Anda di halaman 1dari 9

Dampak Berat Badan Pasien pada Hasil Rehabilitasi Stroke

ABSTRAK
Tujuan: Untuk mengevaluasi pengaruh berat badan pasien pada hasil rehabilitas setelah
stroke pertama.
Desain:Penelitian retrospektif komparatif. Sampel terdiri dari 84 laki-laki dan
perempuan, pasien stroke pertama, yang telah dirawat di departemen rehabilitasi di
Hartzfeld Geriatric Hospital,Gedera, Israel, selama 3 bulan penuh dan yang pada saat
rawat inap memiliki total skor Functional Improvement Measure (FIM) sebesar 40-60.
Kami mengevaluasi perbedaan dalam peningkatan total FIM antara pasien berat badan
normal, berat badan berlebih, dan obes.
Hasil: Peningkatan relatif dari skor FIM secara signifikan lebih tinggi pada pasien berat
badan normal daripada pasien berat badan berlebih, dan peningkatan FIM pada pasien
berat badan berlebihsecara signifikan lebih tinggi daripada pasien obes. Kami juga
menemukan korelasi negatif signifikan (r = -0.27,P = 0.014) antara peningkatan relatif
dari skor FIM dan indeks massa tubuh (IMT) pada sampel total.
Kesimpulan: Penelitian kami menunjukkan bahwa selama 12 minggu pertama,
rehabilitas secara signifikan kurang efektif pada pasien berat badan berlebih, dan
khususnya pada pasien obes (dievaluasi berdasarkan IMT). Kami juga menemukan
hubungan negatif signifikan antara IMT dan peningkatan relatif dari skor FIM, yang
menunjukkan status fungsional dari pasien stroke.
Kata Kunci: IMT, CVA, stroke, rehabilitas, pemeriksaan FIM.

Stroke adalah salah satu penyebab paling umum kematian dan penyebab utama
disabilitas kronik.1 Dengan insiden dan tingkat mortalitas yang tinggi, sebagian besar
survivor mengalami gangguan fisik, kognitif, dan psikologis residual. Banyak survivor
stroke hidup dengan gangguan fisik residual (seperti penurunan mobilitas,
keseimbangan yang buruk, kelemahan otot), yang menyebabkan inatktivitas fisik dan
gaya hidup sedentari. Pasien, keluarganya, dan komunitas secara umum menanggung
eban finansial dan emosional yang signifikan.
Feigin dkk.2 meninjaun penelitian tahun 2003 yang menunjukkan bahwa
peningkatan harapan hidup memicu peningkatan insiden stroke. Sebaliknya, tingkat
mortalitas stroke telah berkurang, namun menyebabkan peningkatan survivor stroke
kronik.
Beberapa faktor seperti usia,3 jenis kelamin,3,4 dan inkontinensia uri5 dipelajari
sebagai prediktor potensial untuk kualitas rehabilitas pascastroke. Meijer dkk6 dalam
suatu tinjauan sistematis menyimpulkan bahwa terdapat bukti yang tidak cukup terkait
prediktor potensial pada stadium stroke subakut untuk menegakkan prediksi berbasis
bukti pada masyarakat. Pada tahun 2004, Mejier dkk.7 menemukan bahwa status
pernikahan dan dukungan sosial terbukti menjadi faktor penting dalam memprediksi
luaran pasien stroke.
Pengalaman klinis kami di departemen rehabilitas (Gedera, Israel; B.R.) dan di
klinik terapi fisik rawat jalan (L.K.) menunjukkan bahwa pasien berat badan berlebih
kurang mencapai hasil yang memuaskan pada rehabilitas fungsionalnya setelah stroke.
Berat badan berlebih dikenal sebagai faktor risiko stroke;8,9 namun, kami tidak
menemukan publikasi yang memebahas pengaruh berat badan berlebih pada luaran
rehabiltias pascastroke. Kami berhipotesis bahwa pasien berat badan berlebih akan
menunjukkan perbaikan yang lebih rendah pada status fungsionalnya setelah 12 bulan
rehabilitas daripada pasien berat badan normal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara berat badan
pasien (diukur dengan indeks massa tubuh [IMT]) dan luaran rehabilitas fungsional
(diukur dengan FunctionalImprovement Measure [FIM]) setelah stroke pertama.

