Anda di halaman 1dari 3

Pengaturan Pernafasan

1. Pengaturan saraf
Pusat pernafasan terletak di medula dan pons, yang merupakan bagian dari
batang otak medula merupakan pusat inspirasi dan ekspirasi
Pusat inspirasi secara otomatis membangkitkan impuls dalam
irama ritmis. Impuls ini berjalan sepanjang saraf menuju otot respirasi
untuk merangsang kontraksinya. Hasilnya adalah inhalasi. Saat paru-paru
terinflasi, baroreseptor di jaringan paru mendeteksi peregangan ini dan
membangkitkan impuls sensorik menuju medula; impuls ini mulai
mendepresi pusat inspirasi. Ini disebut refleks inflasi Hering-Bauer, yang
membantu mencegah paru berlebihan.
Ketika pusat inspirasi terdepresi, terjadilah penurunan impuls
menuju otot pernafasan yang akan berelaksasi untuk menimbulkan
ekhalasi. Kemudian pusat inspirasi akan aktif kembali untuk memulai
siklus pernafasan lain. Ketika dibutuhkan ekhalasi yang lebih kuat, seperti
kita melakukan latihan, pusat inspirasi mengaktifkan pusat ekspirasi, yang
membangkitkan impuls menuju muskuli interkostale interni dan muskuli
abdominis.
Dua pusat pernafasan di pons yang bekerja dengan pusat inspirasi
yang menghasilkan irama pernafasan normal. Pusat apneustik
memperlama inhalasi , dan kemudian diinterupsi oleh impuls dari pusat
pneumotaksis, yang merupakan salah satu yang mempengaruhi ekhalasi.
Pada pernafasan normal, inhalasi berlangsung satu sampai dua detik,
diikuti oleh ekhalasi yang sedikit lebih lama (dua sampai tiga detik), yang
menghasilkan kisaran normal frekuensi pernafasan antara 12-sampai 20
kali permenit.
Apa yang baru saja digambarkan merupakan pernafasan normal,
tetapi variasinya mungkin terjadi dan cukup sering. Kondisi emosi
biasanya mempengaruhi respirasi; ketakutan yang tiba-tiba bisa
menyebabkan terengah-engah dan teriakan , dan kemarahan biasanya
mempercepat pernafasan. Pada situasi ini impuls dari hipotalamus
memodifikasi keluaran dari medula. Korteks serebral mampu mengubah
kecepatan atau irama pernafasan kita secara volunter untuk berbicara,
bernyanyi , bernapas lebih cepat atau lambat, bahkan untuk berhenti
bernapas sekitar satu menit sampai dua menit. Namun, perubahan tersebut
tidak bisa terus menerus, dan medula, pada akhirnya akan mengambil
kendali.
Batuk dan bersin merupak refleks untuk mengeluarkan iritan dan
jalan napas; medula berisi pusat bagi kedua refleks ini. Bersin dirangsang
oleh bahan yang mengiritasi mukosa hidung , dan batuk dirangsang oleh
iritasi pada mukosa faring, laring atau trakea. Kerja refleks pada
hakikatnya sama untuk keduanya: suatu inhalasi diikuti ekhalasi yang
dimulai dengan penutuapan glotis untuk meningkatkan tekanan. Kemudian
glotis terbuka tiba-tiba dan ekhalasi terjadi eksplosif. Batuk akan langsung
dikeluarkan lewat mulut, sementara bersin dikeluarkan lewat hidung.
Refleks ekspirasi yang lain adalah menguap. Kebanyakan kita
menguap ketika lelah, tetapi stimulus untuk dan tujuan menguap tidak
diketahui dengan pasti. Ada beberapa kemungkinan, seperti kekurangan
oksigen atau akumulasi karbon dioksida, tetapi yang benar-benar pasti
belum diketahui. Demikian juga, kita tidak tahu kenapa menguap itu
menular, tetapi dengan melihat seseorang menguap hampir dipastiakan
membuat diri kit juga menguap.

