1711041006
A2 2017
Kita belajar karena dalam kehidupan kita sehari-hari kita harus melakukan banyak hal
yang belum tentu kita ketahui bagaimana caranya, dan hal itu kita sebut sebagai “masalah”.
Misalnya, supaya bisa menyampaikan keinginan kita kepada orang lain dengan baik dan benar,
kita harus mengetahui cara berkomunikasi. Agar bisa berkomunikasi, kita harus bisa membaca
dan menulis. Namun, itu belum cukup, kita harus tahu kepada siapa kita harus membicarakan
keinginan kita, dengan pilihan kata yang seperti apa, kapan dan di mana tempat yang tepat untuk
membicarakan hal itu. Semua langkah komunikasi itu tidak dengan tiba-tiba kita kuasai. Kita
harus mempelajarinya, atau lebih tepatnya, kita berubah dari belum menguasai cara
berkomunikasi menjadi bisa berkomunikasi. Dengan demikian, kita belajar berkomunikasi
karena kita memiliki masalah dalam berkomunikasi.
Berikut beberapa alasan mengapa kita harus belajar:
1. Mencari Tahu Apa yang Membuat Hidup Kita Bergairah
Mencari tahu apa yang kita ingin lakukan dengan hidup kita tidaklah selalu mudah.
Beberapa orang mungkin menemukanya dalam waktu singkat, tetapi beberapa orang perlu
melalui petualangan panjang untuk sampai pada satu titik yang ia sukai.
Menemukan sesuatu yang membuat hidup ini bergairah, tidak sama artinya dengan
memutuskan apa yang kita sukai. Melainkan juga harus menyadari apa yang sudah kita kuasai.
Beruntungnya, untuk menemukan itu kita tidak harus langsung terjun ke dunia industri. Kita bisa
terlebih dahulu mengambil kursus paruh waktu atau memilih jalur pendidikan formal untuk
mempelajari hal-hal yang belum kita kuasai demi menemukan sesuatu yang membuat hidup
bergair
2. Memperluas Minat
Alasan mengapa kita harus belajar berikutnya adalah karena kita bisa memperluas minat
yang kita miliki. Syaratnya kita harus terlebih dahulu menemukan apa yang kita minati. Jadi
pastikan alasan pertama mengapa kita harus belajar telah Anda temukan. Baru anda bisa
memperluas hal-hal yang anda minati.
Dengan belajar, kita bisa mewujudkan sesuatu yang mungkin menjadi ambisi kita dimasa
lalu tetapi kita tidak punya waktu untuk mewujudkanya. Misalnya Anda memiliki mesin jahit
yang selama bertahun-tahun tidak pernah bisa Anda gunakan. Maka inilah saatnya Anda
mengambil kursus menjahit dan mewujudkan mimpi Anda di masa lalu.
Hal yang cukup penting untuk bisa menjalani kehidupan dengan sukses adalah membuat
diri kita dalam level yang lebih tinggi dari kebanyakan orang. Misalnya kita sama dengan si A, si
B atau si C yang sama-sama lulusan jurusan desain. Tentu jika kita melamar pekerjaan di tempat
yang sama dengan mereka, kita harus memiliki kualifikasi diri yang lebih baik dari mereka. Salah
satunya adalah dengan belajar.
Ada banyak kursus di berbagai sektor yang menawarkan pembelajaran dengan waktu
yang fleksibel. Jadi kita tidak harus mengorbankan banyak waktu. Kita tidak harus menghabiskan
lima hari seminggu di ruang kelas. Di sejumlah perguruan tinggidan penyedia kursus ada banyak
pilihan untuk belajar. Baik itu belajar penuh waktu, paruh waktu, atau berdasarkan pembelajaran
jarak jauh dimana kita tidak perlu meninggalkan rumah.
4. Untuk Mengerti
Belajar tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga mengajarkan Anda cara
berpikir. Kita belajar keterampilan memecahkan masalah tertentu sekaligus juga belajar pola pikir
“ilmiah”. Ini memungkinkan kita melihat masalah atau peristiwa dari berbagai sudut, dan
pemahaman komprehensif yang menyertainya sangat berharga untuk kita menjalani kehidupan.
Belajar juga memungkinkan kita untuk mengatasi masalah baru yang belum kita miliki
“resep penyelesaianya”. Dengan begini, belajar akan membuat kita fleksibel dalam semua aspek
kehidupan.
5. Untuk Tumbuh
Kita bisa menikmati proses belajar demi mendapatkan banyak pengetahuan. Sampai
akhirnya kita akan mendapatkan apa yang disebut dengan penguasaan. Apalagi saat belajar di
universitas, kita diperbolehkan untuk menerapkan pengetahuan tanpa banyak risiko. Artinya kita
bisa melakukan berbagai percobaan dan belajar dari kesalahan dengan konsekuensi minimal. Ini
jauh lebih efektif daripada hanya membaca buku.
Jika Anda tidak memiliki kualifikasi yang tepat, Anda mungkin kehilangan pekerjaan
impian Anda. Untuk itu, mulailah mempertimbangkan belajar. Sebab ada beberapa jenis
pekerjaan yang hanya bisa didapatkan bila Anda memiliki kualifikasi tertentu. Bahkan ada yang
memerlukan gelar untuk memulainya. Sebut saja perawatan, teknisi, dan guru dan lain
sebagainya.
Dengan belajar, Anda tidak hanya akan mendapatkan pekerjaan impian Anda. Melainkan
Anda juga akan mendapatkan banyak opsi pekerjaan lainya yang mungkin belum terpikirkan
sebelumnya.
Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan
tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan,
keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.
Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan oleh
setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan
tingkah laku atau tanggapan karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah
belajar, dan aktivitas berlatih.
Belajar merupakan sesuatu yang berproses dan merupakan unsur yang fundamentaldalam
masing-masing tingkatan pendidikan. Agar lebih memahami apa arti belajar, kita dapat merujuk
pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
M. Sobry Sutikno
Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, perubahan adalah sesuatu yang
dilakukan secara sadar (disengaja) dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari
sebelumnya.
Thursan Hakim
Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan,
daya fikir, dan kemampuan lainnya.
Skinner
Menurut Skinner, pengertian belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlaku secara progresif.
C. T. Morgan
Menurut C. T. Morgan, pengertian belajar adalah suatu perubahan yang relatif dalam
menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang telah lalu.
Menurut Hilgard & Bower, pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang
terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
Proses belajar dapat dikenali melalui beberapa karakteristiknya. Mengacu pada definisi belajar di
atas, berikut ini adalah beberapa hal yang menggambarkan ciri-ciri belajar:
Terjadi perubahan tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor, dan campuran) baik yang dapat diamati
maupun yang tidak dapat diamati secara langsung.
Perubahan tingkah laku hasil belajar pada umumnya akan menetap atau permanen.
Proses belajar umumnya membutuhkan waktu tidak sebentar dimana hasilnya adalah tingkah laku
individu.
Beberapa perubahan tingkah laku yang tidak termasuk dalam belajar adalah karena adanya hipnosa,
proses pertumbuhan, kematangan, hal gaib, mukjizat, penyakit, kerusakan fisik.
Proses belajar dapat terjadi dalam interaksi sosial di suatu lingkungan masyarakat dimana tingkah laku
seseorang dapat berubah karena lingkungannya.
Setiap orang, tidak terkecuali peserta didik memiliki kekhasan dalam upayanya
Gagne (1984) mengemukakan ada lima bentuk belajar, yaitu:
Belajar Responden
Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Jadi,
terjadinya proses belajar dikarenakan adanya stimulus. Misalnya Maya bisa menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh gurunya dengan benar. Kemudian guru tersebut memberikan
senyuman dan pujian kepadanya. Akibatnya Maya semakin giat belajar. Senyum dan pujian
guru ini merupakan stimulus tak terkondisi. Tindakan guru ini menimbulkan perasaan yang
menyenangkan pada diri Maya sehingga ia membuat dia lebih giat lagi dalam belajar.
Belajar Kontiguitas
Belajar dalam bentuk ini tidak memerlukan hubungan stimulus tak terkondisi dengan
respons. Asosiasi dekat (contiguous) sederhana antara stimulus dan respons dapat
menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku individu. Hal ini disebabkan secara sederhana
manusia dapat berubah karena mengalami peristiwa-peristiwa yang berpasangan. Belajar
kontiguitas sederhana bisa dilihat jika seseorang memberikan respon atas pertanyaan yang
belum lengkap, seperti ”dua kali dua sama dengan?” Maka pasti bisa menjawab ”empat”. Itu
adalah contoh asosiasi berdekatan antara stimulus dan respon dalam waktu yang sama.
