Anda di halaman 1dari 14

by

‘M Nurhidayatullah Pascadh (04011181520058)’

SKENARIO A BLOK 20

Seorang laki-laki, 58 tahun datang berobat ke puskesmas dengan keluhan timbul lenting dan
lepuh pada dada kanan. Kisaran 1 minggu lalu pasien demam, timbil bercak merah ukuran
biji jagung beberapa buah disertai rasa nyeri dan pegal di daerah dada kanan. Kisaran 5 hari
lalu timbul lenting dan lepuh berkelompok di dada kanan, berisi cairan jernih sampai keruh.
Lenting dan lepuh kemudian timbul juga di ketiak kanan. Pasien pernah menderita cacar air
saat usia 10 tahun. Beberapa minggu ke belakang pasien kurang istirahat setelah acara
pernikahan anaknya. Pasien tidak ada riwayat kencing manis sebelumnya.

Pemerisaak Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign: Nadi: 82x/menit, RR: 21x/menit, Suhu: 37,2oC

Status dermatologikus:
Regio torakalis et axillaris setinggi nervus thoracalis T2-T3 dekstra:
 Vesikel multipel, milier sampai lentikuler diskret sebagian konfluen, zosteriformis,
daerah sekitar eritem dan edema.
I. Klarifikasi Istilah
1. Lenting: kulit melepuh berbentuk gelembung, mengandung cairan dengan ukuran
bervariasi.
2. Lepuh: Bengkak mengandung air.
3. Cacar air: Penyakit infeksi virus varicella-zoster.
4. Vesikel: Kantong kecil yang mengandung cairan atau tonjlan epidermis kecil
berbatas tegas dan mengandung cairan serosa (lepuh kecil).
5. Multipel: Bermacam-macam, berkali-kali, berlipat-lipat (banyak).
6. Milier: Menyerupai biji padi-padian/ jarum pentul.
7. Lentikuler: Suatu yang berbentuk seperti lensa/ biji jagung
8. Diskret: Terpisah satu dengan yang lain.
9. Konfluen: Dua atau lebih lesi yang menjadi satu.
10. Zosteriformis: Menyerupai herpes zoster
II. Indentifikasi Masalah
1. Seorang laki-laki, 58 tahun datang berobat ke puskesmas dengan keluhan timbul
lenting dan lepuh pada dada kanan. (*****)
2. 1 minggu lalu pasien demam, timbul bercak merah ukuran biji jagung beberapa
buah disertai rasa nyeri dan pegal di daerah dada kanan. (****)
3. Kisaran 5 hari lalu timbul lenting dan lepuh berkelompok di dada kanan, berisi
cairan jernih sampai keruh. Lenting dan lepuh kemudian timbul juga di ketiak
kanan. (***)
4. Pasien pernah menderita cacar air saat usia 10 tahun. Beberapa minggu ke
belakang pasien kurang istirahat setelah acara pernikahan anaknya. Pasien tidak
ada riwayat kencing manis sebelumnya. (**)
5. Pemerisaak Fisik: (*)
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign: Nadi: 82x/menit, RR: 21x/menit, Suhu: 37,2oC
6. Status dermatologikus: (*)
Regio torakalis et axillaris setinggi nervus thoracalis T2-T3 dekstra:
 Vesikel multipel, milier sampai lentikuler diskret sebagian konfluen,
zosteriformis, daerah sekitar eritem dan edema.
III. Analisis Masalah
1. Seorang laki-laki, 58 tahun datang berobat ke puskesmas dengan keluhan timbul
lenting dan lepuh pada dada kanan. (*****)
a. Bagaimana gambaran lenting dan lepuh pada dada kanan?

b. Apa hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan yang diderita?
Umur :
Lebih sering pada dewasa, pada usia > 50 thn, dan kadang – kadang pada
anak – anak namun jarang terjadi .
Jenis kelamin :
Pria dan wanita sama banyaknya

Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini merupakan reaktivasi dari


virus setelah infeksi primernya dalam bentuk varisela. Terkadang varisela
terjadi secara subklinis.1 Sekitar 4% penderita herpes zoster mengalami
episode berulang setelahnya. Herpes zoster yang berulang hampir khas terjadi
pada penderita dengan sistem imun yang rendah. Sekitar 25% penderita
dengan HIV dan 7-9% penderita yang mendapatkan transplantasi ginjal atau
jantung mengalami episode berulang.2
Walaupun reaktivasi herpes zoster dapat terjadi pada usia berapapun, namun
penyakit ini jarang ditemukan pada usia anak-anak, dan lebih sering pada usia
dewasa, biasanya pada orang tua diatas 60 tahun
c. Apa penyebab timbulnya lenting dan lepuh pada dada kanan?