METODE
Sampel
Sampel penelitian terdiri dari 100 peserta yang telah dirawat pada bagian departemen
rehabilitasi Rumah SakitGeriatri HartzfeldIsrael antara Desember 2002 dan Mei 2003.
Kriteria inklusiyaitu pasien yang mengalami stroke pertama kali, dirawat di rumah sakit
di departemen selama 3 bulan penuh ( periode rehabilitasi biasa) dan memperoleh
skortotal FIM yaitu 40-60. Di Israel, skor FIM antara 40 dan 60 untuk pasien stroke
adalah kriteria yang diterima secara umum untuk transfer pasien ke departemen
rehabilitasi dan untuk memulai rehabilitasi. Kriteria eksklusi yaitu jatuh selama rawat
inap, stroke berulang selama rawat inap, keluar sebelum menyelesaikan periode
rehabilitasi penuh, atau kematian.
Desain Studi

Sebuah studi retrospektif , menggunakan data yang dikumpulkan dari catatan medis
departemen rehabilitasi di rumah sakit geriatri.

Variabel-Variabel yang Dipelajari dalam penelitian ini

Delapan puluh empat pasien memenuhi kriteria. Data yang dikumpulkan


termasuk usia, jenis kelamin, berat, dan tinggi saat masuk, dan skor FIM total untuk tiga
periode waktu yang berbeda: hari penerimaan (FIM 0), 6 minggu kemudian (FIM6), dan
12 minggu setelah dimulainya rehabilitasi (FIM12; biasanya menuju akhir masa rawat
inap). Berat dan tinggi badan diukur oleh seorang ahli gizi. Pengukuran FIM dilakukan
oleh perawat bangsal yang sangat berpengalaman dalam evaluasi FIM.

Instrumen FIM dikembangkan oleh Satuan Tugas gabungan dari Kongres


Amerika untuk Rehabilitasi Kedokteran dan Akademi Fisika dan Rehabilitasi Fisik
Amerika yang telah digunakan secara luas di fasilitas rehabilitasi di Amerika Serikat
dan internasional. Instrumen FIM mengevaluasi fungsi neurologis pasien dan dapat
digunakan untuk menilai hasil rehabilitasi. Instrumen FIM yang diadopsi oleh dokter
geriatric dikembangkan untuk mengatasi kurangnya pengukuran yang seragam dan data
tentang disabilitas dari hasil rehabilitasi. Sebuah meta-analisis dari 11 studi
menunjukkan reliabilitas antar penengah rata-rata untuk skor FIM total 0,95, uji
median-pretest reliabilitas 0,95, dan reliabilitas ekivalensi 0,92.

BMI dihitung dengan membagi berat dengan tinggi kuadrat. Indeks berat / tinggi
kuadrat pertama kali dijelaskan oleh Adolphe Quetelet pada abad ke-19 sebagai indeks
bobot yang disesuaikan dengan tinggi badan. Ancel Keys menciptakannya kembali pada
tahun 1950-an, menamakannya indeks massa tubuh. BMI telah ditemukan secara
konsisten yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes
tipe 2, dan stroke. Penelitian ini disetujui oleh komite etika (Helsinki) dari Rumah Sakit
Geriatri Hartzfeld Gedera Israel.

Analisis statistik

Tabel 1Statistik deskriptif dan nilai FIM dalam populasi penelitian


Kelompok BB Kelompok BB Kelompok
Normal Berlebih Obesitas
Variabel (IMT≤24,9) (25 <IMT < 29,9) (IMT ≥ 30) Total sampel
n 31 35 18 84
Perempuan 17 19 14 50
Usia, (SD) 70.16 (3.07) 70.46 (3.44) 71.17 (2.96) 70.50 (3.19)
IMT,kg/m2 (SD) 22.14 (2.25) 27.42(1.38) 32.49(1.92) 26.56 (4.31)

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS dan program Microsoft


Excel. Statistik deskriptif dari semua variabel yang diteliti dihitung secara terpisah
untuk tiga kelompok: (1) pasien dengan berat badan normal (IMT ≤24,9), (2) berat
badan berlebih (IMT (25 < BMI< 29.9), dan (3) pasien obesitas (IMT ≥30). Untuk
membandingkan nilai rata-rata skor FIM antara pria dan wanita menggunakan one-way
ANOVA. Untuk membandingkan nilai rata-rata skor total FIM pada setiap titik waktu
dan skor FIM rehabilitasi (RI-FIM) antara kelompok yang diteliti, kami membuat
whiskers plots; korelasi bivariat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara
peningkatan relatif pada RI-FIM dan BMI. Peningkatan relatif dalam skor FIM dihitung
sebagai berikut: RI-FIM (FIM12- FIM0) x 100 / FIM0.

