Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUGAS AKHIR

ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BIO-BRIKET PEMULA API DARI LIMBAH


BIOMASSA SERBUK GERGAJI KAYU

Oleh :
Pradanti Nadilla Widiawati F14150018
Aqil Abiyanto F14150044
Firhand Hawarie F14150054
Gilang Ananda Putra F14150070
Aryasena Bagas Dewanusa F14150117

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
i

ABSTRAK

Energi merupakan aspek yang penting dalam kehidupan manusia terutama


pada sektor rumah tangga, sektor industri dan sektor transportasi. Ketersediaan
sumber bahan bakar fosil yang menipis mengharuskan manusia mencari sumber
energi alternatif, di antaranya yang banyak dikembangkan saat ini adalah energi
biomassa yang ketersediaannya melimpah, mudah diperoleh, dan dapat
diperbaharui secara cepat. Bio-briket dari limbah biomassa padat seperti serbuk
kayu sengon adalah salah satu alternatif berupa bahan bakar padat dari biomassa
yang potensi jumlahnya sangat melimpah yang diindikasikan oleh banyaknya usaha
yang bergerak di bidang kayu. Pembriketan serbuk kayu sengon dengan perekat
parafin mampu meningkatkan nilai kalor per unit volume, mempunyai kualitas dan
ukuran yang seragam, mudah dan aman disimpan dan digunakan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk memanfaatkan limbah biomassa padat sebagai bahan baku bio-
briket, mengetahui karakteristik pembakaran dan mutu pemula api dengan indikator
lama nyala api, kemudahan dan keamanan, serta kemudahan untuk mendapatkan
bahan. Penelitian terdiri atas beberapa tahap yang diawali dengan persiapan bahan
meliputi penimbangan massa dari bahan dan perekat, pembuatan bio-briket yang
terdiri dari pembuatan perekat, pencampuran dengan perekat, pencetakan dan
pengeringan briket, serta pengujian dan analisis data. Produk Bio briket hasil
pengujian menunjukkan rata-rata kualitas lama nyala api sebesar 399 detik dan
massa produk sebesar 6.593 gram yang tidak berbeda jauh dengan produk
komersial dengan harga yang jauh lebih murah yaitu senilai Rp 362,50.

Kata kunci : serbuk kayu sengon, briket, biomassa, bahan bakar alternatif
ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan 2
METODOLOGI 2
Waktu dan Tempat 2
Alat dan Bahan 2
Tahapan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Biomassa 4
Parafin 5
Bio-Briket 5
Perekat Briket 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Pemilihan Bahan Biomassa dan Perekat 6
Pengujian Karakteristik Pembakaran Briket 6
Indikator Keberhasilan 9
Perbandingan Dengan Produk Komersial 9
PENUTUP 10
Kesimpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 12
iii

DAFTAR TABEL

Jumlah UMKM perkayuan Kota Bogor tahun 2015 6


Hasil pengukuran karakteristik pembakaran bio-briket 7
Daftar harga dari bahan 9

DAFTAR GAMBAR

Diagram alir tahapan penelitian 3


Grafik hasil pengujian tiap-tiap sampel 7
Sebaran data hasil pengukuran hubungan massa - nyala api 8
Bio-briket pemula api yang telah dibuat 8
Contoh produk yang sudah komersial (Firestarter UCO© Sweet-Fire) 10

