ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan peranan kegiatan masa orientasi peserta
didik (MOPD) dalam menyiapkan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Seputih
Banyak. Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini peserta
didik kelas X di SMA Negeri 1 Seputih Banyak berjumlah 256 dengan sampel 51
peserta didik. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat, teknik pokok
pengumpulan data menggunakan angket.
Kata Kunci: Masa Orientasi Peserta Didik, Peranan, Peserta Didik Baru
THE ROLE OF STUDENTS’ ORIENTATION ACTIVITY
IN PREPARING THE NEW STUDENTS
ABSTRAK
The purpose of this research was to describe the role of students’ orientation
activity in preparing the new students in SMA Negeri 1 Seputih Banyak. This
research was quantitative research. The subject in this research were the new
students of grade X in SMA Negeri 1 Seputih Banyak, amounted 256 with 51
students as the sample. The analysis used Chi Squared. The data collection
technique used questionnaire.
Based on the research, it can be seen that there are positive, significant
relationship and highly category between the role of students’ orientation activity
in preparing the new students, it means that the more programmatic and if the
activities of orientation is well doing, then those activities will contribute for
preparing the new students in terms of mentality, physical and academic.
Tabel 1.1 Jumlah Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Tahun
Pelajaran 2015/2016.
1. X1 10 21 31
2. X2 15 19 34
3. X3 14 19 33
4. X4 15 18 33
5. X5 14 18 32
6. X6 12 17 29
7. X7 14 18 32
8. X8 15 17 32
Tabel 1.1 menunjukan bahwa penerimaan 32 peserta didik. Selain dengan guru
peserta didik baru di SMA Negeri 1 bimbingan konseling peneliti juga
Seputih Banyak total 256 peserta didik mewawancarai waka kesiswaan,
yang berasal dari berbagai kalangan baik Berdasarkan hasil wawancara tersebut
kalangan bawah, menengah, dan atas. terlihat bahwa dengan diadakanya Masa
Dengan total 256 peserta didik baru dibagi Orientasi Peserta Didik penanaman nilai
menjadi delapan kelas, rata-rata perkelas religius kepada peserta didik sangat
ditekankan. Selain penanaman nilai dengan kegiatan masa orientasi peserta
religius, pendidikan karakter pun juga didik para peserta didik baru menjadi lebih
ditanamkan kepada peaserta didik baru baik dalam segala hal dan menambah
lewat kedisplinan dan moral. Sebagai wawasan peserta didik baru.
contoh selama kegiatan Masa orientasi
peserta didik mereka berangkat sekolah Mengacu dari hasil uraian di atas serta
lebih dan yang berangkat tidak tepat waktu hasil observasi dan wawancara guru
akan dikenakan sanksi, sanksi disini bukan bimbingan konseling dan waka kesiswaan
dengan kekerasan melainkan sanksi yang SMA Negeri 1 Seputih Banyak, peneliti
mendidik (memunguti sampah). Contoh memandang penting untuk melakukan
yang lain selama kegiatan itu peserta didik penelitian dengan memfokuskan pada,
diajarkan untuk bersikap dan bertingkah “Peranan Kegiatan Masa Orientasi Peserta
laku yang sopan kepada siapa saja, karena Didik (MOPD) dalam Menyiapkan Peserta
sikap dan perilaku peserta didik baru yang Didik Baru di SMA Negeri 1 Seputih
masih terbawa-terbawa suasana SLTP, jadi Banyak Tahun Pelajaran 2015/2016”.
TINJAUAN PUSTAKA
Ketika sudah merdeka pun, proses ini
Sejarah Masa Orientasi Peserta Didik masih dilanjutkan bahkan sampai
(MOPD) sekarang. Setelah era 50-an, kegiatan ini
dibuat lebih wajib. Bahkan malah terkesan
sejarah MOPD, Ospek ini sebenarnya semakin tidak mendidik dan hanya
sudah sejak Zaman Kolonial, tepatnya di menjadi ajang kepuasan si kakak kelas.
STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Yang biasanya menjadi bagian pemlonco
Hindia (1898-1927). Pada masa itu, seringkali orang-orang yang kurang
mereka yang baru masuk harus menjadi kerjaan, jadi semakin membuat kesan tidak
“anak buah” si kakak kelas itu seperti mendidik. Bentuk perkenalanny pun lebih
membersihkan ruangan senior. Dan hal itu ke bentuk yang kurang mendidik dan
berlanjut pada masa Geneeskundinge hanya untuk lucu-lucuan seperti si anak
Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi baru harus menggunakan aksesoris yang
Kedokteran (1927-1942) (STOVIA dan terlihat lucu, menggunduli rambut,
GHS sekarang menjadi FKUI Salemba), memakai dandanan yang aneh-aneh, dsb.