Virus varisella zoster akan memperbanyak diri (multipikasi) dan membentuk


eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan
dasar kulit eritematosa dan edema, gejala ini akan terjadi selama 3-5 hari.
Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna abu-
abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Penyebaran vesikel bersifat
dermatomal mengikuti tempat persarafan yangdilalui virus varisella zoster.
Biasanya hanya satu saraf yang terlibat, namun di beberapa kasus bisa jadi
lebih dari satu saraf ikut terlibat. Vesikel akan pecah dan berair, kemudian
daerah sekitarnya akan mengeras dan mulai sembuh, gejala ini akan terjadi 3-
4 minggu. Padasebagian kecil kasus, eritema tidak muncul tetapi ada
rasa sakit.

d. Bagaimana mekanisme timbulnya lenting dan lepuh?

Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata
dan hampir selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah
tubuh. Erupsi mulai denga eritema, 12 – 24 jam kemudian terbentuk vesikel
yang berkelompok. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi
keruh (berwarna abu-abu), yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ke-
3. Seminggu sampai 10 hari kemudian lesi mengering menjadi krusta. Krusta
ini dapat menetap selama 2 – 3 minggu.

e. Bagaimana anatomi sistem integumen?

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap
total berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting
dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah
masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi
ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik
seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-
perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk
menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan
turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.

Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :

1. Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer).
Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan
teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600
μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm
untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki
rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

1. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses


melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar
epidermis. Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang
terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit
dan rambut.
2. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T.
3. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris
dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
4. Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat
tanduk) dan lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali.
Keratinosit yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling
dalam sebagai berikut:
a. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin
b. Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan
tipis yang homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat.
Stratum lucidum terdiri dari protein eleidin.
c. Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin.
d. Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum
basale. Sel pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti
bulat/lonjong.
e. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk
silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin.Pada lapisan basile
ini terdapat sel-sel mitosis.

2. Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas
jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa,
tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit
atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan lama,
berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar.
Sebasea, folikel jaringan rambut & pembuluh darah yang juga merupakan
penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis.
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis.
Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit
dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan
yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4
mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang
tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.

1. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,
makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan
papila dermis berada langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari
sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu
suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh
darah dan limfe, serabut saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar
rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel
jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit
menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan).
2. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang
(kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast yang
memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh
darah , limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.

3. Subkutan atau Hipodermis


Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak di dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan getah bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak
dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam yang banyak
mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga
panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga
sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang.
Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan
panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi.

f. Bagaimana penatalaksanaan awal pada pasien?


a. Umum
 Menjaga kebersihan luka
 Menjaga daerah luka tetap kering
 Mencegah garukan pada luka
b. Khusus
 Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
 Meloxicam 3 x 7,5 mg selama 4 hari
 Neurodex 2 x 1 selama 6 hari
 CTM 3 x 1 selama 4 hari
 Cimetidin 2 x 1 selama 6 hari
 Methyl Prednisolon 3 x 1 selama 4 hari
 Gentamycin Sulfate

Penatalaksanaan herpes zoster ada dua yaitu penatalaksanaan tanpa obat dan
dengan obat. Penatalaksanaan tanpa obat adalah dengan melakukan beberapa
hal berikut yaitu menjaga agar lesi tetap bersih dengan membersihkan dengan
air dan sabun untuk menghindari infeksi sekunder, lindungi lesi dengan
memakai pakaian bersih dan tidak ketat.
Penatalaksanaan dengan obat bersifat simtomatik, untuk mengobati nyeri
diberikan analgetik sedangkan untuk infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Terapi dengan antiviral bertujuan untuk mempersingkat waktu penyakit serta
menurunkan keparahan dari penyakit.
Sebagai edukasi pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan lesi agar tidak
terjadi infeksi sekunder. Edukasi larangan menggaruk karena garukan dapat
menyebabkan lesi lebih sulit untuk sembuh atau terbentuk skar jaringan parut,
serta berisiko terjadi infeksi sekunder. Selanjutnya pasien tetap dianjurkan
mandi, mandi dapat meredakan gatal. Untuk mengurangi gatal dapat pula
menggunakan losio kalamin. Untuk menjaga lesi dari kontak dengan pakaian
dapat digunakan dressing yang steril, non-oklusif, dan non- adherent. Pasien
juga perlu diedukasi bahwa pada orang yang belum pernah mengalami cacar
air, dapat terjadi penyebaran virus VZV ke pejamu lain, yang dapat
menimbulkan varicela pada orang lain. Dengan demikian dalam fase ini
sebaiknya pasien tidak membiarkan anak-anak ataupun orang yang belum
pernah mengalami varicela sebelumnya untuk bermain atau berdekatan
dengan pasien.

g. Apa makna klinis lenting dan lepuh hanya terjadi pada dada kanan?