2. Pengaturan kimiawi

Pengaturan kimiawi mengacu pada efek pernapasan terhadap pH darah dan


kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah. Kemoreptor yang
mendeteksi perubahan dalam gas darah dan pH terletak di korpus
karotikus dan aortikus dan di dalam medula itu sendiri.
Penurunan kadar oksigen darah (hipoksia) dideteksi oleh
kemoreptor di korpus karotikus dan aortikus. Impuls sensorik
dibangkitkan oleh reseptor tersebut lalu menjalar sepanjang nervus
glosofaringeus dan nervus vagus menuju medula, yang berespons dengan
meningkat kedalaman atau frekuensi respirasi (atau keduanya). Respons
ini akan membawa lebih banyak udara mengikuti paru-paru sehingga lebih
banyak oksigen dapat berdifusi kedarah untuk memperbaiki keadaan
hipoksia.
Karbon dioksida akan menjadi masalah jika jumlahnya berlebihan
dalam darah, karena CO2 menurunkan pH ketika bereaksi dengan air untuk
membentuk asam karbonat( suatu sumber ion H+ ). Artinya , kelebihan
CO2 menyebabkan tubuh atau cairan tubuh lain menjadi kurang alkalis
(atau lebih asam). Medula berisi kemoreseptor yang sangat sensitif
terhadap perubahan pH, khusunya penurunan pH. Jika akumulasi CO2
menurunkan pH darah, medula merespons dengan meningkatkan respirasi.
Ini tidak untuk tujuan inhalasi, tetapi lebih untuk ekhalasi lebih banyak
CO2 guna meningkatkan pH kembali kenormal.
Dari kedua gas respirasi, manakah yang lebih penting sebagai
pengatur pernafasan? Perkiraan kita mungkin oksigen, karena oksigen
penting untuk menghasilkan energi pada respirasi sel. Namun, sistem
respirasi dapat mengatur kadar normal oksigen darah meskipun
pernapasan menurun sampai setengah dari normalnya atau berhenti untuk
beberapa waktu. Ingat kembali bahwa udara yang dihembuskan
mengandung 16 % oksigen. Oksigen ini tidak memasuki darah, tetapi bisa
melakukannya jika diperlukan. Juga, udara residu dalam paru-paru
mensuplai oksigen untuk darah bahkan jika frekuensi pernapasan
melambat.
Oleh karna itu, karbon dioksida pasti merupakan pengatur utama
respirasi, dan alasannya ialah bahwa karbon dioksida memengaruhi pH
darah. Sebagaimana telah disebutkan, kelebihan CO2 menyebabkan
penurunan pH darah, suatu proses yang tidak boleh dibiarkan. Oleh karna
itu, peningkatan CO2 darah secara cepat dikompensasi oleh peningkatan
pernapasan untuk mengeluarkan lebih banyak CO2. Contoh, jika anda
menahan napas, apa yang membuat anda bernapas kembali? Apakah anda
kehabisan oksigen mungkin tidak, untuk alasan yang disebut diatas; yang
terjadi adalah akumulasi CO2 telah menurunkan pH darah sampai jumlah
yang cukup untuk meragsang medula memulai siklus napas lagi.
Pada beberapa keadaan, oksigen menjadi pengatur utama respirasi.
Pertukaran oksigen menjadi pengatur utama respirasi. Pertukaran oksigen
dan karbon dioksida di paru-paru pada orang yang mengalami penyakit
paru yang kronis yang parah seperti emfisema telah menurun. Penurunan
pH yang disebabkan oleh akumulasi CO2 dikoreksi oleh ginjal, tetapi
kadar oksigen darah terus menurun. Pada akhirnya kadar oksigen menurun
sampai begitu rendah sehingga memberi rangsangan sangat kuat untuk
meningkatkan frekuensi kedalaman pernafasan.

Scanlon,C Valerie dan Tina Sanders.2006. Buku ajar anatomi & fiisologi ED.3.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai