Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Penggunaan Obat-Obatan Perawatan Kulit Terhadap

Munculnya Gangguan Acne Vulgaris Pada Mahasiswa Keperawatan


Stikes Wiyata Husada Samarinda Tahun 2019
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

Dosen Pebimbing : Ns. Abdurrahman, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Tri Hartini

16.0421.756.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian

Acne Vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada unit


pilosebaseus yang sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Penyakit ini
tidak bersifat fatal, karena dapat sembuh dengan sendirinya. Namun,
penyakit ini cukup merisaukan karena berhubungan dengan depresi dan
ansietas, yang mana dapat mempengaruhi kepribadian, emosi, kesan diri
dan harga diri, perasaan terisolasi, dan kemampuan untuk membentuk
hubungan. kulit terbanyak yang paling sering dijumpai adalah acne
vulgaris.

Etiopatogenesis acne vulgaris beragam, terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhinya. Beberapa faktor tersebut antara lain: genetik, hormonal,
diet, penggunaan kosmetik, trauma, infeksi dan psikis. Penggunaan
kosmetik yang tebal dan berganti-ganti dapat menjadi salah satu faktor
resiko terjadinya acne vulgaris. Kosmetik dapat menyebabkan timbulnya
akne pada wanita dewasa, karena bahan yang digunakan bersifat
komedogenik atau aknegenik.

Kulit merupakan anggota tubuh yang terluar dan langsung


bersentuhan dengan lingkungan Menurut Wasitaatmadja (2013:3)
menjelaskan bahwa “kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang
esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan”

Jerawat merupakan kelainan kulit yang sudah dikenal secara luas dan
sering timbul pada wajah. Jerawat yang muncul pada bagian wajah
mengakibatkan perubahan wajah seperti bengkak, permukaan yang tidak
rata bernanah dan mengakibatkan rasa sakit, jika jerawat digaruk/dipencet
maka akan menimbulkan bekas yang berwarna hitam pada kulit wajah.
sering terjadi jerawat pada wajah sudah sembuh tapi meninggalkan bekas
pada kulit berupa noda-noda hitam
Noda bekas jerawat sering dikeluhkan oleh remaja, terutama remaja
berusia 18-25 tahun yang baru beranjak dewasa atau dalam masa pubertas.
Agusta (2005:115) menjelaskan bahwa “jerawat sering muncul pada usia
remaja. Hal ini menyangkut kelenjar sebaseous dalam kulit yang
mengeluarkan untuk kantong rambut dan seluruh kulit. Hal ini disebabkan
karena pada masa remaja biasanya terjadi ketidakseimbangan hormon pada
tubuh disebabkan pada usia ini terjadi perubahan hormonal yang memicu
produksi sebum/minyak pada kulit”.

Achroni (2012:24) menjelaskan bahwa; jerawat merupakan kelainan


kulit yang menjadi pokok permasalahan paling banyak ditemui baik
dikalangan remaja maupun kalangan dewasa yang secara rata-rata
ditemukan pada umur 17-25 tahun. Jerawat tidak hanya terjadi pada usia
remaja bahkan orang dewasa juga bisa berjerawat karena jerawat tergantung
pada faktor pertumbuhannya.

Lebih jauh Achroni (2012:26) menjelaskan bahwa; jerawat bisa


digolongkan berdasarkan tingkat keparahannya, dapat dibedakan menjadi
tiga tipe yaitu jerawat komedo (whiteheads dan blackheads), jerawat biasa
(postule, nodule dan papule) dan jerawat batu (cystic dan rosasea). Bila
dianalisa lebih jauh ternyata jerawat komedo termasuk golongan jerawat
ringan, yakni komedo terbuka (blackhead) dan komedo tertutup
(whitehead).

Insiden jerawat terjadi sekitar 80-100% pada usia dewasa muda yaitu
14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria (Yuindartanto, 2009 ;
Harper, 2008). Sedangkan menurut penelitian Goodman (1999), prevalensi
tertinggi terjadi sekitar 83-85% pada wanita usia 16-17 tahun, dan pada pria
berkisar 95-100%.

Di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetik Indonesia


menunjukan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada
tahun 2007 (pirwaningtyas dan jusuf, 2013). Berdasarkan hasil penelitian di
Palembang, untuk tempat predileksi dari acne vulgaris 85% terjadi pada
wajah, dan punggung, wajah dan dada, serta terdapat 4 responden yang
menderita acne vulgaris pada empat tempat predileksinya (wajah, leher,
lengan atas, dan dada). Sebanyak 55,7% posisi akne vulgaris bilateral
(kanan-kiri) 5,3% (Tjekyan, 2008).

Oleh sebab itu, penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan


pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu
penggunaan, umur, dan jumlah pemakaianya sehingga tidak menimbulkan
efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah
penting untuk mengetahui terlebih dulu apa fungsi kosmetik tersebut dan
sesuai dengan jenis kulit manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu
perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra,2005).

Lebih lanjut penggunaan kosmetik yang berganti-ganti dan tebal


merupakan salah salah satu faktor risiko terjadinya acne vulgaris. Kosmetik
yang digunakan pada wanita dapat menimbulkan acne vulgaris, karena
bahan yang terkandung dalam kosmetik bersifat komedogenik atau
aknegenik yang mengakibatkan produksi sebum meningkat. Bahan-bahan
komedogenik seperti lanolin, petrolatum, minyak atsiri, dan bahan kimia
murni (asam oleik, butil strearat, lauril alkohol, bahan pewarna D&C)
(Bauman L, 2009). Bahan tersebut terdapat pada berbagai krim wajah
seperti bedak, bedak dasar (foundation), pelembab (mouisturizer), dan krim
penahan sinar matahari (TS) yang menjadi penyebab timbulnya acne
vulgaris (Harahap, 2008).

Menurut (Tranggono, 2007) Kosmetik skin care dapat dikelompokkan


berdasarkan kegunaannya, yaitu: Kosmetik pembersih, kosmetik pelembab,
kosmetik pelindung, kosmetik penipis. Berdasarkan pendapat diatas,
menurut (Tranggono, 2007) pengertian kosmetik skincare dari uraian diatas
adalah :

Kosmetik pembersih adalah kosmetik yang berfungsi untuk


membersihkan kotoran yang berupa minyak pada kulit, make-up, harus
digunakan susu pembersih atau krim pembersih untuk mengemulsikannya
supaya mudah diangkat. Kosmetik pembersih salah satunya adalah sabun,
karena sabun yang terbuat dari soda memiliki daya pembersih yang kuat
tatapi, ia dapat merusak kulit karena pH nya tinggi. Sabun yang baik sedapat
mungkin tidak terbuat dari soda, tetapi dari bahan pembersih yang pH nya
dapat diatur sehingga sama dengan pHkulit sehat (Tranggono, 2007).

Kosmetik pelembab pada umumnya berbentuk krim seperti


mousturizing cream atau lotion seperti base lotion yang dipakai sebagai
dasar sebelum berdandan. Kosmetik pelembab terdiri dari mouisturizing
cream, vitamin cream, renutri cream dan night cream (Tranggono, 2007).

Kosmetik pelindung adalah kosmetik yang dapat melindungi kulit


dengan cara menolak dan menyerap matahari. Kosmetik tabir surya yang
baik dan aman bagi kulit di iklim tropis ialah yang tidak mengandung
PABA (Non PABA) yang tidak menambah warna cokelat pada kulit
(Tranggono, 2007).

Kosmetik penipis kulit adalah untuk mngangkat atau membuang sel-


sel kulit yang telah mati pada lapisan tanduk agar tidak menumpuk.
Kosmetik ini digunakan untuk membersihkan kulit secara mendalam daya
untuk mengangkut sel-sel kulit yang telah mati karena didalam kosmetik ini
dimasukan butiran-butiran kasar yang dinamakan scrub (Tranggono, 2007).

