Anda di halaman 1dari 18

BAB 2II

DASAR TEORI

Motor Sinkron Tiga Fasa

Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor

ini beroperasi pada sumber tegangan tiga fasa yang dihubungkan dengan kumparan

jangkar di stator. Selain mendapat suplai tegangan tiga fasa, motor sinkron juga

mendapat arus eksitasi/arus medan dari sumber arus searah (DC) pada kumparan

medan di rotornya.

Motor sinkron pada pengoperasiannya tidak dapat melakukan start awal

(self starting). Oleh karena itu, motor sinkron tiga fasa membutuhkan penggerak

mula (prime mover) untuk memutar rotor sampai pada kecepatan putar sinkronnya.

Perubahan beban pada motor sinkron tidak mempengaruhi kecepatan

putarnya, karena ketika motor bekerja, medan magnet pada rotor akan selalu terikat

atau terkopel secara magnetis dengan medan putar statornya, sehingga rotor akan

dipaksa terus berputar pada kecepatan sinkronnya. Sehingga motor sinkron

biasanya digunakan pada sistem operasi yang membutuhkan kecepatan konstan

pada beban yang berubah-ubah. Namun apabila beban yang diberikan sudah

melewati batas kemampuan dari motor maka motor akan melepas kecepatan

sinkronnya dan berhenti berputar.

Keuntungan lain dari motor sinkron adalah tidak hanya dapat bekerja pada

faktor daya terbelakang (lagging) seperti motor induksi, namun juga dapat bekerja

dengan faktor daya unity bahkan dengan faktor daya mendahului (leading).

Sehingga motor sinkron dapat berperan untuk memperbaiki faktor daya sistem.

Universitas Sumatera Utara


Konstruksi Motor Sinkron Tiga Fasa

Pada prinsipnya, konstruksi motor sinkron sama dengan generator sinkron.

Secara umum, konstruksi motor sinkron tiga fasa terdiri dari stator (bagian yang

diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan rangkaian magnetik

yang berbentuk simetris dan silindris.

Gambar 2.1 Konstruksi Motor Sinkron

2.2.1 Stator

Secara umum stator terdiri dari kerangka stator, inti stator, belitan dan slot.

1. Rangka Stator

Rangka stator berfungsi sebagai tempat melekatnya stamping

jangkar dan kumparan jangkar. Pada rangka stator terdapat lubang

pendingin dimana udara dan gas pendingin disirkulasikan. Rangka stator

biasanya dibuat dari dari besi campuran baja atau plat baja giling yang

Universitas Sumatera Utara


dibentuk sedemikian rupa sehingga diperoleh rangka yang sesuai dengan

kebutuhan.

2. Inti Stator

Inti stator melekat pada rangka stator dimana inti ini terbuat dari

laminasi-laminasi besi khusus atau campuran baja. Hal ini diperbuat untuk

memperkecil rugi arus Eddy. Tiap laminasi diberi isolasi dan diantaranya

dibentuk celah sebagai tempat aliran udara.

3. Slot

Slot adalah tempat konduktor berada yang letaknya pada bagian

dalam sepanjang keliling stator. Bentuk slot ada 3 yaitu Slot Terbuka, Slot

Setengah Terbuka,dan Slot Tertutup.

2.2.2 Rotor

Sebagai tempat belitan penguat yang membentuk kemagnetan listrik kutub

Utara-Selatan pada inti rotor. Ada 2 macam bentuk rotor, yaitu :

1. Rotor kutub menonjol (Salient Pole Rotor)

Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak. Kumparan

dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi laminasi untuk

mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy, kumparan-kumparan

medannya terdiri dari bilah tembaga persegi. Kutub menonjol ditandai

dengan rotor berdiameter besar dan panjang sumbunya pendek.

2. Rotor silinder (Non-Salient Pole Rotor)

Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang

mempunyai sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-

slot dan juga kumparan medan yang terletak pada rotor maka jumlah kutub

Universitas Sumatera Utara


pun sedikit yang dapat dibuat. Rotor ini biasanya berdiameter kecil dan

sumbunya sangat panjang. Konstruksi ini memberikan keseimbangan

mekanis yang lebih baik karena rugi-rugi anginnya lebih kecil

dibandingkan rotor kutub menonjol (salient pole rotor).