DAFTAR LAMPIRAN

Persiapan bahan 12
Pembuatan bio-briket 13
Pengujian karakteristik pembakaran 14
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia,


energi memiliki peran yang besar pada sektor rumah tangga, sektor industri dan
sektor transportasi. Energi yang masih banyak digunakan oleh manusia adalah
energi fosil, padahal sekarang ketersediaan energi fosil seperti minyak bumi, gas
alam, Batubara semakin berkurang dan terancam habis. Hal ini dikhawatirkan akan
menyebabkan kelangkaan sumber energi di masa depan. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya untuk mencari sumber energi alternatif yang lebih bersih dan
berkelanjutan.
Sumber energi alternatif yang banyak dikembangkan saat ini adalah energi
biomassa yang ketersediaannya melimpah, mudah diperoleh, dan dapat
diperbaharui secara cepat. Abdullah et al. (1998) menyatakan bahwa Indonesia
memiliki potensi energi biomassa yang sangat besar. Salah satu sumber energi
biomassa yang potensial adalah limbah padat organik, karena pada limbah padat
organik tersebut terdapat biomassa yang mempunyai kandungan karbon.
Kandungan karbon inilah yang dapat membantu dalam proses pembakaran.
Bio-briket adalah salah satu dari sumber energi alternatif berupa bahan
bakar padat dari biomassa. Bio-briket dari limbah padat mempunyai potensi dalam
pemenuhan kebutuhan energi untuk manusia sebagai bahan bakar alternatif. Bahan
bakar alternatif ini dapat dibuat dari bahan-bahan yang mengandung lignin dan
selulosa seperti limbah padat organik dalam kehidupan manusia salah satunya
limbah pertanian seperti limbah serbuk kayu gergaji. Pada industri pengolahan kayu
sebagian limbah serbuk kayu biasanya digunakan sebagai bahan bakar tungku, atau
dibakar begitu saja tanpa penggunaan yang berarti, sehingga dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan (Febrianto 1999).
Serbuk kayu sengon gergaji dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku batang
korek api dengan proses pembriketan. Keuntungan pembriketan antara lain mampu
meningkatkan nilai kalor per unit volume, mempunyai kualitas dan ukuran yang
seragam serta mudah disimpan. Kayu sengon memiliki nilai kalor yang cukup
tinggi yaitu 4250.63 kal/g, sehingga kayu sengon berpotensi digunakan sebagai
bahan bakar (Ervando 2013).Diharapkan dengan adanya bio-briket dari limbah sisa
penggergajian kayu sengon maka dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif
serta dapat mengurangi timbunan sampah akibat sisa hasil penggergajian dan
mengurangi pencemaran lingkungan.
2

Perumusan Masalah

Bio-briket adalah bahan bakar padat dari biomassa yang dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu, sehingga dalam
pemakaiannya memerlukan pemadatan bahan baku. Dalam rangka efisiensi
penggunaan kayu perlu diupayakan pemanfaatan serbuk kayu menjadi produk yang
lebih bermanfaat. Maka dari itu diperlukan upaya intensifikasi penggunaan energi
yang diawali dengan mengetahui sifat fisis dan karakteristik bio-briket untuk
komponen pembuatan fire starter bio-briket limbah padat organik.

Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain :


1 Memanfaatkan limbah pada biomassa sebagai bahan baku bio-briket.
2 Mengetahui karakteristik pembakaran bio-briket yang dihasilkan
3 Menentukan mutu bio-briket pemula api yang dihasilkan dengan
indikator lama nyala api, kemudahan dan keamanan, serta kemudahan
untuk mendapatkan bahan.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pindah Panas TMB, Bogor


selama 1 bulan dari rentang waktu antara April hingga Mei 2018.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan digital, heater,
pengaduk, dan panci.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu wadah telur, limbah padat
pertanian yaitu serbuk kayu sengon. Serta bahan baku perekat yaitu lilin parafin.

Tahapan Penelitian

Penelitian terdiri atas beberapa tahap yang diawali dengan persiapan bahan
meliputi penimbangan massa dari bahan dan perekat. Selanjutnya adalah
pembuatan bio-briket yang terdiri dari pembuatan perekat, pencampuran dengan
perekat, pencetakan dan pengeringan briket. Tahap terakhir ialah pengujian
karakteristik pembakaran bio-briket. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat
pada gambar berikut.
3

Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian

Persiapan Bahan Baku


Perbandingan massa bahan dan Perekat ditimbang sesuai dengan literatur
yang telah didapatkan yaitu 1:5, dengan massa bahan sebesar 1 gram dan massa
perekat sebesar 5 gram

Pembuatan Perekat
Bahan perekat yang digunakan adalah parafin. Pembuatan perekat dilakukan
dengan melelehkan parafin di atas panci dengan menggunakan heater.

