Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)

Vol. 1 No. 1
ISSN 2338 3240

Penyajian Fenomena Kontekstual Berbantuan Komputer


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Kalor
Pada Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 Marawola

Habibi, Unggul Wahyono dan Haeruddin


e-mail: habibi_bibboys@yahoo.co.id
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi
Tadulako Tondo Palu - Sulawesi Tengah 94117

Abstrak - Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar fisika pada siswa SMA Negeri 1 Marawola dengan penyajian fenomena kontekstual
berbantuan komputer dengan metode kooperatif di kelas X B yang berjumlah 32 orang. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus, menggunakan video dalam pembelajaran yang memuat materi untuk
siklus I yaitu suhu dan pemuaian, dan untuk siklus II yaitu kalor, perubahan wujud dan perpindahan
kalor. Hasil penelitian didapatkan selisih kenaikan ketuntasan klasikal sebesar 25,00% dan selisih
kenaikan daya serap klasikal 18,63%, aktivitas guru berada pada kategori baik ke sangat baik yaitu
dengan selisih rata-rata persentase aktivitas guru 5,84% dan aktivitas siswa berada pada kategori
cukup ke sangat baik yaitu dengan selisih rata-rata persentase aktivitas siswa 13,89%. Berdasarkan
indikator penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penyajian fenomena kontekstual berbantuan
komputer pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas XB
SMA Negeri 1 Marawola. Penyajian fenomena kontekstual dengan penggunaan video sesuai dengan
siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan sedang. Untuk siswa yang memiliki kemampuan rendah,
penyajian fenomena dengan bantuan bimbingan dan pemberian informasi mengenai pokok bahasan.

Kata Kunci: Fenomena Kontekstual, Komputer, Hasil Belajar

I. PENDAHULUAN pendengar saja tanpa melibatkan mereka


dalam pembelajaran. Kondisi ini akan
Dalam upaya meningkatkan mutu berdampak pada keaktifan dan motivasi siswa
pendidikan, pemerintah dan pemerhati dalam proses belajar mengajar, bahkan
pendidikan telah menemukan berbagai inovasi mengakibatkan rendahnya hasil belajar.
dan terobosan–terobosan baru, diantaranya Situasi pembelajaran yang sedang
adalah dengan munculnya berbagai macam berlangsung tersebut di alami dalam
model pembelajaran. Model pembelajaran pembelajaran fisika khususnya di SMA Negeri 1
dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa Marawola. Dalam pembelajaran fisika sering
dengan guru di dalam kelas yang ditetapkan ditemui permasalahan-permasalahan dalam
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar proses pembelajarannya baik yang datang dari
untuk meningkatkan kemampuan siswa selama guru maupun dari siswa itu sendiri. Menurut
belajar. hasil wawancara dengan salah seorang guru
Dominasi guru dalam proses pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Marawola, bahwa dalam
menyebabkan kecenderungan siswa lebih mengajar guru mengalami kendala dalam
bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak mengajar, dimana siswa hanya mengacu pada
menunggu sajian guru daripada mencari dan catatan yang disampaikan dan yang di tulis
menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan pada papan tulis yang disajikan secara
atau sikap yang mereka butuhkan. Kondisi ini maraton. Selain itu aktivitas belajar siswa juga
tidak menumbuh kembangkan aspek cenderung rendah, ditandai dengan sedikit
kemampuan dan aktivitas siswa yang siswa yang mau bertanya, menanggapi dan
diharapkan, bahkan dapat berakibat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
membosankan pada diri siswa untuk menerima serta kerjasama dalam belajar masih kurang,
pelajaran. Siswa hanya dianggap sebagai ditandai ketika dilakukan diskusi, siswa yang

1
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 2338 3240

aktif masih sedikit dan biasanya yang aktif tes awal, dan dialog dengan guru fisika SMA
tersebut hanya siswa yang memiliki IQ atau Negeri 1 Marawola. Pelaksanaan tindakan
prestasi yang lebih baik saja. dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari 4
Proses belajar mengajar di sekolah fase, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
seringkali membuat kekecewaan, apalagi bila (3) observasi dan (4) refleksi. Pada fase
dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap perencanaan Kegiatan yang dilaksanakan yaitu
materi ajar (penyajian siswa hanya pada menyiapkan analisis materi yang berkaitan
tingkat hafalan dengan menggunakan sesuatu dengan pembuatan video fenomena kontekstual
yang abstrak). Sehingga ada kecenderungan komputer, menyusun rencana pembelajaran,
dewasa ini untuk kembali pada pemikiran menyiapkan LKS, menyiapkan lembar observasi
bahwa anak akan belajar lebih baik jika dan membuat tes hasil belajar fisika sebagai
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan alat evaluasi. Pada fase Pelaksanaan tindakan
lebih bermakna jika anak mengalami apa yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang
dipelajarinya, bukan mengetahuinya. dibuat sebelum tindakan dimulai. Pada fase
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan observasi, Kegiatan observasi dilakukan selama
materi terbukti berhasil dalam kompetisi tindakan berlangsung, mencakup aktivitas
mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam siswa dan aktivitas guru yang dilakukan dengan
membekali anak memecahkan persoalan dalam menggunakan lembar observasi yang telah
kehidupan jangka panjang. Berdasarkan uraian dibuat, selanjutnya melaksanakan evaluasi
tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan dengan menggunakan tes akhir tindakan
penelitian dengan menerapkan pendekatan yang sebagai tes hasil belajar. Pada fase refleksi,
melibatkan siswa dalam kehidupan sehari-hari seluruh data dan hasil yang diperoleh dari
secara emosional, sehingga pemahaman konsep berbagai sumber, dianalisis dan direfleksikan,
akademik mereka peroleh bukan hanya dan hasil refleksi akan digunakan sebagai acuan
merupakan sesuatu yang abstrak. Konsep yang untuk merencanakan tindakan yang lebih efektif
abstrak perlu dukungan dari teknologi informasi pada siklus berikutnya.
untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat verbalistis, dapat mengatasi III. HASIL DAN PEMBAHASAN
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
dengan menggunakan teknologi informasi secara Rata-rata hasil belajar siswa sebelum
tepat dan dapat mengatasi sikap pasif anak didik. pembelajaran mencapai 61,8. Dari hasil
tersebut dapat dijelaskan bahwa sebelum
Berdasarkan uraian tersebut, maka penyajian fenomena kontekstual komputer
dilakukan penelitian dengan penyajian siswa belum mampu mencapai ketuntasan
fenomena kontekstual berbantuan komputer belajar dengan indikator 80% siswa mencapai
untuk meningkatkan hasil belajar konsep kalor nilai minimal 65. Tahap ini dilaksanakan tes
pada siswa SMA Negeri 1 Marawola. pratindakan atau tes awal pada siswa yang
akan diteliti, dan melakukan wawancara
langsung terhadap guru mata pelajaran Fisika
II. METODE PENELITIAN siswa kelas XB SMA Negeri 1 Marawola. Dengan
tujuan pembentukan kelompok diambil dari
Penelitian ini menggunakan desain yang hasil tes awal yang telah diberikan.
mengacu pada model Kurt Lewin yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart 1. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Belajar
[1] Penggunaan model ini dikarenakan alur Siswa
yang digunakan cukup sederhana. Penelitian
ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Marawola, Dalam pelaksanaan tindakan, data hasil
objek penelitian adalah kelas XB dengan subjek belajar dan observasi dinyatakan bahwa
aktivitas siswa selama mengikuti proses
penelitian adalah siswa kelas XB SMA Negeri 1
pembelajaran siklus I dan II menurut
Marawola tahun ajaran 2010/2011 dengan
pengamat sudah cukup baik. Penekanan guru
jumlah 32 siswa. Secara umum kegiatan
penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, pada setiap tahap pembelajaran berpengaruh
yaitu tahap pratindakan atau refleksi awal dan terhadap aktivitas siswa. Guru berusaha
tahap pelaksanaan tindakan. mendorong siswa mengungkapkan ide-ide
Pada tahap pratindakan atau refleksi awal, mereka dan membangun konsepnya melalui
kegiatan yang dilakukan adalah observasi awal, pembelajaran. Guru juga berusaha mendorong

