Anda di halaman 1dari 5

10 Mitos Pola Makan Anak

FEFEN ♦ 24 MEI 2011 ♦ TINGGALKAN KOMENTAR

Rate This

Apa betul makanan bayi buatan pabrik lebih bagus dibanding buatan sendiri? Apa
betul lebih bagus mengenalkan sayuran dulu dibanding buah? Apa betul anak cuma suka
makanan yang itu-itu saja? Memang bingung jika orangtua, teman, atau tetangga memberi
saran berbeda-beda. Mari teliti mana yang mitos dan mana yang fakta!
Mitos 1: Jika bayi mengalami sembelit saat diberi susu formula, ganti susu itu dengan
yang rendah zat besi.
Fakta: Jumlah zat besi dalam susu formula tidak mempengaruhi fungsi pencernaan
usus bayi. Bahkan memberi susu formula rendah zat besi bisa menyebabkan bayi anemia,
yang bisa menurunkan kemampuan bayi belajar. Meski ASI mengandung lebih sedikit zat
besi, namun zat besi ini lebih mudah diserap dalam saluran pencernaan bayi. Sebaliknya, zat
besi susu formula tak mudah diserap, sehingga mesti ditambahkan lebih banyak agar bayi
memperoleh cukup zat besi. Jika bayi mengalami sembelit, diskusikan dengan dokter untuk
menambahkan sedikit jus buah ke dalam menu makannya.
Mitos 2: Kalau mau mengenalkan makanan padat, gunakan makanan botolan, karena
lebih sehat.
Fakta: Makanan bayi yang dikemas dalam botol gelas memang lebih praktis dan sehat.
Namun ini tidak mengandung zat-zat gizi yang lebih istimewa dibanding makanan buatan
sendiri. Meski membuat makanan sendiri lebih butuh banyak waktu dan tenaga, namun ini
lebih bagus sebab bayi akan kenal dengan citarasa baru yang nantinya akan sering makin
dikenal saat ia bertambah besar.
Awalnya, coba sajikan pure apel yang dimasak matang. Bisa juga pure buah pir, wortel,
jagung, kentang, kacang hijau, atau kacang polong. Kita juga bisa mengenalkan pisang atau
alpukat yang masak. Bayam, bit, labu, sebaiknya baru diberikan setelah bayi berusia 8 bulan,
karena mengandung senyawa nitrat yang bisa mengganggu suplai oksigen oleh darah ke
dalam sel-sel tubuh.
Saat usia bayi 9 bulan, ia bisa mulai makan daging ayam, ikan, daging sapi, dan
makanan dari kedelai seperti tempe atau tahu, yang sudah dicincang. Jangan sajikan sup
kalengan, daging proses (kornet, sosis, sarden) atau makanan beku seperti nugget kepada
anak di bawah 1 tahun. Kandungan garam dan zat-zat aditif yang tinggi dalam makanan ini
susah dicerna bayi.
Mitos 3: Tidak baik jika anak makan daging atau telur secara teratur.
Fakta: Bagi orang dewasa, memang sebaiknya mengurangi makan daging atau telur.
Namun tidak demikian untuk anak. Daging dan telur adalah sumber protein yang sangat
bagus dan memberi banyak zat besi serta mineral seng, yang penting bagi tumbuh kembang
anak. Namun hindari daging fastfood, misalnya burger. Lebih baik buat daging panggang
atau bakso sendiri di rumah. Jika hendak menyajikan telur, berikan yang kuning telurnya
sudah matang dan padat, bukan setengah matang. Untuk mengurangi alergi, tunda
pemberian putih telur sampai usia si kecil 1 tahun.
Mitos 4: Jika anak menolak makanan, jangan sajikan makanan itu lagi!
Fakta: Beberapa penelitian menunjukkan, batita bisa saja perlu disajikan makanan
yang sama sampai 15 kali sebelum ia mau memakannya. Jika batita menolak makanan yang
kita sajikan, jangan kecewa. Reaksinya bisa jadi lebih karena terkejut, bukan karena tidak
menyukai. Dan biasanya batita menolak makanan baru karena tekstur atau aromanya, bukan
rasanya. Cobalah sajikan lagi. Bagus juga jika ibu menyajikan makanan baru yang berbeda
selama beberapa kali. Untuk mengurangi penolakan, sajikan makanan baru bersama
makanan lama yang jadi favoritnya.
Mitos 5: Anak suka makan makanan yang sama lagi dan lagi.
Fakta: Jika batita menyukai makanan tertentu selama berhari-hari atau berminggu-
minggu, mungkin kita bepikir mitos itu benar. Anak memang suka mengulang makan
makanan yang sama. Namun anak juga punya naluri yang kuat untuk mencoba citarasa baru.
Makin banyak anak ditawari jenis makanan, makin suka pula ia dengan makanan-makanan
itu. Jadi, sajikan sayur-sayuran, buah, atau jenis daging yang baru kepadanya, dengan cara
yang agak beda. Misal, taburkan daging ayam yang disuwir-suwir ke dalam salad buah.
Taburkan keju atau saus ke atas brokoli kukus. Atau tambahkan wortel pada saus spaghetti.
Ajaklah anak ke supermarket dan biar ia memilih sayuran mana yang disukainya, lalu
masaklah bersama-sama. Anak pasti akan menghargai dan menyukai sayur yang dipilihnya
sendiri. Bisa juga, tanamlah sayur-sayuran di halaman rumah bersama anak, sehingga saat
nantinya dipetik dan dimasak, anak menyukainya.
Mitos 6: Lebih baik mengenalkan sayur lebih dulu, bukan buah. Kalau tidak, rasa manis
buah akan membuat anak tak suka sayur.
Fakta: Tak ada bukti kalau memberikan buah lebih dulu akan menurunkan minat anak
makan sayuran. Namun apapaun yang ibu kenalkan lebih dulu, kenalkan makanan baru
secara bertahap. Cobalah makanan yang berbeda setiap 3-4 hari, lalu monitor si kecil untuk
memastikan ia tidak mengalami ruam atau sakit perut, yang merupakan tanda-tanda alergi.
Mitos 7: Anak-anak tidak memerlukan suplemen.
Fakta: Umumnya orang beranggapan, pola makan yang sehat akan menyuplai anak
semua zat gizi yang ia perlukan. Namun menurut studi di AS saja, 50% anak di sana
kekurangan minimal satu jenis vitamin atau mineral, dan 11% anak malah agak anemia.
Cobalah diskusikan dengan dokter mengenai suplemen multivitamin dan mineral yang cocok
untuk anak. Jika anak memang membutuhkan, belilah suplemen yang memberikan
kandungan vitamin atau mineral antara 50-150% RDA (kecukupan harian yang dianjurkan).
Mitos 8: Batasi jumlah makan anak supaya ia tidak kegemukan.
Fakta: Anak-anak umumnya bagus dalam mengontrol pemasukan makan mereka.
Membatasi porsi makan anak malah justru berdampak negatif. Jika anak terbiasa lapar
secara rutin, mereka pun akan belajar untuk mengenyangkan diri kapan saja saat tersedia
banyak. Ini malah bisa menjadi kebiasaan yang menimbulkan problem berat badan. Bagi
anak yang memang kelebihan berat badan, tetap sajikan makanan yang tinggi kalori seperti
makaroni, keju, cake, namun batasi jumlahnya saat makan besar. Tambahkan lebih banyak
buah dan sayuran, sehingga anak tetap merasa kenyang. Selalu ajak juga anak untuk berolah
raga bersama.
Mitos 9: Jangan memaniskan sayuran (misal dengan menambahkan gula). Nanti anak
tidak mau makan sayuran yang tawar.
Fakta: Sayuran membantu melindungi anak dari sembelit, kanker, dan penyakit
jantung, dan kita sebaiknya mendorong anak untuk mengkonsumsinya dengan berbagai cara
yang kita bisa. Jika anak terbiasa makan sayuran secara teratur, nantinya ia akan menyukai
sayuran, meski rasanya tak manis. Jadi tak perlu merasa bersalah untuk menambahkan
sedikit gula pada kacang-kacangan atau polong-polongan, susu pada brokoli, atau madu
pada labu atau buncis. Kita juga bisa menggunakan taktik yang sama pada buah. Irislah kiwi
atau nanas dan tutupi dengan gula berwarna atau madu. Sejumlah kecil gula ini tak akan
menimbulkan karies gigi, jika diberikan bersama makanan yang sehat dan bukan sebagai
cake.
Mitos 10: Supaya anak tak mengalami karies gigi, sebaiknya jangan mengenalkan
makanan manis sejak kecil.
Fakta: Melarang anak makan yang manis-manis justru tindakan yang salah. Ini hanya
membuat anak makin ingin makan makanan manis itu. Lebih bagus, ajarkan kepada anak
bahwa sesekali makan makanan bergula seperti cookie atau permen bisa menjadi bagian
dari pola makan sehat secara keseluruhan. Namun jangan menyimpan makanan-makanan
itu dalam kulkas atau lemari makan. Lebih baik sediakan kismis, buah segar, yogurt buah,
jeruk, pir, melon, cracker yang tidak manis, roti tawar dari biji gandum utuh, susu
pasteurisasi, dan semacamnya. Berikan sebagai cemilan atau pencuci mulut. Jika anak
terbiasa makan cookie, donat atau permen, anak mungkin akan menolak cemilan-cemilan
ini, namun tetap sajikan dengan konsisten.

Enam Fakta Baru Tentang Kolesterol


FEFEN ♦ 12 MARET 2010 ♦ 3 KOMENTAR

Rate This

Apa yang Anda ketahui mengenai kolesterol? Rata-rata orang mengetahui bahwa
kolesterol bisa memicu timbulnya penyakit jantung atau darah tinggi. Tapi ada beberapa
fakta lain yang jarang diketahui orang mengenai kolesterol.
Kolesterol tinggi yang terdapat dalam darah memang berbahaya bagi seseorang, tapi
terkadang kolesterol bisa ditemukan dalam kadar yang sangat rendah pada beberapa orang
tertentu. Kolesterol yang terlalu tinggi atau terlalu rendah berisiko mengalami penyakit
tertentu.
Ini dia beberapa fakta lain mengenai kolesterol, seperti dikutip dari CNN, Jumat
(27/11/2009) yaitu:
1. Kolesterol tinggi tak bisa terelakkan pada beberapa orang. Terkadang banyak orang
yang memiliki kolesterol tinggi karena faktor genetik. Sehingga tingginya kadar kolesterol
jahat (LDL) selalu berada dalam kadar yang tidak sehat. Orang yang memiliki
hiperkolestrolemia biasanya mewarisi 2 gen dari masing-masing orangtua.
2. Kolesterol tinggi bisa dilihat dari kulit. Biasanya orang tahu kolesterolnya tinggi
setelah melakukan pemeriksaan dokter. Tapi kolesterol tinggi bisa muncul di kulit sebagai
benjolan kemerahan kekuningan yang dikenal dengan Xanthomas. Ukurannya bervariasi dan
biasanya ditemukan pada sendi, tangan dan kelopak mata.
3. Kolesterol terlalu rendah bisa berbahaya. Kadar kolesterol yang terlalu rendah juga
tidak bagus untuk kesehatan. Peneliti menunjukkan ibu hamil yang kadar kolesterolnya
rendah cenderung melahirkan bayi prematur, serta pada orang dewasa bisa menyebabkan
kegelisahan dan depresi.
4. Olahraga meningkatkan kolesterol baik. Penelitian terkini yang dipublikasikan dalan
Journal of Lipid Research menunjukkan bahwa olahraga bisa meningkatkan kadar kolesterol
baik (HDL) dalam tubuh. Olahraga yang diperlukan tidak perlu yang berat tapi bisa dengan
olahraga ringan saja.
5. Makanan bebas kolesterol tetap bisa menghasilkan kolesterol. Kolesterol biasanya
dibuat di dalam hati binatang dan hanya ditemukan dalam berbagai makanan yang berasal
dari binatang seperti daging, susu dan telur. Terkadang kolesterol didapatkan dari cara
pengolahan makanan tersebut seperti melalui penggorengan atau pemanggangan.
6. Kolesterol tinggi bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Peneliti Swedia pada tahun
2005 menemukan bahwa pria yang memiliki kadar koesterol 270 mg/dL atau lebih memiliki
kemungkinan 4,5 kali lebih tinggi mengalami disfungsi ereksi.
Untuk itu ketahui dengan pasti berapa kadar koleterol Anda, apakah termasuk
kolesterol tinggi atau rendah. Terapkan pola hidup sehat untuk menghindari berbagai risiko
kesehatan yang mungkin bisa timbul.
Sumber :Health.detik.com

Anda mungkin juga menyukai