Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


a. Menentukan pressure drop dengan memvariasikan power input.
b. Mempelajari hubungan laju boil-up dengan pressure drop dan tingkat
foaming pada pelat.

1.2 Dasar Teori

Hidrolika kolom pelat merupakan proses destilasi yang mempelajari kondisi


kolom dan pressure drop yang terjadi di dalam kolom. Destilasi atau penyulingan
adalah suatu metode pemisahn bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap itu kemudian didinginkan kembai dalam
bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu.

Metode ini merupakan unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya.

Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan


minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk
transportasi, pembangkit listrik dan lain-lain. Destilasi juga telah digunakan sejak
lama untuk pemekatan alcohol, industry food , dan dalam laboratory scale.

Sieve tray pada kolom destilasi dirancang agar uap-hasil yang mengalir
naik mengalami kontak intim dengan arus zat cair yang mengalir ke bawah. Untuk
melihat skema kerja Sieve Tray pada kolom destilasi dapat dilihat pada Gambar
1.1 berikut ini :
Gambar 1.1 Sieve Tray pada Kolom Distilasi (wilkipedia)
Zat air mengalir melintasi plat dan melewati weir ke downcomer menuju
ke pelat di bawahnya. Uap mengalir melalui lubang-lubang pada pelat yang
mengisi sebagian besar ruang yang terdapat antara kedua downcomer. Aliran uap
memerlukan adanya perbedaan tekanan agar dapat melewati lubang-lubang pada
pelat dan zat cair diatas pelat. Tekanan yang diperlukan itu diadakan pada reboiler
yang membangkitkan uap pada tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi
penurunan tekanan di dalam kolom dan kondenser. Penurunan tekanan melintasi
pelat merupakan jumlah penurunan tekanan akibat rugi gesekan pada lubang dan
penurunan karena zat cair yang terperangkap di atas plat.
Pada kondisi normal, kecepatan uap sangat tinggi sehingga membentuk
campuran zat cair dan uap yang membuih (foaming). Jika kecepatan uap
meningkat, maka penurunan tekanan menyeluruh (pressure drop overall) juga
meningkat. Kecepatan uap tersebut dapat dikontrol dengan mengatur laju boil-up.
(Mc Cabe, 1989)
Penurunan tekanan menyeluruh (pressure drop overall) diperlukan untuk
menentukan tekanan dan suhu di dalam reboiler. Penurunan tekanan per pelat
diperlukan untuk memastikan bahwa pelat itu beroperasi sebagaimana mestinya
(tanpa weeping ataupun flooding).
Flooding merupakan akibat dari akumulasi cairan secara berlebihan di
dalam kolom. Pada laju alir cairan yang rendah, tray beroperasi pada spray regime
(regim pancar). Pada rejim ini, cairan tersebar sebagai butiran-butiran yang
dikelilingi uap. Jika laju uap terus ditingkatkan, suatu saat dapat tercapai suatu
kondisi dimana butiran-butiran cair akan terbawa aliran uap. Akibatnya, cairan
akan berpindah ke tray sebelah atas. Jika peristiwa ini terjadi terus menerus,
cairan akan terakumulasi di dalam kolom. Pada laju cairan yang tinggi, dispersi
cairan di atas tray membentuk buih. Dalam hal ini, kolom dikatakan beroperasi
pada regim buih. Uap tersebar sebagai gelembung-gelembung yang dikelilingi
oleh cairan. (Mc Cabe, 1989)

1.2.1 Karakteristik Rancang dan Operasi Kolom Piring


Faktor-faktor yang penting dalam merancang dan mengoperasikan kolom
piring ialah jumlah piring yang diperlukan untuk mendapatkan pemisahan yang
dikehendaki, diameter kolom, kalor yang dikonsumsi dalam pendidih, kalor yang
dibuang pada kodensor, jarak antara piring, jenis piring yang dipilih, dan rinci
konstruksi piring.
Sesuai dengana asas-asas umum, analisis unjuk kerja kolom piring
didasarkan atas neraca massa, neraca bahan, neraca energy, dan keseimbangan
fasa. (Mc Cabe, 1989)

1.2.2 Merancang Kolom Piring-Tapis (Sieve Tray)


Untuk menerjemahkan piring ideal menjadi piring nyata, harus dilakukan
koreksi yang menyangkut efisiensi piring. Di samping itu ada lagi berbagai
keputusan penting yang harus diambil sebelum rancangan kolom itu selesai.
Kesalahan dalam keputusan ini akan mengakibatkan fraksionasi yang tidak
memuaskan, kapasitas yang mungkin lebih rendah dari yang dikehendaki,
kurangnya fleksibelitas operasi, dan jika kesalahan itu sangat menyolok,
kolomnya tidak dapat beroperasi. Untuk membetulkan kesalahan-kesalahan itu
setelah intalasinya berdiri akan mahal sekali biayanya. Oleh karena berbagai
variabel yang menentukan efisiensi piring itu banyak yang bergantung pada
rancangan piring itu sendiri, maka terlebih dahulu akan kita bahas disini prinsip-
prinsip fundamental dari rancangan piring. (Kister, H.Z., 1992)
Jenis dan variasi kolom reftifikasi bukan main banyaknya, dan
penerapannya pun bermacam-macam. Unit-unit yang terbesar biasanya terdapat
dalam industry minyak bumi, tetapi instalasi yang besar dan rumit-rumit terdapat
pada fraksionasi bahan-bahan pelarut, pengolahan udara cair, dan pengolahan
bahan kimia pada umumnya. Diameter menara berkisar antara 1 ft (0,3 m) sampai
lebih dari 30 ft (9 m) dan jumlah piring dari beberapa buah saja sampai puluhan
buah. Jarak antara piring berkisar dari 6 in atau kurang sampai beberapa kaki. Di
masa lalu, piring tudung-gelembung (bubble-cap) merupakan jenis yang paling
umum, tetapi dewasa ini kebanyakan kolom menggunakan piring tapis (sieve tray)
atau piring katup angkat (lift-valve plate). Cara distribusi zat cair pun bermacam-
macam. Kolom itu ada yang beroperasi pada bertekanan tinggi, dan ada pula
bertekanan rendah, suhu uap zat cair bisa mencapai 1600oF pada reftifikasi uap
natrium dan kalium. Bahan yang di distilasi sangat beragam dari segi viskositas,
difusivitas, daya korosi, kecenderungan membesar, dan kerumitasn komposisinya.
Menara piring sangat berguna untuk absorpsi maupun rektifikasi, dan prinsip-
prinsip rancangan piring berlaku untuk kedua jenis operasi itu.

Perancangan kolom fraksionasi, lebih-lebih unit besar dan unit-unit untuk


penerapan khusus, sebaiknya dilakukan pakarnya. Walaupun jumlah piring ideal
dan kebutuhan kalornya dapat dihitung dengan cukup teliti tanpa memerlukan
banyak pengalaman, namun faktor-faktor rancangan lainnya tidaklah mudah
dihitung dengan tepat, dan untuk satu soal yang sama bisa dibuat berbagai
rancangan yang sama sehatnya. Sebagaimana juga pada kebanyakan kegiatan
keteknikan, rancangan yang sehat mengenai kolom fraksionasi bersandar kepada
beberapa asas, sejumlah korelasi empiric (yang selalu mengalami revisi pula),
serta sangat mengandalkan kepada pengalaman dan kebijaksanaan. (Kister, H.Z.,
1992)
1.2.3. Penurunan Tekanan Uap
Aliran uap melalui lubang-lubang tapis dan zat cair di atas piring
memerlukan adanya perbedaan tekanan. Penurunan tekanan melintasi satu piring
biasanya sebesar kira-kira 50 sampai 70 mmH2O, dan penurunan tekanan dalam
kolom yang mempunyai 40 piring adalah sekitar 2 sampai 3 m H2O. Tekanan
yang diperlukan itu diadakan pada pendidih-ulang, yang membangkitkan uap pada
tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi penurunan tekanan dalam kolom dan
kodensor. Penurunan tekanan menyeluruh dihitung untuk menentukan tekanan
dan suhu di dalam pendidih-ulang dan penurunan tekanan per piring harus
diperiksa untuk memastikan bahwa piring itu beroperasi sebagaimana mestinya,
tanpa iris atau banjir (flooding).
Penurunan tekanan melintasi piring dapat dibagi atas dua bagian yaitu,
rugi gesekan pada lubang dan penurunan tekanan karena zat cair yang
terperangkap di atas piring. Penurunan tekanan itu biasanya dinyatakan dalam
tinggi-tekan ekivalen dalam millimeter atau inci zat cair.
ℎ𝑡 = ℎ𝑑 + ℎ𝑙
Dimana ht = Tekanan total per piring, mm zat cair
hd = rugi gesekan untuk piring, mm zat cair
hl = tinggi tekan ekivalen zat cair di atas piring, mm zat cair
Tinggi buih sebenarnya d atas tanggul lebih besar dari how, karena uap
hanya terpisah sebagian dari zat cair, sehingga laju aliran volumetric pada tanggul
itu lebih besar dari laju aliran zat cair saja. Namun, tinggi nyata di atas tanggul itu
tidak diperlukan untuk menaksirkan hl, karena pengaruh densitas buih sudah
termasuk dalam faktor korelasi ß.

1.2.4. Laju Boil-Up


Laju boil-up merupakan suatu laju pembentukan uap yang terjadi pada saat
proses pemanasan. Laju boil-up ini biasanya berbanding lurus dengan power yang
diberikan dan juga tingkat foaming yang terjadi serta pressure drop yang didapat.
Pressure drop adalah kehilangan tekanan yang terjadi akibat adanya hambatan
pada saat proses percobaan. Dalam kenyataannya pressure drop selalu diharapkan
kecil agar kehilangan tekanan yang terjadi tidak besar dan tidak membutuhkan
biaya besar.

1.2.5. Foaming
Secara definisi foaming adalah melarutnya fasa gas ke dalam fasa padat
atau cairan. Secara teknis diindustri migas foaming merujuk pada timbulnya buih
pada fasa cairan,bisa di crude oil, di produced water, di glycol maupun di senyawa
amin.
Foaming terjadi bila ada agitasi yang menyebabkan fasa gas tadi masuk ke fasa
liquid (kita bicara di industri migas), dan foaming akan semakin banyak terbentuk
bila ada zat yang disebut foamer,umumnya berupa surfactant. Ciri2 terbentuknya
foaming,kalau di glycol unit dan di amine unit, biasanya terjadi penambahan
make up chemicalnya, lalu produk yg dihasilkan offspec,misalnya gas menjadi
kurang kering (untuk glycol unit) atau gas masih bersifat asam (untuk amine unit).
Kadang terjadi juga masalah di pompa karena foaming yang terbentuk bisa
merusak pompa. Generic MDEA adalah MDEA teknis,belum dicampurkan bahan
kimia lain, puritynya diatas 99 %.

Anda mungkin juga menyukai