Prinsip Kerja Motor Sinkron Tiga Fasa

Pada motor sinkron tiga fasa terdapat 2 sumber tegangan dari luar yaitu arus

bolak-balik (AC) yang dialirkan kebelitan jangkar dan arus searah (DC) yang

dialirkan kebelitan medannya. Perputaran rotor diakibatkan karena adanya kopel

magnetik antar medan magnet rotor dengan medan putar stator.

Apabila tegangan tiga fasa dihubungkan ke kumparan jangkar atau stator

akan menghasilkan arus tiga fasa yang mengalir pada kumparan stator tersebut. Jika

arus tiga fasa (yang berbentuk sinusoidal murni atau saling berbeda sudut 1200

listrik) mengalir pada kumparan stator motor sinkron tiga fasa, maka akan

menghasilkan intensitas medan magnet (HS) yang juga saling berbeda sudut 1200

listrik. Karena kumparan stator mempunyai permeabilitas (µ), maka akan

menghasilkan intensitas medan magnet sebesar Bs = µ.Hs

Hal inilah yang disebut dengan medan putar yang timbul pada stator.

Timbulnya medan putar pada stator ini dapat dijelaskan melalui Gambar 2.2

berikut.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Kumparan a-a, b-b, c-c

Gambar 2.3 Distribusi ia, ib, ic sebagai fungsi waktu

(a) (b)

Universitas Sumatera Utara


(c) (d)

Gambar 2.4 Arah Fluks Secara Vektoris

Saat tegangan tiga fasa dihubungkan ke kumparan a-a, b-b, c-c

(Gambar 2.2) dengan beda fasa masing-masing 1200. Maka akan timbul 3

buah arus sinusoidal (Ia, Ib, Ic) yang terdistribusi berdasarkan fungsi waktu

seperti terlihat pada (Gambar 2.3). Secara vektoris, pada keadaan t1, t2, t3,

t4, arah fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-

masing ditunjukkan seperti pada (Gambar 2.4). Pada saat t1, arah fluks

resultannya sama dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan a-a (Gambar

2.4a). Pada saat t2, arah fluks resultannya sama dengan arah fluks yang

dihasilkan kumparan b-b (Gambar 2.4b). Pada saat t3, arah fluks resultannya

sama dengan arah fluks yang dihasilkan kumparan c-c (Gambar 2.4c). Pada

saat t4, arah fluks resultannya berlawanan arah dengan arah fluks yang

dihasilkan kumparan a-a (Gambar 2.2d). Perubahan arah fluks ini akan

terjadi berulang setiap satu periode yang menyebabkan perputaran medan

magnet stator.

Kutub medan rotor yang diberi penguatan arus searah

mengakibatkan mengalir arus penguat If motor dan menghasilkan medan

Universitas Sumatera Utara


magnet BR. Karena motor sinkron tidak dapat melakukan start sendiri (self

starting) maka rotor diputar dengan suatu penggerak mula sampai pada

kecepatan putar rotor sama dengan kecepatan putar medan stator. Sehingga

medan magnet rotor BR akan mendapat tarikan dari kutub medan putar stator

dan akan selalu menempel dan mengikuti putaran BS dengan kecepatan yang

sama atau sinkron. Interaksi antar kedua medan magnet tersebut akan

menghasilkan kopel yang dinyatakan sebagai :

Tind = k.BR x B
(2.1)
Tind = k.BR.BS.Sin δ

Dan hubungannya dengan diagram medan magnetnya ditunjukkan pada

Gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5 Diagram medan magnet motor sinkron

Keterangan :

BS = Medan magnet stator

BR = Medan magnet rotor

Bnet = Resultan medan magnet stator dan rotor

Sehingga didapat : Bnet ≈ Vph ; BR ≈ EA ; BS ≈ j.Xs.IA

10

Universitas Sumatera Utara


Karena BS = Bnet - BR (2.2)

