Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM TEKNIK

DIGITAL

Percobaan VI

ADDER (Rangkaian Logika Penjumlah)

I. Tujuan

Setelah menyelesaikan praktikum Decoder ini, mahasiswa diharapkan :

1. Mampu memahami prinsip kerja rangkaian logika Adder (Penjumlah).

2. Mampu mengoperasikan IC Adder TTL 7483.

3. Mampu menerapkan IC Adder TTL 7483 pada rangkaian aritmatika.

II. Alat dan Komponen

1. Protoboard satu buah

2. IC Gate-gate logika TTL 7483, 7408, 7432 dan 7486 @ satu buah

3. Modul LED satu buah

4. Catu Daya 0 - 5 volt DC satu buah

5. Multimeter satu buah

6. Kabel penghubung secukupnya

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 38


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

III. Teori

Pada bab ini akan dibahas beberapa rangkaian digital yang dapat melakukan
operasi aritmatika dalam bilangan biner, yaitu penjumlahan dan pengurangan.

3.1 Penjumlah Paruh (Half Adder)


Bilangan biner hanya mempunyai dua bilangan yaitu 0 dan 1, untuk itu jika
dua bilangan biner (masing-masing satu bit) yaitu antara yang dijumlahkan (augend)
dan penjumlah (addend) dijumlahkan, maka diperoleh hasil jumlah (sum) dan luapan
(overflow/carry) seperti ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah.

Tabel 3.1 Penjumlahan Dua Bit Bilangan Biner

Augend Addend Hasil Jumlah Luapan (Overflow/Carry)


A B S C
0 0 0 0
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1

Dari tabel 3.1 tersebut dapat diperoleh persamaan kedua keluaran, yaitu :
Hasil Jumlah S = AB + A B atau S= A⊕B
Luapan / Carry C = AB
Sehingga dari persamaan tersebut didapatkan rangkaian sebagai berikut :

S
HALF
Masukan Keluaran
ADDER
B C

(a) Blok Diagram Half Adder

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 39


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

A
Masukan Sum
B
Keluaran

Carry

(b) Rangkaian Logika Penjumlah Paruh (Half Adder)


Gambar 5.1 Penjumlah Paruh (Half Adder)

3.2 Penjumlah Penuh (Full-Adder)


Penjumlah penuh (Full-Adder) merupakan rangkaian penjumlah yang 3 bit
bilangan biner A, B dan masukan luapan Cin dengan keluaran hasil jumlah (sum) dan
luapan (overflow/carry) Cout.
Tabel 3.2 Penjumlah Penuh (Full Adder)
Masukan Keluaran
Augend Addend Carry input Hasil Jumlah Luapan (Overflow/Carry)
A B Cin S C
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1

Dari tabel 3.2 tersebut dapat diperoleh persamaan kedua keluaran, yaitu :

Hasil Jumlah S = A BC in + ABC in + A BC in + ABC in = A ⊕ B ⊕ C in

Luapan / Carry C out = ABC in + A BC in + ABC in + ABCin = BC in + AC in + AB

Sehingga dari persamaan tersebut didapatkan rangkaian sebagai berikut :

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 40


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

FULL
Masukan Cout Keluaran
in

(a) Blok Diagram Penjumlah Penuh (Full Adder)

Masukan B Sum

C in

Keluaran

Carry

(b) Rangkaian Logika Penjumlah Penuh (Full Adder)


Gambar 5.2 Penjumlah Penuh (Full Adder)

Masukan
B 3
A 3
B 2
A 2
B 1
A 1
B 0
A 0

C 3
C 2
C 1
C 0
C 4 FA 3
FA 2
FA 1
FA 0

S 3
S 2
S 1
S 0

Keluaran

Gambar 3.3 Penjumlah Paralel 4-Bit

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 41


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

Untuk mendapatkan jumlah bit yang lebih banyak, maka beberapa Penjumlah
Penuh (FA) diparalel. Misalnya bilangan biner 4-bit (A0, A1, A2, A3) ditambah 4-bit
(B0, B1, B2, B3) dengan keluaran (S0, S1, S2, S3) dan luapan C4, sehingga diperlukan 4
FA yang diparalel seperti ditunjukkan pada gambar 3.3
Agar oleh luapan (carry) yang dihasilkan tiap bit dapat dijumlahkan dengan
bit berikutnya dan diperoleh hasil penjumlahan yang benar, efek ini dinamakan
perambatan luapan (carry propagation atau carry ripple), yang disebabkan oleh
penundaan perambatan tiap FA. Contoh :
00111
10101 Yang dijumlah (Augend)
+ 00111 Penjumlah (Addend)