Keinginan untuk mempercantik diri secara berlebihan, salah pengertian


akan kegunaan kosmetik, menyebabkan seseorang berbuat kesalahan dalam
memilih dan menggunakan kosmetik tanpa memperhatikan kondisi kulit
dan pengaruh lingkungan. Hasil yang didapatkan tidak membuat kulit
menjadi sehat dan cantik, tetapi malah terjadi berbagai kelainan kulit yang
disebabkan oleh penggunaan kosmetika tersebut. Menurut Rostamailis
(2005:16) menjelaskan bahwa; kosmetik dapat dikelompokkan atas tiga
kelompok, yaitu (1) kosmetik tradisional adalah kosmetik dengan bahan
alami diolah sendiri atau secara alami setiap pemakaian. (2) kosmetik
modern (teknologi) adalah menggunakan bahan dan zat yang berbahan
kimia, diolah didalam pabrik dikemas dalam wadah yang aman indah dan
menarik. (3) kosmetik semi tradisional artinya kosmetik dengan bahan dasar
alami ditambah pengawet diolah melalui pabrik/teknologi dengan jumlah
produksi yang banyakan dan dikemas dalam wadah yang aman indah dan
menarik contohnya masker.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui acne vulgaris
2. Mampu memahami penggunaan obat-obatan perawatan kulit untuk
wajah yang terdapat acne vulgaris
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan mengeksplorasi tentang bagaimana pengaruh
penggunaan obat-obatan perawatan kulit terhadap munculnya gangguan
acne vulgaris pada mahasiswa keperawatan Stikes Wiyata Husada
Samarinda.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sesuatu referensi bagi
mahasiswa lain mengenai pengaruh penggunaan obat-obatan perawatan
kulit terhadap munculnya gangguan acne vulgaris pada mahasiswa
keperawatan Stikes Wiyata Husada Samarinda
2. Manfaat Praktis
Dapat menambah wawasan mengenai pengaruh penggunaan obat-
obatan perawatan kulit terhadap munculnya gangguan acne vulgaris pada
mahasiswa keperawatan Stikes Wiyata Husada Samarinda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Acne Vulgaris
a. Definisi
Acne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada pada unit
polisebaseus yang terjadi pada remaja dan dewasa muda yang ditandai
dengan komedo, papul, pustul, nodul.
Pada penelitian Suryadi RM (2008) Hampir setiap orang pernah
mengalami Acne vulgaris dan biasanya dimulai ketika pubertas, dari
survey di kawasan Asia Tenggara terdapat 40-80% kasus Akne vulgaris
sedangkan menurut catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia
menunjukan yaitu 60% penderita akne vulgaris pada tahun 2006, 80%
terjadi pada tahun 2007 dan 90% pada tahun 2009. Prevelansi tertinggi
yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan
pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-100%. Pada
umumnya banyak remaja yang bermasalah dengan Akne vulgaris yang
menimbulkan siksaan.
Penyebab Acne vulgaris sangat banyak (multifaktorial), antara lain
faktor genetik, faktor bangsa ras, faktor makanan, faktor iklim, faktor
jenis kulit , faktor kebersihan, faktor penggunaan kosmetik, faktor
stress, faktor infeksi dan faktor pekerjaan.
Penderita biasanya mengeluh adanya ruam kulit berupa komedo,
papul, pustula, nodus, atau kista dan dapat disertai rasa gatal. Daerah-
daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari
ekstremitas superior, dada, dan punggung.
b. Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Penilitian Kabau S pada tahun 2012 Penyebab pasti
timbulnya acne vulgaris sampai saat ini belum diketahui secara jelas.
Tetapi sudah pasti disebabkan oleh multifaktorial, baik yang berasal dari
luar (eksogen) maupun dari dalam (endogen)13 :
1) Genetik
Acne kemungkinan besar merupakan penyakit genetik dimana pada
penderita terdapat peningkatan respon unit pilosebaseus terhadap kadar
normal androgen dalam darah.
Menurut sebuah penelitian, adanya gen tertentu (CYP17-34C/C
homozigot Chinese men) dalam sel tubuh manusia, meningkatkan
terjadinya acne.
2) Faktor Hormonal
Pada 60–70% wanita lesi akne menjadi lebih aktif kurang lebih satu
minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam
kadar tertentu dapat menekan pertumbuhan akne karena menurunkan
kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon
Gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.
Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap
efektifitas terhadap kelenjar lemak .Produksi sebum tetap selama siklus
menstruasi, akan tetapi kadang progesteron menyebabkan acne
premestrual.
3) Makanan (diet)
Terdapat makanan tertentu yang memperberat acne vulgaris.
makanan tersebut antara lain adalah makanan tinggi lemak (gorengan,
kacang, susu, keju, dan sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat
(makanan manis, coklat, dll), alkohol, makanan pedas, dan makanan
tinggi yodium (garam). Lemak dalam makanan dapat mempertinggi
kadar komposisi sebum.
4) Faktor Kosmetik
Kosmetika dapat menyebabkan akne seperti bedak dasar
(foundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari
(sunscreen) dan krem malam, jika mengandung bahan-bahan
komedogenik. Bahan-bahan komedogenik seperti lanolin, petrolatum,
minyak atsiri dan bahan kimia murni (asam oleik, butil stearat, lauril
alkohol, bahan pewarna (D&C) biasanya terdapat pada krim-krim
wajah. Untuk jenis bedak yang sering menyebabkan akne adalah bedak
padat (compact powder).
5) Faktor infeksi dan Trauma
Peradangan dan infeksi di folikel pilosebasea terjadi karena adanya
peningkatan jumlah dan aktivitas flora folikel yang terdiri dari
Propionilbacterium Acnes, Corynebacterium Acnes, Pityrosporum
ovale dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri-bakteri ini berperan
dalam proses kemotaksis inflamasi dan pembentukan enzim lipolitik
yang mengubah fraksi lipid sebum. Propionilbacterium Acnes berperan
dalam iritasi epitel folikel dan mempermudah terjadinya akne. Selain
itu, adanya trauma fisik berupa gesekan maupun tekanan dapat juga
merangsang timbulnya akne vulgaris . Keadaan tersebut dikenal sebagai
akne mekanika, dimana faktor mekanika tersebut dapat berupa Gesekan,
tekanan, peregangan, garukan, dan cubitan pada kulit.
6) Kondisi Kulit
Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap acne vulgaris. Ada empat
jenis kulit wajah, yaitu :
a) Kulit normal, ciri-cirinya: kulit tampak segar, sehat, bercahaya,
berpori halus, tidak berjerawat, tidak berpigmen, tidak berkomedo,
tidak bernoda, elastisitas baik.
b) Kulit berminyak, ciri-cirinya: mengkilat, tebal, kasar,
berpigmen, berpori besar
c) Kulit kering, ciri-cirinya: Pori-pori tidak terlihat, kencang,
keriput, berpigmen
d) Kulit Kombinasi, ciri-cirinya: dahi, hidung, dagu berminyak,
sedangkan pipi normal/kering atau sebaliknya.
e) Jenis kulit berhubungan dengan akne adalah kulit berminyak.
Kulit berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel
kulit yang mati yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan
penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea dan dapat
menimbulkan acne.
7) Faktor pekerjaan
Penderita akne juga banyak ditemukan pada karyawan-karyawan
pabrik dimana mereka selalu terpajan bahan-bahan kimia seperti oli
dan debu-debu logam. Acne ini biasa disebut “Occupational Acne”
c. Klasifikasi
Klasifikasi acne yang paling ‘tua’ adalah klasifikasi oleh
Pillsburry pada tahun 1956, yang mengelompokkan acne menjadi 4
skala berdasarkan perkiraan jumlah dan tipe lesi, serta luas
keterlibatan kulit.
Klasifikasi lainnya oleh Plewig dan Kligman (2005), yang
mengelompokkan acne vulgaris menjadi :
1) Acne komedonal
o Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah
o Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
o Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
o Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah
2) Acne papulopustul
o Grade 1 : Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah
o Grade 2 : 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
 Grade 3 : 20-30 lesi pada tiap sisi wajah
 Grade 4 : Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah
3) Acne konglobata
Merupakan bentuk akne yang berat, sehingga tidak ada
pembagian tingkat beratnya penyakit. Biasanya lebih banyak
diderita oleh laki-laki. Lesi yang khas terdiri dari nodulus
yang bersambung, yaitu suatu masa besar berbentuk kubah
berwarna merah dan nyeri. Nodul ini mula-mula padat, tetapi
kemudian dapat melunak mengalami fluktuasi dan regresi,
dan sering meninggalkan jaringan parut.
2. Diagnosis Banding
a. Erupsi akneiformis
Disebabkan oleh obat (kortikosteroid, INH, barbiturat, yodida,
bromida, difenil hidantoin, dll). Berupa erupsi papulo pustul
mendadak tanpa adanya komedo dihampir seluruh tubuh, dapat
disertai demam.
b. Akne rosasea
Adalah peradangan kronis kulit, terutama wajah dengan
predileksi dihidung dan pipi. Gambaran klinis akne rosasea berupa
eritema, papul, pustul, nodul, kista, talengiektasi dan tanpa komedo.
c. Dermatitis perioral
adalah dermatitis yang terjadi pada daerah sekitar mulut sekitar
mulut dengan gambaran klinis yang lebih monomorf .
d. Moluskulum kontagiosum
Merupakan penyakit virus, bila lesinya di daerah seborea
menyerupai komedo tertutup.
e. Folikulitis
Peradangan folikel rambut yang disebabkan oleh Staphylococcus
sp. Gejala klinisnya rasa gatal dan rasa gatal di daerah rambut berupa
makula eritem disertai papul atau pustul yang ditembus oleh rambut.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif, yaitu
pengaruh penggunaan obat-obatan perawatan kulit terhadap munculnya
gangguan acne vulgaris pada mahasiswa keperawatan Stikes Wiyata Husada
Samarinda. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional
yaitu desain penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data
variabel independen dan dependen. Pada jenis penelitian ini, variabel
independen diniliai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut
(Nursalam, 2016) Penggunaan desain ini karena peneliti ini mencoba untuk
menyelidiki pengaruh penggunaan obat-obatan perawatan kulit terhadap
munculnya gangguan acne vulgaris pada mahasiswa keperawatan Stikes
Wiyata Husada Samarinda.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa keperawatan yang berada di Stikes wiyata husada samarinda.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa
keperawatan di Stikes Wiyata Husada Samarinda. Ada dua kriteria dalam
pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi (Nursalam,2016).