12
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 2338 3240

siswa agar lebih aktif dalam melakukan Rendahnya persentase ketuntasan klasikal
kegiatan pembelajaran karena dari pelaksanaan pada siklus I disebabkan karena sejumlah
kegiatan ini mereka diharapkan lebih aktif konsep yang diberikan masih belum dapat
dalam mencari dan memahami materi yang dipahami dengan baik oleh siswa khususnya
diajarkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tentang kalibrasi termometer dan rumus
penyajian fenomena kontekstual berbantuan kuantitatif pada pemuain zat padat, cair, dan
komputer dapat meningkatkan hasil belajar gas, sebagian besar siswa kurang mengerti
siswa. tentang keterkaitan antara konsep dan
penyajian. Hal ini menunjukkan hasil yang
Pada penilaian kinerja individu, keaktifan
diperoleh masih jauh diatas indikator
siswa baik dalam mengerjakan tugas maupun
keberhasilan belajar pada umumnya. Hasil yang
diskusi kelompok dari siklus I ke siklus II relatif
diperoleh pada siklus II lebih baik dari siklus I.
mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi
Peningkatan ini terjadi karena kekurangan-
karena kekurangan-kekurangan pada siklus I
kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat
dapat diminimalisir. Sedangkan aktifitas kinerja
diminimalisir. Peningkatan hasil yang signifikan
kelompok lebih meningkat lagi pada setiap
dapat dilihat pada ketuntasan belajar klasikal
pertemuannya. Berarti dalam kinerja kelompok,
yang mencapai 87,50% atau terdapat 28 siswa
peserta didik melakukan tuga-tugas kelompok
yang tuntas dari 32 siswa yang mengikuti ujian.
dengan baik. Adanya kerja sama, saling
Ketika siswa diberikan tugas untuk
berinteraksi menuntut mereka saling
menyelesaikan pemecahan masalah secara
menghargai pendapat dan berdiskusi untuk
bersama/kelompok, maka siswa akan
menyelesaikan pemecahan masalah atau suatu
melakukan interaksi seperti berkomunikasi,
soal yang diberikan oleh guru. Untuk
mengeluarkan pendapat, mendenngarkan
sumbangsih dari individu untuk kelompok,
pendapat, mencatat informasi, sehingga
aktifitas kinerja kelompok pada siklus I berada
memunculkan berbagai ide.
pada kategori baik dengan persentase rata-rata
Siswa akan menyadari bahwa mereka belajar
kelompok 85,99% dan pada siklus II kinerja
terbaik ketika mereka saling bekerja sama.
kelompok lebih meningkat lagi dan berada pada
Ketika siswa diberikan soal yang berupa tes
