Anda di halaman 1dari 16

PERANAN KEGIATAN MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK

DALAM MENYIAPKAN PESERTA DIDIK BARU

(Risdiyanto Prayoga, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan peranan kegiatan masa orientasi peserta
didik (MOPD) dalam menyiapkan peserta didik baru di SMA Negeri 1 Seputih
Banyak. Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini peserta
didik kelas X di SMA Negeri 1 Seputih Banyak berjumlah 256 dengan sampel 51
peserta didik. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat, teknik pokok
pengumpulan data menggunakan angket.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan yang positif, signifikan,


dan kategori keeratan sedang antara peranan kegiatan masa orientasi peserta didik
dalam menyiapkan peserta didik baru, artinya semakin terprogram dan terlaksana
dengan baik kegiatan masa orientasi maka sangat berperan kegiatan tersebut untuk
menyiapkan peserta didik baru dalam hal mental, fisik dan akademik.

Kata Kunci: Masa Orientasi Peserta Didik, Peranan, Peserta Didik Baru
THE ROLE OF STUDENTS’ ORIENTATION ACTIVITY
IN PREPARING THE NEW STUDENTS

(Risdiyanto Prayoga, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

ABSTRAK
The purpose of this research was to describe the role of students’ orientation
activity in preparing the new students in SMA Negeri 1 Seputih Banyak. This
research was quantitative research. The subject in this research were the new
students of grade X in SMA Negeri 1 Seputih Banyak, amounted 256 with 51
students as the sample. The analysis used Chi Squared. The data collection
technique used questionnaire.

Based on the research, it can be seen that there are positive, significant
relationship and highly category between the role of students’ orientation activity
in preparing the new students, it means that the more programmatic and if the
activities of orientation is well doing, then those activities will contribute for
preparing the new students in terms of mentality, physical and academic.

Keywords: the new students, the orientation of students, the role


PENDAHULUAN Orientasi Peserta Didik (MOPD) di
Sekolah. Masa Orientasi Peserta Didik
Latar Belakang (MOPD) merupakan suatu kegiatan rutin
yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk
Secara umum pendidikan melibatkan menyambut kedatangan peserta didik baru.
banyak pihak, dari orang tua, keluarga, Kegiatan ini dilakukan oleh Organisai
sahabat, teman sebaya, lingkungan sekitar, Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan diawasi
serta lembaga-lembaga pendidikan resmi oleh pihak sekolah supaya kegiatan Masa
dan formal yang dibentuk pemerintah dan Orientasi Peserta Didik tidak menyimpang
pihak yang bertanggung jawab di dengan tujuan sebenarnya.
Indonesia ataupun lembaga-lembaga non
formal. Pendidikan formal yang Tujuan dalam penyelenggaraan Masa
diselenggarakan oleh pemerintah seperti Orientasi Peserta Didik (MOPD) sudah
pendidikan dasar, pendidikan menengah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
pertama, pendidikan menengah atas, dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014
pendidikan menengah kejuruan dan Pasal 2 yang berbunyi:Masa Orientasi
pendidikan tinggi. Setiap jenjang Peserta Didik bertujuan untuk
pendidikan formal memiliki landasan mengenalkan program sekolah lingkungan
fungsi dan tujuan bersama pendidikan sekolah, cara belajar, penanaman konsep
nasional Indonesia. pengenalan diri peserta didik, dan
kepramukaan sebagai pembinaan awal ke
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 arah terbentuknya kultur sekolah yang
tentang Sistem Pendidikan Nasional kondusif bagi proses pembelajaran lebih
merupakan salah satu kebijakan lanjut sesuai dengan tujuan pendidikan
pemerintah yang berisikan komponen- nasional. Dalam peraturan tersebut
komponen pendidikan yang saling terkait pemerintah juga mengatur beberapa
dan terpadu untuk mencapai tujuan ketentuan mengenai pelaksanaannya
pendidikan nasional. Kebijakan tersebut diantaranya adalah Masa Orientasi Peserta
diambil sebagai upaya nyata dalam Didik (MOPD) dilaksanakan selama jam
peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. belajar disekolah pada minggu pertama
Pada jenjang pendidikan formal setiap masuk sekolah selama tiga hari sampai
tahun ajaran baru diadakan penerimaan
lima hari dan sekolah dilarang
peserta didik baru yang bertujuan untuk mengadakan Masa Orientasi Peserta Didik
menyeleksi para calon peserta didik baru (MOPD) yang mengarah pada tindak
dari jenjang pendidikan sebelumnya kekerasan, pelecehan, atau yang lainya
menuju jenjang selanjutnya, sebagai serta sekolah dilarang memungut biaya
contoh peserta didik dari Sekolah dan membebani orangtua dan peserta didik
Menengah Pertama yang dinyatakan lulus dalam bentuk apapun. Apabila sekolah
selanjutnya melanjutkan pendidikannya di tidak mengikuti ketentuan tersebut maka
Sekolah Menengah Atas ataupun di kepala sekolah dan guru harus
Sekolah Menengah Kejuruan. bertanggung jawab dan diberi sanksi
sesuai perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan pendidikan nasional di
Indonesia telah mengalami banyak Untuk dapat mencapai tujuan MOPD dan
perubahan, mulai dari paradigma, proses adaptasi yang baik, tentu ada
kurikulum, dan lain sebagainya. Kebijakan peranan orang lain untuk membibing para
pemerintah yang baru dibidang pendidikan peseerta didik baru. Salah satunya adalah
ialah dengan dikeluarkannya Peraturan kakak-kakak kelas. Proses adaptasi dapat
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan berlangsung baik apabila perserta didik
Nomor 55 Tahun 2014 tentang Masa baru mempersepsikan tingkah laku dan
sikap kakak-kakak kelas terhadap peserta (pelecehan), melainkan dari tingkah laku
didik baru cukup baik. Jika hal yang dan prilaku kakak kelas.
sebaliknya terjadi, tingkah laku dan sikap
kakak-kakak kelas dipersepsikan kurang Penanaman nilai karakter, adab sopan
baik, bahkan menjurus ketindak kekerasan santun, kemandirian, kediplinan, nilai
ataupun perpeloncoan yang lebih dikenal moral dalam kegiatan masa orientasi
dengan bullying (pelecehan). Sayangnya peserta didik sangat penting untuk
masih menjadi rahasia umum bahwa dimasukan kedalam kegiatan MOPD
sekolah-sekolah menengah pertama, karena tidak dapat dipungkiri di Indonesia
menengah atas bahkan perguruan tinggi di kegiatan masa orientasi peserta didik
Indonesia masih memiliki masa orientasi terkadang menyalahi aturan yang sudah
peserta didik yang diwarnai oleh perilaku ditetapkan. Pendidikan adalah ladang
bullying (pelecehan) yang dilakukan oleh untuk memeperbaiki tingkah laku dan
kakak kelas pada adik kelasnya. Oleh prilaku yang kurang baik menjadi baik,
karena itu, kegiatan Masa Orientasi Peserta lewat pendidikan juga semua perbedaan
Didik (MOPD) yang diselenggarakan sosial, budaya, ras dan suku
sekolah harus benar-benar diawasi untuk dikesampingkan, melalui kegiatan masa
mencegah hal-hal yang tidak sesuai orientasi peserta didik semua prilaku yang
dengan tujuan dari MOPD. dinilai kurang baik dijenjang pendidikan
sebelumnya akan diperbaiki untuk menjadi
Kegiatan MOPD yang diselenggarakan pribadi yang lebih baik lewat kegiatan
sekolah tidak menutup kemungkinan MOPD bukan sebagai ajang balas dendam
terjadi bullying (pelecehan) tanpa tetapi sebagai ajang perbaikan perilaku dan
sepengetahuan pengawas dari pihak guru tingkah laku yang baik, seperti
ataupun sekolah. Di Indonesia masih kedisplinan, kemandirian, tanggung jawab
banyak tindak bullying (pelecehan) yang dan adab sopan santun. Semua itu akan
dilakukan kakak kelasa kepada adik menjadi nilai tambah tersediri dalam
kelasnya, semua itu terjadi karena kurang terselenggaranya kegiatan masa orientasi
adanya pengaawasan yang lebih dalam peserta didik tidak hanya pengenalan
kegiatan MOPD. Para peserta didik yang lingkungan sekolah dan komponen-
baru dalam mengikuti kegiatan MOPD komponen sekoah kepada peserta didik
secara mental masih merasa takut kepada baru.
kakak tingkat, oleh karena itu rasa takut
yang dimiiki peserta didik baru Perubahan prilaku dan tingkah laku peserta
dimanfaatkan oleh para kakak kelas yang didik baru setelah mengikuti kegiatan
menyalahi aturan dari MOPD tersebut. masa orientasi peserta didik ada yang
Semua itu akan berdampak pada rasa balas berdampak positif bahkan ada juga yang
dendam yang dilakukan kakak kelas dan berdampak negatif. Semua terjadi karena
menjadikan masa orientasi peserta didik ada bebarapa faktor yaitu faktor internal
sebagai ajang balas dendam kepada adik dan faktor eksternal. Faktor internal yang
kelas. Meskipun dalam demikian para mempengaruhi perubahan peserta didik
pengawas yang kurang memperhatikan baru adalah dari dalam diri peserta didik
kegiatan masa orientasi peserta didik tersebut karena ketika peserta didik
menilai para peserta didik yang sedang mengikuti kegiatan MOPD ada hal yang
mengikuti kegiatan MOPD menilai dipikirkan oleh peserta didik baru untuk
kedisiplinan, kepatuhan, kemandirian, kebaikan diri peserta didik tersebut dan
tanggung jawab dan sopan santun kepada rasa keingintahuan yang tinggi peserta
teman sebaya maupun kakak kelas adalah didik yang timbul karena mendapatkan
hasil dari kegiatan MOPD yang tidak pandangan dilingkungan sekolah baru.
menggunakan tindakan bullying Faktor eksternal yang mempengaruhi
perubahan peserta didik baru setelah yang tidak sedikit dan berasal dari desa-
mengikuti kegiatan masa orientasi peserta desa lain yang secara umum para peserta
didik adalah teman sebaya dan orang- didik baru tidak saling mengenal satu sama
orang yang ada disekitar termasuk kakak lain, dengan diadakannya Masa Orientasi
kelas dan guru-guru dilingkungan sekolah Peserta Didik mereka bisa saling
karena semua itu akan menjadi mengenal. Berikut adalah data keseluruhan
pendamping setiap kegiatan yang peserta didik yang diterima di SMA Negeri
dilakukan peserta didik baru. 1 Seputih Banyak tahun pelajaran
2015/2016 sebagai berikut
Menurut guru bimbingan dan konseling,
diperolehdengan jumlah peserta didik baru

Tabel 1.1 Jumlah Peserta Didik Baru di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Tahun
Pelajaran 2015/2016.

