Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN JUMLAH KOLONI KUMAN PADA WAJAH AKNE

VULGARIS RINGAN-SEDANG SEBELUM DAN SESUDAH


PENGGUNAAN SABUN PHISOHEX®
Rinitha Dinda Savitri, Dedianto Hidajat, E.Hagni Wardoyo
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Abstrak
Latar Belakang: Akne vulgaris merupakan kelainan kulit yang paling sering
diderita oleh remaja. Peningkatan mikroorganisme wajah merupakan salah satu
patogenesis akne vulgaris. Hal esensial dalam perawatan kulit adalah mencuci
wajah. Mencuci wajah dapat menghilangkan kotoran, polutan, dan menekan
pertumbuhan mikroorganisme. Sabun Phisohex® adalah salah satu jenis sabun
antiseptik wajah dengan kandungan triklosan 1,5%
Tujuan: Mengetahui perbedaan jumlah koloni kuman wajah sebelum dan sesudah
mencuci wajah dengan sabun Phisohex®
Metode: Penelitian eksperimental dengan desain acak buta ganda. Sampel
penelitian adalah koloni kuman wajah setelah melakukan swab pada dahi santri
laki- laki yang memenuhi kriteria inklusi (n=59). Swab dilakukan sebelum dan
sesudah mencuci wajah selama 14 hari. Uji statistik yang digunakan yaitu uji
Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan dalam satu kelompok dan uji Mann-
Whitney untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Hasil: Rerata jumlah koloni sebelum penggunaan sabun Phisohex® adalah 365,10
dan sesudah penggunaan sabun Phisohex® 95,10 dengan persentase reduksi koloni
kuman sebesar 95%. Terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni kuman wajah
sebelum dan sesudah penggunaan sabun Phisohex® (p=0,000; uji Wilcoxon).
Terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni kuman wajah sesudah penggunaan
sabun Phisohex® dan plasebo (p=0,000; uji Mann- Whitney).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni kuman wajah sebelum
dan sesudah penggunaan sabun Phisohex®
Kata kunci: akne vulgaris, Phisohex®, triklosan, jumlah koloni kuman

Abstract
Background: Acne vulgaris is the most common skin disorder that affect
adolescent. Increasing of face microorganism is one of the pathogenesis of acne
vulgaris. It is essential in skin care to washing the face. Face wash can remove
dirt, pollutants, and suppress the growth of microorganisms. Phisohex® is one of
antiseptic soap containing triclosan 1,5%
Objective: To know the difference of total colony count on the face before and
after the used of Phisohex®
Method: Experimental research used double blind randomized design. The
research sample was the total colony count after swab on the forehead of the male
that fulfill the inclution criteria (n=59). Swab was did before and after washing the
face for 14 days. Statistic test that was used was Wilcoxon test to know the
difference in one group and Mann- Whitney test to know the difference between
the groups

1
Results: The mean of the colony count before the used of Phisohex® was 365,1
and after the used of Phisohex 95,1. There was a decrease about 95,1%. There was
significant difference of total colony count before and after the used of Phisohex ®
(p=0,000; Wilcoxon test). There was significant difference of total colony count
after the used of Phisohex® and placebo (p=0,000; Mann-Whitney test)
Conclusion: There is significant difference of total colony count before and after
the used of Phisohex®