kategori sangat baik dengan rata-rata
atau sejenisnya yang menuntut mereka
persentase 93,11%. Berarti dalam kinerja
mengerjakannya secara mandiri, maka setelah
kelompok, peserta didik melakukan tugas-tugas
siswa membaca soal yang diberikan guru
kelompok dengan baik dan sumbangsih dari
tersebut, siswa akan bertanya pada dirinya
individu untuk setiap kelompoknya terjadi
peningkatan. Adanya kerja sama, saling sendiri tentanng konsep-konsep yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut.
berinteraksi menuntut mereka saling
Tujuan kognitifnya adalah untuk memahami
menghargai pendapat dan berdiskusi untuk
dan menyelesaikan soal. Ketika siswa
menyelesaikan pemecahan masalah dan tugas-
menemukan bahwa ia tidak bisa menjawab
tugas yang diberikan oleh guru secara individu
pertanyaan sendiri atau siswa tidak dapat
bisa dikerjakan dengan baik.
memahami soal yang diberikan, siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
kemudian menentukan apa yang perlu
memberikan informasi bahwa model
dilakukan untuk memastikan bahwa ia
pembelajaran yang digunakan merupakan salah
mencapai tujuan kognitif tersebut. Siswa akan
satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar
mengulangi atau membaca kembali soal dan
fisika. Meskipun demikian pada hasil penilaian
mencari konsep-konsep yang dibutuhkan agar
dalam meyajikan informasi masih ada siswa
mampu menjawab pertanyaannya sendiri atau
belum dapat mengerjakan dengan baik. Hal ini
yang diberikan oleh guru.
disebabkan siswa tersebut cenderung diam
Pola pembelajaran dengan penyajian
walaupun ada beberapa konsep yang tidak
fenomena kontekstual berbantuan komputer
dipahaminya. Siswa yang berkemampuan tinggi
mengarahkan siswa tentang bagaimana mereka
telah menyelesaikan tugas dengan baik, untuk
belajar secara individu dan belajar secara
siswa berkemampuan sedang dan rendah juga
bersama-sama dalam suatu kelompok belajar,
telah mampu menyelesaikan soal dengan cukup
tujuan belajar yang akan dicapai, melibatkan
baik. Penggunaan LKS juga sangat
diri dalam proses belajar serta berdiskusi untuk
membantu dalam kelancaran kegiatan
mempelajari dan memecahkan suatu
pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan
materi/masalah agar lebih bermakna dalam
LKS penuntun berdasarkan penyajian, sehingga
pelajaran fisika. Sehingga teori yang mereka
peningkatan hasil belajar dapat tercapai.
13
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 2338 3240