No Kelas Jumlah siswa laki- Jumlah siswa Jumlah peserta


laki perempuan didik

1. X1 10 21 31

2. X2 15 19 34

3. X3 14 19 33

4. X4 15 18 33

5. X5 14 18 32

6. X6 12 17 29

7. X7 14 18 32

8. X8 15 17 32

Jumlah 109 147 256

Sumber : Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Seputih Banyak

Tabel 1.1 menunjukan bahwa penerimaan 32 peserta didik. Selain dengan guru
peserta didik baru di SMA Negeri 1 bimbingan konseling peneliti juga
Seputih Banyak total 256 peserta didik mewawancarai waka kesiswaan,
yang berasal dari berbagai kalangan baik Berdasarkan hasil wawancara tersebut
kalangan bawah, menengah, dan atas. terlihat bahwa dengan diadakanya Masa
Dengan total 256 peserta didik baru dibagi Orientasi Peserta Didik penanaman nilai
menjadi delapan kelas, rata-rata perkelas religius kepada peserta didik sangat
ditekankan. Selain penanaman nilai dengan kegiatan masa orientasi peserta
religius, pendidikan karakter pun juga didik para peserta didik baru menjadi lebih
ditanamkan kepada peaserta didik baru baik dalam segala hal dan menambah
lewat kedisplinan dan moral. Sebagai wawasan peserta didik baru.
contoh selama kegiatan Masa orientasi
peserta didik mereka berangkat sekolah Mengacu dari hasil uraian di atas serta
lebih dan yang berangkat tidak tepat waktu hasil observasi dan wawancara guru
akan dikenakan sanksi, sanksi disini bukan bimbingan konseling dan waka kesiswaan
dengan kekerasan melainkan sanksi yang SMA Negeri 1 Seputih Banyak, peneliti
mendidik (memunguti sampah). Contoh memandang penting untuk melakukan
yang lain selama kegiatan itu peserta didik penelitian dengan memfokuskan pada,
diajarkan untuk bersikap dan bertingkah “Peranan Kegiatan Masa Orientasi Peserta
laku yang sopan kepada siapa saja, karena Didik (MOPD) dalam Menyiapkan Peserta
sikap dan perilaku peserta didik baru yang Didik Baru di SMA Negeri 1 Seputih
masih terbawa-terbawa suasana SLTP, jadi Banyak Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Tujuan Penelitian Negeri 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran


2015/2016 dalam kaitannya dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk perubahan pola tingkah laku peserta didik
menjelaskan peranan kegiatan masa dalam meneyesuaikan diri di lingkungan
orientasi peserta didik (MOPD) dalam barunya melalui peran kegiatan Masa
menyiapkan peserta didik baru di SMA Orientasi Peserta Didik.

TINJAUAN PUSTAKA
Ketika sudah merdeka pun, proses ini
Sejarah Masa Orientasi Peserta Didik masih dilanjutkan bahkan sampai
(MOPD) sekarang. Setelah era 50-an, kegiatan ini
dibuat lebih wajib. Bahkan malah terkesan
sejarah MOPD, Ospek ini sebenarnya semakin tidak mendidik dan hanya
sudah sejak Zaman Kolonial, tepatnya di menjadi ajang kepuasan si kakak kelas.
STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Yang biasanya menjadi bagian pemlonco
Hindia (1898-1927). Pada masa itu, seringkali orang-orang yang kurang
mereka yang baru masuk harus menjadi kerjaan, jadi semakin membuat kesan tidak
“anak buah” si kakak kelas itu seperti mendidik. Bentuk perkenalanny pun lebih
membersihkan ruangan senior. Dan hal itu ke bentuk yang kurang mendidik dan
berlanjut pada masa Geneeskundinge hanya untuk lucu-lucuan seperti si anak
Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi baru harus menggunakan aksesoris yang
Kedokteran (1927-1942) (STOVIA dan terlihat lucu, menggunduli rambut,
GHS sekarang menjadi FKUI Salemba), memakai dandanan yang aneh-aneh, dsb.
pada masa GHS ini kegiatan itu menjadi Dan kegiatannya pun biasanya seenak jidat
lebih formal meskipun masih bersifat si senior, seperti membawa barang-barang
sukarela. Istilah yang digunakan pada saat aneh, dll. serta penuh kegiatan fisik
itu adalah ontgroening atau “membuat pastinya
tidak hijau lagi”, jadi proses ini
dimaksudkan untuk mendewasakan si anak Anehnya, walaupun banyak ditentang
baru itu. semenjak era 60-an. Kegiatan seperti ini
seakan tidak ada matinya, malah dalam
perkembangannya kegiatan seperti ini No 220/C/MN/2008 tentang kegiatan
malah ditiru oleh SMP dan SMA. Dengan Masa Orientasi Siswa. Lamban tahun
dalih adaptasi dan peralihan masa, pemerintah memperbaiki proses kegiatan
kegiatan inipun dicontoh oleh satuan masa orientasi ini dengan mengeluarkan
pendidikan dibawahnya. Walau tidak surat edaran Kementrian Pendidiakn
sesadis di Universitas, tetap saja terkesan Nasional No 1383/C.C4/MN/2010 untuk
tidak mendidik dan kurang bermanfaat, pelaksanaan kegaiatan masa orientasi
khususnya pada MOS di sekolah negeri. siswa agar sekolah-sekolah tidak
Tetapi, seiring dengan perkembangan melenceng dari peraturan yang berlaku.
zaman dan tuntutan dari masyarakat Tetapi masih banyak sekolah yang kurang
kebanyakan. Kegiatan inipun semakin memperhatikan peraturan serta surat
lama semakin ringan dan mendidik. edaran tersebut maka ditahun 2014
Ditambah dengan semakin terlibatnya peraturan Menteri Pendidikan dan
pihak sekolah/kampus yang menyebabkan Kebudayaan Republik Indonesia No 55
semakin terdidik juga pelaksananya. Tahun 2014 tentang pelaksaan kegiatan
Masa Orientasi Peserta didik baru
Kegiatan masa orientasi peserta didik dikeluarkan guna menyempurnakan
sudah mengalami beberapa perubahan peraturan-peraturan sebelumnya dan surat
dalam nama ataupun peraturan- edaran No 59839/MPK/PD/Tahun 2015
peraturannya tetapi tetap dengan tujuan tentang larangan pencegahan praktek
masa orientasi itu sendiri, peraturan perpeloncoan, pelecehan dan kekerasan
menteri pendidikan dan budaya no 39 pada masa orientasi peserta didik baru di
tahun 2008 tentang kesiswaan beserta surat sekolah.
edaran Departemen Pendidikan Nasional

