Anda di halaman 1dari 135

Skripsi

PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP


TAYANGAN STAND UP COMEDY KOMPAS TV SEBAGAI
PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA

OLEH :

NURDIYANA

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP
TAYANGAN STAND UP COMEDY KOMPAS TV SEBAGAI
PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA

OLEH :

NURDIYANA
E31112010

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Departemen Ilmu Komunikasi

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017

KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan Inayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Persepsi

Mahasiswa Ilmu komunikasi Terhadap Tayangan Stand up Comedy Kompas TV

Sebagai Program Komedi Populer di Indonesia” ini terselesaikan guna memenuhi

syarat dalam menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Komunikasi Prodi

Broadcast (Penyiaran) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Hasanuddin.

Berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi selama penyusunan skripsi

ini. Namun berkat bantuan, semangat, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari pihak

sehingga hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi untuk itu perkenankanlah

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Segala Puji dan Syukur Kepada Allah SWT yang telah memberikan

Kemudahan serta Kelancaran terhadap segala usaha penulis dalam

mewujudkan skripsi ini, Kedua orang tua, Ayah H. Ahmad dan Ibu Hj.

Haeriah BA yang senantiasa mendukung serta memberikan doa, motivasi

serta kasih sayangnya demi keberhasilan penulis.

2. Pembimbing I, sekaligus Pembimbing Akademik Bapak Dr Hasrullah M.A,

Pembimbing II yakni bapak Das’ad Latief S.Sos.,S.Ag.,M.Si.,P.hd. yang telah

banyak membantu, membimbing dan mendukung penulis dalam


menyelesaikan skripsi ini mulai dari awal dan hingga selesinya penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak Dr. Moeh Iqbal, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi dan

Bapak Andi Subhan Amir, S,Sos.,M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi. Terima kasih untuk semua kebijaksanaan yang telah diberikan.

4. Seluruh dosen – dosen Departemen Ilmu Komunikasi, untuk segala ilmu

pengetahuan yang telah diberikan.

5. Para pegawai Departemen Ilmu Komunikasi dan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik yang telah membantu pengurusan berkas untuk penyelesaian

skripsi ini.

6. Keluarga besar Treasure 12 terkhusus Nurul Hidayah Mustami, sahabat saya

atas segala cerita indah baik senang dan susah, canda tawa, segala perjuangan

dan segala cerita manis yang yang telah kita rangkai bersama – sama.

7. Teman – teman KKN Unhas Gelombang 92, Desa Bonto Mate’ne kecamatan

Sinoa Kabupaten Bantaeng Terima kasih atas kebersamaannya selama 2

bulan.

8. Dan seluruh pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Makassar, 20 Mei 2017


ABSTRAK

NURDIYANA, Persepsi Mahasiswaa Ilmu Komunikasi Universitas


Hasanuddin Terhadap Tayangan Stand up Comedy Kompas TV Sebagai
Program Komedi Populer di Indonesia (dibimbing oleh Hasrullah dan Das’ad
Latief)

Skripsi ini bertujuan : (a) Untuk mengetahui gambaran secara umum Persepsi
mahasiswa ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up comedy. (b) Untuk
mengetahui Faktor apa saja yang membuat tayangan stand up comedy begitu populer
di kalangan mahasiswa khususnya di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan Maret hingga april 2017
dilaksanakan di Departemen Ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin Tayangan Stand up comedy sangat banyak diperbincangkan
oleh para penikmat humor dan program komedi di Indonesia.

Data primer diperoleh dari pengumpulan kuesioner yang telah dijawab oleh
responden. Data sekunder berupa referensi dari buku, koran, dan lain-lain yang
berkaitan dengan penelitian. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya dianalisis
secara kuantitatif dengan mendeskripsikan data dalam bentuk tabel frekuensi serta
grafik. Metode yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa darri berbagai persepsi mahasiswa
yang telah diukur berdasarkan beberapa variabel pertanyaan menunjukkan bahwa
sebanyak 92,5% responden mengaku terhibur dengan hadirnya tayangan stand up
comedy, begitupula dengan beberapa kategori yang lain meliputi waktu penayangan,
durasi dan tema, daya tarik & hingga penampilan komika. Adapun faktor—faktor
yang mempengaruhi persepsi mahasiswa adalah faktor eksternal seperti intensitas,
ukuran, kontras, gerakan, pengulangan, keakraban, dan novelty. Sedanggkan faktor
internal seperti kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, sekap,
kepercayaaan umum, dan penerimaan diri.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HASIL PENERIMAAN TIM EVALUASI………………………………… iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakan Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan dan Kegunaan ....................................................................... 6
D. Karangka Konseptual ........................................................................ 7
E. Landasan Teori……………………………………………………... 11
F. Definisi Konseptual………………………………………………… 15
G. Kerangka Penelitiann……………………………………………….. 17
H. Defenisi Oprasional ........................................................................... 18
I. Metode Penelitian.............................................................................. 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Komunikasi Massa………………………………………………… 27
B. Televisi…………………………………………………………….. 30
1. Fungsi Media massa…………………………………...………. 31
2. Televisi Sebagai Media Massa……………………………........ 32
3. Fungsi Televisi…………………………………………………. 33
4. Program Siaran…………………………………………………. 34
5. Audiens………………………………………………………… 39
6. Efek Media massa……………………………………………… 40
C. Persepsi……………………………………………………………… 41
1. Pengertian Persepsi……………………………………………... 41
2. Proses Pembentukan Prsepsi.………………………………….. 43
3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi………………………..... 44
4. Jenis – Jenis Persepsi…………………..………………………. 46
D. Deskripsi Teori……………………………………………………... 47
1. Teori S-O-R…………………………………………………….. 47
2. Teori Perbedaan Individu………………………………… . ….. 49
3. Teori Komedi…………………………………………………… 50