Herpes zoster muncul di dermatome yang mendapatkan densitas tertinggi


(yang diinervasi pertama kali oleh saraf trigeminus dan spinal sensory ganglia
dari T1-L2).

h. Apakah lenting dan lepuh pada kasus menimbulkan scar atau tanpa
menimbulkan bekas?

2. 1 minggu lalu pasien demam, timbul bercak merah ukuran biji jagung beberapa
buah disertai rasa nyeri dan pegal di daerah dada kanan. (****)
a. Apa hubungan demam satu minggu yang lalu dengan keluhan yang diderita
sekarang?
b. Apa hubungan nyeri dan pegal dengan keluhan yang diderita sekarang?
c. Bagaimana mekanisme gejala satu minggu yang lalu?
3. Kisaran 5 hari lalu timbul lenting dan lepuh berkelompok di dada kanan, berisi
cairan jernih sampai keruh. Lenting dan lepuh kemudian timbul juga di ketiak
kanan. (***)
a. Bagaimana gambaran dermatom pada kasus?
b. Apa makna klinis lenting dan lepuh berkelompok berisi cairan jernih sampai
keruh?
c. Bagaimana proses berubahnya bercak merah hingga menjadi lenting dan
lepuh?

4. Pasien pernah menderita cacar air saat usia 10 tahun. Beberapa minggu ke
belakang pasien kurang istirahat setelah acara pernikahan anaknya. Pasien tidak
ada riwayat kencing manis sebelumnya. (**)
a. Apa hubungan riwayat cacar air pada usia 10 tahun dengan keluhan
yang diderita sekarang?
Herpes zoster sebenarnya dimulai dengan cacar air, manifestasi klinis infeksi
virus Varicella Zoster primer. Selama cacar air, virus menular yang hadir
dalam jumlah besar di vesikel cacar air memasuki ujung saraf sensorik di
kulit, menaiki saraf sensorik ke akar dorsal dan ganglion sensorik kranial di
mana badan sel saraf berkumpul, dan membangun tempat tinggal seumur
hidup (infeksi laten) pada neuron sensorik tersebut. Akibatnya, akar dorsal
dan ganglion sensoris kranial pada setiap orang yang menderita cacar air
terinfeksi dengan VZV mengandung DNA genomik VZV, namun tidak
menular.
VZV laten ini akhirnya teraktivasi kembali, mungkin di neuron sensorik
tunggal, menyebabkan herpes zoster. Virus yang diaktifkan kembali
bermultiplikasi dan menyebar di dalam ganglion, menginfeksi banyak neuron
tambahan dan sel pendukung - sebuah proses yang menyebabkan peradangan
dan nekrosis neuron yang hebat. Virus kemudian bergerak dari ganglion
sensorik kembali ke saraf ke kulit, di mana ia menghasilkan ruam dermatomal
khas herpes zoster.

(Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi endogen


yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus(varisela).

b. Apa hubungan kurang istirahat dengan keluhan yang diderita sekarang?


Gangguan tidur dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit menular. Penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa kehilangan tidur dapat mengurangi fungsi kekebalan tubuh, termasuk
aktivitas sel pembunuh yang berkurang dan menghambat produksi interleukin
(IL) -2, dan dapat mengaktifkan sitokin inflamasi tertentu seperti IL-1, IL-6,
dan TNF alpha. Selain itu, kurang tidur dapat berdampak negatif pada
produksi antibodi in vivo dalam menanggapi vaksinasi, yang dapat
menjelaskan hubungan gangguan tidur dengan peningkatan risiko infeksi.
Penurunan inilah yang bertanggung jawab terhadap kondisi penurunan
keaktifan sistem imun dan memicu reaktivasi Varicella zoster yang
bermanifestasi sebagai herpes zoster.
disfungsi imun selular adalah faktor resiko utama herpes zoster. Pasien
imunosupresif memiliki resiko 20 sampai 100 kali lebih besar untuk terinfeksi
herpes zoster daripada individu imunokompeten pada usia yang sama.
Terutama pada kelainan limfoproliferatif dan kemoterapi, trauma local pada
ganglia sensorik, dan HIV.

c. Apa makna klinis pasien tidak ada riwayat kencing manis?


Tidak adanya penyakit sistemik sebagai salah satu faktor pencetus reaktivasi
virus varicella zoster.

5. Pemerisaak Fisik: (*)


Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Vital sign: Nadi: 82x/menit, RR: 21x/menit, Suhu: 37,2oC

a. Apa interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik?

Hasil Interpretasi Nilai normal

Keadaan umum Compos mentis Normal Compos mentis

Nadi 82x/menit Normal 60-100


x/menit

RR 21x/menit Normal 16-24 x/menit

Suhu 37 o C Normal 36.5-37.20C

6. Status dermatologikus: (*)


Regio torakalis et axillaris setinggi nervus thoracalis T2-T3 dekstra:
 Vesikel multipel, milier sampai lentikuler diskret sebagian konfluen,
zosteriformis, daerah sekitar eritem dan edema.
a. Bagaimana gambaran dari hasil pemeriksaan status dermatologikus?
b. Bagaimana kesimpulan dari pemeriksaan status dermatologikus?