Maka dengan mensubstitusikan persamaan (2.2) ke persamaan (2.1), maka

akan diperoleh :

Tind = k . BR(Bnet – BR) Sin β

Tind = k . BR . Bnet . Sin β – k . BR . BR Sin β  BR.BR=0

Sehingga persamaan kopel induksinya dapat dituliskan :

Tind = k . BR . Bnet . Sin β (N.m) (2.3)

dimana : k = Konstanta

BR = Medan magnet rotor

Bnet = Resultan medan magnet rotor dan medan magnet stator

β = Sudut kopel

Pada beban nol, sumbu kutub medan berhimpit dengan sumbu kutub

kumparan medan (β = 0). Setiap penambahan beban membuat medan rotor

tertinggal sebentar dari medan stator, terbentuk sudut kopel (β), untuk

kemudian berputar dengan kecepatan sama lagi (sinkron). Penambahan

beban lebih lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan kopel dan motor

disebut kehilangan sinkronisasi.

11

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6 Kedudukan kutub rotor terhadap kutub khayal pada saat
motor berbeban

Rangkaian Ekivalen Motor Sinkron

Rangkaian ekuivalen motor sinkron adalah sama halnya dengan generator

sinkron, kecuali untuk arah aliran dayanya dimana arah aliran daya pada motor

sinkron terbalik dengan arah daya pada generator sinkron. Karena arah aliran daya

ini terbalik, maka arah arus yang mengalir ke stator motor juga akan terbalik.

Dengan demikian, rangkaian ekuivalen motor sinkron adalah sama dengan

rangkaian ekuivalen generator sinkron, kecuali bahwa referensi arah IA dibalik.

Rangkaian ekuivalennya diperlihatkan pada gambar (2.7) dan rangkaian per

fasanya ditunjukkan pada gambar (2.8). Rangkaian ekuivalen tiga fasa biasa dalam

bentuk hubungan Y atau hubungan Delta (∆).

Karena perubahan arah IA ini, maka persamaan tegangan menurut hukum

Kirchoff untuk rangkaian ekuivalennya juga akan berubah. Jadi persamaan hukum

Kirchoff untuk tegangannya untuk rangkaian ekuivalen yang baru adalah :

12

Universitas Sumatera Utara


ℎ= + . . + . (2.4)

Jadi persamaan ini sama dengan persamaan generator sinkron, kecuali tanda untuk

arusnya adalah terbalik.

Gambar 2.7 Rangkaian ekuivalen motor sinkron 3 fasa

Gambar 2.8 Rangkaian ekuivalen motor sinkron per fasanya

13

Universitas Sumatera Utara


Dari persamaan umum motor sinkron yang dituliskan di dalam persamaan

(2.3) dapat digambarkan diagram fasor motor sinkron seperti ditunjukkan pada

gambar (2.9) sebagai berikut :

Gambar 2.9 Diagram Fasor Motor Sinkron Dengan Faktor Daya Satu (Unity)

Keterangan :

EA = Tegangan Jangkar (GGL lawan)

IA = Arus Jangkar

Vph = Tegangan Terminal

XS = Reaktansi Sinkron Motor

δ = Sudut Kopel

Dalam hal ini motor dianggap beroperasi dengan faktor daya satu (unity).

Namun dalam operasi motor sinkron, motor dapat beroperasi dengan faktor daya

mendahului (leading) dan tertinggal (lagging) selain dengan faktor daya unity.

Diagram fasor motor sinkron denga faktor daya mendahului (leading) dan

tertinggal (lagging) ditunjukkan seperti pada gambar (2.10) dan gambar (2.11).

14

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.10 Diagram Fasor Motor Sinkron Dengan Faktor Daya Leading

Gambar 2.11 Diagram Fasor Motor Sinkron Dengan Faktor Daya Lagging

Namun pada kenyataannya, saat motor sinkron dibebani tanpa pengaturan

arus medan, motor sinkron akan beroperasi dengan faktor daya tertinggal (lagging)

dan diagram fasornya seperti yang ditunjukkan pada gambar (2.11). Oleh karena

itu, untuk menganalisis motor sinkron digunakan diagram fasor motor sinkron

dengan faktor daya tertinggal (lagging).