C. Teknik Pengambilan Sampel


Dalam penelitian ini penulis memilih sampel secara non probability sampling
yaitu menghasilkan peluang yang tidak sama pada individu dalam populasi
untuk terpilih menjadi sampel (Nursalam,2016). Teknik pengambilan sampel
menggunakan consecutive sampling yaitu metode pemilihan sampel dilakukan
dengan memilih semua individu ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan,
sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma,2011). Dalam
penelitian ini untuk menentukan sampel dengan menggunakan rumus Isaac
Michael :

z. N. p. q
𝑛=
𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑍2. 𝑝. 𝑞

Keterangan :
n = besaran sampel
N = Jumlah populasi
Z = Standar deviasi untuk 1.96% dengan konfiden level 95%
d = Derajat ketepatan yang digunakan, yeitu sebesar 10% = 0,1
p = proporsi target populasi adalah 50% ATAU 0,5
q = Proporsi tanpa atribut p-1 = 0,5

D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
itulah yang merupakan kunci definisi operasional, dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulang oleh
orang lain (Nursalam, 2016).

E. Tempat dan waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Stikes Wiyata Husada Samarinda dalam kurun waktu
kurang lebih satu bulan. Dipilihnya Stikes Wiyata Husada Samarinda sebagai
tempat penelitian dikarenakan untuk mengeksplorasi pengaruh penggunaan
obat-obatan perawatan kulit terhadap munculnya gangguan acne vulgaris pada
mahasiswa keperawatan Stikes Wiyata Husada Samarinda.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau meneliti fenomena. Data yang diperoleh dari
suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti dari suatu
penelitian (Dharma, 2011). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar kuisioner karakteristik responden untuk
mengetahui usia, jenis kelamin, lama menderita, pekerjaan, dan pendidikan.
Instrumen penelitin yang digunakan dalam penelitian ini berupa Brief ilnes
Perception Quesioner atau B-IPQ adalah sejenis instrumen yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh penggunaan obat-obatan perawatan kulit terhadap
munculnya gangguan acne vulgaris pada mahasiswa keperawatan Stikes
Wiyata Husada Samarinda.

G. Validitas dan Rehabilitas


1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kecepatan pengukuran
suatu instrumen, instrumen dilakukan valid apabila instrumen tersebut
apanya yang seharusnya diukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur
(Dharma, 2011) Teknik validitas dengan korelasi product moment dengan
rumus umum sebagai berikut :
rxy =

n£xiyi − 9£xi)
𝑛=
√{(𝑛 ∈ 𝑥𝑖2 − (∈ 𝑦𝑖)2}
Keterangan :
r = indeks korelasi yang dicari
x = skor tiap item pertanyaan
y = skor total
n = jumlah responden
Keputusan Uji :
a. Jika r hitung lebih besar dari r table, maka H0 ditolak, artinya variabel
valid.
b. Jika r hitung lebih kecil dari r table, maka H0, artinya variabel tidak
valid (Hidayat, 2009).
2. Uji Rehabilitas
Rehabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan (Nursalam, 2008).
H. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan penelitian
a. Peneliti menyusun proposal dan melakukan bimbingan
b. Mengurus surat izin studi pendahuluan di Stikes Wiyata Husada
Samarinda
c. Tahap studi dokumentasi, studi pustaka, penyusunan proposal dan
dilanjutkan dengan uji proposal.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Menejelaskan pada responden tujuan penelitian
b. Mengajukan izin kesepakatan pada responden untuk menjadi sampel
dan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (informed
consent) bagi responden yang bersedia menjadi sampel penelitian.
c. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka lembar kuisioner
diberikan untuk mengisi lembar kuisioner.
d. Jika responden menyatakan bersedia, maka lembar kuisioner diberikan
untuk mengisi karakteristik responden.
e. Setelah kuisioner selesai diisi oleh responden, peneliti memberikan
lembar kuisioner
f. Setelah kuisioner dan lembar kuisioner sudah terisi, dikumpulkan
selanjutnya dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.
3. Tahap penyelesaian
a. Peneliti menyusun laporan hasil penelitian dan melakukan bimbingan
b. Peneliti mengikuti ujian hasil.
I. Analisis Data
Natoatmodjo (2010) dalam melakukan analisa data terlebih dahulu harus diolah
dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik informasi
yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama
dalam pengunjian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-
langkah yang harus ditempuh, antaranya :
1. Uji normalitas data
2. Analisis univariat
Tujuan analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya sangat pada jenis
datanya. Setiap variabel terkait dan bebas pada penelitian ini dianalisis dengan
statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran frekuensi data presentase
dengan rumus (Arikunto, 2002).

J. Pengelolaan Data
1. Editing (mengedit)
Dilakukan dengan mengkoreksi data yang telah diperoleh yang meliputi
kebenaran pengisian, kelengkapan jawaban, konsistensi dan relevansi
jawaban terhadap kuesioner.
2. Coding (pengkodean)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori.
3. Scoring (penilaian)
Merupakan pemberian nilai pada data sesuai dengan score yang telah
ditentukan.
4. Tabulasi
Data hasil pengkodean dan scoring telah dilakukan sesuai dengan tujuan
penelitian selanjutnya dimasukkan dalam tabel yang telah disiapkan.
K. Etika Penelitian
Hidayat (2007) dalam melakukan penelitian, peneliti mengirimkan kuesioner
kepada responden dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Informen concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan tujuan agar
responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang
diteliti untuk menjadi responden, maka harus menandatangi lembar
persetujuan. Namun jika subjek menolak untuk diteliti maka penelitian tidak
memaksa dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasian identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data (kuesioner) lembar tersebut hanya
diberi kode tertentu.
3. Confidentiality (kerahasian)
Responden tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan
data, tetapi cukup mencantumkan tanda tangan pada lembar persetujuan
sebagai responden, untuk mengetahui keikut sertaan responden. Peneliti
memberikan atau mencantumkan kode pada lembar kuesioner.
Daftar Pustaka
Stephanie Mutiara, Prima Minerva. (2018). Pengaruh Penggunaan
Kosmetik Skin Care Terhadap Timbulnya Acne Vulgaris Pada Siswa
Kecantikan Smkn 6 Dan Smn 7 Padang. Fakultas Pariwisata dan
Perhotelan, Universitas Negeri Padang. Volume 10 No.1 Desember
2018 e-ISSN: 2549-9823 p-ISSN: 2085-4285.

Ruth Friskila S. (2017). Pengaruh Pemanfaatan Krim Gambir Terhadap


Perawatan Kulit Wajah Noda Bekas Jerawat. Program Studi
Pendidikan Tata Rias Dan Kecantikan Jurusan Tata Rias Dan
Kecantikan Fakultas Pariwisata Dan Perhotelan Universitas Negeri
Padang 2017.

Inggrid Camelia, Prasetyowati Subchan. (2015). Pengaruh Pemakaian


Pelembab Yang Salah Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Berat Pada
Mahasiswi Studi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Media Medika Muda Volume 4, Nomor 3, Agustus 2015.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. Ed. 4. Jakarta: Selemba Medika
Rizqun Nisa Afriyanti. (2015). Akne Vulgaris Pada Remaja. Medical
Faculty of Lampung University. Majority Volume 4 Nomor 6 Februari
2015.

Anda mungkin juga menyukai