Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

VERITAS ET SCIENTIA NOBIS LUMEN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. Kol. H. Burlian Lrg. Suka Senang No. 204 KM 7 Palembang 30152
Telp. +62 711-412808 Fax. +62 711-415780 Email: fikes@ukmc.ac.id

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“Imunisasi”

Disusun oleh:

Yulia Dewi Rahmawati (1634004)

Novita Sari (1634014)

Dosen pembimbing :

Margaretha Haiti, M.Kes

Tahun 2019
DASAR-DASAR IMUNISASI Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan
pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi dilharapkan bayi dan anak
tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap
berbagai kuman yang masuk. Petahanan tuluh lersebut melipuli perlathanan nonspesifik dan
pertahanan spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik, seperti
komplemen dan makrofag. Komplemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran
ketika Aman yang tainJain) Sotoa elum itu ada mekanisme pe an tu pa keua, yaitu pertahanan tubuh
spesifik yang terdiri atas sistem pertahanan tubuh humoral dan seluler. Pertahanan tubuh humoral
dilakukan oleh sel limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila mikroorganisme sampai di cairan
tubuh. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imunoglobulin (lgA, lgM,
lgG, IgE, leD). Sistem pertahanan tubuh dilakukan oleh limfosit T dan bereaksi apabila virus
menempel pada sel. Dalam pertahanan tubuh yang spesifik teruama sel B, selanjulnya akan
menghasilkan salu sel yang disebut cell merury. Sel ini akan berguna dan sangat cepat bereaksi
apabila ada kuman yang sudah pernah masuk ke dalam tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam
prinsip imunisasi. Pengertian imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi
dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuatzatanti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai
untuk meangsang suntikan (misalnya vaksin BCC, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio). Tujuan imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka orbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Macam-macam imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua: imunisasi aktif
dan imunisasi pasif Imunisasi Aktif Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu prses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi
spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Tika
benar-benar Bd t BAB 4: Imunisasi

ll 39% 14826 LTE https://books.google.co.id/boo 3 mengnaskan respons senuer aan muEmora sera
naskannya c memory. K UeTar-enar ishan danan is nm BAB 4: Imunisas terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam
setiap vaksinnya, yang dijelaskan sebagai berikut. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang
berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida,
toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan). Pelarut dapat berupa air steril atau
berupa cairan kultur jaringan. Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin),
vaitu suatu zat yang dihasilkan melalui sualu proses infeksi yang dapat berasal dari plasna manusia
atau binatang vang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. JENIS IMUNISASI DASAR DAN BOOSTER Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang
diwajibkan oleh pemerintah (imunisasi dasar) dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di
Indonesia sebagaimana telah diwajibkan rintah davat digunakan untuk ea suatu keiadian uar hiasa
atau envakit endemik atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) misalnya jemaah haji yang
disuntikkan imunisasi meningitis. Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi,
potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara penmberian imunisasi, dan status nutrisi terutama
kecukupan protein karena protein diperlukan untuk menyintesis antibodi. Mengingat efektif dan
tidaknya imunisasi tersebut dapat bergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, sehingga
kekebalan isasi dasar yang diwajibkan oleh tubuh t t dapat pemerintah (program imunisasi PPI)
dijelaskan sebagai berikut. Imunisasi BCG Imunisasi BCG (asillus calmette guerin) merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.
TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada selurulh lapangan paru,
atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG dapat dilihat pada Tabel 4.1. Vaksin BCG diberikan
melalui intradermal. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah
suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas Pengantar limu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan A

all 39% 14826 LTE 3 https://books.google.co.id/boo regionalis, dan reaksi panas 55 Pengantar limu
Kese hatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan Imunisasi BCG penting bagi anak balita dalam
pencegahan TBC milier, otak, dan tulang karena masih tingginya kejadian TBC pada anak. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Muchlastriningsih (2005) terhadap sejumlah pasien tuberkulosis paru
BTA (+) rawat jalan selama dan tabun 30g nsebany Kad tahun me n tuberkulosis T a keprihatinan
karena pasien balita akan mengalami hambatan pertumbuhan yang tentu akan memengaruhi
perkembangannya. Balita biasanya tertular dari lingkungan, misalnya keluarga atau tetangga.
Mengingat mobilitas balita belum jauh sehingga dapat diprediksi ada kasus tuberkulosis di
sekitarnya. Imunisasi hepatitis B Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegalh terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6
tahun. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B dapat dilihat pada Tabel 4.1. Imunisa si hepatitis ini
diberikan melalui intramuskular. Angka kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat tinggi
dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian balita. sien hepatitis yang nelitian
Muchlastriningsih (2005) ukkan bahwa jumlah Has dirawat jalan dan rawat inap paling banyak dari
golongan usia 15-44 tahun (50,54 %). Imunisasi polio munisasi polio merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poiomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio
dapat dilihat pada Tabel 4.1 munisasi polio diberikan melalui oral. Di Indonesia, program eradikasi
polio dilaksanakan sesuai kesepakatan pada WHA ke-41 (1988) yang sebenarnya mengharapkan
eradikasi polio di dunia sebelum tahun 2000. Ada empat strategi untuk pencapaian tujuan tersebut,
yaitu imunisasi rutin OPV (orai polio virus) dengan cakupan tinggi, imunisasi tambahan, surveilans
AFP dan investigasi laboratorium, serta opp untuk memutus rantai penularan terakhir Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (diphteria, digunakan untuk ertussis, tetanus) merupakan imunisasi mencegah
terjadinya penvakit difteri, pertusis, dan tetanus, Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang
mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi penberian imunisasi DPT dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap
vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga
terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuskular. Pemberian DPT dapat
berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada
tempat penyuntikan, dan demam. Efek Ban dan h BAB 4: Imunisasi