Dari diagram fasor motor sinkron didapat daya mekanik (Pmek) motor

sinkron menurut persamaan berikut :

= . (2.5)

Untuk motor sinkron tiga fasa maka persamaan daya mekanik (Pmek) menjadi:

= 3. . (2.6)

15

Universitas Sumatera Utara


Karena tahanan jangkar (RA) motor sinkron biasanya kecil, maka tahanan

jangkar ini biasanya diabaikan. Bila tahanan jangkar (R A) diabaikan (RA<<XS)

maka diagram fasornya menjadi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Diagram Fasor Yang Disederhanakan Dengan RA Diabaikan

Dari diagram fasor yang ditunjukkan pada Gambar 2.12 diperoleh :

ℎ. δ = Xa. Ia (2.7)

Maka diperoleh,
ℎ. δ
= (2.8)

Jika persamaan (2.10) disubstitusikan ke persamaan (2.5), maka diperoleh :

3. . ℎ. δ
= (2.9)

Metode Starting Motor Sinkron

Sesuai dengan prinsip kerjanya, motor sinkron tidak dapat melakukan start

sendiri (self starting). Motor sinkron harus diputar terlebih dahulu sampai pada

putaran sinkronnya. Hal ini dilakukan oleh penggerak mula (prime mover).

Biasanya, motor induksi atau motor DC mengambil peranan sebagai penggerak

16

Universitas Sumatera Utara


mula tersebut. Tetapi penggunaan penggerak mula dalam start motor sinkron sangat

tidak praktis. Maka untuk start motor sinkron dapat dilakukan dengan cara lain.

Saat ini ada tiga pendekatan utama yang dapat dilakukan untuk menjalankan

motor sinkron dengan aman, yaitu :

1. Menggunakan penggerak mula (prime mover) untuk memutar motor

sinkron sampai pada kecepatan sinkronnya

2. Mereduksi putaran dengan mengatur medan stator ke harga yang

cukup rendah sampai rotor berputar (mengurangi frekuensi)

3. Menggunakan kumparan peredam (Amortisseur Winding).

2.5.1 Starting Dengan Penggerak Mula

Pada metode start motor sinkron dengan penggerak mula, motor sinkron

dikopel dengan penggerak mula (prime mover), selanjutnya penggerak mula akan

memutar rotor motor sinkron sampai mencapai putaran sinkronnya. Selanjutnya

motor sinkron tersebut diparalelkan dengan jala-jala dan bekerja sebagai generator.

Setelah hal ini dicapai, penggerak mula dilepas dari poros motor. Ketika penggerak

mula dilepas dari poros motor, poros motor akan berputar perlahan (putarannya

menurun) sehingga medan magnet rotor (BR) akan tertinggal dibelakang Bnet dan

mesin akan start beraksi sebagai motor. Saat paralelnya sudah komplit, maka motor

sudah dapat dibebani.

2.5.2 Starting Dengan Mereduksi Frekuensi

Cepatnya perputaran medan putar stator juga turut menyebabkan motor

sinkron tidak dapat melakukan start sendiri (self starting). Perputaran medan

magnet stator setiap menitnya adalah :

17

Universitas Sumatera Utara


120
Ns = (2.10)

Dimana :

f = frekuensi tegangan terminal motor (Hz)

p = jumlah kutub motor

Ns = perputaran medan magnet stator (rpm)

Cepatnya perputaran medan magnet stator ini membuat tidak mungkinnya

terjadi interaksi tarik-menarik dan tolak-menolak antara kutub medan magnet stator

dengan kutub medan magnet rotor yang diam.

Pada metode start dengan mereduksi frekuensi ini, pada saat start, motor

disuplai dengan frekuensi yang rendah sehingga kecepatan putaran medan putar

stator juga rendah. Hal ini akan membuat terjadinya interaksi tarik-menarik dan

tolak-menolak antara kutub medan magnet stator dan kutub medan magnet rotor.