Keywords: acne vulgaris, Phisohex®, triclosan, total colony count


PENDAHULUAN cenderung meningkatkan angka
Akne vulgaris adalah proses kejadian akne vulgaris.4 Peningkatan
peradangan kronis dari folikel mikroorganisme wajah, gangguan
pilosebasea, ditandai dengan adanya proses keratinisasi, peningkatan
komedo, papul, kista, dan pustul produksi sebum, dan adanya reaksi
pada daerah- daerah predileksi inflamasi diketahui sebagai
seperti wajah, bahu, lengan bagian patogenesis dari akne vulgaris.5
atas, dada, dan punggung. Hasil Kulit wajah dihuni oleh
survei di kawasan Asia Tenggara berbagai mikroorganisme. Variasi
menunjukkan terdapat 40-80% kasus mikroorganisme wajah dipengaruhi
akne vulgaris. Menurut catatan studi oleh anatomi dan fisiologi tiap lokasi
dermatologi kosmetika Indonesia, di wajah. Faktor eksternal seperti
penderita akne vulgaris pada tahun penggunaan kosmetik, sabun, dan
2006 sebesar 60%, tahun 2007 produk kecantikan lainnya juga dapat
sebesar 80%, dan meningkat menjadi mempengaruhi mikroorganisme kulit
90% pada tahun 2009.1 wajah.6 Sebagian besar
Akne vulgaris merupakan mikroorganisme bersifat
kelainan kulit yang paling sering komensalisme (non- patogen) atau
diderita oleh remaja.2 Insiden bersifat transien, akan tetapi
tertinggi untuk remaja perempuan ketidakseimbangan flora normal bisa
yaitu usia 14-17 tahun, sedangkan mengubah sifat komensalisme
7
untuk remaja laki- laki antara usia menjadi patogen. Penelitian yang
15-19 tahun.3 Etiologi dari akne dilakukan di Jepang oleh Numata
vulgaris bersifat multifaktorial. Pola menunjukkan peningkatan jumlah
makan, polusi udara, dan stress bakteri pada wajah, seperti

2
Propionibacterium acne, Triklosan bekerja dengan
Staphylococcus berhubungan memblok sisi aktif enzim enoyl- acyl
signifikan dengan jumlah akne carrier protein reductase yang
vulgaris.2 diperlukan dalam sintesis asam
Hal esensial dalam perawatan lemak bakteri. Aktivitas antimikroba
kulit untuk mencegah timbulnya triklosan didapatkan pada
akne vulgaris adalah mencuci wajah. konsentrasi 0,2-2 %.11 Beberapa
Mencuci wajah berfungsi untuk penelitian menunjukkan sabun
mengangkat kotoran, dan polutan dengan kandungan bahan aktif
lingkungan dari kulit. Proses antimikroba mampu mengurangi
pencucian wajah juga mampu jumlah bakteri bila dibandingkan
mengurangi sebum, dan menekan dengan sabun biasa.12
pertumbuhan mikroorganisme kulit. METODOLOGI PENELITIAN
Frekuensi mencuci wajah yang Penelitian ini merupakan
direkomendasikan adalah dua kali suatu penelitian eksperimental
sehari.8 dengan desain penelitian uji klinik
Penggunaan sabun wajah acak buta ganda dengan kontrol.
khusunya sabun antiseptik sangat Penelitian dilaksanakan pada bulan
banyak di kalangan masyarakat. Juni 2015. Tempat penelitian adalah
Sabun antiseptik dianggap sebagai Pondok Pesantren Al-Aziziyah
salah satu pengobatan akne vulgaris Gunung Sari dan Laboratorium
yang murah dan terjangkau.9 Salah Fakultas Kedokteran Universitas
satu sabun antiseptik wajah yang Mataram.
beredar di masyarakat adalah Populasi target dari penelitian
Phisohex®. Sabun ini memiliki ini adalah santri laki-laki yang
kandungan bahan aktif yang menderita akne vulgaris derajat
berfungsi sebagai antibakteri, yaitu ringan- sedang. Populasi terjangkau
triklosan. Triklosan tergolong dari penelitian ini adalah santri laki-
antimikroba spektrum luas karena laki yang menderita akne vulgaris
mencakup hampir semua bakteri derajat ringan- sedang di Pondok
gram positif dan gram negatif.10

3
Pesantren Al- Aziziyah Gunung Sari yaitu kelompok kontrol dan
Lombok Barat. kelompok perlakuan. Selanjutnya
Metode sampling yang
dilakukan swab wajah pada kedua
digunakan dalam penelitian ini
kelompok sebelum dan sesudah
adalah purpossive sampling. Kriteria
diberikan perlakuan. Siswa diminta
inklusi penelitian meliputi: 1) Santri
untuk mencuci wajah sesuai dengan
laki- laki Pondok Pesantren Al
kelompoknya, responden kelompok
Aziziyah Gunung Sari- Lombok
kontrol diminta untuk mencuci wajah
Barat, 2) Usia 15- 19 tahun, 3)
dengan plasebo. Responden
Mengalami akne vulgaris derajat
kelompok perlakuan diminta untuk
ringan- sedang. Besar sampel yang
mencuci wajah menggunakan
diperlukan adalah 30 orang.
Phisohex®. Mencuci wajah dilakukan
Variabel penelitian ini
sebanyak dua kali sehari yaitu pukul
meliputi variabel bebas yaitu
06.00 pagi dan pukul 18.00 sore
penggunaan sabun Phisohex® dan
selama 14 hari. Upaya peneliti dalam
variabel terikat yaitu jumlah koloni
menjaga kepatuhan mencuci wajah
kuman pada wajah pre & post test.
yaitu dengan cara melakukan
Alat yang digunakan dalam
pengamatan langsung proses
penelitian ini yaitu sabun Phisohex®,
mencuci wajah dan mengisi daftar
sabun plasebo, tisu, NAP (Nutrient
hadir responden.
Agar Plate), swab wajah steril, NaCl
Prosedur mencuci wajah
0,9%, kapas steril, bunsen, lampu,
dilakukan dengan cara responden
alas baca, inkubator, sarung tangan,
diminta untuk mencuci tangan
dan masker.
terlebih dahulu menggunakan sabun
Prosedur penelitian ini yaitu
antiseptik pencuci tangan,
siswa laki-laki yang memenuhi
selanjutnya membasuh wajah
kriteria inklusi akan ditetapkan
menggunakan air bersih, kemudian
sebagai responden penelitian.
menuangkan sabun Phisohex® ±5 ml
Responden diminta untuk mengisi
untuk kelompok perlakuan dan sabun
dan menandatangani informed
plasebo untuk kelompok kontrol
consent. Siswa dikelompokkan
pada telapak tangan. Meratakan
secara acak menjadi dua kelompok,

4
sabun pada telapak tangan hingga Hasil Penelitian
terbentuk busa. Responden diminta Berdasarkan hasil
untuk mengusap bagian permukaan penelitian yang telah dilakukan
wajah menggunakan jari dan selama 14 hari, diperoleh rerata
meratakan sabun pada wajah dengan kuman sebelum dan sesudah
gerakan melingkar. Membilas wajah mencuci wajah menggunakan
menggunakan air bersih hingga plasebo dan Phisohex® yang dapat
seluruh sisa sabun terangkat, dilihat dalam tabel berikut ini.
kemudian mengeringkan wajah Kelompok
Rerata Jumlah Koloni ± SD
p
Sebelum Sesudah
menggunakan tisu. Plasebo 228,17±0,47 213,33±0,66 0,058
Metode inokulasi dan kultur
Phisohex® 365,10±0,81 95,10±0,82 0,000
bakteri yaitu membasahi swab kapas
steril dengan larutan NaCl 0,9%. Rerata jumlah koloni kuman
Swab kapas steril yang telah dibasahi wajah sebelum penggunaan sabun
dengan larutan NaCl 0,9% diusapkan plasebo adalah 228,17, sedangkan
pada bagian dahi. Swab kapas rerata jumlah koloni kuman wajah
tersebut kemudian diusapkan diatas sesudah penggunaan sabun plasebo
media NAP dalam cawan petri adalah 213,33. Persentase penurunan
dengan metode goresan kuadran. jumlah koloni sebesar 6,5%.
Pertama, membagi cawan enjadi Berdasarkan hasil uji T-berpasangan
empat bagian. Inokulasi goresan diperoleh nilai p = 0,058. Tingkat
pertama dengan goresan zig-zag, kepercayaan yang dipakai pada
kemudian goresan selanjutnya penelitian ini adalah 95%. Nilai p>
disilangkan atau berpotongan dengan 0,05, sehingga tidak terdapat
goresan pertama dan seterusnya. perbedaan bermakna antara jumlah
Cawan petri diinkubasi selama 24 koloni kuman wajah sebelum dan
jam pada suhu 37°C. Setelah 24 jam, sesudah penggunaan plasebo.
dilakukan penghitungan dan Rerata jumlah koloni kuman
pencatatan koloni yang tumbuh wajah sebelum penggunaan sabun
secara manual. Phisohex® adalah 365,10 sedangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN rerata jumlah koloni kuman wajah

5
sesudah penggunaan sabun koloni kuman sesudah penggunaan
Phisohex® adalah 95,10. Persentase sabun plasebo dengan Phisohex®
penurunan jumlah koloni sebesar (p<0,05).
73,95%. Berdasarkan hasil uji Pembahasan
Wilcoxon, diperoleh nilai p = 0,000. Penelitian ini dilakukan di
Tingkat kepercayaan yang dipakai Pondok Pesantren Al-Aziziyah
pada penelitian ini adalah 95%. Jika Gunung Sari Lombok Barat untuk
nilai p< 0,05, maka H0 ditolak, menyeragamkan beberapa hal,
sehingga terdapat perbedaan seperti aktivitas, lingkungan, dan air
bermakna antara jumlah koloni yang digunakan untuk mencuci
kuman wajah sebelum dan sesudah wajah. Santri laki- laki dipilih karena
penggunaan Phisohex®. tidak adanya siklus menstruasi
Analisis data yang dilakukan seperti pada wanita. Fase menstruasi
pada kelompok sesudah penggunaan akan mengakibatkan lonjakan
plasebo (kelompok kontrol) dengan hormon estrogen yang dapat
kelompok sesudah penggunaan meningkatkan produksi sebum
Phisohex® (kelompok perlakuan) dapat sehingga memicu timbulnya akne
dilihat dalam tabel berikut ini. vulgaris.13 Sementara itu, rentang
usia 14-19 tahun dipilih karena
Rerata
Reduksi
Kelompok n
jumlah
koloni p persentase kejadian akne vulgaris
koloni
kuman
±SD tertinggi pada rentang usia tersebut.3
Plasebo 30 213,33 6,5% Bagian pada wajah yang
±0,66
Phisohex® 29 95,10± 95%
0,000 dipilih sebagai tempat pengambilan
0,82
swab adalah daerah dahi karena

Rerata jumlah koloni kuman memiliki kelenjar sebasea dengan

sesudah penggunaan Phisohex® densitas yang tinggi.14 Peningkatan

adalah 95,10, sedangkan untuk rerata produksi sebum oleh kelenjar

jumlah koloni sesudah penggunaan sebasea menjadi faktor pendukung

plasebo adalah 213,33. Berdasarkan bakteri komensal, khusunya P. acne

hasil uji Mann-Whitney, terdapat untuk melakukan kolonisasi dan

perbedaan bermakna antara jumlah

6
menyebabkan timbulnya akne jumlah kuman di wajah. Triklosan
vulgaris.15 tergolong antibakteri spektrum luas
Mencuci wajah dilakukan 2 sehingga dapat membunuh bakteri
kali sehari karena dikatakan mampu gram negatif dan positif. Antibakteri
memperbaiki kondisi klinis wajah ini bekerja dengan memblok sisi
serta tidak adanya efek iritasi yang aktif enzim enoyl- acyl carrier
timbul pada wajah pasien akne protein reductase yang diperlukan
vulgaris (Choi, 2006).16 Waktu dalam sintesis asam lemak membran
penelitian dipilih selama 14 hari bakteri. Sabun Phisohex® memiliki
untuk mengetahui tingkat keamanan kandungan triklosan sebesar 1,5%.
dan efektivitas penggunaan sabun, Menurut penelitian yang dilakukan,
biasa dikenal dengan usage test.17 sabun dengan kandungan triklosan
Berdasarkan hasil uji T kurang dari 2% dapat ditoleransi
berpasangan, tidak terdapat dengan baik, serta jarang
perbedaan bermakna jumlah koloni menimbulkan alergi maupun iritasi.11
kuman sebelum dan sesudah Selain adanya bahan aktif
penggunaan sabun plasebo (p>0,05). antibakteri pada sabun Phisohex®,
Hal ini karena sabun plasebo tidak sabun ini memiliki pH 5,5. pH sabun
memiliki kandungan bahan aktif yang tergolong asam mampu
antibakteri, sehingga tidak menghambat pertumbuhan bakteri
didapatkan adanya perbedaan penyebab akne vulgaris. Hasil ini
bermakna jumlah koloni kuman didukung oleh penelitian yang
wajah. dilakukan oleh Korting dkk yang
Berdasarkan hasil uji menunjukkan adanya perbaikan
Wilcoxon, terdapat perbedaan klinis pada pasien yang
bermakna jumlah koloni kuman menggunakan sabun pH rendah yang
sebelum dan sesudah penggunaan mendekati pH kulit bila
sabun Phisohex® (p<0,05). Hasil dibandingkan dengan pasein yang
penelitian ini mendukung teori menggunakan sabun dengan pH
bahwa kandungan triklosan dalam basa.18
sabun Phisohex® dapat mengurangi