Pengertian Layanan Orientasi seperti jalan menuju sekolah, halaman


sekolah, tempat bermain disekolah,
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2000: 211) lapangan olahraga, gedung dan
menyatakan bahwa “layanan orientasi perlengkapan sekolah serta fasilitas-
adalah bimbingan dan konseling yang fasilitas lain yang disediakan sekolah.
memungkinan peserta didik (terutama Sedangkan lingkungan sosial sekolah
orang tua) memahami lingkungan meliputi, kepala sekolah, guru, tenag
(termasuk sekolah) yang baru dimasuki kependidikan selain guru, teman sebaya
peserta didik, untuk mempermudah dan seangkatan, dan peserta didik senior di
memperlancar berperannya peserta didik sekolah serta pengurus OSIS.
dilingkungan yang baru ini.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli
Menurut Prayitno & Amti (2000: 255) di atas maka peneliti dapat menyimpulkan
menyatakan bahwa “layanan bimbingan bahwa layanan orientasi adalah bimbingan
yang dilakukan untuk memperkenalkan dan konseling dalam memeperkenalkan
siswa baru atau seseorang terhadap suasana baru atau lingkungan baru seperti
lingkungan yang baru” program pengajaran, tata tertib sekolah,
cara belajar, lingkungan fisik dan
Menurut Ali Imron (2001: 73) lingkungan sosial yang berada di sekolah
mengemukakan bahwa “orientasi diartikan kepada peserta didik baru agar para peserta
perkenalan, perkenalan ini meliputi didik baru tidak salah jalan dalam
lingkungan fisik sekolah dan lingkungan melaksakan kegiatan pembelajaran dan
sosial sekolah”. Lingkungan fisik sekolah pergaulan selama peserta didik
meliputi prasarana dan sarana sekolah menyelesaikan pendidikannya di sekolah
baru. Sedangkan layanan orientasi menurut dan guru, kurikulum, ekstrakurikuler,
peniliti adalah pengenalan lingkungan baru sarana dan prasarana sekolah, dan tata
kepada peserta didik baru yang memasuki tertib sekolah. semua itu dilaksanakan agar
jenjang pendidikan selanjutnya yang peserta didik dapat dengan nyaman belajar
dilaksanakan pada awal program pelajaran dilingkungan yang baru serta nyaman
baru yang mencakup program sekolah, staf dalam proses pembelajarannya.

Penjelasan Peraturan Menteri pelaksanaannya diantaranya adalah Masa


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Orientasi Peserta Didik (MOPD)
Tahun 2014 dilaksanakan selama jam belajar disekolah
pada minggu pertama masuk sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan selama tiga hari sampai lima hari dan
Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014 Pasal sekolah dilarang mengadakan Masa
2 yang berbunyi:Masa Orientasi Peserta Orientasi Peserta Didik (MOPD) yang
Didik bertujuan untuk mengenalkan mengarah pada tindak kekerasan,
program sekolah lingkungan sekolah, cara pelecehan, atau yang lainya serta sekolah
belajar, penanaman konsep pengenalan diri dilarang memungut biaya dan membebani
peserta didik, dan kepramukaan sebagai orangtua dan peserta didik dalam bentuk
pembinaan awal ke arah terbentuknya apapun. Apabila sekolah tidak mengikuti
kultur sekolah yang kondusif bagi proses ketentuan tersebut maka kepala sekolah
pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan dan guru harus bertanggung jawab dan
tujuan pendidikan nasional. Dalam diberi sanksi sesuai perundang-undangan
peraturan tersebut pemerintah juga yang berlaku.
mengatur beberapa ketentuan mengenai

Pengertian peserta didik dikutip Jalaludin dalam Dirman & Cicih


(2014: 6) bahwa “peserta didik adalah
menurut Dirman & Cicih (2014: 5) peserta didik yang sedang tumbuh dan
berpendapat bahwa “peserta didik adalah berkembang baik secara fisik maupun
siapa saja yang mengikuti proses psikologis untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dari bayi sampai kakek- pendidikan melalui lembaga pendidikan”.
kakek bisa menjadi peserta didik”. Jadi pendapat di atas mengartikan peserta
Kemudian pendapat Jalaludi dalam buku didik sebagai anak didik yang tumbuh dan
Dirman & Cicih (2014: 5) mengemukakan berkembang di dalam dunia pendidikan.
bahwa “peserta didik merupakan sasaran
(objek) dan sekaligus sebagai subjek Berdasarkan beberapa pendapat di atas
pendidikan”. Menurut Muri Yusuf yang dapat disimpulkan bahwa peserta didik
dikutip Jalaludin dalam buku Dirman & adalah individu atau seseorang yang dapat
Cicih (2014: 6) bahwa “peserta didik dipengaruhi oleh orang lain untuk
adalah raw input (masukan mentah) mengembangkan potensi dirinya sesuai
material (bahan mentah dalam prose minat, bakat, dan kemampuannya melalui
transformasi yang disebut dengan proses pendidikan.
pendidikan”. Pendapat lain dikemukakan
oleh Muhamimin & Abdul Mujid yang

