Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 2

Eka Aristya P17220173041


Jessica Prita P17220174045
Vandaeza Yusita P17220174049
Qurrotul Ainiyah P17220174055
Eva Roalina P17220174059
Nur Rodin F P17220174064
Ikfina Saidah P17220174066
Dwicky Paschal P17220174070
Agnes Dwi P17220174076
Septian Bagas P17220174077

1. Pengertian Sampel
Menurut Sugiyono (2016:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengukuran sampel merupakan
suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan
penelitian suatu objek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan
statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benarbenar dapat berfungsi atau
dapat menggambarkan keadaaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah lain harus
representatif (mewakili).
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel
sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel
disebut "statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk
simpangan baku.
Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2. Lebih cepat dan lebih mudah.
3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus
dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya:
1. Meneliti air sungai
2. Mencicipi rasa makanan didapur
3. Mencicipi duku yang hendak dibeli
Dalam rangka pengambilan sampel, ada beberapa pengertian yang perlu
diketahui, yaitu:
a. Populasi Sasaran (Target Populasi):
Yaitu populasi yang menjadi sasaran pengamatan atau populasi dari mana suatu
keterangan,akan diperoleh (misalnya efek obat pada ibu hamil) maka target
populasi adalah ibu hamil.
b. Kerangka Sampel (Sampling Frame):
Yaitu suatu daftar unit-unit yang ada pada populasi yang akan diambil
sampelnya (daftar anggota populasinya).
c. Unit Sampel(Sampling Unit):
Yaitu unit terkecil pada populasi yang akan diambil sebagai sampel (KK atau
RT)
d. Rancangan Sampel
Yaitu rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel dan penentuan besar
sampelnya.
e. Random
Yaitu cara mengambil sampel, dimana setiap unit dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
2. Tujuan
Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif" (mewakili), sehingga
dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk
mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan
populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar,
yaitu:
a. Probability Sampling
Pada pengam bilan sampel secara random, setiap unit populasi, mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor pemilihan atau
penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata atas pertimbangan
peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Dengan cara random, bias
pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini merupakan salah satu usaha untuk
mendapatkan sampel yang representatif. Keuntungan pengambilan sampel dengan
probability sampling adalah sebagai berikut:
a) Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
b) Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat
diperkirakan.
c) Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.

b.Penyimpangan (Error)
Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sampel diperoleh nilai-nilai
statistik. Nilai statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai parameternya.
Perbedaan inilah yang disebut sebagai Penyimpangan (Sampling Error)
Sedangkan pada non probability sampel, penyimpangan nilai sampel
terhadap populasinya tidak mungkin diukur. Pengukuran penyimpangan ini
merupakan salah satu bentuk pengujian statistik. Penyimpangan yang terjadi pada
perancangan kwesioner, kesalahan petugas pengumpul data dan pengola data
disebut Non Sampling Error.
c. Gambaran tentang pengambilan sampel
Di dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut;
1. Perlu dirumuskan masalah-masalah yang dihadapi, kemudian perincilah
masalah-masalah tersebut dalam bentuk-bentuk informasi yang harus disajikan.
2. Setelah memahami ruang lingkup masalah yang dihadapi, tetapkanlah populasi
yang hendak diteliti itu.
3. Perlu diketahui apakah informasi yang dibutuhkan sudah pernah tersedia,
misalnya sebagai hasil penelitian orang lain.
4. Tentukan jenis penelitian apa yang paling baik, sesuai dengan biaya yang
tersedia sehingga dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan.
5. Susun rencana lengkap terhadap pelaksanaan penelitian tersebut, termasuk
menyusun defenisi, klasifikasi, kwesioner, petugas dan sebagainya.
6. Rencanakan beberapa "Alternative Sampling Design" yang dapat memberi
gambaran tentang beban ongkos dan tingkat kecermatannya.
7. Susun buku pedoman (manual) untuk pekerja lapangan selengkap mungkin.
8. Susun rencana, tabulasi dan tetapkan bentuk serta jenis dari tabel yang final.
9. Laksanakan pretest untuk menguji effektivitas kwesioner, manual, petugas
lapangan dan aspek-aspek oprasional lainnya.
10. Atas dasar pretest tersebut, perbaiki kwesioner, dan manual.
11. Tetapkan secara terperinci prosedur samping yang final.
12. Baru dilaksanakan penelitian yang sesungguhnya dan teruskan dengan
pengolahan serta tabulasi data seperti yang direncanakan.
13. Susun analisa atau hasil-hasil tersebut.
14. Buat laporan penelitian.
d. Sampel Dan Data Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data yang diperoleh dari
www.idx.co.id. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
sistem non random sampling (nonprobability sampling) yaitu menggunakan
purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampel atau pengambilan sampel didasarkan pada tujuan tertentu. Purposive
sampling terdiri dari dua alternatif diantaranya judgement sampling dan quota
sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan judgement sampling
dikarenakan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi
beberapa kriteria berikut:

Kriteria Sampel Penelitian


No. Kriteria Sampel
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI yang menerbitkan laporan tahunan
lengkap per desember selama periode pengamatan
2. Mengadopsi IFRS sejak tahun 2012
3. Konsisten membuat laporan keuangan mulai tahun 2010-2013 dan tidak pernah
didelisting selama periode pengamatan

4. Syarat Pengambilan Sampel


Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel,
yaitu representatif (dapat mewakili karakteristik populasi) dan besamya memadai
(Atherton. dan Clemmack, 1982 dalam Busnawir). Dikatakan representatif apabila
ciri-ciri sampel sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasi. Dengan sampel yang
representatif, maka informasi yang dihasilkan relatif sama dengan informasi yang
dikandung populasinya. Sehingga kesimpulan dari hasil penelitian sampel dapat
berlaku bagi populasi. Sebagaimana yang dikemukakan Vockel & Asher (1995) dalam
Setyosari (2007:143), “the sample must be representative of the population about
which we wish to make generalizations”.
Ibnu, Dasna, dan Mukhadis (2003:64) menyebutkan beberapa pertimbangan yang
menentukan representatifnya suatu sampel adalah sebagai berikut.
1. Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat
menjaga kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memadai
bergantung kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Penentuan jumlah sampel
bergantung pada faktor variabilitas populasi. Semakin homogen karakteristik
populasi, semakin sedikit ukuran sampel yang dibutuhkan, dan sebaliknya.
2. Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya sangat akurat. Dengan hasil
yang akurat dapat dirumuskan simpulan yang akurat pula. Sehingga terdapat
hubungan, semakin besar sampel, akan semakin kecil kemungkinan kekeliruan
dalam penarikan kesimpulan tentang populasi.
3. Kepadanan tenaga, kecukupan waktu, sarana teknis penunjang, serta kecukupan
logistik penunjang. Keterbatasan keadaan tersebut dapat mempengaruhi besarnya
sampel yang digunakan.
Selain bersifat representative, sampel dipersyaratkan tidak mengandung bias.
Sampel bersifat bias jika pemilihan sampel tidak didasarkan pada kriteria obyektivitas.
Pemilihan sampel dengan unsur subyektivitas dapat menyebabkan sampel berkeadaan
bias. Sebagai contoh: untuk meneliti tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan
penghasilan rata-rata perbulan yang hanya memberlakukan kalangan menengah ke
atas dengan subyektiviatas peneliti yang ingin menunjukkan bahwa masyarakat di
daerah X telah mencapai kesejahteraan yang baik. Bias juga dapat terjadi karena
seleksi yang keliru.
Dengan memenuhi syarat representative dan jumlah sampel yang memadai akan
meningkatkan validitas sampel terhadap populasi. Artinya, sampel dapat mengukur apa
yang seharusnya hendak diukur, dengan memiliki dua sifat, yaitu tingkat akurasi dan
presisi yang tinggi, Tingkat akurasi yang tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan
bias dalam sampel. Sedangkan presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita
dengan karakteristik populasi. Kedua hal ini akan diuraikan sebagai berikut.

1) Akurasi atau ketepatan,


yaitu tingkat ketidakadaan "bias" (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata
lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat
sampel tersebut. Tolok ukur adanya "bias" atautematic variance" yang maksudnya
adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang
diketahui atau tidak diketahui, yang menyobabkan skor cenderung mengarah pada
satu titik tertentu.
Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan,
laiu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil
atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada
sampel yang diambil secara sistematis.
2) Presisi,
Yakni terkait dengan persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi.
Contoh : Dari populasi sebanyak 100 sopir taxi yang diinterview diperoleh rata-
rata penghasilan mereka perhari Rp. 300.000. Kemudian diambil sampel secara
acak sebanyak 30 orang (30% dari populasi) dan diperoleh rata-rata penghasilan
mereka perhari Rp. 295.000 rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada selisih antara
rata-rata populasi dengan rata-rata sampel sebesar Rp.5,000. Selisih tersebut dapat
dikatakan relatif kecil. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi
dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut. Presisi
diukur oleh simpangan baku (standard error). Semakin kecil perbedaan di antara
simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari
populasi (Q), makin tinggi pula tingkat presisinya.
Daftar Pustaka

Prof. Rozaini Nasution, SKM. 2003. Teknik Sampling, (Online),


(http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf), diakses pada 10
April 2019.
Infosarjana. 2015. Syarat Pengambilan Sampel, (online), (https://www.
infosarjana.com/2015/10/kriteria-sampel-yang-baik.html) diakses tanggal 10
April 2019
Unila.ac.id. 2019. BAB III Metode Penelitian, (Online),
(http://digilib.unila.ac.id/8308/16/BAB%20III.pdf), diakses pada 10 April
2019.
Unpas.ac.id. 2019. BAB III Metode Penelitian,
(http://repository.unpas.ac.id/30262/7/BAB%203%20sa.pdf), diakses pada 10
April 2019.

Anda mungkin juga menyukai