7
Berdasarkan hasil uji Mann- KESIMPULAN
Whitney antara penggunaan sabun Berdasarkan penelitian yang
plasebo dan sabun Phisohex® telah dilakukan dapat disimpulkan
diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05). bahwa:
Berbeda dengan Phisohex®, plasebo 1. Jumlah koloni kuman wajah
tidak memiliki kandungan bahan
sebelum menggunakan sabun
aktif antibakteri, sehingga didapatkan
Phisohex® sebesar 365,10 koloni
perbedaan bermakna jumlah koloni
wajah antara sesudah penggunaan kuman
2. Jumlah koloni kuman wajah
sabun plasebo dengan sabun
Phisohex®. sesudah menggunakan sabun
Penelitian sebelumnya
Phisohex® sebesar 365,10 koloni
tentang sabun Phisohex® pernah
kuman
dilakukan oleh Menaldi. Penelitian
3. Terdapat perbedaan bermakna
tesebut memberikan hasil tidak
antara jumlah koloni sebelum dan
adanya perbedaan efek antibakteri
yang bermakna setelah penggunaan sesudah penggunaan sabun
sabun Phisohex® jika dibandingkan
Phisohex®
dengan plasebo. Subjek penelitian
SARAN
Menaldi adalah laki-laki dan
perempuan, rentang usia dalam Beberapa hal yang disarankan
penelitian Menaldi antara usia 17-25
untuk diteliti lebih lanjut:
tahun. Penelitian yang dilakukan
1. Identifikasi jenis kuman wajah
Menaldi tidak menghitung jumlah
koloni secara keseluruhan, tetapi pada media agar plate
2. Melakukan kultur spesifik untuk
spesifik mengkultur bakteri
Propionibacterium acne. Perbedaan- bakteri Propionibacterium acne
3. Menggunakan metode
perbedaan tersebut yang
kemungkinan mendasari adanya pengenceran untuk menghitung
perbedaan hasil penelitian dengan
jumlah koloni kuman
8
penelitian Menaldi.

8
DAFTAR PUSTAKA [Diakses pada : 4 Maret
2015]
1. Afriyanti, R.N. (2015).
“Akne Vulgaris Pada 4. Mancini, A.J. (2008).
Remaja.” Medical Journal of “Incidence, prevalence, and
Lampung University. Vol.4. pathophysiology of acne.”
No.6. Available from: Johns Hopkins Advanced
http://juke.kedokteran.unila.a Studies in Medicine. Vol. 8,
c.id/index.php/majority/articl No. 4 Available from:
e/view/616/620 [Diakses http://www.jhasim.com/files/
pada: 8 Mei 2015] articlefiles/pdf/asm_8_4p100-
105.pdf [Diakses pada : 22
2. Numata, S., Akamatsu, H.,
Januari 2015]
Akaza, N. (2014). “Analysis
5. Titus, S., Hodge, J. (2012).”
of Facial Skin- Resident
Diagnosis and Treatment of
Microbiota in Japanese Acne
Acne.” American Family
Patients.” Dermatology.Vol.
Physician. Vol.86 No.8.
228 p:86–92 Available from:
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
http://www.aafp.org/afp/2012
pubmed/24356463 [Diakses
/1015/p734.html [Diakses
pada : 26 Desember 2014]
pada : 20 Januari 2015]
3. Truter, I. (2009). “Evidence- 6. Grice, E.A., Segre, J.A.
based Pharmacy Practice (2011). “The Skin
(EBPP): Acne Vulgaris.” SA Microbiome.” Nat Rev
Pharmaceutical Journal. Microbiol. vol.9 p: 244-253.
Drug Utilization Research Available from:
Unit (DURU), Department of ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles
Pharmacy, Nelson Mandela /PMC3535073/ [Diakses pada
Metropolitan University. : 20 Desember 2014]
Available from: http://
7. Findley, K., Grice, E.A.
sapj.co.za/index.php/SAPJ/art
(2014). “The Skin
icle/download/547/496
Microbiome: A Focus on

9
Pathogens and Their df [Diakses pada :20 Januari
Association with Skin 2015]
Disease”. PLOS Pathogen. 10. Queckenberg, C., Meins, J.,
Vol.10 . Issue 11. Available Wachall, B. (2010).
from: “Absorption,
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/a Pharmacokinetics, and Safety
rticles/PMC4231143/ of Triclosan after Dermal
[Diakses pada : 20 Desember Administration.”
2014] Antimicrobial Agents and
8. Menaldi, S.L., Wisesa, T.W., Chemotherapy. Vol 54. p:
Bernadette, I. (2013). 570-572
“Efektivitas Pencuci Wajah
11. Loho, T., Utami, L. (2007).
Phisohex Sebagai Terapi
“Uji Efektivitas Antiseptik
Adjuvan Akne Vulgaris
Triclosan l% terhadap
Ringan Dengan Inflamasi.”
Staphylococcus Aureus,
Departemen Ilmu Kesehatan
Escherichia coli,
Kulit dan Kelamin FK
Enterococcus faecalis, dan
Universitas
Pseudomonas aeruginosa”
Indonesia/RSUPN Dr. Cipto
Maj Kedokt Indon. Vol. 57,
Mangunkusumo. Vol. 40 No
No. 6. Available
2. P:64-68
from:http://indonesia.digitaljo
9. Khoo, D. (2013). “Acne urnals.org/index.php/idnmed/
Vulgaris: Causes, article/viewFile/838/837
Consequences and Potential [Diakses pada : 22 Januari
Treatment.” Skin Health 2015]
Alliance. Available from:
12. Riaz, S., Ahmad, A.,
http://www.skinhealthalliance
Hasnain,S. (2009).
.org/wp-
“Antibacterial activity of
content/files_mf/acnevulgaris
soaps against daily
whitepaperoctober2013final.p
encountered bacteria.”

10
African Journal of 14. Staudinger, T., Pipal, A.,
Biotechnology. Vol. 8 (8) p: Redl, B. (2011). “Molecular
1431-1436. Available from: analysis of the prevalent
http://www.academicjournals. microbiota of human male
org/article/article1379944397 and female forehead skin
_Riaz%20et%20al.pdf compared to forearm skin and
[Diakses pada : 26 Desember the influence of make-up”.
2014] Journal of Applied
13. Sultana, N. (2012). Microbiology. Vol. 110.
“Knowledge on Acne Available from:
Vulgaris and Menstrual http://www.ncbi.nlm.nih.go
Cycle: A Study on Adolescent v/pubmed/21362117
Girls”. ASA University [Diakses pada : 22 September
Bangladesh. Vol.6. No.1. 2015]
Available from: 15. Tahir, M. (2010).
http://www.asaub.edu.bd/data “Pathogenesis of Acne
/asaubreview/v6n1sl21.pdf Vulgaris: simpilified”.
[Diakses pada : 20 Januari Journal of Pakistan
2015] Association of Dermatologist.
Vol. 20. p: 93-97. Availaible
from:
http://www.jpad.org.pk/April
%20June%202010/8.Review
%20article%20Pathogenesis
%20of%20acne.pdf [Diakses
pada : 22 September 2015]
16. Choi JM, Lew VK, Kimball
AB. (2006) “A single-
blinded, randomized,
controlled clinical
trialevaluating the effect of

11
facewashing on acne
vulgaris” Pediatr Dermatol.
Vol .23 No.5. p: 421-7.
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/17014635 [Diakses
pada : 23 Januari 2015]

17. Tranggono, RI., Latifah,F.


(2007). Bab Tes Keamanan
Kosmetik. Buku Pegangan
Ilmu Kosmetik.. Gramedia:
Jakarta.

18. Decker, A., Graber, E.M.


(2012). “Over The Counter
Acne Treatments” The
Journal of Clinical Aesthetic
Dermatology. Vol. 5. No.5.
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/22808307 [Diakses
pada : 10 September 2015]

12

Anda mungkin juga menyukai