all 39% 14826 LTE 3 https://books.google.co.id/boo BAB 4: munises berat misa Inya terjadi menangis
hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.
Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus i karena penyakit tersebut sangat cepat
serta dapat perlu di meningkatkan kematian havi dan ank balita Hasil penelitian Muchlastriningsih
(2005) menunjukkan bahwa jumlah kasusdifteri rawat jalan di Indonesia selama 3 lahun paling
banvak dari golougan usia 15-14 talun (37.42 %) , Pasien pertusis yang dirawat inap paling banyak
dari kalangan bayi dan anak-anak (60,28% dari seluruh pasien rawatinap. Halini mendukung
pendapat bahwa bayi dan anak anak merupakan golongan usia yang rentan terhadap penyakit
pertusis. Pasien tetanus yang dirawat inap paling banyak dari golongan usia di atas 45 tahun (44,16
% ) . Imunisasi campak Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. rekuensi pemberian imunisasi campak dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya
ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam
memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak Hasil penelitian Muchlastriningsih (2005)
menunjukkan bahwa jumlah pasien campak yang dirawat jalan paling banyak dari golongan usia 5-14
tahun (30,6%). Imunisasi MMR Imunisasi MMR (mnsles, mumps, rubella) merupakan imunisasi yang
digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakitcampak (maisles);gondong,
parotisepidemika (mtmps) dan campak Jerman (raeia). Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai
adalah virus campak strain edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3, dan virus
gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk bayi usia di bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi
interferensi dengan antibodi maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemik, sebaiknya
diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan
booster (ulangan) dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan Imunisasi typhus abdominalis
Imunisasi typhus abdominalis merupakanimunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit typhusabdominalis. Dalam persediaan khusussnyadi Indonesia terdapattiga jenis vaksin
typhus abdominalis, di antaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna),
dan antigen capsalar Vi poliysacclarida (Typhim Vi, Pasteur Meriux). Vaksin kuman yang dimatikan
dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 mi; 1-2 tahun 0,2 ml; dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml
Pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu kemudian penguat
setelah 1 tahun kemudian. Vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan Pengantar limu
Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan

ll 39% 14826 3 https://books.google.co.id/boo IDAL 2006) sa dnan hak om BAB 4: Imunisasi dalam
bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2, dan 5 untuk anak di atas usia 6
tahun. Antigen kapsular diberikan unluk usia di atas 2 lalun dan dapat diulang setiap 3 tahun.
Imunisasi varicella Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit catar air (varicella). Vaksin varicella merupakan virus hidup ricella zwozter strain
OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12
tahun di daerah tropis dan bila di atas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval
4-8. minggu. Imunisasi hepatitis A Imunisasi hepatitis A merupa kan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepalitis A. cn Haveiv t teaig HMITe..dinoaakst. awa 2 suntikan dan
interval 4 minggu, bster pada 6 bulan setelahnya. Tika menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3
kali suntikan pada usia 6 dan 12 bulan. Imunisasi HiB Imunisasi HiB (emopius mfluenne tipe b)
merupakan imunisa si yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b. Vaksin ini
adalah bentuk polisakarida murni (PRP: pified capsular polysacharide, kuman H.influenzar tipe b.
Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain, seperti toksoid tetanus
(PRP-T, toksoid difteri (PRP-D atau PRPCR50), atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada
pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan interval 2 bulan, sedang kan
vaksin l2 bulan, kemudian booster-nya dapat diberikan ninterv nada usia 18 bulan (Isnoed ianto,
2002) KONTRAINDIKASI IMUNISASI Jenis imunisasi memiliki beberapa kontraindikasi sebagaimana
diringkas pada Tabel 4.2 59

Anda mungkin juga menyukai