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah ( x).( y)
Peserta didik kelas X SMA Negeri 1  xy  N
rxy 
  x2     y 2  
Seputih Banyak yang berjumlah 256.  ( x) 2
 ( y) 2 
Sampel yang diambildalam penelitian ini 
 N  N 
20% dari total populasi yaitu 51peserta  
didik yang diambil dengan cara sampling. Keterangan:
Teknik pokok pengumpulan data
menggunakan angket dan teknik Rxy = Koefisien kolerasi antara gelaja x
penunjang menggunakan wawancara dan dan y
dokumentasi. xy = Product dari gejala x dan y
N = Jumlah Sampel
Sebuah instrument dikatakan valid apabila (Arikunto, 2010: 331)
dapat diukur, apabila dapat diungkapkan
data dari variabel yang hendak diteliti 4) Untuk mengetahui koefisien reliabilitas
dengan tepat. (Arikunto, 2010:211). seluruh kuisioner menurut Sutrisno
Hadi (2004: 37) digunakan rumus
Untuk uji validitas dilihat dari logical Sperman Brown sebagai berikut:
validity dengan cara judgment yaitu 2 ( r gg )
rxy =
dengan mengkonsultasikan kepada 1  ( r gg )
beberapa ahli penelitian dan tenaga Dimana:
pengajar di lingkungan FKIP Unila. Dalam
rxy = koefisien reliabilitas seluruh item
penelitian ini penulis mengkonsultasikan
kepada pembimbing skripsi yang dianggap rgg = koefisien antara item genap dan
penulis sebagai ahli penelitian dan ganjil
menyatakan angket ini valid.
5) Hasil analisis kemudian dibandingkan
dengan tingkat reliabilitas dengan
Reliabilitas menunjukan pengertian bahwa
kriteria sebagai berikut:
suatu instrument dapat dipercaya untuk
0,90 ̶ 1,00 = Reliabilitas tinggi
dipergunakan sebagai alat pengumpul data
0,50 ̶ 0,89 = Reliabilitas sedang
karena instrument tersebut sudah baik.
0,00 ̶ 0,49 = Reliabilitas rendah
(Arikunto, 2010: 160)
Teknik analisis data Untuk mengolah dan
Adapun langkah-langkah yang dapat menganalisis data akan digunakan teknik
ditempuh adalah sebagai berikut: analisis data dengan menggunakan rumus
Interval yang dikemukakan oleh Sutrisno
1) Menyebar Angket untuk diuji cobakan
Hadi (2004: 12) adalah sebagai berikut:
kepada 10 orang responden.
NT  NR
2) Untuk reliabilitas soal angket I=
K
digunakan teknik belah dua, yaitu Keterangan:
ganjil/genap. I : Interval
NT : Nilai tertinggi
3) Selanjutnya mengkorelasikan
NR : Nilai terendah
kelompok ganjil dan genap dengan
K : Jumlah kategori
korelasi Product Moment yaitu:
Kemudian untuk mengetahui tingkat
presentase digunakan rumusan sebagai
berikut:
F Agar harga C yang diperoleh dapat
P = x 100% digunakan untuk menilai derajat asosiasi
N faktor-faktor, maka harga C dibandingkan
Keterangan: dengan koefesien kontingensi maksimum.
P = Besar Presentase Harga C maksimum dapat dihitung dengan
F = Jumlah Alternatif jawaban menggunakan rumus sebagai berikut :
N = Jumlah responden
m 1
Adapun pengolongan data adalah C maks =
menggunakan uji Chi Kuadrat asosiasi dua m
faktor (Sudjana, 2005: 280), dengan rumus
sebagai berikut: Keterangan:
B k
Oij  Eij2

C maks : Koefesien kontingen maksimum
X2 =
i j j i Eij M : Harga minimum antara banyak
baris dan kolom dengan kriteria
Keterangan:
I : Bilangan konstan
X 2 : Chi Kuadrat
Oij : Banyaknya data yang diharapkan Uji pengaruh makin dekat dengan harga C
terjadi maks makin besar derajat asosiasi antar
k

 j i
: Jumlah kolom faktor. Dengan kata lain, faktor yang satu
makin berkaitan dengan faktor yang lain
Eij : Banyaknya data hasil pengamatan (Sudjana, 2005:282).
b


i j
: Jumlah baris Hasil perhitungan selanjutnya merupakan
patokan untuk menentukan keeratan
peranan Sehingga akan diperoleh jarak
Selanjutnya data akan diuji dengan interval menurut Sugiono (2010:257)
menggunakan rumus koefesien kontingen sebagai berikut:
(Sudjana, 2005:282), yaitu :
C
2  KAT 
x C maks
C=
x2  N Diperoleh klasifikasi sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = Kategori Sangat Rendah
Keterangan : 0,20 – 0,399 = Kategori Rendah
C : Koefesien kontingensi 0,40 – 0,599 = Kategori Sedang
0,60 – 0,799 = Kategori Kuat
X 2 : Chi Kuadrat 0,80 – 1,000 = Kategori Sangat Kuat

N : Jumlah sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN baru responden cenderung kurang
berperan, karena menurut mereka
Hasil mempunyai teman lama lebih enak
daripada berkenalan dengan teman
Penyajian Data Mengenai Peranan baru. Untuk 7 (14%) peran MOPD
Kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik dalam penyesuaian lingkungan baru
(MOPD) dalam enyiapkan Peserta didik responden cenderung cukup berperan,
Baru di SMA Negeri 1 Seputih Banyak maksudnya mereka senang mempunyai
Tahun Pelajaran 2015/2016, dapat dilihat teman baru meskipun hanya mengenal
berdasarkan indikator sebagai berikut: sebagian. Selanjutnya 40 (78%) peran
1. Pada indikator pengenalan lingkungan MOPD dalam penyesuaian lingkungan
sekolah peserta didik, dari 51 responden baru responden cenderung berperan,
5 (10%) pengenalan lingkungan sekolah karena mereka beranggapan
responden dalam kegiatan MOPD bahwadengan MOPD bisa menambah
tergolong kurang berperan, karena teman baru untuk saling bertukar
menurut mereka meskipun diadakannya pikiran dalam proses pembelajaran.
kegiatan MOPD kurang mengenalkan
lingkungan sekolah bagi peserta didik 3. Pada indikator harapan dari 51
barunya. Untuk 13 (25%) dari responden 5 (10%) kedisiplinan
responden yang ada menyatakan responden setelah mengikuti MOPD
pengenalan lingkungan sekolah dalam tergolong kurang baik, karena menurut
kegiatan MOPD tergolong cukup mereka meskipun telah mengikuti
berperan, mereka beranggapan bahwa kegiatan MOPD, tidak membuat
kegiatan MOPD dapat membuat mereka mereka disiplin diluar ataupun didalam
mengetahui lingkungan sekolah kelas. Untuk 20 (39%) dari responden
barunya. Selanjutnya 33 (65%) peran yang ada menyatakan kedisiplinan
MOPD dalam pengenalan lingkungan mereka setelah mengikuti kegiatan
sekolah responden akan pengetahuan MOPD tergolong cukup baik, mereka
mereka mengenai lingkungan sekolah beranggapan bahwa mereka akan
tergolong berperan, karena mereka belajar disiplin ketika peraturan dan
beranggapan bahwa dengan mengenal sanksi dari sekolah dipertegas.
lingkungan sekolah barunya mereka Selanjutnya 26 (51%) kedisplinan
akan mudah untuk beradaptasi dan bisa responden setelah mengikuti kegiatan
mencapai tujuan belajar yang MOPD tergolong baik, karena mereka
diharapkan. beranggapan bahwa dengan kegiatan
MOPD mereka diajarkan untuk disiplin
2. Pada indikator kedisiplinan peserta dalam segala hal baik didalam maupun
didik, dari 51 responden 4 (8%) peran diluar kelas.
MOPD dalam penyesuaian lingkungan

Pembahasan 2015/2016 dengan hasil analisis sebagai


berikut:
Setelah dilakukan penelitian, peneliti
menganalisis data yang diperoleh untuk 1. Kegiatan MOPD merupakan sebagian
dapat dijelaskan keadaan dan kondisi rangkaian dari proses awal
terkait dengan Peranan Kegiatan Masa pembelajaran, banyak program dari
Orientasi Peserta Didik (MOPD) dalam kegiatan MOPD salah satunya
enyiapkan Peserta didik Baru di SMA pengenalan lingkungan sekolah.
Negeri 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran Kegiatan ini bertujuan agar para peserta
didik baru mengenal lingkungan pemahaman mereka akan tetap sama
barunya karena peserta didik akan saja dalam proses adaptasi meskipun
merasa nyaman ketika proses mereka mengetahui lingkungan sekolah
pembelajaran berlangsung, mereka barunya.
sudah mengenal dan beradaptasi
lingkungan sekolahnya yang baru. Kemudian untuk kategori berperan pada
indikator pengenalan lingkungan
Berdasarkan indikator pengenalan sekolah dalam kegiatan MOPD ini
lingkngan sekolah peserta didik, peran terdapat 65% atau 33 responden dari
kegiatan MOPD dalam pengenalan total 51 responden, yaitu mereka
lingkungan sekolah, diketahui bahwa mengetahui lingkungan seklah barunya
terdapat 10%, menyatakan bahwa baik sarana prasarana, tata tertib,
mereka merasakan peran MOPD dalam maupun perangkat-perangkat sekolah.
mengenalkan lingkungan sekolah Karena panitia MOPD maupun pihak
kepada peserta didik kurang berperan, sekolah memberitahukan atau
Hal ini disinyalir penyebabnya adalah mensosialisasikannya kepada peserta
tingkat pemahaman responden itu didik baru. Hal tersebut diketahui
sendiri dan perhatian responden saat penyebabnya adalah sosialisasi yang
kegiatan pengenalan lingkungan baik dari pihak sekolah dan panitia
sekolah yang gaduh atau tidak MOPD, serta tingkat pengetahuan
memperhatikan. Kemungkinan juga peserta didik baru yang baik tentang
bisa terjadi saat pengenalan lingkungan lingkungan sekolah barunya.
sekolah mereka bolos dalam kegiatan
tersebut seperti pengenalaan sarana Oleh karena itu untuk memaksimalkan
prasarana sekolah, pengenalan tata program kegiatan MOPD dalam
tertib sekolah dan perangkat-perangkat pengenalan lingkungan sekolah
sekolah. hendaknya para panitia ataupun pihak
sekolah dapat memaksimalkan
Selanjutnya terdapat 25% atau 13 sosialisasi dan penyampaian atau
responden dari total 51 responden yang penjelasan tentang pengenalan
berada pada kategori cukup berperan, lingkungan sekolah dalam kegiatan
yaitu peserta didik baru mengetahui MOPD agar keinginan dan tujuan
sarana prasarana, tata tertib sekolah MOPD dapat tercapai dan seharusnya
maupun perangkat-perangkat sekolah seluruh peserta didik dapat memiliki
lewat peserta didik lainnya, dan juga pengetahuan yang baik tentang
tidak menutup kemungkinan ada lingkungan sekolah barunya.
beberapa yang mendengarkan saat
kegiatan pengenalan lingkungan 2. Program penyesuaian lingkungan baru
sekolah. Hal yang menjadi ini untuk peserta didik baru cukup
penyebabnya adalah karena sosialisasi dominan dalam menyiapkan peserta
tentang lingkungan sekolah yang didik baru, karena program ini berperan
disampaikan oleh panitia MOPDdalam penting dalam pembentukan mental,
kegiatan tidak tersampaikan dengan fisik dan akademik peserta didik baru.
baik, dikarenakan sebagian responden Seperti padatnya jam belajar di SMA
mengetahui lingkungan sekolah yang membuat fisik dari peserta didik
barunya tidak dari sosialisasi pihak baru harus dilatih, karena
panitia MOPD melainkan peserta didik keterbiasaannya di SMP yang tidak
baru yang mengetahui dari peserta didik sepadat di SMA. Selain jam belajar
lainnya, dan juga karena responden yang padat mental dari peserta didik
merasa bahwa penjelasan panitia dan dalam keberaniannya bersosialisasi
dengan teman-teman baru di hanya mengenal nama tanpa dapat
lingkungannya itu merupakan tantangan bersosialisasi lebih dekat lagi.
tersendiri dari peserta didik baru,
bagaimana mereka bisa menumbuhkan Oleh karena itu untuk menumbuhkan
mental keberaniannya. Begitu juga cara mental, fisik dan akademik peserta
pembelajaran yang berbeda dengan di didik baru diperlukan penyesuaian
SMP mereka berusaha menumbuhkan lingkungan baru oleh peserta didik
dan beradaptasi dengan cara belajar di seperti kesadaran yang tinggi didalam
SMA agar dalam bidang akademik, belajar sehingga dengan mudah dapat
peserta didik baru dapat menyesuaikan menyesuaikan cara belajar di SMA
perubahan cara belajar antara di SMP untuk mencapai hasil yang maksimal,
dan SMA karena hal itu sangat berperan dan panitia MOPD ataupun pihak
dalam keberhasilan peserta didik sekolah seharusnya dapat menjadi
dibidang akademik. jembatan peserta didik dalam
menyesuaikan cara belajar dan peserta
Berdasarkan indikator penyesuaian diri didik baru bersosialisasi dengan peserta
peserta didik, diketahui bahwa 8 %, didik lainnya, karena peserta didik baru
menyatakan bahwa peran MOPD dalam merupakan warga baru disekolahan
penyesuaian lingkangan baru peserta untuk menumbuhkan mental, fisik dan
didik baik itu penyesuaian cara dan akademik peserta didik baru
proses pembelajaran di SMA ataupun dilingkungannya yang baru selain itu
terhadap teman-teman barunya, kurang juga untuk mencapai tujuan dari
berperan, hal tersebut disinyalir pendidikan nasional, dengan demikian
penyebabnya adalah peserta didik baru peserta didik dapat dituntun perlahan-
yang memang tidak menyukai cara dan lahan untuk mencapai tujuan tersebut.
proses pembelajaran di SMA ataupun
mereka lebih nyaman bergaul dan 3. Salah satu program dari kegiatan
bermain dengan teman-teman lamanya MOPD adalah kedisplinan. Peserta
dibanding teman barunya. Selanjutnya didik baru yang memasuki SMA secara
14% responden menyatakan bahwa tidak langsung mereka harus terbiasa
peran MOPD dalam penyesuaian dengan peraturan-peraturan yang lebih
lingkangan baru peserta didik baik itu ketat dibanding dengan peraturan yang
penyesuaian cara dan proses ada di SMP. Perbedaan peraturan itu
pembelajaran di SMA ataupun terhadap membuat peserta didik baru lebih
teman-teman barunya, cukup berperan. menguras fisik mereka, dari jam masuk
Karena meskipun mereka sudah samapai akhir pulang berbeda dan juga
mengetahui cara belajar dapat jam pembelajaran yang lebih padat.
bersosialisasi dengan teman-teman Peserta didik baru dilatih dalam
barunya di SMA mereka tetap biasa- kegiatan MOPD ini untuk menyiapkan
biasa saja, dalam menyesuaikan diri fisik peserta didik baru. Ketika sudah
dengan lingkungan baru nya mereka menjadi peserta didik di SMA mereka
kurang komutikatif dan cenderung tidak kaget akan padatnya dan ketat nya
pasif. Diketahui penyebabnya adalah peraturan yang berbda dengan SMP.
kurang ada nya sikap responden untuk
lebih mendalami proses pembelajaran Berdasarkan indikator kedisplinan
di SMA yang jelasnya berbeda dengan peserta didik diketahui bahwa disiplin
proses pembelajaran di SMP serta peserta didik yang berada pada kategori
kurangnya perhatian responden kurang baik dalam kedisplinannya
terhadap teman-teman barunya, respon terdapat 10% dari total 51 responden,
yaitu karena peserta didik terlambat
masuk sekolah, karena keluar dijam Untuk meningkatkan kedisiplinan
pelajaran berlangsung, dan peserta didik peserta didik setelah mengikuti kegiatan
malas membuang sampah pada MOPD, seharusnya peserta didik dapat
tempatnya. Hal ini disinyalir belajar dari pengalaman yang didapat
penyebabnya adalah kesadaran dan saat kegiatan MOPD karena didalam
kedisiplinan responden kurang, serta kegiatan tersebut peserta didik baru
malas dan tidak adanya keinginan untuk diwajibkan masuk sekolah lebih awal
disiplin dari hal membuang sampah dan ketika peserta didik terlambat
pada tempatnya bahkan sampai masuk sekolah maka dari pihak panitia
terlambat masuk sekolah. sudah memberika sanksi yang tegas
bukan secara fisik melainkan secara
Sementara itu, yang termasuk pada mendidik yaitu memunguti sampah di
kategori cukup adalah 20 responden sekitaran sekolah dan semua peserta
atau 39% dari total 51 responden, didik harus memiliki kesadaran dan
mereka masuk sekolah ketika jam bel disiplin diri untuk masuk sekolah lebih
masuk sekolah berbunyi, jarang keluar awal sebelum bel berbunyi, dan guru
kelas saat guru mata pelajaran seharusnya dapat mensosialisasikan
berhalangan hadir, membuang sampah bahwa apabila mereka terlambat masuk
pada tempatnya. Hal ini disinyalir sekolah atau kelas akan mempengaruhi
penyebabnya adalah anggapan mereka nilai afektif mereka, peserta didik dapat
bahwa masuk sekolah tepat waktu belajar sendiri, berdiskusi atau berlatih
ataupun terlambat tidak akan mengerjakan soal individu yang ada di
mempengaruhi nilai mereka, peserta sumber belajar mata pelajaran yang
didik keluar masuk kelas saat jam diajarkan, bukan keluar masuk kelas
belajar dan guru berhalangan hadir, dan saat guru berhalangan hadir, serta
kurangnya kesadaran peserta didik ketegasan sanksi kepada peserta didik
untuk membuang sampah pada yang tidak membuang sampah pada
tempatnya. tempatnya. Kemudian dari guru mata
pelajaran yang sedang mengajar
Selanjutnya, sebanyak 26 responden didalam kelas hendaknya memberikan
atau 51% berada pada kategori baik. hukuman kepada peserta didik yang
Hal ini dikarenakan mereka masuk keluar kelas tanpa izin atau
sekolah lebih awal sebelum bel sepengetahuan guru kelas dan guru
berbunyi, apabila ada guru yang piket.
berhalangan hadir mereka belajar dan
berdiskusi didalam kelas tidak keluar Semua itu dilakukan semata-mata
masuk kelas, serta menerapkan hanya untuk menumbuhkan mental
pelajaran dari MOPD ketika peserta didik dalam keberaniannya
membuang sampah pada tempatnya. meminta izin kepada guru bukan takut
Faktor penyebabnya adalah kemauan dan akhirnya membolos. Setelah itu
dan kesadaran yang baik untuk fisik dari peserta didik harus dijaga
kedisiplin peserta didik. Seharusnya karena padat dan ketatnya peraturan di
semua peserta didik dapat memiliki SMA, yang terakhir akademik peserta
kesadaran yang baik, kemudian didik baru yang latih ketika guru
menerapkan sikap kedisiplinan dalam berhalangan hadir harus bisa
setiap tingkah laku dan dimana saja memanfaatkan jam kosong tersebut.
baik itu didalam ataupun diluar kelas Tujuannya tidak lain hanya untuk
agar dapat memperoleh tujuan yang mencapai tujuan dari pendidikan
diharapkan. nasional.
KESIMPULAN DAN SARAN perangkat sekolah. serta dalam
penyesuaian lingkungan baru peserta didik
Kesimpulan yang dapat beradaptasi dengan cara belajar
dan penyesuaian dengan teman-teman
Berdasarkan hasil penelitian dan yang baru dikenalnya kemudian dalam
pembahasan yang telah diuraikan tentang pembentukan kedisiplinan peserta didik
peranan kegiatan masa orientasi peserta baru yang terbentuk selama kegiatan masa
didik (MOPD) dalam menyiapkan peserta orientasi peserta didik seperti kedisiplinan
didik baru di SMA Negeri 1 Seputih masuk sekolah, membuang sampah dan
Banyak Tahun Pelajaran 2015/2016, maka kedisiplinan dalam proses pembelajaran,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran maka dapat disimpulkan bahwa semakin
dari kegiatan masa orientasi peserta didik terprogram dan terlaksana dengan baik
dalam menyiapkan peserta didik baru kegiatan orientasi peserta didik maka
sangat berperan yaitu dalam pengenalan sangat berperan kegiatan tersebut untuk
lingkungan sekolah bagi peserta didik baru menyiapkan peserta didik baru dalam hal
seperti sarana prasarana, tata tertib dan mental, fisik, dan akademik.

Saran MOPD baik sosialisasi lingkungan


sekolah atau kegiatan lainya karena
Setelah peneliti melakukan penelitian, pembentukan mental, fisik dan
menganalisis, dan mengambil kesimpulan akademik peserta didik diawali dari
dari hasil penelitian, maka peneliti dapat proses orientasi maka jika dalam
mengajukan saran sebagai berikut: MOPD tidak berdasarkan aturan yang
berlaku maka pembentukan karakter
1. Kepada peserta didik baru diharapkan peserta didik mengalami hambatan.
agar dapat beradaptasi dengan
lingkungan baru di sekolah baru baik 3. Kepada pihak Sekolah khususnya wakil
dalam penyesuaian dengan teman kepala sekolah bidang kesiswaan dan
ataupun cara belajar serta patuh akan ketua OSIS diharapkan dapat memantau
tata tertib sekolah sehingga peserta proses kegiatan MOPD dan
didik dapat lebih mengembangkan memberikan sanksi yang tegas kepada
pengetahuannya agar dapat mencapai oknum-oknum yang menyalahi aturan
prestasi yang baik dan hasil yang dan tujuan MOPD tidak terjadi tindakan
maksimal tanpa kendala apapun. yang menyebabkan kegiatan MOPD
dijadikan sebagai ajang balas dendam
2. Kepada panitia MOPD diharapkan bukan sebagai ajang pengenalan
dapat menyusun program-program lingkungan sekolah kepada peserta
kegiatan dalam menyelenggarakan didik baru.
DAFTAR PUSTAKA
Imron, Ali. 2001. Manajemen Peserta
Amti & Prayitno. 2004. Dasar-dasar
Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Bandung: PT. Tarsito Bandung.
Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Sugiono. 2010. Metode Penelitian
Renika Cipta.
Pendidikan. Bandung: PT. Afabeta.
Cicih & Dirman. 2014. Krakteristik
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Hadi, Sutrisno. 2004. Metode Research. Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Yogyakarta: Yayasan Psokologi UGM.

Anda mungkin juga menyukai