Setelah terjadi interaksi antara kedua kutub medan magnet tersebut, maka frekuensi

sistem dapat dinaikkan secara perlahan sampai pada frekuensi dan kecepatan

sinkron yang diinginkan. Saat ini, pengaturan besar frekuensi yang disuplai dapat

dilakukan dengan menggunakan rectifier-inverter dan cycloconverter.

2.5.3 Starting Dengan Kumparan Peredam

Pada metode start dengan kumparan peredam, rotor dilengkapi dengan

kumparan peredam atau kumparan sangkar tupai yang ditempatkan pada

permukaan rotor yang dihubung singkat pada kedua ujungnya.

Saat kumparan stator dihubungkan dengan tegangan tiga fasa maka akan

timbul medan putar pada stator. Kemudian medan putar ini akan menginduksikan

18

Universitas Sumatera Utara


GGL kedalam kumparan peredam yang telah terhubung singkat, maka dalam

kumparan peredam akan mengalir arus. Arus ini akan menimbulkan kopel antara

rotor dengan stator secara magnetis sehingga rotor pun berputar. Namun kecepatan

putar rotor tidak sama dengan kecepatan sinkronnya. Pada saat ini, motor sinkron

bertindak sebagai motor induksi karena terdapat slip antara kecepatan putar rotor

dengan kecepatan medan putar statornya.

Setelah putaran rotor hampir mencapai kecepatan sinkronnya, maka

kumparan medan penguat yang berada pada rotor dieksitasi dengan sumber arus

DC. Selanjutnya motor akan menuju ke keadaan sinkron. Namun dalam

pelaksanaan metode start ini dibutuhkan alat pengaturan sinkronisasi untuk

menghindarkan efek yang dapat merusak motor tersebut.

Pengaruh Perubahan Arus Eksitasi Motor Sinkron

Dengan mengatur arus kemagnetan dari sebuah motor sinkron maka

diperoleh :

a. Jika arus penguat kecil dengan arti arus penguat lebih kecil dari Im

normal maka E < V, Ia ketinggalan terhadap V sehingga mengakibatkan

motor bersifat induktif (lagging). Lihat Gambar 2.13a

b. Jika arus penguat sedemikian sehingga E = V, Ia akan sefasa dengan V

sehingga motor bersifat resistif (unity). Pada saat cos θ motor = 1,

dikatakan arus penguat (Im) normal. Gambar 2.13b

c. Jika arus penguat besar sehingga E > V, Ia akan mendahului V sehingga

motor bersifat kapasitif. Gambar 2.13c

19

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.13 Diagram vektor motor sinkron dengan beban tetap arus penguat
diubah-ubah

2.6.1 Karakteristik Kurva V Motor Sinkron

Besarnya arus jangkar untuk suatu beban tertentu bervariasi dengan

perubahan arus eksitasi atau Ia = f(If), ditunjukkan dalam bentuk kurva V pada

Gambar 2.14. Pada gambar dibawah dapat digambarkan beberapa kurva V yang

dibedakan berdasarkan level daya aktifnya. Untuk arus eksitasi yang lebih kecil dari

harga minimum Ia, arus jangkar akan lagging dan mengonsumsi daya reaktif. Untuk

arus eksitasi lebih besar dari harga minimum Ia, arus jangkar akan leading dan

menyuplai daya reaktif ke sistem seperti halnya kapasitor.

20

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.14 Kurva V Motor Sinkron

2.6.2 Karakteristik Kurva V Invers Motor Sinkron

Untuk daya yang konstan, jika faktor daya digambarkan sebagai fungsi arus

eksitasi atau Cos Phi = f(If) maka akan diperoleh kurva V invers. Pada Gambar 2.15

ditunjukkan beberapa kurva V invers yang dibedakan berdasarkan level daya

aktifnya. Kurva mencapai nilai maksimum sama dengan satu pada harga arus

eksitasi nominalnya.

Gambar 2.15 Kurva V Invers Motor Sinkron

21

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai