RANGKAIAN KOMBINASIONAL
Kompetensi dasar :
Setelah mempelajari bab rangkaian kombinasional ini diharapkan memahami
tentang cara kerja dari rangkaian kombinasional yaitu rangkaian yang outputnya
langsung tergantung dari inputnya, disini dibahas untuk Small Scale Integration,
Medium Scale Integration dan Large Scale Integration.
Indikator :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mengerti tentang rangkaian
kombinasional skala kecil, medium dan skala besar, seperti :
- Penjumlah (adder) yaitu half adder dan full adder
- Empat bit Full adder
- Decoder
- Demultiplexer (Demux)
- Encoder dan Multiplexer.
TEKNIK DIGITAL 58
Penjumlahan sederhana terdiri dari 4 kemungkinan :
0 + 0 = 0 ------- 1 digit
0 + 1 = 1 ------- 1 digit
1 + 0 = 1 ------- 1 digit
1 + 1 = 10 ------- 2 digit
x y C S
0 0 0 0
0 1 0 1
1 0 0 1
1 1 1 0
Persamaan fungsi boolean untuk 2 output dapat ditentukan daru truth table :
S = x’y + xy’ = x y
C = xy
Dan rangkaian logikanya dapat ditunjukkan pada diagram dibawah ini :
TEKNIK DIGITAL 59
x
S
y
Dan disimbolkan :
x y
HA
C S
TEKNIK DIGITAL 60
Maka truth table untuk full adder adalah sebagai berikut :
x y Z C S
0 0 0 0 0
0 0 1 0 1
0 1 0 0 1
0 1 1 1 0
1 0 0 0 1
1 0 1 1 0
1 1 0 1 0
1 1 1 1 1
Hubungan input output dari rangkaian full adder dapat diekspresikan dalam 2 fungsi
boolean (satu untuk setiap fungsi membutuhkan metode map untuk penyederhanaan).
Untuk Output S =
yz
x 00 01 11 10
0 1 1 x’y
1 1 1 xy’
1 1 1 1 xy
xz
C = xy + xz + yz
TEKNIK DIGITAL 61
Bentuk konfigurasi yang lain dari full adder dapat dikembangkan dengan pendekatan
prosedur matematis (penjumlahan 3 buah bilangan 1 bit), sehingga didapatkan full
adder dapat dibentuk dari 2 (dua) half Adder dan 1 (satu) OR gate seperti gambar
dibawah ini.
x
y S
z
Sehingga didapat persamaan dari rangkaian (gambar 5.1.3) full adder adalah sebagai
berikut :
S = z (x y )
C = z(xy’ + x’y) + xy
Cout FA Cin
Persamaan yang dihasilkan dari 2 pendekatan tersebut yaitu dengan mapping dan
prosedur matematis adalah sama, hal ini dapat dibuktikan dibawah ini :
Hasil Penjumlahan S :
S = z (x y)
TEKNIK DIGITAL 62
= z’ ( x’y + xy’ ) + z ( x’y + xy’)
= z’ ( x’y + xy’ ) + z [ (x’y)’ . (xy’)’ ]
= z’ ( x’y + xy’ ) + z [ (x + y’) . (x’ + y) ]
= z’ ( x’y + xy’ ) + z ( xx’ + xy + x’y’ + yy’ )
= z’ ( x’y + xy’ ) + z ( xy + x’y’ )
= x’yz’ + xy’z’ + x’y’ z + xyz
C = z ( x’y + xy’ ) + xy
= xy’z + x’yz + xy
Pada sub-bab diatas telah dibahas maslah full adder yang membentuk penjumlah
2 bit dan carry yang timbul sebelumnya. Dua bilangan biner dari n-bit, setiap bitnya
dapat ditambahkan dengan menggunakan rangkaian tersebut. Untuk memperlihatkan
sistem penjumlahan ini, marilah kita lihat contoh berikut :
Misalnya :
A = 1 0 1 1
B = 0 0 1 1 , maka
S = 1 1 1 0
TEKNIK DIGITAL 63
Subscript i 4 3 2 1 Simbol Full Adder
- Yang dijumlahkan 1 0 1 1 Ai x
- Penjumlah 0 0 1 1 Bi + y
Rangkaian dari penjumlah ini dapat dibentuk dengan beberapa Full Adder (sesuai
dengan jumlah bit yang dijumlahkan) yang dihubungkan secara cascade, dengan carry
output dari suatu full adder dihubungkan ke carry input dari full adder berikutnya :
x3 y3 x2 y2 x1 y1 x0 y0
Cout FA FA FA FA Cin
S3 S2 S1 S0
Jika rangkaian 4-bit Full Adder ini dikemas dalam paket IC, maka IC ini mempunyai
4 (empat) terminal untuk bit yang dijumlahkan dan 4 (empat) terminal untuk bit-bit
penjumlah, dan 2 terminal untuk carry input dan carry output. Dan 4-bit Full Adder
telah dibentuk dalam IC TTL 74283.
TEKNIK DIGITAL 64
x3 y3 x2 y2 x1 y1 x0 y0
Cout FA 4 BIT
F A FULL ADDER
FA FA Cin
S3 S2 S1 S0
Gambar 5.6. Blok Diagram 4-bit Full Adder (IC TTL 74283)
TEKNIK DIGITAL 65
5.4. DECODER
D0 = x'y'z'
D1 = x'y'z
x
D2 = x'yz'
y
D3 = x'yz
z
D4 = xy'z'
D5 = xy'z
D6 = xyz'
D7 = xyz
Enable
TEKNIK DIGITAL 66
Sebagai contoh, amati rangkaian decoder 3 ke 8 jalur seperti terlihat pada gambar
5.4.1. Untuk 3 buah input yang dikodekan dalam 8 output, setiap output mewakili satu
kombinasi input.
Ada 3 gerbang not yang berfungsi sebagai inverter dan 8 gerbang NAND untuk
membangkitkan setiap kombinasi input. Aplikasi khusus dari rangkaian ini adalah
untuk mengkonversikan BCD ke Oktal. Variabel input mewakili sebuah bilangan
biner dan outputnya akan mewakili 8 digit dalam sistem oktal. Dekoder 3 ke 8 jalur
ini telah dibuat dalam satu paket IC TTL tipe 74 138, dengan tabel kebenaran seperti
dibawah ini.
Input Output
x Y z D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
TEKNIK DIGITAL 67
Latihan 5.1.
Desain sebuah decoder dari BCD ke Desimal , dalam hal ini adalah 10 digit desimal
yang diekspresikan dalam BCD (4 bit).
Maka Decoder tersebut akan membentuk 4 ke 10 jalur ( Decoder BCD ke Desimal).
Dengan ketentuan menggunakan tabel kebenaran berikut ini.
TABEL 5.3.2. Truth Tabel Decoder 4 ke 10 Jalur
Input Output
W X Y Z
0 0 0 0 D0
0 0 0 1 D1
0 0 1 0 D2
0 0 1 1 D3
0 1 0 0 D4
0 1 0 1 D5
0 1 1 0 D6
0 1 1 1 D7
1 0 0 0 D8
1 0 0 1 D9
1 0 1 0 Don’t Care
1 0 1 1 Don’t Care
1 1 0 0 Don’t Care
1 1 0 1 Don’t Care
1 1 1 0 Don’t Care
1 1 1 1 Don’t Care
YZ
WX 00 01 11 10
00 D0 D1 D3 D2
TEKNIK DIGITAL 68
01 D4 D5 D7 D6
11 X X X X
10 D8 D9 X X
Contoh penyederhanaan :
D3 = X’ YZ
D8 = WZ’
D9 = WZ
Sedangkan Decoder BCD ke Desimal ini sudah dikemas dalam IC TTL dengan tipe
74 42.
Beberapa IC decoder disusun dari beberapa gerbang NAND karena gerbang NAND
memiliki 2 (dua) operasi yaitu operasi AND dan operasi NOT (pembalikan), ini
membuat semakin murahnya harga IC.
Sebuah decoder 3 ke 8 jalur dengan sebuah enable input yang dibentuk dari gerbang
NAND dapat diperlihatkan pada gambar 8.1. dengan truth table yang ada pada
TABEL 5.5.1. dibawah ini.
x y z D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
(En)
TEKNIK DIGITAL 69
1 x x x 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
Semua output akan berlogika ‘1’ jika Enable input (En) berlogika ‘1’ untuk semua
kombinasi input (x, y, ,dan z). Jika Enable (En) berlogika ‘0’ maka rangkaian ini
beroperasi seperti decoder biasa. Ini menunjukkan bahwa Enable input tersebut adalh
aktif rendah (low) atau akan aktif apabila diberikan logika ‘0’.
Demultiplexer adalah suatu rangkaian yang menerima informasi dari satu jalur (satu
terminal) dan mentransfer informasitersebut ke salah satu dari 2 n kemungkinan jalur
output. Perubahan fungsi dari Decoder menjadi Demultiplexer dapat dilihat pada blok
diagram dibawah ini menggunakan Decoder 2 ke 4 jalur.
TEKNIK DIGITAL 70
D0 D0
x
DECODER D1 D1
DEMULTIPLEXER
2 TO 4 LINE En 1 TO 4 LINE
D2 D2
y
D3 D3
En
x y
A
MSB D0
x
B
DECODER D1
y 2 TO 4 LINE
C D2
D3
En
D4
x
DECODER D5
2 TO 4 LINE
y D6
D7
En
TEKNIK DIGITAL 71
5.6. ENCODER
Encoder adalah suatu fungsi digital yang mempunyai operasi kebalikan dari
Decoder. Encoder mempunyai 2n (atau kurang) jalur input dan n jalur output
Satu contoh Encoder dapat dilihat pada gambar 8.4, yaitu Encoder oktal ke biner
memiliki 8 input dan 3 output yang membangkitkan bilangan biner tertentu.
D0 X = D4 + D5 + D6 + D7
D1
D2
D3 Y = D2 + D3 + D6 + D7
D4
D5
Z = D1 + D3 + D5 + D7
D6
D7
TEKNIK DIGITAL 72
Tabel 5.6.1. Truth Table dari Encoder Oktal ke Biner.
INPUT OUTPUT
D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 X Y Z
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Encoder dalam gambar 5.5.1. ini mengasumsikan bahwa hanya satu jalur input sama
dengan ‘1’1 pada setiap waktu. Jika ada dua atau lebih logika ‘1’ maka rangkaian ini
tidak berarti.
Karena jika suatu rangkaian mempunyai 8 variabel input, maka akan mempunyai 28 =
256 kombinasi input. Sedangkan disini yang mempunyai arti hanya 8 kombinasi
input, kombinasi yang laian adalah pada kondisi diabaikan (don’t care).
5.7. MULTIPLEXER
TEKNIK DIGITAL 73
I0
I1
Y
I2
I3
S1
MULTIPLEXER 4 x 1
S0
I I0
N I1 MUX OUTPUT
P Y
U I2 4X1
T I3
S1 S0
JALUR SELEKSI
TEKNIK DIGITAL 74
Tabel 5.7.1. Truth Table Multiplexer 4 x 1
S0 S1 Y
0 0 I0
0 1 I1
1 0 I2
1 1 I3
Setiap jalur input (I0 sampai dengan I3) dihubungkan ke salah satu input AND gate.
Jalur seleksi S0 dan S1 digunakan untuk memilih AND gate tertentu (lihat gambar
5.7.1.). Tabel kebenaran (truth table) 9.1. menunjukkan daftar input output untuk
setiap kombinasi input dari jalur seleksi.
Multiplexer juga bisa disebut pen-seleksi data (atau data selektor) karena rangkaian
ini memilih salah satu dari beberapa input dan mengontrol informasi biner ke jalur
output.
ditambah dengan 2n jalur input untuk setiap input AND gate. Keluaran dari AND gate
itu dihubungkan ke input OR gate untuk membentuk satu jalur output. Multiplexer
biasa disebut dengan MUX.