Pencampuran dengan Perekat


Serbuk kayu sengon dicampurkan bersama perekat yaitu parafin.
Perbandingan berat antara serbuk kayu sengon dan parafin adalah 1:5.
Pencampuran yang dilakukan menggunakan wadah dan harus dapat tercampur
secara merata.
4

Pencetakan briket
Serbuk kayu sengon dan parafin yang sudah tercampur secara merata
kemudian dituangkan dalam cetakan wadah telur.

Pengeringan Briket
Bio-briket yang sudah dihasilkan kemudian dikeringkan dengan cara
penjemuran memanfaatkan sinar matahari selama 1 hari.

Pengujian Karakteristik Pembakaran Bio-briket


Pengujian diawali dengan mempersiapkan bio-briket yang akan digunakan
dalam pengujian, bio-briket yang digunakan yaitu sebanyak 10 bio-briket untuk
sampel. Pengujian dilakukan dengan membakar bio briket dan mencatat waktu
penyalaan dari setiap sampel.

TINJAUAN PUSTAKA

Biomassa

Biomassa merupakan bahan organik hasil proses fotosintetis yang dapat


digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar) baik dalam bentuk produk utama
maupun sampingan. Sumber energi ini mempunyai kelebihan sebagai sumber
energi terbarukan atau dapat dikatakan sumber energi yang dapat diperbaharui
sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (Arhamsyah
2010).
Menurut Kong (2010), biomassa (bio-briket) merupakan solusi yang tepat
untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul akibat penggunaan bahan
bakar fosil, keunggulannya antara lain :
1 Tidak menimbulkan emisi sulfur sehingga mengurangi hujan asam
2 Biomassa dapat mendaur ulang CO2 sehingga dapat dikategorikan
sebagai “bebas emisi”.
3 Pembakaran biomassa menghasilkan abu dalam jumlah kecil daripada
pembakaran batu-bara.
Namun, selain keunggulan tersebut menurut White dan Paskett (1981)
biomassa juga memiliki kekurangan antara lain :
1 Biomassa memiliki nilai kalor yang relatif rendah dibandingkan bahan
bakar fosil.
2 Biomassa memiliki kadar air yang tinggi sehingga dapat menghambat
proses pembakaran.
3 Biomassa sulit dalam product handling dikarenakan bentuknya yang
tidak homogen.
5

Parafin

Parafin yang merupakan bahan utama dari lilin merupakan kombinasi dari
jenis hidrokarbon yang berbeda yang dapat diperoleh dari destilasi minyak bumi
(Akgun, Aydin, dan Kaygusuz 2007). Dikarenakan hal tersebut, parafin dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Parafin juga memiliki sifat fisik yang mudah
meleleh dengan titik leleh berkisar antara 40 hingga 70 ℃.

Bio-Briket

Seperti yang telah dijelaskan dalam subbab Biomassa, di antara kekurangan


dari biomassa merupakan bentuknya yang tidak homogen sehingga mempersulit
dalam product handling. Maka biomassa perlu dilakukan densifikasi menjadi bio-
briket agar bisa didapatkan bentuk yang seragam sehingga lebih mudah dalam
penggunaannya.
Briket dapat dikatakan berkualitas baik apabila memiliki sifat-sifat seperti
tekstur yang halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan.
Selain itu juga memiliki sifat penyalaan antara lain mudah menyaka, waktu nyala
yang relatif lama, serta tidak menimbulkan jelaga dan asap, serta nilai kalor yang
cukup tinggi (Jamilatun 2008).

Perekat Briket

Selain dari biomassanya, kualitas dari sebuah briket juga sangat ditentukan
dari bahan perekat yang digunakan. Penggunaan parafin sebagai bahan perekat
briket telah dicoba oleh Mustafiah, Darnengsih, dan Ikasari (2016) dengan beberapa
variasi perekat-biomassa yang berbeda dan didapatkan bahwa rasio paling optimal
ialah 4:20. Penggunaan parafin ini sendiri memiliki kelebihan yaitu dapat
meningkatkan nilai kalor dari briket akibat komposisi kimianya yang merupakan
rangkaian hidrokarbon.
6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan Bahan Biomassa dan Perekat

Pemilihan serbuk kayu sebagai bahan biomassa bio-briket dibandingkan


dengan bahan-bahan biomassa yang lain yaitu karena ketersediaannya yang
melimpah dan pemanfaatannya yang masih minim. Jumlah UMKM yang tercatat
oleh Dinas KUMK Kota Bogor (2015) adalah setidaknya sebanyak 27 pengusahaan
yang bergerak dibidang kayu yang berpotensi menghasilkan limbah serbuk kayu.
Dibandingkan dengan bahan biomassa lain yang umum digunakan, seperti bagasse
tebu, pemanfaatan limbah serbuk kayu masih tergolong rendah karena product
handling yang sulit sehingga perlu pengolahan lanjutan agar bentuknya seragam.
Tabel 1 Jumlah UMKM perkayuan Kota Bogor tahun 2015

Kecamatan Jumlah
Bogor Selatan 8
Tanah Sareal 5
Bogor Tengah 2
Bogor Barat 7
Bogor Utara 5
Total 27
Sumber : Dinas KUMK Kota Bogor (2015)

Penggunaan parafin sebagai perekat mempertimbangkan sifatnya yang


mudah terbakar Selain itu parafin memiliki titik leleh yang cukup rendah sehingga
mudah dalam pengaplikasiannya pada bahan biomassa dan membeku dengan cepat
yaitu sekitar 40-70 oC (Sharma et al. 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Mustafiah, Darnengsih, dan Ikasari (2016), penggunaan parafin sebagai bahan
perekat dapat meningkatkan nilai kalor secara signifikan dibandingkan dengan
perekat kanji. Parafin juga memiliki sifat kedap air sehingga meningkatkan
keandalan dari kegunaan briket pemula api ini untuk penggunaan outdoor (mendaki
gunung, berkemah). Semua briket yang diproduksi dengan dan tanpa menggunakan
perekat akan terurai dengan kehadiran air yang disebabkan oleh kandungan abu dan
lempung kaolinite (Leokaoke et al. 2018). Sehingga pelapisan atau penggunaan
parafin sebagai perekat sangat penting untuk ketahanan briket terhadap air.

Pengujian Karakteristik Pembakaran Briket

Dikarenakan tujuan dari produk ini ialah sebagai pemula api sehingga yang
menjadi parameter pengukuran karakteristik pembakaran bio-briket ini ialah lama
nyala api. Adapun hasil dari pengukuran adalah sebagai berikut.
7

Tabel 2 Hasil pengukuran karakteristik pembakaran bio-briket

Sampel Massa (g) Lama Nyala Api (detik)


1 6.56 383
2 6.91 522
3 6.69 430
4 6.43 370
5 6.83 481
6 6.51 347
7 6.52 369
8 6.44 360
9 6.61 397
10 6.43 340
Rata-rata 6.593 399.9

7 600

Lama Nyala Api (detik)


6.9
Massa Briket (gram)

500
6.8
6.7 400
6.6
300
6.5
6.4 200
6.3
100
6.2
6.1 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel ke-

Massa Lama Nyala Api

Gambar 2 Grafik hasil pengujian tiap-tiap sampel


8

600

500

Lama Nyala Api (Detik) 400


y = 321.45x - 1716.5
R² = 0.9307
300

200

100

0
6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7
Massa bahan (gram)

Gambar 3 Sebaran data hasil pengukuran hubungan massa - nyala api

Gambar 4 Bio-briket pemula api yang telah dibuat

Dari hasil pengukuran terlihat untuk tiap-tiap sampel, lama nyala api berkisar
antara 5.5 hingga 9 menit dengan rata-rata 6.65 menit. Lama nyala api ini bervariasi
bergantung kepada massa dari sampel. Massa dari sampel yang berbeda bukan
merupakan massa dari biomassa, melainkan massa dari wadah telurnya dikarenakan
sulit melakukan pemotongan yang sempurna agar sampel memiliki massa yang
sama. Dari grafik hubungan massa sampel dan nyala api pada Gambar 3, didapatkan
bahwa massa sampel dan nyala api memiliki hubungan linier dengan nilai
determinasi 0.9307 yang artinya lama nyala api sangat dipengaruhi oleh massa
sampel.
9

Indikator Keberhasilan

Dikarenakan tujuan utama dari bio-briket ini ialah sebagai pemula api,
sehingga indikator keberhasilannya ialah lama nyala api, kemudahan dan keamanan
dalam penggunaan, dan kemudahan mendapatkan bahan.
Untuk lama nyala api, seperti yang telah didapatkan pada hasil pengukuran
bahwa lama nyala api yang diperoleh ialah lebih kurang 6 menit, dengan nilai
minimal 5.6 menit. Lama nyali api dapat dikatakan sudah cukup sebagai pemula
api.
Bentuk dari bio-briket pemula api ini ialah seperti piramida sesuai bentuk
cetakan yang merupakan wadah telur sehingga dalam penggunaannya, bio-briket
ini dapat berdiri stabil yang membuatnya aman untuk digunakan. Untuk
penyalaannya, bio-briket ini dapat dibakar dengan korek api biasa pada bagian
sayap dari wadahnya sehingga mudah untuk digunakan.
Kemudian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa biomassa serta
wadahnya merupakan limbah yang sudah tidak lagi digunakan. Selanjutnya bahan
ini cukup mudah didapatkan, seperti yang tertera pada subbab mengenai pemilihan
bahan di Kota Bogor saja setidaknya terdapat 27 UMKM yang bergerak di bidang
kayu yang tentu saja menghasilkan limbah biomassa ini. Bahan perekat dan cetakan
yang merupakan parafin dan bekas wadah telur juga relatif mudah didapatkan.
Sebagai tambahan berikut daftar harga dari bahan baku briket ini.
Tabel 3 Daftar harga dari bahan

Harga satuan Qty Jumlah


Bahan
(Rp) (unit) (Rp)
Lilin (Rp 15.000,-/8 lilin) 1,875.00 0.17 312.50
Serbuk Kayu (Rp 5000,-/500 gr) 10.00 1.00 10.00
Wadah Telur (Rp12.000.-/tray) 1,200.00 0.03 40.00
Total 362.50

Sehingga dari ketiga indikator ini, bio-briket pemula api ini dapat dikatakan
berhasil.

Perbandingan Dengan Produk Komersial

Salah satu produk yang sudah dijual secara komersial ialah dengan merek
©
UCO Sweet-Fire. Produk ini berbahan utama bagasse tebu, masing-masing unit
mempunyai massa rata-rata 4.1 gram dengan lama nyala api dapat mencapai 7
menit. Harga dari produk ini ialah USD 5.99 per pak dengan isi 20 buah, dengan
asumsi 1 USD sama dengan Rp 14 000 maka harga per buahnya ialah lebih kurang
Rp 4000. Berikut contoh produknya.
10

Gambar 5 Contoh produk yang sudah komersial (Firestarter UCO© Sweet-Fire)

Jika dibandingkan, maka bio-briket yang telah dibuat memiliki harga hingga
10 kali lebih murah. Harga ini belum termasuk biaya dari packaging.