HASIL

Tabel 1 menggambarkan statistik deskriptif dari sampel yang diteliti. Kelompok


yang diteliti memiliki ukuran yang sama (31 pasien dalam kelompok berat badan
normal, 35 pada kelompok berat badan berlebih, dan 18 pada kelompok obesitas) dan
usia peserta (masing-masing 70.16 ± 3.07, 70.46 ± 3.44, dan 71.17 ± 2.96). Rata-rata
IMT adalah 22,14 ± 2,25 pada kelompok berat badan normal, 27,42 ± 1,38 pada
kelompok berat badan berlebih , dan 32,49 ± 1,92 pada kelompok obesitas. Hasil
perbandingan nilai rata-rata skor FIM antara pria dan wanita dalam sampel total dan
dalam kelompok normal, kelebihan berat badan, dan obesitas tidak menunjukkan
perbedaan jenis kelamin yang signifikan dalam tiga pengukuran FIM (FIM 0: P 0,52-
0,70; FIM6: P 0,45 –0.72; FIM12: P 0.16-0.77; RI-FIM: P 0.15-0.98; Tabel 2). Oleh
karena itu, semua perhitungan lebih lanjut dilakukan pada kelompok campuran yang
terdiri dari pria dan wanita.

Tabel 2Perbandingan Relative improvement of Functional Improvement Measure score (RI-FIM)


antara pria dan wanita di setiap kelompok yang diteliti
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Total Sampel
Rata-Rata RI-FIM ±SE
Laki-Laki 30.58 ± 5.14 19.34 ± 2.87 28.59 ± 7.58 25.06 ± 2.76
Perempuan 29,48 ± 4.66 20.83 ± 2.63 15.65 ± 4.05 22.32 ± 2.28
P value ANOVA 0.88 0,70 0.15 0.45

Gambar 1: Whiskers plotsvariabel yang diteliti (rata-rata SE) sesuai dengan kelompok
komposisi tubuh. Grafik atas: Pengukuran FIM pada hari masuk (FIM 0), 6 minggu kemudian
(FIM6), dan 12 minggu setelah dimulainya rehabilitasi (FIM 12). Grafik bawah: peningkatan
relatif FIM (RI-FIM).

Gambar 1 menggambarkan hasil perbandingan dari tiga skor FIM (grafik atas)
dan RI-FIM (grafik bawah) antara kelompok pasien yang diteliti menurut berat badan.
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam skor total FIM antara
kelompok berat normal dan kelompok berat badan berlebih pada hari masuk. Pasien
obesitas menunjukkan nilai rata-rata skor FIM yang secara statistik lebih rendah secara
signifikan daripada kelompok berat badanberlebih. Setelah 6 minggu rehabilitasi, tidak
ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara dua kelompok pertama. Namun,
kelompok ketiga menunjukkan nilai rata-rata skor FIM yang secara statistik lebih
rendah secara signifikan daripada kelompok berat badanberlebih. Perbedaan antara
kedua kelompok menjadi lebih menonjol, dan perbedaan kelompok antara individu
dengan berat badan normal dan kelompok obesitas menjadi lebih besar, tetapi masih
belum signifikan secara statistik. Setelah 12 minggu rehabilitasi, hampir tidak ada
perbedaan yang ditemukan antara kelompok pasien dengan berat badan normal dan
berat badanberlebih, namun perbedaan yang signifikan ditemukan antara kedua
kelompok dan kelompok pasien obesitas. Pada hari masuk, jika perbedaan dalam rata-
rata skor FIM sekitar 1,5 antara pasien dengan berat badan normal dan obesitas, skor
FIM meningkat menjadi sekitar 8 poin 12 minggu setelah memulai rehabilitasi.

Skor RI-FIM menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara


pasien dengan berat badan normal dan kelompok lainnya. Peningkatan relatif adalah
(Mean± SE) 29,98 ± 2,77 pada kelompok berat badan normal, 20,15 ± 2,61 pada pasien
berat badan berlebih , dan 18,53 ± 6,64 pada pasien obesitas. Korelasi negatif yang
signifikan secara statistik (r = -0,27, P=0,014) antara peningkatan relatif skor FIM dan
IMT dalam total sampel juga ditemukan (Gambar 2). Namun, jenis kelamin dan usia
tidak menunjukkan korelasi yang signifikan dari peningkatan skor FIM dalam 12
minggu.

DISKUSI

Terdapat kurangnya informasi mengenai faktor prediktif yang digunakan untuk


menentukan kemampuan fungsional pasien setelah mengalami stroke. Penelitian ini
menunjukkan bahwa 12 minggu pertama rehabilitasi secara statistik secara signifikan
kurang efektif pada pasien dengan berat badan berlebih, terutama, pada pasien obesitas
(dievaluasi berdasarkan BMI). Kami juga menemukan hubungan negatif yang signifikan
secara statistik antara IMT dan peningkatan relatif dari skor FIM, yang mewakili status
fungsional dari pasien stroke.
Gambar 2. Korelasi antara peningkatan relatif skor FIM (RI-FIM) dan BMI.

Berat badan berlebih meningkatkan risiko stroke secara umum, terutama stroke
iskemik. Dalam meta-analisis studi prospektif yang mencakup 76.000 peserta, BMI>27
ditemukan sebagai faktor risiko independen untuk penyakit jantung dan stroke.
Pengurangan BMI<24 dapat mencegah kejadian stroke sebesar 15% pada pria dan 24%
pada wanita. Studi kami menunjukkan bahwa pasien obesitas memulai rehabilitasi
mereka dengan skor FIM total yang lebih rendah dibandingkan mereka yang memiliki
berat badan normal atau kelebihan berat badan. Selain itu, peningkatan fungsional jauh
lebih lambat pada pasien yang kelebihan berat badan, terutama pada obesitas.

Beberapa hipotesis dapat digunakan untuk menjelaskan temuan kami. Pertama,


skor FIM yang lebih rendah pada awal pasien obesitas dapat mempengaruhi tingkat
peningkatan fungsional. Hipotesis ini, bagaimanapun, tidak dapat menjelaskan
perbedaan RI-FIM antara pasien dengan berat badan normal dan berat badan berlebih.
Kedua, bahkan kelebihan berat badan yang sehat dan, terutama, orang gemuk memiliki,
rata-rata, kemampuan fungsional yang lebih rendah dibandingkan orang dengan berat
badan normal. Setelah stroke, orang-orang ini mungkin memiliki lebih banyak kesulitan
dibandingkan orang-orang dengan berat badan normal dalam memulihkan fungsi dasar
sehari-hari mereka (diukur dengan instrumen FIM), karena berat badan mereka yang
berlebih. Ketiga, tenaga rehabilitasi (perawat, fisik, dan terapis okupasi) lebih sulit
membantu pasien yang kelebihan berat badan. Pasien yang kelebihan berat badan
membutuhkan dukungan tambahan ketika mencoba berfungsi secara mandiri (mis.,
berpindah, berjalan, naik turun tangga, dll.). Kesulitan logistik untuk memberikan
dukungan tambahan juga dapat mempengaruhi hasil rehabilitasi. Oleh karena itu,
penelitian kami memberikan dukungan tambahan untuk pengurangan berat badan pada
individu yang berisiko. Penelitian tambahan diperlukan untuk mengevaluasi apakah
program pengurangan berat badan selama rehabilitasi dapat meningkatkan hasil
rehabilitasi.

Masa tindak lanjut singkat kami merupakan batasan utama dari penelitian ini.
Tindak lanjut yang lebih lama akan memungkinkan kita untuk mengamati pengaruh
kelebihan berat badan pada hasil rehabilitasi pasca stroke setidaknya 1 tahun kemudian.
Keterbatasan lain adalah ukuran sampel yang relatif kecil. Sampel yang lebih
besar akan memungkinkan kita untuk membedakan antara pasien dengan berat badan
kurang dan berat badan normal, dan untuk mengevaluasi hasil rehabilitasi pada individu
dengan obesitas yang tidak wajar. Studi tambahan diperlukan untuk menyelidiki
hubungan antara berat badan dan hasil rehabilitasi pada pasien setelah stroke berulang
atau pada pasien dengan masalah kesehatan lainnya yang memerlukan rehabilitasi
jangka panjang.

KESIMPULAN

Studi ini memberikan klinisi dengan parameter tambahan yang harus


diperhitungkan ketika memprediksi hasil rehabilitasi pada pasien stroke. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengevaluasi apakah program manajemen berat badan selama
rehabilitasi dapat meningkatkan hasil rehabilitasi selain mengurangi faktor risiko umum
untuk stroke.

UCAPAN TERIMA KASIH

Studi ini dilakukan dalam pemenuhan sebagian persyaratan gelar master Biana
Rodrigues, Diana Gurvich, Ziva Israelov, dan Elina Spivak. Kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada Ny. Phyllis Curchak Kornspan atas bantuan editorialnya.

Anda mungkin juga menyukai