11100 Hasil Jumlah


00111 Luapan / Carry (ditambahkan ke posisi berikutnya)

Untuk mengatasinya, diperlukan rangkaian yang dapat mengetahui jika terjadi


luapan dan menjumlahkannya dengan bit berikutnya dengan waktu yang lebih cepat
dari penundaan perambatan tiap FA, yaitu Generator Look Ahead Carry. Dalam
penerapan penjumlahan menggunakan IC, biasanya sudah disertai dengan Generator
Look Ahead Carry, contohnya IC Penjumlah 4-bit adalah 7483.
B 4 S 4 C 4 C 0 GND B 1 A 1 S 1

16 15 14 13 12 11 10 9

7483

1 2 3 4 5 6 7 8

A 4 S 3 A 3 B 3 V CC S 3 B 2 A 2

Gambar 5
3.4 Penjumlah Paralel 4-Bit 7483

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 42


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

3.3 Penjumlahan Sistem Komplemen Ke-2

Pada sistem bilangan biner untuk menyatakan bilangan negatif atau


pengurangan digunakan sistem komplemen ke-2, yaitu (yaitu dengan cara
menambah nilai sebenarnya dengan komplemen –1 (diperoleh dari membalik
nilai sebenarnya)dan ditambah 1 pada bit yg bernialai paling rendah. Disini bit
tanda negatif menggunakan biner 1, sedangkan besarannya dibalik
(komplemen ke-1) lalu ditambah 1 pada bit yang bernilai paling rendah (Least
Significant Bit / LSB) untuk mendapatkan komplemen ke-2.
Gambar 3.5 dibawah adalah contoh rangkaian penjumlah atau pengurang
untuk bilangan positif pada tertambah / terkurang dan bilangan negatif pada
penambah / pengurang dalam sistem komplemen ke-2 beserta bit tandanya, untuk
operasi penjumlahan menggunakan bit 0 dan untuk operasi pengurangan
menggunakan bit 1. Bentuk komplemen ke-1 menggunakan Gate Ex-Or sebagai
pembalik. Apabila hasil penjumlahan / pengurangan adalah positif, maka hasil jumlah
yang ditampilkan sudah benar, sedangkan apabila hasil penjumlahan / pengurangan
adalah negatif, maka hasil jumlah yang ditampilkan masih dalam bentuk komplemen
ke-2, agar mendapatkan hasil yang sesungguhnya dijadikan ke komplemen ke-1
(dibalik) lalu ditambah 1 pada LSBnya, untuk itu diperlukan rangkaian tambahan
pada keluaran hasil jumlah / selisih, demikian juga apabila diinginkan pada masukan
tertambah / terkurang untuk bilangan negatif.

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 43


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

Tertambah / Terkurang Penambah / Pengurang


A 3
A 2
A 1
A 0
B 3
B 2
B 1
B 0

Bit tanda
0 Penjumlahan
1 Pengurangan

Luapan /
Pinjaman
C 4 FA 4-Bit C 0

S 3
S 2
S 1
S 0

Hasil Jumlah / Selisih

Gambar 3.5 Penjumlah Komplemen Ke-2

3.4 Penjumlahan Serial


Kecepatan dalam menjumlahkan dua bilangan biner pada Penjumlah Paralel
relatif tinggi, karena semua bit dijumlahkan secara serentak. Tetapi kecepatannya
dibatasi oleh waktu perambatan luapan (carry), yang dapat diatasi dengan
menggunakan Generator Look Ahead Carry, untuk itu diperlukan rangkaian
tambahan sebanding dengan banyaknya bit yang dijumlahkan.
Pada Penjumlah Serial, proses penjumlahannya dilakukan seperti diatas
kertas, yaitu dijumlahkan per bit, sehingga rangkaiannya lebih sederhana tetapi
kecepatannya lebih rendah. Gambar 5.6 menunjukkan rangkaian Penjumlah (Adder)
Serial 4 bit yang menggunakan FF-D sebagai Register, Register A untuk data yang
dijumlahkan (Augend) dan juga sebagai hasil penjumlahan (Sum) serta Register B
untuk data penjumlahnya (Addend). Proses penjumlahannya dilakukan di FA dimulai
dari LSB yaitu A0, B0 dan keluaran Q dari FF carry yang sudah direset sebelumnya.
FF carry digunakan untuk menyimpan luapan/carry dari FA, sehingga dapat
dijumlahkan dengan bit berikutnya pada kedua Register.

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 44


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

Register Geser
SET SET SET SET LSB
D Q D Q D Q D Q
A 3 A 2 A 1 A 0
CLR
Q CLR
Q CLR
Q CLR
Q
Sum
FA
Carry out

Register Geser
Carry in
SET SET SET SET LSB
D Q D Q D Q D Q
B 3 B 2 B 1 B 0
CLR
Q CLR
Q CLR
Q CLR
Q
SET
D Q

Clock CLR
Q

Pulsa clear

Gambar 3.6 Penjumlah Serial

Hasil jumlahnya (Sum) diberikan ke masukan D dari Register A3, dan akan
muncul pada keluaran A3 saat pemberian pulsa Clock. Demikian pula keluaran B0
dihubungkan ke masukan D dari Register B3, dan akan muncul pada keluaran B3
bersamaan dengan pemberian pulsa Clock. Dengan cara ini maka Register B tetap
setelah operasi pergeseran selesai.

Tabel 3.3 Proses Penjumlah Serial


Pulsa Register A Register B Carry in Keluaran Keluaran
Clock A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0 (Keluaran Q) Sum Carry
Awal 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0
Pertama 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1
Kedua 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1
Ketiga 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0
Keempat 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
Hasil Jumlah
akhir

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 45


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

Operasi Adder serial ini dapat dengan mudah dipahami dengan contoh
berikut, misalnya Augend = 0111 yang disimpan di Register A dan Addend =
0010 di Regsiter B, dengan mereset FF carry ke 0, sehingga Carry-in = 0 dan
urutan prosesnya ditunjukkan pada tabel 3.3 diatas.

Gambar 3.6 diatas juga bisa digunakan untuk pengurangan atau penjumlahan
dalam sistem komplemen ke-2, yaitu yang dikurangi (minuend) disimpan di Register
A dan pengurang (subtrachend) di Register B yang menggunakan keluaran Q untuk
dihubungkan ke FA agar diperoleh bentuk komplemen ke-1 (kebalikannya) serta
Carryin = 1 (bentuk komplemen ke-2) sebelum dijumlahkan. Setelah itu dilakukan
proses yang sama seperti penjumlahan bilangan biner biasa.

3.5 Penjumlahan BCD (Binary Coded Decimal)


Pada sistem digital seringkali beroperasi dalam kode desimal yang dikodekan
dalam biner (Binary Coded Decimal/BCD) dari pada kode biner biasa. Yang
memerlukan 4 bit kode biner untuk menyatakan tiap digit desimal dalam kode BCD.
Misalnya desimal 478 dalam kode BCD adalah :
4 7 8 Kode Desimal

0100 0111 1000 Kode BCD

Ada beberapa prosedur dalam menjumlahkan dua bilangan BCD, yaitu :


• Jumlahkan kelompok kode BCD untuk tiap posisi digit desimal
• Apabila hasil jumlahnya (sum) 9 atau kurang, itu adalah hasil
penjumlahan bentuk BCD yang benar
• tetapi apabila hasil jumlahnya lebih besar dari 9, maka perlu dikoreksi,
yaitu menambahkan faktor koreksi (0110) pada hasil penjumlahan tersebut
dan ini menghasilkan luapan (carry) untuk dijumlahkan dengan kode BCD
berikutnya.

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 46


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

Tabel 3.4 Hasil Penjumlahan Dua Bilangan BCD


Hasil Jumlah BCD Heksa Hasil Jumlah BCD
Tanpa Koreksi desi Terkoreksi BCD
C4 S3 S2 S1 S0 mal Cn Σ3 Σ2 Σ1 Σ0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1
0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 0 2
0 0 0 1 1 3 0 0 0 1 1 3
0 tanpa
0 1 0 0 4 0 0 1 0 0 4
0koreksi
0 1 0 1 5 0 0 1 0 1 5
0 0 1 1 0 6 0 0 1 1 0 6
0 0 1 1 1 7 0 0 1 1 1 7
0 1 0 0 0 8 0 1 0 0 0 8
0 1 0 0 1 9 0 1 0 0 1 9
0 1 0 1 0 A 1 0 0 0 0 10
0 1 0 1 1 B 1 0 0 0 1 11
0 1 1 0 0 C 1 0 0 1 0 12
0 1 1 0 1 D 1 0 0 1 1 13
0 harus
1 1 1 0 E 1 0 1 0 0 14
0 1
dikoreksi 1 1 1 F 1 0 1 0 1 15
1 0 0 0 0 10 1 0 1 1 0 16
1 0 0 0 1 11 1 0 1 1 1 17
1 0 0 1 0 12 1 1 0 0 0 18
1 0 0 1 1 13 1 1 0 0 1 19

S1S0
00 01 11 10
00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
S3S2
11 1 1 1 1
10 0 0 1 1

Persamaan Koreksi = C 4 + S 2S3 + S 1S3


= C4 + S3 (S1 + S2)

(a) K’map Untuk Persamaan Koreksi (Penambah 0110)

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 47


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

Bilangan Bilangan
BCD BCD
B 3
B 2
B 1
B 0
A 3
A 2
A 1
A 0

C 4
C 0

S 3
S 2
S 1
S 0

C 4
B 3
B 2
B 1
B 0
A 3
A 2
A 1
A 0
C 0

diabaikan

C n
S 3
S 2
S 1
S 0

Hasil Jumlah
BCD

(b) Rangkaian Penjumlah BCD


Gambar 3.7 Penjumlah BCD

Rangkaian Adder BCD harus mampu beroperasi seperti ketentuan diatas,


yaitu dapat mendeteksi hasil jumlahnya 9 (1001) atau kurang, lebih besar dari 9 atau
bahkan lebih besar dari 15 dan mengkoreksi sehingga diperoleh bilangan BCD yang
benar. Untuk mendapatkan rangkaian pengkoreksinya tabel 5.4 berikut menunjukkan
semua kemungkinan hasil penjumlahan dua bilangan BCD.

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 48


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

Dari Tabel 5.4 tersebut tampak bahwa yang harus dikoreksi adalah hasil
penjumlahan 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19. Dari sini jika dimasukkan pada
peta Karnaugh (K’map) diperoleh rangkaian pengkoreksi seperti yang ditunjukkan
pada gambar 3.7.

IV. Cara Kerja


4.1 Pengoperasian IC ADDER 7483
4.1.1 Ukuran keluaran Catu Daya sebesar + 5 Volt, lalu matikan.
4.1.2 Persiapkan protoboard, letakkan IC TTL 7483 pada kanal protoboard.
Hubungkan kaki pin VCC IC 7483 dengan tegangan + 5 Vdc dan kaki / pin
GND dengan 0 V atau ground.
4.1.3 Hubungkan keluaran (S1 – S4) pada IC 7483 dengan Modul LED.
4.1.4 Berikan input-input yang bervariasi pada kedua masukan ADDER dan amati
keadaan output - outputnya. Buatlah tabel kebenaran dari percobaan anda!
Masukan Keluaran
C0 A4 A3 A 2 A 1 B4 B3 B2 B1 S4 S3 S2 S1 C4
0 0 1 0 1 0 1 1 0
1 0 1 0 1 0 1 1 0
1 1 0 1 0 0 1 1 0
1 1 0 1 0 1 0 1 0

4.2 IC ADDER 7483 sebagai Penjumlah Komplemen Ke-2


4.2.1 letakkan dua IC 7483 pada kanal protoboard. Hubungkan kaki pin V CC IC
7483 dengan tegangan + 5 Vdc dan kaki / pin GND dengan 0 V.
4.2.2 Rangkaialah dua IC 7483 sebagai rangkaian Penjumlah komplemen ke 2
seperti gambar 3.5, sehingga bisa digunakan untuk menjumlahkan dua
bilangan positif ataupun negatif.
4.2.3 Hubungkan ke-dua keluaran (S1 – S4) pada masing-masing IC 7483 dengan
IC 7483 yang ke tiga, lalu hubungkan keluaran (S 1 – S4) pada IC 7483 ke-
tiga ke Modul LED.

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 49


PRAKTIKUM TEKNIK
DIGITAL

4.2.4 Berikan ke-dua masukan (A1 – A4) IC 7483 ke 0 Volt, sedangkan kedua
masukan (B1 – B4) IC 7483 sesuai dengan angka yang tertambah/ terkurangi
dan penambah/pengurangnya.
4.2.5 Berikan variasi angka-angka yang lain lalu buatlah tabel kebenaran dari
percobaan anda!

4.3 IC ADDER 7483 sebagai Penjumlah BCD


4.3.1 letakkan dua IC 7483 pada kanal protoboard. Hubungkan kaki pin VCC IC
7483 dengan tegangan + 5 Vdc dan kaki / pin GND dengan 0 V.
4.3.2 Rangkaialah dua IC 7483 sebagai rangkaian Penjumlah BCD seperti gambar
3.7, sehingga bisa digunakan untuk menjumlahkan dua bilangan BCD.
4.3.3 Hubungkan keluaran (S1 – S4) dan keluaran Cn ke Modul LED.
4.3.4 Berikan 4 pasang bilangan BCD ke masukan (A 1 – A4) dan masukan (B1 –
B4) IC 7483, sedangkan masukan C0 ke 0 volt.
4.3.5 Buatlah tabel kebenaran dari percobaan anda!

V. Pertanyaan
5.1 Tunjukkanlah bagaimana Full Adder disusun dari Half Adder !
5.2 Ubahlah gambar 3.5 sehingga dapat digunakan untuk menjumlahkan dua
bilangan negatif dan hasil jumlahnya dalam bentuk TMF !
5.3 Rangkailah IC 7483 sebagai Rangkaian Penjumlah serial bilangan biner !
5.4 Rangkailah IC 7483 sebagai Rangkaian Pangali bilangan biner !

POLITEKNIK NEGERI MALANG ADDER 50

Anda mungkin juga menyukai