Hipotesis: Laki-laki 58 tahun, diduga menderita herpes zoster setinggi T2-T3


dekstra

TEMPLATE
1. DD
Beberapa diagnosis banding dari herpes zoster adalah herpes simpleks dimana
pada herpes simpleks terdapat perbedaan pada tempat predileksinya yaitu pada
herpes simplek berulang di tempat yang sama terutama pada regio sacrum
sedangkan herpes zoster tidak, angina pektoris bila dermatom yang terserang
setinggi jantung sehingga menimbulkan nyeri pada daerah yang mirip dengan
angina pektoris.1 Diagnosis banding lainnya adalah dermatitis kontak iritan
dimana pada dermatitis kontak iritan tidak terdapat gejala prodormal, dan lesi
tidak sesuai dengan dermatom, dermatitis kontak alergika, varisela, folikulitis,
gigitan serangga, liken striatus, kontak stomatitis, infeksi cowpox, ektima,
erisipelas, erisipeloid, dan sengatan ubur-ubur.
2. How to diagnose
3. WD
4. Epidemiologi
5. Etiologi
VZV merupakan virus dengan DNA berantai ganda berselimut yang termasuk
dalam famili Herpesviridae. Pada manusia, infeksi primer terjadi saat virus
kontak dengan mukosa saluran pernapasan atau konjungtiva. Dari tempat-
tempat kontak tersebur virus lalu menyebar ke seluruh tubuh melalui serat
saraf sensoris menuju sel akar ganglia dorsal dimana virus akan menjadi
dorman.2
Reaktivasi VZV yang telah menjadi dorman, sering dalam puluhan tahun
setelah infeksi primer dalam bentuk varisela, menjadi herpes zoster. Penyebab
pasti timbulnya reaktivasi tersebut masih belum diketahui, akan tetapi
mungkin penyebabnya adalah salah satu atau kombinasi dari beberpa faktor
seperti eksposur eksternal dengan VZV, proses penyakit akut atau kronis
(Terutama infeksi dan keganasan), beberapa jenis pengobatan, dan stres
emosional.2
Alasan mengapa hanya satu akar ganglion dorsal saja yang mengalami
reaktivasi virus sementara tidak terjadi reaktivasi pada ganglia lain masih
belum jelas. Menurunya imunitas seluler diperkirakan meningkatkan resiko
aktivasi kembali, dimana keadaan tersebut meningkat sesuai dengan usia
6. Faktor risiko
7. Manifestasi Klinis
8. Patogenesis dan patofisiologi
9. Pemeriksaan penunjang
10. Tatalaksana
11. Komplikasi
Postherpetic neuralgia (PHN) merupakan komplikasi herpes zoster yang
paling sering terjadi, ditemukan pada 50% penderita berusia 60 tahun keatas.
PNH dapat terjadi akibat nyeri pada herpes zoster yang berkelanjutan, atau
dapat terjadi setelah resolusi dari reaktivasi herpes zoster sebelumnya. Nyeri
dapat berlangsung berbulan-bulan hingga menahun. Patofisiologi dari PNH
mungkin melibatkan keruskan saraf perifer atau aktivitas virus yang
berkelanjutan.2
Herpes zoster yang melibatkan CN V1 (contohnya HZO) dapat menyebabkan
konjungtivitis, keratitis, ulserasi kornea, iridosiklitis, glukoma, dan penurunan
akuitas pengelihatan bahkan kebutaan. Dengan terlibatnya organ okuler, maka
diperlukan pemberian anti-viral jangka panjang.
12. Edukasi dan pencegahan
13. Prognosis
Lesi umumnya sembuh dalam 10-15 hari. Prognosis pada orang yang lebih
muda dan lebih sehat sangat baik, sementara pada lansia memiliki resiko
komplikasi yang lebih tinggi. Pada orang dengan imunokompeten pada
umumnya baik dan sembuh tanpa komplikasi namun pada orang dengan
imunokompromisangka mortalitas dan morbiditasnya signifikan.1, 2
Herpes zoster jarang menimbulkan kematian pada pasien yang
imunokompeten, namun dapat mengancam nyawa pada penderita dengan
sistim imun yang sangat rendah. Herpes zoster pada pasien dengan sistim
imun yang rendah dapat menyebabkan kematian karena ensepalitis, hepatitis,
atau pneumoitis. Resiko kematian pada penderita dengan sistim imun yang
sangat rendah berkisar antara 5-15%.

14. SKDI

Learning Issues:
1. Herpes Zoster (Wajib)
2. Virus Varicella-Zoster (Wajib)

Anda mungkin juga menyukai