Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan cupang (Betta sp.) termasuk jenis ikan air tawar yang digolongkan dalam
ordo Perciformes. Habitat ikan cupang (Betta sp.) berasal dari beberapa negara di
Asia Tenggara antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia dan Vietnam.
Di Indonesia, ikan cupang (Betta sp.) merupakan ikan hias yang memiliki nilai
ekonomis tinggi karena ikan cupang memiliki keindahan warna sirip dan ekor.
Keindahan sirip dan ekor yang dimiliki ikan cupang inilah yang meningkatkan minat
masyarakat untuk membudidayakan ikan cupang.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum membudidayakan ikan cupang adalah
mengetahui perkembangbiakan ikan cupang yang bersifat bubblenester yaitu
membuat sarang busa sebelum berpijah. Pada umumnya, umur ikan cupang yang siap
bereproduksi berkisar 3,5-4 bulan dengan ukuran ± 4cm dengan jumlah telur berkisar
700 butir.1
Selain umur, pemberian pakan yang sesuai dapat memengaruhi jumlah anakan
yang dihasilkan. Adapun jenis pakan yang diberikan kepada ikan cupang adalah jentik
nyamuk. Berdasarkan literatur, selain jentik nyamuk sebagai pakan ikan cupang dapat
pula diberikan cacing rambut (Tubifex sp.) dan pelet ikan cupang.2
Protein sangat dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan dan perbaikan jaringan
dalam tubuh ikan. Protein tinggi dalam makanan juga dapat membantu ikan untuk
memproduksi sel telur atau sperma dengan kualitas baik dengan jumlah yang relatif
banyak. Lemak juga dibutuhkan oleh ikan sebagai sumber energi untuk bergerak.
Komposisi protein pada jentik nyamuk sebesar 67,80%, pada pelet ikan cupang
sebesar 48%, sedangkan pada cacing rambut sebesar 57%. Selain protein yang
terkandung pada ketiga pakan ikan cupang, juga terdapat lemak, dengan komposisi

1.Dewantoro, 2001, Fekunditas dan produksi larva pada ikan cupang (Betta splendens Regan) yang berbeda umur dan
pakan alaminya. Jurnal Iktiologi Indonesia. (Online) Vol. 1, No.2, (http://iktiologi-indonesia.org/jurnal/1-2/07_0001.pdf
,diakses11Oktober 2011).
2 Ibid

1
lemak pada jentik nyamuk, sebesar 14,6%, pelet ikan cupang 8%, cacing rambut
13,3%.3
Selain itu ada beberapa hal lain yang melatarbelakangi penelitian ini, yakni karena
ikan cupang (Betta sp.) merupakan salah satu ikan hias yang memiliki data statistik
yang cukup tinggi dalam dunia penjualan ikan hias, dengan tingkat permintaan
eksportir maupun yang semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data statistik
yang diperoleh dari Kabupaten Tangerang pada tahun 2008 mengenai tingkat
produksi dan ketersediaan ikan, ikan cupang yang merupakan salah satu ikan hias
yang memiliki tingkat produksi yang tinggi. Sampai saat ini pun potensi ikan hias di
Kabupaten Tangerang masih dapat ditingkatkan, hal ini disebabkan karena permintaan
ikan cupang yang tinggi namun tidak dapat dipenuhi oleh pembudidaya ikan hias,
pada tahun 2008 tercatat bahwa permintaan dari eksportir sebesar 15.000 ekor
perbulan yang baru dapat dipenuhi maksimal 5.000 ekor.
Berdasarkan data statistik tingkat produksi dan ketersediaan ikan hias khususnya
ikan cupang yang terdapat di Kabupaten Tangerang, dapat dilampirkan sebagai
berikut4 :

No Komoditas Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV Total


1 Cupang 283,640 284,605 512,412 521,421 1,602,078
(Betta sp.)

Kuartil pada tabel diatas menunjukkan waktu untuk setiap tiga bulan (triwulan)
pengambilan data, yang dilakukan selama satu tahun, dimana pada akhir 2008
memperoleh ikan cupang sebanyak 1,602,078, dari total benih yang pertama kali
disebar sebanyak 283,640 , hal ini pun dilakukan untuk memenuhi permintaan ekspor
terhadap ikan cupang.

