Anda di halaman 1dari 6

PERTANYAAN

1. Bagaimana cara membedakan sudden deafness (SNHL) dengan tuli konduksi (CHL)?
CHL terjadi akibat adanya gangguan pendengaran karena masalah dengan saluran telinga,
gendang telinga, atau telinga tengah dan tulang yang kecil (maleus, inkus, dan stapes).
Penyebab tuli konduktif: a) Malformasi telinga luar, saluran telinga, atau struktur telinga
tengah b) Cairan di telinga tengah dari pilek c) Infeksi telinga d) Fungsi tuba eustachius yang
menurun e) Gendang telinga berlubang f) Tumor jinak g) Dampak kotoran telinga h) Infeksi
pada saluran telinga i) Benda asing di telinga j) Otosklerosis

SNHL disebabkan oleh kerusakan pada koklea atupun retrokoklea. Tuli sensorineural dapat
bersifat akut (acute sensorineural deafness) yakni tuli sensorineural yang terjadi tiba-tiba
dimana penyebab tidak diketahui dengan pasti dan sensorineural kronik deafness merupakan
tuli sensorineural yang terjadi secara perlahan. Penyebab tuli sensorial: 10 a) Trauma kepala
b) Virus atau penyakit c) Penyakit autoimun telinga bagian dalam d) Gangguan pendengaran
yang dialami dalam lingkungan keluarga e) Penuaan (presbikusis) f) Malformasi telinga
bagian dalam g) Penyakit Meniere h) Tumor i) Otosklerosis - gangguan menurun di mana
bentuk pertumbuhan tulang di sekitar tulang kecil di telinga tengah, mencegah dari bergetar
saat dirangsang oleh suara.

Sumber :
Soepardi, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan.
Leher Ed 6. FKUI: Jakarta

2. Apa indikasi jika seseorang yg mengalami sudden deafness dinyatakan mulai


membaik?
Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap satu minggu selama satu bulan. Kallinen et al
(1977) mendefinisikan perbaikan pendengaran pada tuli mendadak adalah sebagai berikut :
 Sangat baik, apabila perbaikan lebih dari 30 dB pada 5 frekuensi.
 Sembuh, apabila perbaikan ambang pendengaran kurang dari 30 dB pada frekuensi
250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan di bawah 25 dB pada frekuensi 4000 Hz.
 Baik, apabila bila rerata perbaikan 10-30 dB pada 5 frekuensi.
 Tidak ada perbaikan, apabila terdapat perbaikan kurang dari 10 dB pada 5 frekuensi.

Sumber :
Soepardi, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan.
Leher Ed 6. FKUI: Jakarta

3. Apa hubungan sudden deafness dengan speech delay?


Bersamaan dengan proses maturasi fungsi auditoris berlangsung pula perkembangan
kemampuan bicara. Kemampuan bicara dan berbahasa pada seseorang hanya dapat tercapai
jika input sensoris (auditoris) dan motorik dalam keadaan normal. Kurang pendengaran pada
stadium awal perkembangan dapat menyebabkan speech delay yang sifatnya sangat berat.
Sumber :
Soepardi, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan.
Leher Ed 6. FKUI: Jakarta

4. Apa manfaat terapi oksigen hiperbarik pada tuli mendadak?


Terapi oksigen hiperbarik yaitu dengan cara memasukkan pasien ke dalam suatu ruangan
(chamber) yang bertekanan 2 ATA. Terapi ini bermanfaat untuk meningkatan pengiriman
oksigen ke dalam jaringan koklea yang sangat sensitif terhadap iskemia. Diperkirakan
memiliki efek yang kompleks pada imunitas, transportasi oksigen, hemodinamik,
mengurangi hipoksia dan edema. Persentase pemulihan pada anak-anak 72,4% dan dewasa
70,6%.
Sumber :
Soepardi, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan.
Leher Ed 7. FKUI: Jakarta.
Tari N. 2015. Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik terhadap Pasien Tuli Mendadak (Sudden
Deadness) di Rumah Sakit Angkatan Laur Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat Periode 2014.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Jakarta.

5. Pada penjelasan disebutkan bahwa salah satu etiologi sudden deafness ialah obat-obat
ototoksik, lalu apa saja contoh obat-obat ototoksik?
Tuli mendadak juga dapat disebabkan oleh obat-obat ototoksik. Tuli ini biasanya didahului
oleh tinitus. Sebagai aturan umum, setiap obat atau zat kimia yang menimbulkan efek toksik
terhadap ginjal dapat dan biasanya juga bersifat ototoksik.

Tabel. Agen-agen ototoksik1


Golongan obat & zat Contoh Obat & zat

Antibiotik - Aminoglikosida
Streptomisin
Dihidrostreptomisin
Neomisin
Gentamisin
Tobramisin
Amikasin
- Antibiotik lain
Vankomisin
Eritromisin
Kloramfenikol
Ristosetin
Polimiksin B
Viomisin
Farmasetin
Kolistin

Diuretik Furosemid
Asam etakrinat
Bumetanid
Asetazolamid
Manitol
Analgetik dan Antipiretik Salisilat
Kinin
Klorokuin
Antineoplastik Bleomisin
Nitrogen mustard
Cis-platinum
Lain-lain Pentobarbital
Heksadin
Mandelamin
Praktolol
Zat kimia Karbon monoksida
Minyak chenopodium
Nikotin
Zat warna anilin
Alkohol
Kalium bromat
Logam berat Air raksa
Emas
Timbale
Arsen

Sumber :
Higler, Boies, Adams. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT Ed 6 ‘Penyakit Telinga Dalam’
hal: 128-133. Jakarta: EGC.
3. Mengapa pada kasus tuli mendadak dilakukan pemeriksaan penunjang salah satunya
yaitu audiometri khusus?
Hal ini dilakukan untuk membedakan kasus termasuk ke dalam tuli koklea atau tuli
retrokoklea. Untuk membedakannya dibutuhkan pemeriksaan audiologi khusus seperti
audiometri khusus, audiometri objektif, pemeriksaan tuli anorganik, dan pemeriksaan
audiometri anak.
a. Audiometri khusus
 Tes SISI (short increment sensitivity index)
 Tes ABLB (alternate binaural loudness balans test)
 Tes kelelahan (Tone decay)
 Audiometri tutur (speech audiometri)
 Auidometri Bekesy
b. Audiometri objektif
 Audiometri impedans
 Elektrokokleografi (E. coch)
 Evoked response audiometry
 Oto Acoustic Emmision (Emisi otoakustik)
c. Pemeriksaan tuli anorganik
d. Pemeriksaan audiometri anak
 Behavioral observation audiometric (BOA)
 Timpanometri
 Audiometri bermai (play audiometric)
 Otoacoustic emission (OAE)
 Brainstem Evoked Respon Audiometry (BERA)

Sumber :
Soepardi, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan.
Leher Ed 7. FKUI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai