
dalam darah insang, sehingga darah yang meninggalkan insang banyak mengandung
oksigen. Dari insang darah mengalir melalui vena sambil mengedarkan oksigen dan
sari makanan ke seluruh tubuh dan selanjutnya menuju ke atrium jantung, lalu
mengalir ke bilik.Peredaran darah ikan hanya sekali melewati jantung. Peredaran
darah yang demikian disebut peredaran darah tunggal (Brotowidjoyo, 1990).

4.2.5 Sistem respirasi

B
C

Gambar 13. Sistem Gambar 14. Sistem respirasi


respirasi(a) Filament, (b) Gill Sumber : Ayulina, 2009
arch, (c) Gill rackers
Sumber : kelompok 6

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat dlihat bagian-bagian dari insang.


Insang ini merupakan cirri khas yang dimuliki ikan dengan kelas lainnya. Ikan
bernapas menggunakan insang (gill). Insang pada ikan terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu gill filament yang berwarna merah adalah lembaran insang, gill arch
merupakan bagian berwarna putih yang memisahkan filament dan gill racker,adapun
gill rackers adalah bagian yang berbentuk duri.

14
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa pada alat respirasi pada ikan sangat
berbeda dengan vertebrata yang lainnya, alat respirasinya masih sangat sederhana
yaitu masih menggunakan insang. Insang itu sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu gill
racker (lengkung insang), gill arch, dan filament (kumpulan dari lamella-lamela).
Sistem respirasi ini terjadi setelah operculum dibuka dan disana terlihat adanya
insang yang berwarna merah dan difusi oksigen dan karbondioksida terjadi di
filament (sisir-sisir yang berwarna merah). Filament ini terkait erat dengan kapiler
darah yaitu pembuluh afferent dan pembuluh efferent (Campbell, 2000).
Pada saat ikan bernapas operkulumnya tertutup, sedangkan lengkung-lengkung
insang membengkak ke lateral. Sementara itu, air masuk melalui mulut dan katup
oral tertutup, lengkung insang mengkerut, operkulum terangkat, dan air mengalir
keluar melalui filamen. Darah dalam filamen melepaskan Co2 dan mengikat O2 dari
air. Ketika bernapas tidak air yang masuk kedalam perut. Hanya ketika makan, ikan
memasukkan air bersama makanannya. Hal ini terjadi pada famili osteichyes
(Brotowidjoyo, 1990).

4.2.6 Sistem Otot

C
A

B D

Gambar 15. Sistem otot (a). Gambar 16. Sistem


epaxial, (b). hepaxial, (c). myotome, otot
(d). myoseptum Sumber : Ayulina, 2009
Sumber : kelompok 6

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa sistem otot
pada ikan terdiri dari Hypaxial muscles dan Epaxial muscles. Hypaxial muscles
merupakan otot bagian ventral atau bawah dan Epaxial muscles merupakan otot

15
bagian dorsal atau atas. Selain itu, ikan juga memiliki otot yang berwarna putih
(white muscle) dan otot berwarna merah (Red muscle).
Sesuai dengan literatur, otot yang terdapat pada kedua sisi tubuh ikan dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian atas (epaxial) dan bagian bawah
(hipaxial). Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh suatu selaput yang dinamkan
horizontal skeletogenous septum. Kedua otot terseut memiliki fungsi sesuai dengan
letak atau posisinya yang fungsinya dalam otot merupakan sistem organ tubuh yang
mempunyai peran sentral dalam setiap gerak ikan (Rahardjo, 2011).
Otot-otot pada ikan berbentuk bulat yang melingkari vertebrae. Otot ikan pada
tahap embrio disebut dengan myomere. Adapun, pada ikan dewasa otot tersebut
disebut myotome. Lapisan pembungkus otot disebut myoseptum. Adapun, otot
tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu, otot epaxial dan otot hypaxial
(Brotowidjoyo, 1990).

4.2.7 Sistem rangka

Gambar 17. Sistem rangka (a). Cranium, (b).Tulang rusuk, (c). Vertebrae
Sumber : kelompok 6

Gambar 18. Sistem rangka ikan


Sumber : Diktat Praktikum Struktur Hewan, 2018

16
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, terlihat susunan rangka yang
tersusun sepanjang tulang vertebra, yang mana tulang tersebut adalah tulang rusuk,
serta terdapat bagian penting lainnya yaitu kranium. Tulang ckanium terdapat pada
bagian kepala ikan. Adapun tulang vertebra terdapat pada sepanjang tubuh ikan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Brotowidjoyo (1990), yaitu tulang-tulang
yang terdapat pada pisces diantaranya adalah tulang kepala, kolumna vetrebalis,
rusuk, sabuk pektoral. Selain itu, juga terdapat tambahan tulang yang menyokong
jari-jari sirip. Skeleton viseral terdiri dari 7 pasang lengkung tulang. Rahang bawah
terdiri dari 3 tulang, rahang atas terdiri dari dua buah tulang. Insang terdapat 4 buah
pada setiap sisinya. Diantara tulang-tulang vertebra tulang-tulang rusuk yang
melekat.
Adapun sistem rangka pada ikan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu cranium
(tulang kepala), tulang rusuk, dan vertebrae. Vertebrae terdiri dari beberapa bagian,
yaitu centrum, arcus neuralis (berpangkal pada dorsal ventrum), spina neuralis
(lanjutan dari arcus neuralis), canalis neuralis (rongga sum-sum tulang belakang),
arcus hemalis (berpangkal pada deretan ventral centrum), canalis hemalis (rongga
yang terdapat pada vena dan arteri caudalis), dan spina hemalis (lanjutan dari arcus
hemalis) (Djuanda, 1982).

17
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum anatomi pisces ini yaitu
sebagai berikut :
1. Oreochromis niloticus merupakan suatu spesies yang tergolong kedalam
kelas Osteichthyes yang tubuhnya terdiri atas kepala, badan dan ekor.
2. Sistem pencernaan pada ikan terdiri dari alat pencernaan dan kelenjar
pencernaan.
3. Sistem ekskresi pada ikan menggunakan ren atau ginjal.
4. Alat reproduksi ikan jantan adalah testis, sedangkan betina mempunyai
ovarium.
5. Sistem sirkulasi pada ikan menggunakan jantung yang terdiri dari 2 ruangan
jantung, 1 atrium dan 1 ventrikel.
6. Sistem respirasi pada ikan menggunakan insang yang mempunyai 3 bagian,
yaitu filament, gill arch, dan gill rackers.
7. Otot pada ikan terbagi menjadi dua, yaitu epaxial dan hipaxial.
8. Rangka pada ikan mempunyai beberapa bagian, yaitu cranium, tulang rusuk,
dan vertebrae.

5.2. Saran
Saran yang dapat dimabil dari praktikum kali ini adalah dalam pembedahan
Oreochromis niloticus harus berhati-hati supaya organ dalamnya tidak ada yang
rusak. Sebaiknya sebelum praktikum, praktikan sudah menguasai materi tentang
objek yang akan dipraktikumkan agar ketika pengamatan tidak terlalu sulit.

18

Anda mungkin juga menyukai