pada masa GHS ini kegiatan itu menjadi Dan kegiatannya pun biasanya seenak jidat
lebih formal meskipun masih bersifat si senior, seperti membawa barang-barang
sukarela. Istilah yang digunakan pada saat aneh, dll. serta penuh kegiatan fisik
itu adalah ontgroening atau “membuat pastinya
tidak hijau lagi”, jadi proses ini
dimaksudkan untuk mendewasakan si anak Anehnya, walaupun banyak ditentang
baru itu. semenjak era 60-an. Kegiatan seperti ini
seakan tidak ada matinya, malah dalam
perkembangannya kegiatan seperti ini No 220/C/MN/2008 tentang kegiatan
malah ditiru oleh SMP dan SMA. Dengan Masa Orientasi Siswa. Lamban tahun
dalih adaptasi dan peralihan masa, pemerintah memperbaiki proses kegiatan
kegiatan inipun dicontoh oleh satuan masa orientasi ini dengan mengeluarkan
pendidikan dibawahnya. Walau tidak surat edaran Kementrian Pendidiakn
sesadis di Universitas, tetap saja terkesan Nasional No 1383/C.C4/MN/2010 untuk
tidak mendidik dan kurang bermanfaat, pelaksanaan kegaiatan masa orientasi
khususnya pada MOS di sekolah negeri. siswa agar sekolah-sekolah tidak
Tetapi, seiring dengan perkembangan melenceng dari peraturan yang berlaku.
zaman dan tuntutan dari masyarakat Tetapi masih banyak sekolah yang kurang
kebanyakan. Kegiatan inipun semakin memperhatikan peraturan serta surat
lama semakin ringan dan mendidik. edaran tersebut maka ditahun 2014
Ditambah dengan semakin terlibatnya peraturan Menteri Pendidikan dan
pihak sekolah/kampus yang menyebabkan Kebudayaan Republik Indonesia No 55
semakin terdidik juga pelaksananya. Tahun 2014 tentang pelaksaan kegiatan
Masa Orientasi Peserta didik baru
Kegiatan masa orientasi peserta didik dikeluarkan guna menyempurnakan
sudah mengalami beberapa perubahan peraturan-peraturan sebelumnya dan surat
dalam nama ataupun peraturan- edaran No 59839/MPK/PD/Tahun 2015
peraturannya tetapi tetap dengan tujuan tentang larangan pencegahan praktek
masa orientasi itu sendiri, peraturan perpeloncoan, pelecehan dan kekerasan
menteri pendidikan dan budaya no 39 pada masa orientasi peserta didik baru di
tahun 2008 tentang kesiswaan beserta surat sekolah.
edaran Departemen Pendidikan Nasional
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah ( x).( y)
Peserta didik kelas X SMA Negeri 1 xy N
rxy
x2 y 2
Seputih Banyak yang berjumlah 256. ( x) 2
( y) 2
Sampel yang diambildalam penelitian ini
N N
20% dari total populasi yaitu 51peserta
didik yang diambil dengan cara sampling. Keterangan:
Teknik pokok pengumpulan data
menggunakan angket dan teknik Rxy = Koefisien kolerasi antara gelaja x
penunjang menggunakan wawancara dan dan y
dokumentasi. xy = Product dari gejala x dan y
N = Jumlah Sampel
Sebuah instrument dikatakan valid apabila (Arikunto, 2010: 331)
dapat diukur, apabila dapat diungkapkan
data dari variabel yang hendak diteliti 4) Untuk mengetahui koefisien reliabilitas
dengan tepat. (Arikunto, 2010:211). seluruh kuisioner menurut Sutrisno
Hadi (2004: 37) digunakan rumus
Untuk uji validitas dilihat dari logical Sperman Brown sebagai berikut:
validity dengan cara judgment yaitu 2 ( r gg )
rxy =
dengan mengkonsultasikan kepada 1 ( r gg )
beberapa ahli penelitian dan tenaga Dimana:
pengajar di lingkungan FKIP Unila. Dalam
rxy = koefisien reliabilitas seluruh item
penelitian ini penulis mengkonsultasikan
kepada pembimbing skripsi yang dianggap rgg = koefisien antara item genap dan
penulis sebagai ahli penelitian dan ganjil
menyatakan angket ini valid.
5) Hasil analisis kemudian dibandingkan
dengan tingkat reliabilitas dengan
Reliabilitas menunjukan pengertian bahwa
kriteria sebagai berikut:
suatu instrument dapat dipercaya untuk
0,90 ̶ 1,00 = Reliabilitas tinggi
dipergunakan sebagai alat pengumpul data
0,50 ̶ 0,89 = Reliabilitas sedang
karena instrument tersebut sudah baik.
0,00 ̶ 0,49 = Reliabilitas rendah
(Arikunto, 2010: 160)
Teknik analisis data Untuk mengolah dan
Adapun langkah-langkah yang dapat menganalisis data akan digunakan teknik
ditempuh adalah sebagai berikut: analisis data dengan menggunakan rumus
Interval yang dikemukakan oleh Sutrisno
1) Menyebar Angket untuk diuji cobakan
Hadi (2004: 12) adalah sebagai berikut:
kepada 10 orang responden.
NT NR
2) Untuk reliabilitas soal angket I=
K
digunakan teknik belah dua, yaitu Keterangan:
ganjil/genap. I : Interval
NT : Nilai tertinggi
3) Selanjutnya mengkorelasikan
NR : Nilai terendah
kelompok ganjil dan genap dengan
K : Jumlah kategori
korelasi Product Moment yaitu:
Kemudian untuk mengetahui tingkat
presentase digunakan rumusan sebagai
berikut:
F Agar harga C yang diperoleh dapat
P = x 100% digunakan untuk menilai derajat asosiasi
N faktor-faktor, maka harga C dibandingkan
Keterangan: dengan koefesien kontingensi maksimum.
P = Besar Presentase Harga C maksimum dapat dihitung dengan
F = Jumlah Alternatif jawaban menggunakan rumus sebagai berikut :
N = Jumlah responden
m 1
Adapun pengolongan data adalah C maks =
menggunakan uji Chi Kuadrat asosiasi dua m
faktor (Sudjana, 2005: 280), dengan rumus
sebagai berikut: Keterangan:
B k
Oij Eij2
C maks : Koefesien kontingen maksimum
X2 =
i j j i Eij M : Harga minimum antara banyak
baris dan kolom dengan kriteria
Keterangan:
I : Bilangan konstan
X 2 : Chi Kuadrat
Oij : Banyaknya data yang diharapkan Uji pengaruh makin dekat dengan harga C
terjadi maks makin besar derajat asosiasi antar
k
j i
: Jumlah kolom faktor. Dengan kata lain, faktor yang satu
makin berkaitan dengan faktor yang lain
Eij : Banyaknya data hasil pengamatan (Sudjana, 2005:282).
b
i j
: Jumlah baris Hasil perhitungan selanjutnya merupakan
patokan untuk menentukan keeratan
peranan Sehingga akan diperoleh jarak
Selanjutnya data akan diuji dengan interval menurut Sugiono (2010:257)
menggunakan rumus koefesien kontingen sebagai berikut:
(Sudjana, 2005:282), yaitu :
C
2 KAT
x C maks
C=
x2 N Diperoleh klasifikasi sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = Kategori Sangat Rendah
Keterangan : 0,20 – 0,399 = Kategori Rendah
C : Koefesien kontingensi 0,40 – 0,599 = Kategori Sedang
0,60 – 0,799 = Kategori Kuat
X 2 : Chi Kuadrat 0,80 – 1,000 = Kategori Sangat Kuat
N : Jumlah sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN baru responden cenderung kurang
berperan, karena menurut mereka
Hasil mempunyai teman lama lebih enak
daripada berkenalan dengan teman
Penyajian Data Mengenai Peranan baru. Untuk 7 (14%) peran MOPD
Kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik dalam penyesuaian lingkungan baru
(MOPD) dalam enyiapkan Peserta didik responden cenderung cukup berperan,
Baru di SMA Negeri 1 Seputih Banyak maksudnya mereka senang mempunyai
Tahun Pelajaran 2015/2016, dapat dilihat teman baru meskipun hanya mengenal
berdasarkan indikator sebagai berikut: sebagian. Selanjutnya 40 (78%) peran
1. Pada indikator pengenalan lingkungan MOPD dalam penyesuaian lingkungan
sekolah peserta didik, dari 51 responden baru responden cenderung berperan,
5 (10%) pengenalan lingkungan sekolah karena mereka beranggapan
responden dalam kegiatan MOPD bahwadengan MOPD bisa menambah
tergolong kurang berperan, karena teman baru untuk saling bertukar
menurut mereka meskipun diadakannya pikiran dalam proses pembelajaran.
kegiatan MOPD kurang mengenalkan
lingkungan sekolah bagi peserta didik 3. Pada indikator harapan dari 51
barunya. Untuk 13 (25%) dari responden 5 (10%) kedisiplinan
responden yang ada menyatakan responden setelah mengikuti MOPD
pengenalan lingkungan sekolah dalam tergolong kurang baik, karena menurut
kegiatan MOPD tergolong cukup mereka meskipun telah mengikuti
berperan, mereka beranggapan bahwa kegiatan MOPD, tidak membuat
kegiatan MOPD dapat membuat mereka mereka disiplin diluar ataupun didalam
mengetahui lingkungan sekolah kelas. Untuk 20 (39%) dari responden
barunya. Selanjutnya 33 (65%) peran yang ada menyatakan kedisiplinan
MOPD dalam pengenalan lingkungan mereka setelah mengikuti kegiatan
sekolah responden akan pengetahuan MOPD tergolong cukup baik, mereka
mereka mengenai lingkungan sekolah beranggapan bahwa mereka akan
tergolong berperan, karena mereka belajar disiplin ketika peraturan dan
beranggapan bahwa dengan mengenal sanksi dari sekolah dipertegas.
lingkungan sekolah barunya mereka Selanjutnya 26 (51%) kedisplinan
akan mudah untuk beradaptasi dan bisa responden setelah mengikuti kegiatan
mencapai tujuan belajar yang MOPD tergolong baik, karena mereka
diharapkan. beranggapan bahwa dengan kegiatan
MOPD mereka diajarkan untuk disiplin
2. Pada indikator kedisiplinan peserta dalam segala hal baik didalam maupun
didik, dari 51 responden 4 (8%) peran diluar kelas.
MOPD dalam penyesuaian lingkungan