terima memang dapat ditemui di kehidupan yang digunakan. Untuk siswa yang memiliki
nyata dan dapat mereka alami sendiri seperti kemampuan rendah menyatakan ketepatan dan
contoh yang diperlihatkan sebelumnya pada kejelasan, namum mereka butuh tambahan
proses pembelajaran dengan menggunakan penjelasan berupa informasi tentang sub pokok
bantuan komputer. Unsur penerapannya di bahasan. Pada tampilan video mengenai
dalam metode diskusi dan penyajian fenomena kesesuaian penyajian terdapat ada beberapa
pada proses belajar fisika, dilakukan aktifitas pernyataan berbeda, untuk siswa yang memiliki
tanya jawab, memberi kebebasan untuk kemampuan tinggi menyatakan bahwa sesuai
berbeda pendapat dalam kelompok, mengontrol dalam penyajiaannya dengan permintaan
proses belajar siswa, memberi penguatan, keterangan dan penjelasan. Untuk siswa
memberi kesempatan bertanya serta kemampuan sedang menyatakan kesesuaian
membimbing siswa untuk melakukan kerja dengan penyajian, tanpa ada permintaan
sama, menugaskan kerja kelompok, informasi tambahan. Siswa yang memiliki
mendiskusikan penyelesaian masalah, kemampuan rendah ada yang menyatakan
memadukan mata pelajaran dengan gambar / tidak jelas dengan penyajian.
video yang mereka lihat pada saat Pada pemahaman materi dalam penyajian
pembelajaran dan mengaitkannya dengan video terdapat tanggapan siswa yang berbeda-
kehidupan sehari-hari, memberikan bacaan beda, ada yang menyatakan sangat paham,
sebagai tambahan pengetahuan serta paham, cukup, ada pula yang mengatakan tidak
memancing minat siswa sehingga siswa lebih paham, untuk siswa yang memiliki kemampuan
termotivasi untuk mengikuti pelajaran. tinggi sebagian menyatakan kurang paham,
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan karena mereka butuh tambahan informasi pada
bahwa penyajian fenomena kontekstual penyajian berupa keterangan dan tampilan
berbantuan komputer dapat memberikan menggambarkan penyajian seperti animasi atau
pengalaman bermakna kepada siswa, sehingga sejenisnya. Untuk siswa yang memiliki
dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. kemampuan sedang mayoritas menyatakan
Hasil pelaksanaan tindakan siklus II, diperoleh pemahaman tentang penyajian. Pada siswa
ketuntasan klasikal mencapai 84,84% dan daya yang memiliki kemampuan rendah
serap klasikal 80,30% dari perolehan tersebut menyatakan tidak memahami tentang
menunjukkan hasil lebih baik dari siklus I. Hal penyajian tersebut yang semuanya butuh
ini dapat dilihat dari analisis kuantitatif telah penjelasan dari awal sampai akhir atau butuh
memenuhi indikator keberhasilan yang telah bimbingan khusus. Untuk pemberian contoh
ditetapkan untuk daya serap individu 65% dan (fenomena) yang lain dalam lingkungan sekitar
tuntas klasikal 80% serta daya serap klasikal selain penyajian video pada sub pokok
minimal 80% peningkatan tersebut bahasan. Pernyataan yang diperoleh, hanya
menunjukkan bahwa tindakan penelitian sebagian kecil yang dapat memberikan
berhasil. Dan hasil analisis kualitatif, informasi lebih, mayoritas tidak mengetahui.
memperlihatkan bahwa peran siswa yang Untuk siswa yang memiliki kemampuan tinggi
sesuai dengan skenario dalam kegiatan tingkat kepekaan dan respon di sekitar
pembelajaran telah terarah dengan baik, lingkungannya dalam mengaitkan peristiwa
sehingga proses pembelajaran tidak hanya terhadap materi sangat tinggi. Untuk siswa
didominasi oleh siswa yang pintar saja. yang memiliki kemampuan sedang memiliki
respon yang bervariasi, ada yang mengetahui
2. Penyajian Fenomena Kontekstual dan ada yang tidak mengetahui, sehingga
tingkat kepekaan dan respon di sekitar
Dalam penyajian fenomena kontekstual melalui lingkungannya dalam mengaitkan peristiwa
video pada pokok bahasan suhu dan kalor, untuk tergolong sedang.
siswa yang memiliki kemampuan tinggi Dalam tata cara penyajian siswa
menyatakan masih ada yang kurang jelas dalam memberikan respon beragam , bagaikan
penyajian pada masing-masing sub pokok pembelajaran orkestra, baik siswa yang
bahasan, mereka butuh penjelasan baik alat yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah,
digunakan maupun pengantar lainnya. Untuk umumnya menyatakan menginginkan
siswa yang memiliki kemampuan sedang penjelasan / informasi lebih dari guru, dilihat
menyatakan ketepatan dalam penyajian pada dari respon siswa yang tinggi tersebut perlu
masing-masing sub pokok bahasan, sebagian pengembangan dalam video dalam pemberian
butuh penjelasan mengenai penyajian penyajian. Mayoritas memberikan respon
14
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1
ISSN 2338 3240