Jika kita memiliki suatu fungsi boolean dengan n+1 variabel, maka kita pilih salah
satu variabel sebagai input multiplexer dari I0, I1, …,In-1, sedangkan sisanya
TEKNIK DIGITAL 75
dihubungkan dengan jalur seleksi. Dengan demikian , akan membentuk fungsi n
variabel dengan 2n ke 1 multiplexer (2n x 1 MUX).
Sebagai contoh :
Kita memiliki fungsi boolean F (A,B,C) = (1, 3, 5, 6) Untuk meng-implementasi-
kan fungsi diatas, ikuti prosedur dibawah ini :
1. Fungsi diatas memiliki 3 variabel (A, B, dan C) dengan tabel kebenaran sebagai
berikut :
Minterm A B C F
0 0 0 0 0
1 0 0 1 1
2 0 1 0 0
3 0 1 1 1
4 1 0 0 0
5 1 0 1 1
6 1 1 0 1
7 1 1 1 0
2. Pilih salah satu variabel sebagai input multiplexer, misalnya kita pilih variabel A
sebagai input multiplexer.
3. Maka variabel yang tersisa adalah 2 variabel yaitu variabel B (msb) dan C (lsb),
yang akan kita hubungkan ke jalur seleksi Multiplexer. Dari variabel yang tersisa
maka multiplexer yang tepat untuk dipakai adalah 2 n ke 1 dimana n = 2 (jumlah
variabel tersisa), maka multiplexer yang dipilih adalah 22 ke 1 MUX atau 4 x 1
MUX, dengan hubungan jalur seleksi S1 hihubungkan dengan variabel B dan S0
disambungkan ke variabel C.
4. Buat tabel implementasi dengan MUX 4x1 dan variabel terpilih adalah A.
I0 I1 I2 I3
A’ 0 1 2 3
TEKNIK DIGITAL 76
A 4 5 6 7
I0 I1 I2 I3
A’ 0 1 2 3
A 4 5 6 7
Dan hasil tabel implementasi dapat dibaca dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika dalam 1 kolom input, kedua-duanya tidak dilingkari, maka terminal input
tersebut dihubungkan ke ‘0’.
b. Jika dalam 1 kolom input, kedua-duanya dilingkari, maka terminal input tersebut
dihubungkan ke ‘1’.
c. Jika dalam 1 kolom input, salah satu minterm yang dilingkari maka perlu dilihat
pada baris mana yang dilingkari. Jika yang dilingkari berada pada baris A’ maka
terminal input tersebut dihubungkan ke A’, begitu juga jika A, maka terminal input
tersebut dihubungkan ke A (lihat tabel implementasi).
TEKNIK DIGITAL 77
d. Gambarkan rangkaian hasil implementasi.
0 I0
1 I1 MUX F
Y
A I2 4X1
I3
S1 S0
B
C
5.9. RANGKUMAN
1. Half Adder , Dari keterangan global tentang half adder diatas, kita dapat melihat
bahwa rangkaian ini membutuhkan 2 input biner dan 2 output biner. Variabel input
terdiri dari bit yang akan dijumlahkan (AUGEND), dan bit yang penjumlah
(ADDEN).
Dan variabel output terdiri dari hasil penjumlahan / SUM (S) dan carry (C).
2. Full Adder adalah suatu rangkaian kombinasi yang membentuk penjumlahan
aritmatik dari 3 bit input. Ini terdiri dari 3 Input dan 2 Output. Kedua outputnya
disimbolkan dengan S untuk hasil penjumlahan (Sum) dan C untuk Carry.
3. Decoder adalah suatu rangkaian kombinasional yang mengkonversikan informasi
biner dari n jalur input ke maksimum 2n terminal output. Decoder dengan 1 (satu)
Enable input dapat berfungsi sebagai DEMULTIPLEXER (DEMUX).
4. Demultiplexer adalah suatu rangkaian yang menerima informasi dari satu jalur
(satu terminal) dan mentransfer informasitersebut ke salah satu dari 2n kemungkinan
jalur output.
TEKNIK DIGITAL 78