Bentuk belajar kontiguitas yang lain adalah “stereotyping”, yaitu adanya peristiwa
yang terjadi berulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga terbentuk dalam pemikiran
kita. Seringkali sinetron televisi memperlihatkan seorang ilmuwan dengan memakai
kacamata, ibu tiri adalah wanita yang kejam. Maka sinetron televisi menciptakan kondisi
untuk belajar stereotyping, padahal hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Belajar Operant
Belajar bentuk ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan karena adanya stimulus,
sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan ketika organisme beroperasi dengan
lingkungannya. Maksudnya perilaku individu dapat ditimbulkan dengan adanya
reinforcement segera setelah adanya respon. Respon ini bisa berupa pernyataan, gerakan dan
tindakan. Misalnya respon menjawab pertanyaan guru secara sukarela, maka reinforcer bisa
berupa ucapan guru “bagus sekali”, “kamu dapat satu poin”, dan sebagainya.
Belajar Observasional
Konsep belajar ini memperlihatkan bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang
lain melakukan apa yang akan dipelajari. Misalnya anak kecil belajar makan itu dengan
mengamati cara makan yang dilakukan oleh ibunya atau keluarganya.
Belajar Kognitif
Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses kognitif selama belajar. Proses semacam
itu menyangkut “insight” (berpikir) dan “reasoning” (menggunakan logika deduktif dan
induktif). Bentuk belajar ini mengindahkan persepsi siswa, insight, kognisi dari hubungan
esensial antara unsur-unsur dalam situasi ini. Jadi belajar tidak hanya timbul dari adanya
stimulus-respon maupun reinforcement, melainkan melibatkan tindakan mental individu yang
sedang belajar.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Gagne membagi bentuk-bentuk belajar
menjadi lima bentuk, yang merupakan inti dari teori belajar, yaitu bentuk responden,
kontiguitas, operant, observasional dan kognitif. Responden merupakan belajar yang dibentuk
dengan adanya hubungan antara stimulus dengan respon. Kontiguitas sama dengan
responden, akan tetapi untuk responden waktunya dilakukan secara bersamaan.
Observasional merupakan bentuk belajar yang paling sederhana karena individu hanya
mengamati orang lain kemudian meniru perbuatannya. Sedangkan kognitif merupakan bentuk
yang tertingggi karena sudah memasuki wilayah insight.
Prinsip Kesiapan
Yang dimaksud dengan prinsip kesiapan yaitu proses yang dipengaruhi kesiapan
siswa atau kondisi siswa yang memungkinkan ia dapat belajar.
Prinsip Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi atau keadaan dari peserta didik untuk mengatur
arah kegiatan dan memelihara kondisi tersebut.
Prinsip Persepsi
Prinsip Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup dan dipengaruhi
oleh perilaku individu itu sendiri. Setiap individu dapat melihat dunia dengan caranya
sendiri yang berbeda dari yang lain.
Prinsip Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh setiap individu. Tujuan
ini harus lebiah jelas tergambar dalam pikiran dan dapat diterima oleh setiap peserta didik
dalam proses pembelajaran itu terjadi.
Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa
(faktor eksternal). Hal ini dapat diuraikan sebagaimana disebutkan oleh Djaali (2014: 99),
sebagai berikut:
b. Inteligensi
Inteligensi dan bakat merupakan faktor yang sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar. Seseorang yang mempunyai inteligensi dan bakat yang tinggi dapat
memberikan pengaruh terhadap hidupnya.
d. Cara belajar
Teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar.
Cara belajar meliputi bagaimana bentuk catatan yang dipelajari dan pengaturan waktu
belajar, tempat serta fasilitas belajar lainnya. Cara belajar yang baik akan tercipta
kebiasaan yang baik dan dapat meningkatkan hasil belajar yang baik pula.
c. Masyarakat
Apabila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-orang yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal
ini akan mendorong anak lebih giat belajar.
d. Lingkungan sekitar, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim
dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar, sebaliknya tempat-tempat dengan iklim
yang sejuk, dapat menunjang proses belajar.
C. HASIL BELAJAR
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram
dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajarana atau kegiatan instruksional, tujuan belajar
telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Menurut Benjamin S. Bloom (1966:7) dalam (Mulyono
Abdurrahman, 2003:38) tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga
kategori, yakni domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini didasari oleh ansumsi bahwa
hasil belajar dapat terlihat dari tingkah laku siswa. Hal ini memberikan petunjuk bagi guru dalam
menentukan tujuan-tujuan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari dalam diri siswa.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis
perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan
dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah
yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian
yang telah kecil.
Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun
suatu program.
Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria
tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat
dibagi menjadi lima kategori hasil belajar yang disebut the domainds of learning, yaitu
sebagai berikut :
Kecakapan verbal : Menyatakan label, fakta atau makna esensial dari pengetahuan verbal. Secara
prinsip, mempelajari gagasan-gagasan esenssi membutukan kecakapan intelektual, bukan
kecakapan verbal. Akan tetapi, dalam prakteknya kecakapan intelektual dan verbal dipelajari
serta dipergunakan bersama-sama.
Keterampilan intelektual: Kemampuan siswa berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya
sendiri meliputi kemampuan untuk membesakan antara objek yang satu dengan yang lainnya,
kemampuan konsep kaidah yaitu bisa menghubungkan antara beberapa konsep.
Strategi kognitif: Menemukan metode untuk membuat proses berpikir dan belajar menjadi lebih
efektif. Strategi ini mempunyai peran pengolahan yang disinggung dalam teori pengolahan
informasi.
Sikap: Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau
dipengaruhi oleh hubungan verbal. Sikap ini penting dalam proses elajar, tanpa kemampuan
belajar tak akan berhasil dengan baik.
Keterampilan motoris (motor skill): Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan,
kegiatan yang membutuhkan prosedur yang digabungkan olehketerampilan fisik yang spesifik
melalui beberapa urutan proses terorganisasi yang disebut dengan berpikir dan bertindak.
MOTIVASI BELAJAR
Belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru sebagai hasil dari proses interaksi individu dengan lingkungannya. Sejalan
dengan pengertian tersebut, pengertian belajar menurut Sardiman (2003: 20), merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Hal ini didukung juga oleh
Sugihartono (2007: 74), belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Dalam proses belajar mengajar, motivasi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pada diri seseorang, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Maslow dalam Syaiful
Bahri D (2002: 115), sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan
oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta,
penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-
kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu.
Motivasi belajar akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Sehubungan hal tersebut Sardiman (2003: 85) menjelaskan ada tiga fungsi motivasi antara lain: 1)
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melapaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan; 2)
Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikin motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; 3)
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus 12 dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di
sekolah (Sardiman, 2003: 91-95) antara lain: memberi angka, hadiah, saingan atau kompetensi,
ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar,
minat, tujuan yang diakui. Oemar Hamalik, (2004: 184-186) juga sependapat dengan uraian
diatas, untuk memotivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemberian penghargaan dan
ganjaran, pemberian angka atau grade, keberhasilan atau tingkat aspirasi, pemberian pujian,
kompetisi dan kooperasi serta pemberian harapan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, seorang guru bukan
hanya berfungsi sebagai pengajar yang hanya mentransfer ilmu saja tetapi juga memperhatikan
siswanya apakah dia dapat menerima dengan baik atau tidak. Guru harus mengetahui bagaimana
cara memotivasi belajar siswa, berdasarkan uraian di atas untuk memotivasi siswa dengan
memberi angka, pujian 15 dan hadiah merupakan cara yang paling disukai siswa, sehingga dapat
membangkitkan semangat belajar siswa, karena termotivasi untuk mendapatkannya. Sedangkan
dengan hukuman dan kompetisi bertujuan agar timbul semangat persaingan pada siswa untuk
mendapatkan apa yang diinginkan. Upaya tersebut dapat merangsang siswa untuk giat belajar.
Siswa yang nilainya rendah, mereka akan termotivasi untuk meningkatkan belajarnya dan siswa
yang nilainya bagus akan semakin giat dalam belajar.