persetujuan baik yang memiliki kemampuan pembelajaran dengan menggunakan


tinggi, sedang, rendah, mengenai penyajian pendekatan Cooperative Learning dan media CD
video fenomena dalam menyelesaikan tugas, pembelajaran interaktif ini mendapatkan
karena sebagian besar menganggap lebih cepat tanggapan sangat positif diindikasikan dengan
(hemat waktu), menampilkan bukti nyata, jumlah item dengan sikap sangat positif [2].
mudah di pahami. Siswa menyatakan bahwa Multimedia interaktif dalam pembelajaran
penyajian video fenomena dapat memberikan menyimpulkan kelebihan-kelebihan video di
bantuan dalam proses belajar, siswa yang dalam multimedia adalah: pertama,
memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah Memaparkan keadaan riel dari suatu proses,
memberikan alasan karena sifatnya langsung fenomena atau kejadian. Kedua, Sebagai
dan konkrit, memberikan kejelasan, lekat bagian terintegrasi dengan media lain seperti
dengan kehidupan sehari-hari, dapat memberi teks atau gambar, video dapat memperkaya
pemahaman (mudah dimengerti), memberikan pemaparan. Ketiga, Pengguna dapat melakukan
suasana baru, dan tidak perlu terjun langsung replay pada bagian-bagian tertentu untuk
ke tempatnya. Mengenai penyajian fenomena melihat gambaran yang lebih fokus. Keempat,
mayoritas menyatakan harapan yang lebih Sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam
baik, Untuk siswa berkemampuan tinggi dan ranah perilaku atau psikomotor. Kelima,
sedang memberi saran untuk mengembangkan Kombinasi video dan audio dapat lebih efektif
video tersebut dan menambahkan definisi dan lebih cepat menyampaikan pesan
dalam setiap tampilan. Untuk siswa yang dibandingkan media text. Keenam,
memiliki kemampuan rendah menyatakan video Menunjukkan dengan jelas suatu langkah
agar lebih dimengerti. procedural [3].
Siswa memberi respon baik jika dalam
pembelajaran berisikan penyajian fenomena, IV. KESIMPULAN
hal ini dilihat dari pernyataan siswa. Pada siswa
yang memiliki kemampuan yang tinggi Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan
menyatakan keinginan dalam pembelajaran kelas dapat disimpulkan bahwa penyajian
berisikan penyajian fenomena, karena dapat fenomena kontekstual berbantuan komputer,
member kejelasan. Untuk siswa yang memiliki dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
kemampuan sedang juga memiliki keinginan Kelas XB SMA Negeri 1 Marawola. Hal ini
dalam pembelajaran berupa penyajian berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar
fenomena dengan alasan tidak membosankan, dengan ketuntasan klasikal mencapai 87,50%
terlihat nyata tanpa perlu tulisan dan gambar dan daya serap klasikal mencapai 80,13% serta
pada buku, dapat mudah dimengerti, Untuk hasil analisis aktivitas siswa 91,67% dengan
siswa yang memiliki kemampuan rendah kategori sangat baik. Penyajian fenomena
menyatakan bahwa cara penyajian merupakan kontekstual dapat digunakan pada siswa yang
cara belajar modern, tidak membosankan memiliki kemampuan tinggi dan sedang dengan
seperti buku cetak yang monoton. pemberian informasi, untuk siswa yang
Dari penyajian fenomena kontekstual memiliki kemampuan rendah dengan
berdasarkan tanggapan siswa, dapat pemberian informasi dan bantuan khusus dalam
diterangkan bahwa penggunaan video cocok penyajian.
dengan siswa yang memiliki kemampuan tinggi
dan sedang. Bagi memiliki kemampuan rendah
dapat diberikan penyajian fenomena dengan DAFTAR PUSTAKA
bantuan bimbingan dan pemberian informasi
mengenai pokok bahasan. [1] Depdiknas, 2004. Penilaian. Jakarta:
Penyajian fenomena kontekstual dengan Departemen Pendidikan Nasional.
penggunaan video sejalan dengan beberapa [2] Fuadah A. 2009. Pendekatan Cooperative
penelitian diantaranya dinyatakan Penerapan Learning Dengan Menggunakan Video
pelaksanaan pendekatan Cooperative Learning Interaktif Untuk Meningkatkan Kualitas
dengan menggunakan video interaktif untuk Belajar Fisika Siswa Kelas XI MAN Sooko
meningkatkan kualitas belajar fisika siswa Mojokerto. Skripsi thesis, UIN Sunan
berhasil dengan baik, Pembelajaran dengan Kalijaga Yogyakarta.
menggunakan pendekatan cooperative learning [3] Waryanto N H. 2008. Multimedia Interaktif
dengan menggunakan video interaktif dapat dalam Pembelajaran. Yogyakarta: FMIPA
meningkatkan kualitas belajar siswa, UNY.

15

Anda mungkin juga menyukai