Anda di halaman 1dari 15

 PEFI4315/MODUL 2 2.

27

Kegiatan Belajar 2

Difraksi Sinar-X

D alam Kegiatan Belajar 1 (KB1), Anda telah mempelajari tentang sinar-X.


Berdasarkan pemahaman tentang materi tersebut, kini Anda akan dengan
mudah mempelajari materi KB 2 ini yaitu difraksi sinar-X. Oleh karena itu,
setelah menyelesaikan KB 2 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan
tentang jarak antar 2 bidang kristal dan difraksi sinar-X pada kristal (hukum
Bragg). Berkaitan dengan tujuan tersebut, bacalah uraian berikut dengan
cermat, kerjakan latihan setelah membaca rambu-rambu pengerjaan latihan,
dan kerjakan tes formatif setelah membaca rangkuman.

A. JARAK ANTAR DUA BIDANG KRISTAL

Suatu kristal akan mempunyai bidang-bidang atom. Untuk itu bagaimana


kita mempresentasikan suatu bidang datar dalam suatu kisi kristal, yang
dalam istilah kristalografi sering disebut dengan Index Miller.
Pada Modul 1 telah dipelajari langkah-langkah untuk menentukan Index
Miller suatu bidang Kristal, antara lain berikut ini.
1. Tentukan titik-titik potong antara bidang yang bersangkutan dengan
sumbu-sumbu ( 1, 2, 3) dalam satuan konstanta kisi 1, 2, dan 3,
Sumbu-sumbu di atas dapat dipakai sumbu konvensional (x, y, z) atau
sumbu-sumbu primitif (a1.a2.a3).
2. Tentukan kebalikan dari bilangan-bilangan tadi.
3. Tentukan tiga bilangan bulat terkecil yang mempunyai perbandingan
yang sama.
4. Bidang yang dihasilkan sering disebut index (hkl) atau Index Miller.

Catatan:
Jika salah satu dari hkl negatif maka indeks bidang tersebut dapat dituliskan
dengan tanda setrip di atasnya seperti ( k l) artinya h bertanda negatif.
2.28 Pengantar Fisika Zat Padat 

Contoh :
Tentukan Indeks Miller bidang ABC seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.13
𝟏 𝟏 𝟏
Bidang ABC ( , , )
𝟑 𝟐 𝟐

Jawab:
a. Bidang-bidang ABC akan memotong sumbu 𝑎1 di 3𝑎1 memotong sumbu
𝑎2 di 2𝑎2 dan memotong sumbu 𝑎3 di 2𝑎3 .
b. Apabila |𝑎1 | = |𝑎2 | = |𝑎3 | = 1 maka kebalikan dari bilangan-bilangan
𝟏 𝟏 𝟏
tersebut adalah , , .
𝟑 𝟐 𝟐
c. Jadi, ketiga bilangan bulat yang mempunyai perbandingan yang sama
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
dari: , , adalah 2,3,3 didapat dari ( , , ) × 6.
𝟑 𝟐 𝟐 𝟑 𝟐 𝟐
d. Dengan demikian, indeks Miller bidang ABC adalah (hkl) senilai (233).

Catatan:
Perhatikan bahwa dalam penulisan indeks bidang, kita tidak menggunakan
tanda koma. Kelompok bidang ini tergantung pada sistem kristal, dua bidang
atau lebih dapat tergolong dalam kelompok bidang yang sama. Kelompok
bidang identik karena simetri biasanya dituliskan dalam kurung kurawal
{hkl}. Termasuk kelompok bidang {100} mempunyai 6 kemungkinan bidang
hkl yaitu 100 , 010 , 001 , 100 , 010 , (001).

Setiap bidang identik hanya indexnya berbeda karena pemilihan sumbu


danarah. Di bawah ini diberikan sketsa beberapa bidang dalam kubus sebagai
ilustrasi.
 PEFI4315/MODUL 2 2.29

Gambar 2.14
a) (010), b) L (001)

Dari Gambar 2.13 arah dari bidang [100 ] adalah a1. Dari Gambar 2.13
arah dari bidang [100 ] adalah –a. Dalam krisrtal kubus. arah [ hkl ] adalah
tegak lurus dengan bidang (hkl). Jarak antara dua bidang berturut-turut
dilambangkan sebagai dm. Untuk sistem kubus dengan jarak antara 2 bidang
kristal, besarnya dirumuskan sebagai:

𝑎
𝑑𝑕𝑘𝑙 (1)
𝑕 2 +𝑘 2 +𝑙 2

dengan :
a = sisi kubus (Ao)
dhkl = jarak antar 2 bidang Kristal (Ao)
h, k, l = indeks Miller bidang Kristal

Contoh:
Carilah jarak antar bidang (dhkl) untuk bidang (200) dari kristal NaCl.
Sederhana yang mempunyai kisi kubus sebesar 0,5 Å!
2.30 Pengantar Fisika Zat Padat 

Gambar 2.15

Jawab:
Dengan menggunakan rumus 1
𝑎 0.5 𝐴𝑜 1 𝑜
𝑑𝑕𝑘𝑙 = 2 = 4𝐴
𝑕2 + 𝑘 2 + 𝑙 2 2

Ada cara lain yang dapat digunakan untuk mencari jarak antar 2 bidang
kristal selain dengan indeks Miller dan persamaan Bragg yaitu berdasarkan
definisi kerapatan suatu sel unit yaitu:

ρ = rapat jenis substansi = rapat jenis unit sel


ρ = (molekul tiap sel)(massa per molekul)/volume sel
ρ = 4 {M/(Na.8.d3) sehingga jarak antar kristal dapat dihitung

dengan persamaan:

1 3
𝑑 = 𝑀 (2𝑁𝑎 𝜌) (2)

dengan:
M = massa molekul, kg/kmol
Na = bilangan avogadro = 6.02 . 1026 molekul/kmol
ρ = rapat massa, kg/m3
d = jarak antar 2 muka kristal, m atau Ao
 PEFI4315/MODUL 2 2.31

Contoh:
Hitunglah jarak antar 2 bidang kristal KCl yang massa molekulnya 74,6
kg/kmol dan rapat massanya 1980 kg/m3! (Na =6.02 × 1026 mol/kmol).
Jawab:
d = [ 74.6/(2.6,02 × 1026.1980)]1/3 = 3.14 Ao

B. DIFRAKSI SINAR-X (GELOMBANG), HUKUM BRAGG

Setelah sebelumnya dibahas mengenai jarak antar 2 muka bidang kristal,


pada bagian ini akan dibahas mengenai fenomena difraksi sinar-X oleh
kristal. Fenomena ini ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan
Jerman bernama Von Laue pada tahun 1912. Pada saat itu, ilmu yang
berkembang hanya sebatas pengetahuan bahwa peristiwa difraksi dapat
terjadi apabila sebuah gelombang melewati sebuah celah yang besarnya
sebanding dengan panjang gelombang yang melewatinya. Von Loue
berpendapat jika sebuah kristal terususun atas atom-atom secara periodik
dengan jarak antar atom yang berkisar antara 1-2 Å maka atom-atom ini
dapat dianggap berperilaku sebagai celah dalam peristiwa difraksi, selain itu
jika sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang sebanding dengan jarak antar atom dalam kristal maka
menurutnya dapat saja terjadi peristiwa difraksi sinar-X oleh atom-atom yang
terdapat dalam kristal.
Melalui arahannya, dilakukan sebuah eksperimen untuk menguji
hipotesisnya mengenai difraksi sinar-X. Dalam eksperimennya ini digunakan
sebuah kristal tembaga sulfat yang diletakkan diantara sebuah sumber
penghasil sinar-x dan lempeng fotografi. Eksperimen ini memberikan bukti
yang cukup memuaskan untuk dapat menjelaskan kealamian sinar-X dan
keperiodikan susunan atom yang berada dalam sebuah Kristal. Hasil
penelitian ini, melambungkan nama Von Laue dan ia diberikan penghargaan
intelektual pada masanya.
Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh dua fisikawan Inggris yang
bernama W. L Braag dan putranya yang bernama W.H. Bragg. Melalui
ekpserimennya, mereka dapat menjelaskan peristiwa difraksi sinar-X ini
secara matematis dan lebih sederhana dibandingkan dengan Von Laue
sehingga karya mereka mudah dipahami oleh masyarakat awam. Ditahun-
tahun berikutnya, dengan menggunakan peralatan difraksi sinar-X yang telah
2.32 Pengantar Fisika Zat Padat 

diperbaharui, dapat diketahui struktur Kristal dari NaCl, KCl, KBr, dan KI,
ini merupakan penemuan struktrur kristal terlengkap.
Kita mulai pelajaran mengenai struktur kristal melalui difraksi oleh
foton, netron, dan elektron (Gambar 2.16). Difraksi bergantung terhadap
struktur kristal dan panjang gelombang. Pada panjang gelombang sebesar
5000 maka akan terjadi superposisi dari gelombang yang dihamburkan secara
elastik oleh masing-masing atom dari sebuah kristal melalui pemantulan
optik biasa. Ketika panjang gelombang yang dipancarkan sebanding dengan
atau lebih kecil dibandingkan dengan konstanta kisi, kita mungkin dapat
menemukan berkas yang didifraksikan pada arah yang benar-benar berbeda
dengan arah berkas datang.
W. L. Bragg menyajikan sebuah penjelasan sederhana dari sebuah berkas
yang didifraksikan dari sebuah kristal. Penurunan Bragg sangat sederhana,
namun dapat menjelaskan hasil eksperimen dengan ketepatan yang tinggi.
Anggaplah terdapat sebuah gelombang datang yang direfleksikan dari atom-
atom yang terletak pada bidang-bidang yang sejajar dalam kristal, dengan
masing-masing bidang merefleksikan hanya sebagian kecil dari berkas yang
dipancarkan seperti halnya berkas yang dipantulkan oleh sebuah cermin.

Gambar 2.16
Grafik Panjang Gelombang terhadap Energi Partikel
untuk Foton, Netron, dan Elektron
 PEFI4315/MODUL 2 2.33

Sumber:
http://chemwiki.ucdavis.edu/index.php?title=Analytical_Chemistry/Instrum
ental_Analysis/Diffraction/Powder_X-ray_Diffraction&bc=0

Gambar 2.17
Difraksi Sinar-X oleh Kristal

Pada refleksi spekuler (seperti kaca) sudut dari berkas datang sama
dengan sudut refleksi. Kita dapat menemukan berkas difraksi ketika refleksi
dari masing-masing bidang atom yang sejajar saling berinterferensi secara
konstruktif seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.17. Kita perlakukan
seperti halnya hamburan elastik manakala energi dari sinar-X tidak berubah
akibat refleksi.
Sekarang kita tinjau sebuah bidang kisi sejajar yang terpisah sejauh d.
Berkas sinar masuk kedalam bidang dari kertas. Beda jalur yang ditempuh
untuk sinar-sinar yang direfleksikan dari bidang yang berdekatan adalah
sebesar 2𝑑 sin𝜃 manakala θ diukur dari bidang terhadap sinar datang.
Interferensi konstruktif dari berkas yang dipantulkan oleh bidang-bidang
hanya terjadi jika beda jalur yang ditempuh merupakan kelipatan bulat dari
panjang gelombang λ sehingga

2𝑑 sin𝜃 = 𝑛𝜆 (3)

Ini adalah hukum Bragg. Refleksi Bragg hanya dapat terjadi untuk
panjang gelombang yang sangat kecil, itulah sebabnya kita tidak dapat
menggunakan cahaya tampak.
Meskipun refleksi dari masing-masing bidang bersifat spekular, namun
hanya terdapat beberapa nilai sudut refleksi tertentu yang sefasa dari semua
2.34 Pengantar Fisika Zat Padat 

Gambar 2.18
Hasil Analisis untuk Sampel Kristal Cesium Chloride dengan Menggunakan
Berkas Neutron dengan Panjang Gelombang 1.16Å

bidang yang sejajar akan saling menguatkan untuk memberikan berkas


refleksi yang kuat. Jika masing-masing bidang direfleksikan secara sempurna
maka hanya bidang pertama saja dari seperangkat bidang sejajar yang akan
melihat radiasinya, dan berbagai panjang gelombang akan direfleksikan.
Akan tetapi, masing-masing bidang merefleksikan sebesar 10-3 sampai 10-5
dari berkas yang datang sehingga terdapat sekitar 10 3 dan 105 bidang-bidang
yang akan berkontribusi terhadap pembentukan berkas refleksi Bragg dalam
sebuh kristal yang sempurna.
Hukum Bragg merupakan konsekuensi adanya keperiodikan dalam kisi.
Ingatlah bahwa hukum tersebut tidak merujuk kepada komposisi dari atom-
atom basis yang disosiasikan dengan setiap titik kisi. Kelak akan kita lihat,
bahwa komposisi dari basis akan menentukan intensitas relatif dari berbagai
variasi keteraturan difraksi dari seperangkat bidang sejajar yang diberikan.
Hasil eksperimen untuk refleksi Bragg dari kristal tunggal ditunjukkan dalam
Gambar 2.17 dan 2.18 untuk rotasi di sekitar sumbu tetapnya.
Persamaan matematika untuk menghitung intensitas sinar-X yang
dihasilkan alat difraktometer sinar-X adalah:

𝐼 = 𝐹 2 . 𝑃. { ( 1 + cos 2 2𝜃)/(sin2 𝜃. 𝑐𝑜𝑠𝜃)}𝑒 −2𝑀 (4)

dengan:
𝑃 = faktor perkalian
𝐹 = faktor struktur = hasil penjumlahan gelombang-gelombang yang
dihamburkan dalam kristal.
𝑒 −2𝑀 = faktor temperatur
 PEFI4315/MODUL 2 2.35

C. HAMBURAN OLEH KRISTAL

Sebelumnya Anda telah mempelajari bahwa gelombang dari satu tempat


ke tempat lain membawa energi. Demikian pula pada modul sebelumnya
telah dipelajari tentang difraksi sinar-X pada kristal, sinar-X setelah
mengenai kristal akan mengalami beberapa peristiwa seperti ada yang
diserap, dipantulkan, dan dibiaskan serta dihamburkan oleh kristal. Ada
beberapa hal yang memungkinkan terjadinya peristiwa hamburan yaitu pada
saat interaksi antara sinar-X dengan elektron, interaksi sinar-X akibat
tumbukan dengan atom serta interaksi sinar-X dengan sel satuan.

1. Hamburan Oleh Elektron


Sinar-X berasal dari tumbukan elektron dengan sebuah atom target, yaitu
perlambatan elektron akibat tumbukan tersebut. Hal yang sama dapat terjadi
pada saat sinar-X menumbuk elektron maka elektron-elektron tersebut akan
bergetar dan selama waktu tersebut akan terjadi percepatan atau perlambatan
elektron. Sebagai akibat dari adanya percepatan atau perlambatan elektron
tersebut maka elektron akan mengimisikan gelombang elektromagnetik.
Dengan kata lain elektron-elektron tersebut akan menghamburkan sinar-X.
Intensitas berkas sinar-X yang mengalami pengutuban (polarisasi) dan
dihamburkan oleh elektron besarnya adalah:

𝐼𝑒 = 𝐼𝑜 . 𝑒 4 . 𝑠𝑖𝑛2 𝛼 / 𝑟 2 . 𝑚2 . 𝑐 2 (5)

dengan:
Ie = intensitas sinar yang dihamburkan
I0 = intensitas sinar yang datang (watt/m2)
e = muatan elektron= 1,6 10-19 C
m = massa elektron = 9,1 10-31 kg
c = laju cahaya = 3.108 m/s
r = jarak elektron ke titik pengamatan intensitas
α = sudut antara arah penghamburan dengan arah percepatan elekrton (0)
2.36 Pengantar Fisika Zat Padat 

Skema interaksi antara sinar-X dengan elektron seperti gambar berikut.

Gambar 2.19
Interaksi Sinar-X dengan Elektron

Sebenarnya, berkas sinar-X yang keluar dari tabung tidak terpotong


sehingga vektor medan listriknya harus diuraikan seperti pada j (Gambar
2.19).
Sinar-X (arah OP) pada Gambar 2.20 menumbuk elektron pada titik O.
Vektor sinar-X dihasilkan dapat diuraikan dalam komponen-komponen EY dan
Ez. Intensitas sinar-X yang dihamburkan dan diukur di titik P (jarak r dari O)
membentuk sudut 2θ (sinar datang) dapat dinyatakan sebagai:

𝐼𝑒 = (𝐼𝑜 . 𝑒 4 /𝑟 2 . 𝑚2 . 𝑐 2 ). {( 𝑙 + 𝑐𝑜𝑠 2 2𝜃)/2}

𝐼𝑒 = (𝐼𝑜 ./𝑟 2 . 𝑘). {( 𝑙 + 𝑐𝑜𝑠 2 2𝜃)/2} (6)

dengan:
k = e4/m2.c4
Ie = Intensitas sesudah dihamburkan, (watt/m2)
I0 = Intensitas sebelum dihamburkan, (watt/m2)
 PEFI4315/MODUL 2 2.37

Gambar 2.20
Penguraian Vektor Sinar X atas Komponen-komponen Y dan Z

e = muatan eiektron (1,6 × 10 -19 C).


M = massa eiektron (9,1.10-31 kg).
Θ = sudut hamburan, (derajat = o).

Untuk posisi tertentu maka r juga konstan, demikian juga halnya dengan
I0 yang hanya bergantung pada jenis logam target, parameter (l + cos22θ)/2
disebut faktor polarisasi yang hanya bergantung pada sudut difraksinya.

2. Hamburan Oleh Atom


Untuk atom-atom yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang
sinar-X maka elektron-elektronnya akan bergetar bolak balik terhadap posisi
setimbangnya sehingga atom dapat dianggap sebagai unit massa Zm dan
muatan Ze dengan Z adalah jumlah elektron dalam atom (nomor atom). Dengan
pemisahan ini maka intensitas sinar yang dihamburkan oleh suatu atom dapat
dinyatakan sebagai:

𝐼𝑎 = {𝐼𝑜 . (𝑍𝑒 4 )/𝑟 2 . (𝑍𝑚)2 . 𝑐 4 ). {( 𝑙 + 𝑐𝑜𝑠 2 2𝜃)/2}

𝐼𝑎 = 𝑍 2 . 𝐼𝑒 (7)

Pada kondisi yang sebenamya, ukuran atom hampir sama dengan ukuran
panjang gelombangnya. Oleh karena itu, sinar-X yang dihamburkan oleh
dektron-telektron yang tidak sefase dengan berkas yang dihamburkan oleh
atom sehingga intensitas sinar-X yang dihamburkan oleh atom jauh lebih
2.38 Pengantar Fisika Zat Padat 

kecil dari yang dihitung dengan persamaan di atas. Proses hamburan sinar-X
oleh atom dapat dilihat pada Gambar 2.21.
Apabila faktor hamburan atom (f) dinyatakan sebagai perbandingan
antara ampiitudo gelombang yang dihamburkan atom dengan gelombang
yang dihamburkan oleh satu elektron.

f = ampiitudo gelombang yang dihamburkan oleh atom per amplitudo


gelombang yang dihamburkan oleh satu elektron

Apabila dinyatakan dalam intensitas maka bentuk persamaannya


perbandingan antara intensitas sinar yang dihamburkan oleh atom sinar yang

Gambar 2.21
Hamburan Sinar X oleh Atom

dihamburkan oleh elektron disebut sebagai: faktor penghamburan atom


(atomic scattering faktor) yang lazim disimbolkan dengan f dirumuskan
dalam bentuk persamaan matematik sebagai berikut.

𝑓 2 = 𝐼𝑎 /𝐼𝑒 (8)

Pengaruh sudut difraksi terhadap faktor penghamburan atom jenis materi


dapat dilihat dalam Gambar 2.22.
Pada sudut tertentu hanya beberapa bidang atom saja yang memenuhi
kriteria hukum Bragg. Tidak adanya difraksi dari beberapa bidang yang lain
 PEFI4315/MODUL 2 2.39

dapat dipahami dengan mempelajari pengaruh posisi atom-atom dalam


kristalterhadap intensitas sinar difraksi. Faktor penghamburan atom f, telah
didefinisikan sebelumnya yaitu
𝑓 2 = 𝐼𝑎 /𝐼𝑒

Oleh karena intensitas berbanding langsung dengan amplitudo


gelombang kuadrat maka faktor penghamburan atom dapat dinyatakan
sebagai:

𝑓 2 = 𝐴𝑎 /𝐴𝑒 (9)

Gambar 2.22
Pengaruh Sudut Difraksi terhadap Faktor Penghamburan Atom

3. Hamburan oleh Sel Satuan


Dengan Aa adalah amplitudo gelombang sinar-X yang dihamburkan oleh
atom, Ae adalah amplitudo gelombang sinar-X yang dihamburkan oleh
elektron. Dari perumusan di atas dapat dikatakan setiap atom dalam sel
satuan yang disinari dengan sinar-X akan bergetar dengan amplitudo
gelombang yang sebanding dengan f. Terjadi atau tidaknya difraksi
bergantung kepada posisi atom-atom dalam sel tersebut. Jika berkas sinar
2.40 Pengantar Fisika Zat Padat 

yang dihamburkan oleh suatu atom berbentuk sinusoidal dengan amplitudo


dan fase tertentu maka gelombang berkas sinar yang didifraksikan oleh sel
satuan dapat diperoleh dengan menjumlahkan semua gelombang yang ada.
Secara vektorial penjumlahan ke dua gelombang tersebut dapat ditulis:

𝛹 = 𝐴. 𝑒 𝑖Ф = 𝐴 (𝑐𝑜𝑠 Ф + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 Ф)

Sedangkan fase Ф adalah fungsi susunan dan posisi atom pada sel satuan
yang dapat dinyatakan sebagai:

Ф = 2𝜋 ( 𝑕. 𝑢 + 𝑘. 𝑣 + 𝑘. 𝑤)

Dengan u, v, w menyatakan posisi atom dan h, k, l menyatakan indeks


bidang pada sel satuan tersebut. Dengan memasukan nilai Ф ke dalam
persamaan gelombang, mengingat bahwa amplitudo A sebanding dengan
faktor penghamburan atom (f) maka persamaan gelombang dapat dinyatakan
sebagai:

𝛹 = 𝐴. 𝑒 𝑖Ф = 𝐴 (𝑐𝑜𝑠 Ф + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 Ф)

= 𝑓 . 𝑒 2𝜋𝑖 (𝑕 .𝑢+𝑘.𝑣+𝑙.𝑤 ) (10)

Intensitas sinar yang dihamburkan oleh atom-atom dalam sel satuan


adalah penjumlahan dari semua intensitas yang dihamburkan oleh masing-
masing atom. Hasil penjumlahan gelombang-gelombang yang dihamburkan
oleh atom-atom dalam sel satuan disebut sebagai: faktor struktur atom (F).
Jika sel satuan mengandung 1, 2, 3, . . . , 𝑁 𝑎𝑡𝑜𝑚, dengan koordinat
𝑢1 𝑣1 𝑤1 , 𝑢2 𝑣2 𝑤2 , 𝑢3 𝑣3 𝑤3 , . . ., 𝑢𝑛 𝑣𝑛 𝑤𝑛 dan faktor penghamburan atom
𝑓1 , 𝑓2 , 𝑓3 , . . . , 𝑓𝑛 , maka faktor struktur untuk penghamburan pada bidang {hkl}
adalah

𝐹𝑕𝑘𝑙 = . 𝑒 2𝜋𝑖 (𝑕 .𝑢𝑛 + 𝑘 𝑣𝑛 + 𝑙 𝑤𝑛 )

= 𝑓1𝑒 2𝜋𝑖 (𝑕.𝑢1 + 𝑘 𝑣2 + 𝑙 𝑤3) + 𝑓2. 𝑒 2𝜋𝑖 (𝑕 .𝑢2 + 𝑘 𝑣2 + 𝑙 𝑤2) +. .. (11)


 PEFI4315/MODUL 2 2.41

Faktor struktur inilah yang akan banyak digunakan untuk memeriksa


suatu bidang menghasilkan difraksi atau tidak.

Tabel 2.1
Faktor Hamburan oleh Atom

No. Bidang Sinθ (o) F


1. 111 0,239 20,21
2. 200 0,276 18,83
3. 220 0,391 15,54
4. 311 0,458 14,01
5. 400 0,535 12,50
6. 331 0,602 11,70
7. 420 0,618 11,42

Contoh Soal:
1) Gypsum mempunyai jarak pisah antara 2 bidang kristal sebesar 7.600
Ao pada 180C. Tentukan panjang gelombang Karaktristik Kα dari sodium
yang digunakan dan saat terjadi orde 1 pemantulan Bragg pada sudut
510 ,35!
Jawab:
2𝑑 sin𝜃 = 𝑛𝜆
2(7.600)(sin 500 ,35)  1( λ)
𝜆 = 11.9 𝐴𝑜

2) Sinar-X dengan panjang gelombang 1,5 A0 datang pada muka kristal


NaCl yang memiliki jarak pisah antar bidang kristal sebesar 2.8 Ao.
Tentukan orde difraksi maksimum yang masih dapat terjadi!
Jawab:
sin 𝜃 = (𝑛𝜆)/(2𝑑)
a. Untuk 𝑛 = 3, diperoleh 𝑆𝑖𝑛 𝜃 < 1.
b. Untuk 𝑛 = 4, diperoleh 𝑆𝑖𝑛 𝜃 > 1, karena 𝑆𝑖𝑛 𝜃 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 1 maka
difraksi maksimum yang masih bisa terjadi pada n = 3.
c. Untuk menentukan hubungan dispersi menggunakan (9) dan (10)
perlu dilakukan percobaan untuk menemukan energi yang didapat
atau hilangnya hamburan neutron sebagai fungsi dari arah hamburan
𝑘 − 𝑘′.

Anda mungkin juga menyukai