Dengan adanya percobaan mengenai pemberian berbagai jenis pakan ikan cupang
dalam meningkatkan jumlah anakan ikan cupang, diharapkan dapat mempermudah
dan membantu pembudidaya ikan cupang dalam meningkatkan jumlah produksi
penjualan ikan hias khususnya ikan cupang.

3
Sugito. Pemeliharaan Benih Ikan Hias Hujeta (Ctenolucius hujeta Valenciennes,1850) Dengan Pemberian Berbagai Pakan
Hidup. Diakses dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7108710.pdf , pada tanggal 12 Oktober 2011, pukul 20.00 WIB

4
Dinas Informasi dan Komunikasi Pemerintah Kota Tangerang. Profil: Ekonomi > Perikanan dan Peternakan Tingkat
Produksi/Ketersediaan Ikan. Diakses dari http://www.tangerangkota.go.id/mobile/detailprofilkota/1/24/83, pada tanggal
10 oktober 2011, pukul 20.19 WIB

2
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba mengadakan penelitian
mengenai “Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Pakan (Jentik Nyamuk, Pelet
Ikan Cupang, Dan Cacing Rambut) Terhadap Jumlah Anakan Pada Ikan
Cupang (Betta sp.)”

1.2 Pembatasan Masalah


Agar pokok masalah yang dibahas tidak terlalu luas dan untuk mempermudah
memahami masalah maka permasalahan dibatasi sebagai berikut :
1. Subjek penelitian : Ikan Cupang (Betta sp.)
2. Objek penelitian : Jumlah Anakan Ikan Cupang
3. Parameter penelitian : Jumlah banyaknya anakan ikan cupang yang dihasilkan

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah pengaruh berbagai jenis pakan ikan cupang terhadap peningkatan
jumlah anakan ikan cupang?
2. Berapakah jumlah anakan yang dihasilkan ikan cupang?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis pakan
(pelet, cacing rambut dan jentik nyamuk) terhadap jumlah anakan ikan cupang.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini untuk membantu masyarakat dalam memaksimalkan
pembudidayaan ikan cupang (Betta sp.) terhadap permintaan pasar (baik ekspor
maupun import), seperti yang kita ketahui ikan cupang memilki daya tarik dari
keindahan yang dimiliki oleh ikan cupang sehingga banyak masyarakat yang
meminati ikan cupang tersebut untuk dipelihara sebagai ikan hias.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


A. Klasifikasi Ikan Cupang (Betta sp.)
Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Osphronomidae
Genus : Betta
Spesies : Betta sp.

B. Habitat Ikan Cupang (Betta sp.)


Syarat habitat ikan cupang pada umumnya berada di kedalaman air dalam
aquarium maksimal 60 cm. Suhu air antara 22⁰-25⁰C. pH air antara 6.5-8.0.
Kesadahan air berkisar antara 5-12 dH. Di pagi hari terkena sinar matahari yang
tidak terlalu terik dan terhindar dari air hujan.

C. Deskripsi Ikan Cupang (Betta sp.)


Ikan jantan akan berwarna lebih mencolok saat dalam kondisi siap memijah.
Telur berdiameter 0.30 cm. Setelah menetas dan berumur 1 hari, ukuran ikan
menjadi 0.25 cm (diukur dari ujung kepala sampai pangkal ekor). Umur 1 minggu,
ukuran ikan menjadi 0.50 cm. Umur 5 minggu panjang ikan rata-rata 1.5 cm.
Pemijahan biasanya berlangsung saat cupang jantan sudah mencapai umur 5-6
bulan dan cupang betina berumur 4-5 bulan. Termasuk jenis Mouthbreeder artinya
setelah terjadi pemijahan, telur yang telah dibuahi akan dimasukkan ke dalam
mulut cupang jantan hingga menetas. Satu kali pemijahan akan menghasilkan
kira-kira 30-60 buah telur. Masa inkubasi antara 9-12 hari. Setelah menetas dan
berukuran 0.70 cm, larva ikan tidak akan berada dalam mulut induk jantan. Ikan
ini termasuk kelompok ikan karnivora (memakan binatang hidup). Makanannya
berupa larva serangga air, jentik nyamuk dan cacing rambut.

4
D. Pemilihan Induk
Pemilihan induk merupakan tahap paling penting dan menentukan dalam
proses breeding. Karena indukan yang berkualitas akan menghasilkan anakan
yang berkualitas pula. Dalam memilih calon induk dilakukan pada ikan yang
berumur diatas 6 bulan. Sebab ikan yang sudah berumur 6 bulan memiliki
kematangan seksual secara sempurna. Organ seks ikan sudah dapat menghasilkan
gonad dan sperma yang berkualitas. Lebih baik jika indukan betina yang akan
memijah adalah betina yang masih perawan atau belum pernah bertelur. Indukan
yang baik adalah indukan yang telah matang secara seksual sehingga tingkat
keberhasilan dan angka tetas dapat mencapai 80%-90%. Berikut ini ciri-ciri
indukan yang baik dan siap kawin5:
a. Pejantan
1) Telah mencapai usia delapan bulan. Dapat ditandai dengan ukuran yang
sudah melebihi empat senti meter. Atau melihat pangkal ekor yang kekar.
2) Memiliki bentuk fisik yang bagus.
3) Memiliki mental yang berani.
4) Memiliki warna yang cerah dan cemerlang.
5) Sering membuat gelembung busa di permukaan air.
6) Gerak-gerik yang genit ketika melihat cupang betina
b. Betina
1) mencapai usia yang cukup yakni 6 bulan. Ditandai dengan perutnya yang
gendut.
2) Memiliki bentuk fisik yang bagus.
3) Memiliki warna cemerlang serta sirip yang tegas.
4) Tubuh ikan berubah warna menjadi garis-garis transparan seperti zebra.
5) Bintik putih pada abdomen yang menjendol tanda telur siap dibuahi.

Hendaknya bakalan indukan berasal dari induk yang berbeda. Lebih baik lagi jika
melakukan perkawinan silang dari jenis dan warna yang lain.

5
Anonim. Cara ternak ikan cupang. Diakses dari
http://usahakecil.info/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=30 tanggal 15 Oktober 2011pukul 07.10 WIB

5
E. Pemeliharaan Ikan Cupang (Betta sp.)
Ikan cupang adalah salah satu tipe ikan petarung, untuk mengantisipasi hal
tersebut maka sebaiknya ikan cupang dipisahkan satu sama lain antara jantan dan
betina agar tidak terjadi persaingan atau kompetisi satu sama lain, kecuali pada
saat pemijahan akan dilakukan. Ikan cupang sebaiknya diberikan pakan dua kali
dalam sehari dengan jumlah pemberian pakan yang sesuai dengan porsinya,
Biasanya pemberian pakan dapat dilakukan pada pukul 07.00 WIB dan 17.00
WIB. Dalam pemeliharaannya, sebaiknya air ikan cupang diganti setiap 2 hari
sekali, untuk menjaga kondisi ikan cupang agar tidak terkena penyakit.6

F. Pakan Ikan Cupang (Betta sp.)


Pemberian pakan jangan terlalu banyak tetapi secukupnya karena apabila
terlalu banyak pakan nantinya akan mengotori air (pakan akan mengendap dan
membusuk di dasar air) di dalam akuarium atau botol.
Pakan untuk ikan cupang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Jentik Nyamuk
Ada beberapa cara untuk menyeleksi jentik nyamuk, jentik nyamuk
yang diambil dari selokan atau empang biasanya masih kotor dan bercampur
dengan larva hewan lain. Untuk memisahkannya, jentik nyamuk dimasukkan
ke air es, secara otomatis jentik nyamuk akan mengendap ke dasar sedangkan
yang bukan jentik nyamuk mengapung. Non jentik nyamuk yang mengapung
di air dibuang secara perlahan-lahan dan jentik nyamuk diambil dengan
saringan halus, lalu dimasukan ke dalam air yang telah ditetesi PK, dosis 1/2
tetes untuk ember ukuran 15 liter, ini untuk "membangunkan" jentik nyamuk,
setelah itu jentik nyamuk dicuci dengan air bersih dan siap dijadikan pakan
ikan cupang.
Untuk mengontrol jumlah pemberian pakan, sebaiknya kita gunakan
takaran, seperti sendok teh atau botol plastik bekas. Botol plastik yang diberi
selang bisa dimanfaatkan untuk sarana pemberian makanan cupang. Selain
murah, alat ini juga mudah dioperasikan. Untuk menggunakannya, masukkan
jentik nyamuk ke dalam botol, lalu semprotkan satu per satu ke dalam
akuarium.

6
Anonim. Cara ternak ikan cupang. Diakses dari
http://usahakecil.info/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=30, pada tanggal 15 Oktober 2011pukul 07.10 WIB

6
Jentik nyamuk cocok dijadikan makanan pokok saat cupang sudah
berumur 1.5 bulan. Adapun kandungan nutrisi yang terkandung dalam jentik
nyamuk yaitu protein 67,80% dan lemak 14,60%.

2. Pelet Ikan Cupang ( Betta Vit )


Pelet ikan cupang (Betta Vit) memiliki komposisi yaitu ragi, crustacea
atau udang, ekstrak protein, algae, kedelai, tepung terigu, multivitamin,
mineral, lesitin, substansi immune, kalsium, enzim, spirulina, mineral organik,
asam sitrat, dan Krill.
Adapun kandungan nutrisi yang terkandung dalam Pelet Ikan Cupang
(Betta Vit) yaitu protein 48,0%; lemak 8,0%; serat 3,0%; dan moisture 5,0%.

3. Cacing Rambut
Cacing rambut (Tubifex sp.) memiliki kandungan protein dan lemak
yang tinggi. kandungan protein cacing rambut berkisar antara 57%, sedangkan
kandungan lemaknya berkisar antara 13,30%.
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jentik Nyamuk, Betta Vit, dan Cacing
Rambut7

Kandungan Persentase (%)


Gizi Jentik Pelet Ikan Cacing
3.
Pakan Nyamuk Cupang Rambut
Protein 67,80% 48% 57%
Lemak 14,60% 8% 13,30%

Protein sangat dibutuhkan oleh ikan dalam membentuk dan


memperbaiki jaringan dalam tubuh ikan. Protein tinggi dalam makanan juga
dapat membantu ikan untuk memproduksi telur atau sperma yang kualitasnya
baik dengan jumlah yang relatif banyak. Lemak juga dibutuhkan oleh ikan
sebagai sumber energi untuk bergerak.

7
Sugito. Pemeliharaan Benih Ikan Hias Hujeta (Ctenolucius hujeta Valenciennes,1850) Dengan Pemberian Berbagai Pakan
Hidup. Diakses dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7108710.pdf ,pada tanggal 12 Oktober 2011, pukul 20.00 WIB

7
G. Teknik Pemijahan Ikan Cupang (Betta sp.)
1. Pisahkan induk jantan dan induk betina, beri makan selama 3 – 4 hari.
2. Masukan Induk jantan kedalam tempat pemijahan, seperti toples kaca atau
stoples akuarium, ember, atau baskom yang telah diberi substrat dengan
kedalaman air sekitar 20 – 25 cm.
3. Masukan induk betina pada sore hari. Namun untuk menjaga keutuhan induk
betina serta agar tidak diserang oleh cupang jantan, tempatkan betina pada
posisi aman yaitu letakan botol dengan ukuran tinggi lebih dari 25 cm di
dalam akuarium proses pemijahan. Kehadiran induk betina dalam botol
dapat merangsang induk jantan yang segera membuat sarang busa. Teknik
ini bisa disebut proses penjodohan.
4. Angkat wadah indukan betina pada pagi hari setelah proses penjodohan
dilakukan. Induk betina siap dicampurkan dengan induk jantan di akuarium
pemijahan. Jika berjodoh, tidak lama kemudian proses pemijahan pun
berlangsung. Usahakan selama proses pemijahan berlangsung, keadaan tetap
tenang agar indukan tidak kaget dan malu.
5. Pindahkan cupang betina setelah 1-2 jam pemijahan berlangsung dan beri
makan secukupnya
6. Biarkan indukan jantan menjaga dan menetaskan telur-telur tersebut. Setelah
menetas selama 2-3 hari anak ikan tersebut tidak perlu diberi makan karena
masih ada persediaan kuning telur dalam tubuhnya.

H. Reproduksi Ikan Cupang (Betta sp.)


Proses reproduksi ikan cupang berlangsung ketika cupang jantan telah siap
dengan cara membuat sarang gelembung di permukaan air.8 Cupang jantan yang
berenang ke permukaan air mengambil tegukan udara dan meludahkan suatu
gelembung udara di tempat sarang (mucus coated). Proses pembuatan sarang ini
terjadi dalam hitungan jam. Ikan jantan akan bergoyang-goyang seperti halnya
menari sebagai tanda bahwa cupang jantan meminang cupang betina. Cupang
jantan akan mengejar cupang betina untuk memikatnya dan dibawa ke sarang
gelembung yang cupang jantan buat. Saat cupang betina menerima

8
Anonim. Cara ternak ikan cupang. Diakses dari
http://usahakecil.info/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=30, pada tanggal 15 Oktober 2011pukul 07.10 WIB

8
pinangan cupang jantan, dimulailah proses reproduksi ini yang kemudian
menghasilkan telur.
Proses pemijahan cupang berlangsung dengan cara cupang betina
mengeluarkan telur-telur dan cupang jantan membuahi kemudian meletakkannya
di dalam sarangan busa. Setiap proses reproduksi berhasil, cupang-cupang
tersebut akan menghasilkan rata-rata sekitar 400-500 butir telur. Cupang
jantan akan menjaga sarang, merawat telur hingga larva menetas sekitar 2-3 hari
sehingga menjadi anakan.

2.2 Kerangka Pemikiran


Jentik nyamuk, pelet ikan cupang dan cacing rambut mengandung protein dan
lemak. Lemak dapat meningkatkan energi dan mempercepat gerakan ikan. Protein
dapat menggantikan jaringan dan sel-sel yang rusak. Sehingga, kesehatan organ
reproduksi akan meningkat. Hal tersebut dapat meningkatkan jumlah anakan ikan
cupang.

Cacing Rambut, Pelet ikan, dan Jentik


nyamuk
Mengandung protein dan
Lemak

Lemak dapat meningkatkan Protein dapat mengganti


energi, mempercepat gerakan ikan jaringan dan sel-sel yang rusak

Kesehatan organ reproduksi


akan meningkat

Jumlah anakan ikan cupang


akan meningkat

9
2.3 Hipotesis
“Ada pengaruh pemberian tiga jenis pakan ikan cupang terhadap peningkatan
jumlah anakan ikan cupang.”

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
eksperimen.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu. Mulai pada tanggal 07 November 2011
serta penelitian ini dilakukan di Pakupatan Serang.
3.3 Populasi dan Sample
Populasi dan sample dalam penelitian ini adalah semua ikan cupang yang
berjumlah 15 ekor betina dan 15 ekor jantan yang ditempatkan di botol air mineral.
Jumlah botol sama dengan total jumlah ikan cupang yaitu 30 botol.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah jentik nyamuk, pelet
ikan cupang, dan cacing rambut. Variabel terikat adalah ikan cupang, sedangkan
variabel kontrolnya adalah suhu air, PH air, dan intensitas cahaya matahari yang
sama.

3.5 Metode Kerja

3.5.1 Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol air mineral
sebanyak 30 botol dengan tinggi 12 cm dan diameter botol 7,5 cm, ember dan
tutupnya, penyaring.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air bersih, daun
pisang, dan pakan ikan (Jentik nyamuk, Pelet ikan cupang, dan Cacing
rambut).

11
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

1.1 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.


1.2 Membuat habitat ikan cupang.
Ikan cupang ditempatkan di dalam botol Air Mineral dengan isi air 300ml.
Tinggi botol yaitu 12 cm dan diameter botol yaitu 7,5 cm. Jumlah botol
sama dengan jumlah ikan cupang sebanyak 30 botol. Botol ikan cupang
jantan berdekatan dengan botol ikan cupang betina yang ditentukan
sebagai pasangannya. Hal ini dilakukan agar penjodohan ikan terjadi dan
ikan jantan dengan segera membuat bubblenester (buih-buih).
1.3 Lingkungan habitat
Suhu air antara 22⁰-25⁰C dan pH air antara 6,5-8,0. Setiap botol
ditempatkan pada keadaan yang cukup sinar matahari dan terlindung dari
hujan.
1.4 Penempatan ikan cupang dan penentuan pakan ikan cupang secara acak.

PERLAKUAN

Botol 1 Botol 2 Botol 3


PENGULANGAN

Botol 4 Botol 5 Botol 6

Botol 7 Botol 8 Botol 9

Botol 10 Botol 11 Botol 12

Botol 13 Botol 14 Botol 15

12
Pada percobaan ini terdapat tiga perlakuan dan masing-masing
perlakuan dilakukan pengulangan lima kali. Pemberian pakan dilakukan
secara acak.
Mekanisme Rancangan Acak Lengkap :
1. Menyediakan 15 ekor ikan cupang betina dan 15 ekor ikan cupang
jantan berumur 6 bulan dari jenis dan warna yang berbeda.
2. Menyediakan 2 toples yang berisi beberapa label untuk penempatan
ikan cupang dan pemberian pakan. Dalam toples pertama berisi 15
label sesuai dengan jumlah botol, dan toples kedua berisi 15 label
dengan 3 jenis pakan yang berbeda.
3. Melakukan pengundian dengan mengambil satu label dari toples yang
menentukan penempatan botol ikan sekaligus mengambil satu label
dari toples yang menentukan jenis pakan ikan cupang yang akan
diberikan ke dalam botol tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan
2.1 Pemberian Pakan
Pemberian pakan disesuaikan dengan pemberian label yang telah
diperoleh pada saat pengundian. Pemberian pakan dilakukan sebanyak
dua kali dalam sehari, yaitu jam 7 pagi dan jam 5 sore, dimana porsi
pemberian pakan disesuaikan dengan aturan pakai dalam pemberian
pakan.

2.2 Penggantian Air


Penggantian air dilakukan setiap dua hari sekali, untuk senantiasa
menjaga kebersihan air, sirkulasi udara, dan kesehatan ikan.

2.3 Pemijahan
1. Induk jantan dan induk betina dipisahkan dan diberi makan selama
3 – 4 hari.
2. Masukan induk jantan kedalam tempat pemijahan (baskom) yang
telah diberi air dengan kedalaman air sekitar 20 – 25 cm dan daun
pisang yang dipotong kecil untuk tempat busa yang dikeluarkan
jantan dan tempat pejantan menaruh telurnya.

13
3 Masukan induk betina pada sore hari. Namun untuk menjaga
keutuhan induk betina serta agar tidak diserang oleh cupang jantan,
tempatkan betina pada posisi aman yaitu letakan botol dengan
ukuran tinggi lebih dari 25 cm di dalam akuarium proses
pemijahan. Kehadiran induk betina dalam botol dapat merangsang
induk jantan yang segera membuat sarang busa. Teknik ini bisa
disebut proses penjodohan.
4 Setelah melalui proses penjodohan dengan cirri-ciri perut ikan
betina lebih besar dan pada abdomen berwarna putih.
5 Angkat wadah indukan betina pada pagi hari setelah proses
penjodohan dilakukan. Induk betina siap dicampurkan dengan
induk jantan di baskom pemijahan. Jika berjodoh, tidak lama
kemudian proses pemijahan pun berlangsung. Usahakan selama
proses pemijahan berlangsung, keadaan tetap tenang agar indukan
tidak kaget dan malu.
6 Pindahkan cupang betina setelah 1-2 jam pemijahan berlangsung
dan beri makan secukupnya
7 Biarkan indukan jantan menjaga dan menetaskan telur-
telur tersebut. Setelah menetas selama 2-3 hari anak ikan tersebut
tidak perlu diberi makan karena masih ada persediaan kuning telur
dalam tubuhnya.

2.4 Menghitung jumlah anakan


Penghitungan jumlah anakan dilakukan dengan manual yaitu
menghitung satu persatu dengan cara anakan yang sudah dihitung
dipindahkan ke baskom yang lain.

3.6 Rancangan Analisis Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) satu faktor, yaitu beberapa jenis pakan ikan cupang :

P 1 : Pemberian Pakan Cacing Rambut gram

14
P 2 : Pemberian Pakan Jentik Nyamuk gram

P 3 : Pemberian Pakan Pelet Ikan Cupang gram

Masing-masing perlakuan 5 x ulangan

Tabel 2. Rancangan Penelitian


Perlakuan Ulangan
Pakan 1 2 3 4 5
P1 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5
P2 P2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5
P3 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5

3.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan:
1. Metode eksperimen
Metode eksperimen digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan
percobaan langsung.
2. Metode observasi
Metode observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan hasil
reproduksi ikan cupang. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 2
minggu.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menganalisis jumlah anakan yang
dihasilkan ikan cupang. Data hasil perolehan seluruhnya kemudian disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil jumlah anakan ikan cupang.
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-
1 2 3 4 5 rata
P1
P2
P3

15
3.8 Analisis Data
Untuk menganalisis jumlah anakan yang dihasilkan ikan cupang, maka
digunakan analisis varian (ANOVA) satu jalur/one way taraf 5% dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Analisis Varians Satu Jalur
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Menggunakan tabel data pengamatan
b) Menentukan derajat bebar (Db) untuk perlakuan, galat, dan total
- Db total = jumlah seluruh observasi – 1
- Db perlakuan = jumlah perlakuan – 1
- Db galat = Db total – Db
c) Menghitung Jumlah Kuadrat (JK)
(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛)2 𝑌𝑖𝐽2
- FK (Faktor Korelasi) = =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑟. 𝑡
- JK total = ∑ 𝑌 2 = FK
∑(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛) 2
- JK Perlakuan = – FK
𝑟 (𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛)

- JK Galat = JK Total- JK Perlakuan


d) Menghitung Kuadrat Tengah (KT)
𝐽𝐾𝑃
- KT Perlakuan =
𝐷𝐵𝑃
𝐽𝐾𝐺
- KT Galat =
𝐷𝐵𝐺
e) Mencari F Hitung
𝐾𝑇𝑃
- F Hitung =
𝐾𝑇𝐺
f) Melihat Ftabel untuk 5%
g) Mengisi tabel ANOVA dengan nilai-nilai yang telah diperoleh
Sumber Variasi DB JK KT F hitung F tabel 5%
1. Perlakuan
2. Galat
JUMLAH

16
2 Uji BNT taraf 5%.
Setelah dilaksanakan analisis data Anova satu jalur, maka dilanjutkan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan:
- Kuadrat Tengah Galat (KTG)
- Derajat Bebas Galat (DBG)
- r (ulangan)
- t 5%
b) Menghitung Sd

2 𝐾𝑇𝐺
Sd = √
𝑟

c) Menghitung BNT taraf 5%


BNT 5% = t × Sd
d) Membuat tabel BNT taraf 5%
e) Membandingkan nilai-nilai perlakuan dalam tabel dengan BNT taraf 5%
f) Membuat keputusan uji BNT taraf 5%

17

Anda mungkin juga menyukai