PENUTUP

Kesimpulan

Bio-briket pemula api ini terbuat dari bahan yang merupakan limbah yang
sudah tidak terpakai, kemudian bio-briket ini telah memenuhi dari ketiga indikator
keberhasilan yakni lama nyala api yang cukup lama, kemudahan dan keamanan
dalam penggunaan, serta kemudahan dalam mendapatkan bahan baku.
Saran

Beberapa hal yang disarankan antara lain.


• Perlu dicoba variasi rasio perekat dan biomassa yang lebih banyak
agar didapatkan hasil yang optimal.
• Perlu dicoba metode pencampuran perekat dengan biomassa agar
campuran dapat lebih merata
11

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K, L. O. Nelwan, N. Siregas, E Agustina, A. H. Tambunan, A Yamin, E


Hartulistiyoso, dan Y. P. Purwanto. 1998. Energi dan Listrik Pertanian. Bogor
(ID): JICA-DGHE IPB Project.
Akgun, M., O. Aydin, dan Kaygusuz. 2007. Experimental Study on
Melting/Solidfication Characteristics of a Paraffin as PCM. Enconman. 48 (7):
669–78. https://doi.org/10.1016/j.enconman.2006.05.014.
Arhamsyah. 2010. Pemanfaatan Biomassa Kayu Sebagai Sumber Energi
Terbarukan. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan. 2 (1): 42–48.
Dinas KUMK Kota Bogor. 2015. Statistik UMKM Kota Bogor Tahun 2015. 2015.
kumkm.kotabogor.go.id.
Ervando, M. 2013. Pengaruh Variasi Temperatur Cetakan Terhadap Karakteristik
Briket Kayu Sengon pada Tekanan Kompaksi 6000 Psi. Universitas Negeri
Semarang.
Febrianto, F. 1999. Preparation And Properties Enhancement Of Moldable Wood-
Biodegradable Polymer Composites. Kyoto University.
Jamilatun, S. 2008. Sifat-Sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa, Briket
Batubara, dan Arang Kayu. Jurnal Rekayasa Proses. 2 (2): 37–40.
Kong, G. T. 2010. Peran Biomassa Bagi Energi Terbarukan. Jakarta (ID): Elex
Media Komputindo.
Leokaoke, N. T., J. R. Bunt, H. W. J. P. Neomagus, F. B. Waanders, C. A.
Starvdom, dan T. S. Mthombo. 2018. Manufacturing and Testing of Briquettes
From Inertinite-Rich Low-Grade Coal Fines Using Various Binders. The
Journal of The Southern African Institute of Mingin and Metalurgy. 118 (1):
83–88.
Mustafiah, Darnengsih, dan Nadzirah Ikasari. 2016. Analisis Rasio Bahan Perekat
Dengan Campuran Batubara, Sekam Padi Terhadap Kekuatan Daya Rekat
Bio-Briket. Jurnal Geomine. 4 (2): 83–86.
https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JG/article/view/58/pdf.
Sharma, M., V. V. Tyagi, C. R. Chen, dan D. Buddhi. 2009. Review on Thermal
Energy Storafe With Phase Change Materials and Applications. RSER. 13
(10): 318–45. https://doi.org/10.1016/j.rser.2007.10.005.
White, L. P., dan L. G. Paskett. 1981. Biomass as Fuel. London (UK): Academic
Pr.
12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Persiapan bahan

Penimbangan biomassa

Penimbangan parafin
13

Lampiran 2 Pembuatan bio-briket

Pelelehan parafin

Pencampuran biomassa dan parafin

Pengeringan
14

Lampiran 3 Pengujian karakteristik pembakaran

Pengukuran lama nyala api

Bahan setelah pembakaran

Anda mungkin juga menyukai