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI


A. Jurusan Ilmu Komunikasi UNHAS………………………………….. 52
1. Sejarah Singkat Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas…………......... 52
2. Visi, Misi, dan Tujuan Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas……….. 54
3. Sasaran Program Studi……………………..…………………….. 55
4. Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas…………………………........... 55
5. Profil Lulusan Program Studi……………………………............ 57
6. Kompetensi Lulusan……………………………...……………… 58

B. Program Stand up comedy Kompas TV………………................. 66


1. Pengertian stand up comedy…………………………………. 68
2. Sejarah Stand up comedy...…………………...……………… 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian……………………………………..……………. 70
1. Identitas Responden…………………………………………. 70
1.1 Angkatan…………………………………………..…….. 70
1.2 Jenis Kelamin……………………………………………. 71
1.3 Usia………………………………………………………. 72

2. Variabel Penelitian…………………………..……………… 73
2.1 Durasi Menonton………………………………………... 73
2.2 Jenis acara yag disenangi penonton….……….………… 74
2.3 Stand up comedy merupakan proram hiburan……..…… 75
2.4 Pernah meonton stand up comedy……………………… 76
2.5 Tayang stand up comedy menghibur…………..……….. 77
2.6 Tayangan stand up comedy memberi informasi………… 78
2.7 Tayangan stand up comedy menambah wawasan……….. 79
2.8 Tayangan stand up comedy mengjarkan baik & buruk….. 80
2.9 Tayangan stand up comedy disukai penonton……...…… 81

3. Jadwal Penayangan……………………………..………………. 82
3.1 Waktu Penayangan…………………………………...…….. 82
3.2 Hari pnayangan…………………………………………...... 83
3.3 Durasi Penayangan…………………………………...…...... 84
3.4 Penayangan stand up comedy……………………………… 85

4. Komedian Stand up (comic)………………………………........ 86


4.1 Pengetahuan nama – nama komika……………..…………. 86
4.2 komika memiliki kredibilitas.…..………………………….. 87
4.3 Komika tampil ahli dalam membawakan materi………….. 88
4.4 Ekspresi Komika………………………………...…………. 99
4.5 Penggunaan gaya bahasa komika..…………………………. 90

5. Tema dan kejelasan materi & setting studio…………......…..... 91


5.1 Tema merupakan fenomena yang aktual…………………… 91
5.2 Tema merupakan fenomena yang factual………………….. 92
5.3 Setting studio……………………………………………….. 93

6. Daya Tarik……………………...……………………………..... 94
6.1 Daya Tarik Menonton Tayangan Stand up comedy…...……… 94
6.2 Tujuan Menonton Tayangan stand up comedy…..…..………. 95
6.3 Uji Validitas…………………………………………………… 96
6.4 Uji Reabilitas………………………………………………….. 99

B. Pembahasan……………...………………………………………….. 100
1. Identitas Responden…………………………………..…………. 100
2. Jadwal Penayangan………..…………………………………..... 100
3. Penampilan komika…………………………………………...… 102
4. Tema/materi & setting acara……………………………………. 103
5. Daya Tarik………………………...…………………………….. 104
6. Persepsi…………………..……………………………………… 104
7. Faktor yang menyebabkan stand up comedy kian populer…….. 110

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………...…………..… 112
1. Interpertasi Hasil Penelitian…………………………………….. 112
B. Saran……………………………………………………………….... 113
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 113
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1.1 Estimasi Rngking, UM 11 Kota…....................................................... 3


1.2 Definisi Konseptual…......................................................................... 15
1.3 Jumlah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi………………………. 24
1.4 Penentun Jumlah Sampel dan Populasi (Tabel issac)…….................. 25
1.5 Sampel per Angkatan…………………………….............................. 26
3.1 Jumlah mahsiswa Ilmu komunikasi Tahun......................................... 66
4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan………………………. 71
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………………. 72
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia………………………......... 73
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Menonton Televisi …….. 74
4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Daya Tarik Menonton tayangan
stand up comedy …………………………………………………….. 95
4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Menonton Tayangan
stand up comedy …………………………………………………...... 96
4.13 Hasil Uji Validitas ……………………………………………….….. 96
4.14 Hasil Uji Reabilitas…………………………………………………… 99
5.1 Hasil Penyeleksian Terhadap berbagai argument mengenai
stand up comed………………………………………………………… 113
DAFTAR GRAFIK

Nomor halaman

Grafik 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Acara……..……… 75


Grafik 2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tayangan stand up comedy
Sebagai Program Hiburan…………………………………….. 76
Grafik 4.3 Distribusi Responden yang Pernah/tidak Pernah menonton
Tayangan stand up comey……………………………………. 77
Grafik 4.4 Distribusi Responden yang Tertawa/terhibur setelah menonton
Tayangan stand up comedy…………………………………… 78
Grafik 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian tayangan
stand up comedy dapat memberi informasi………………….. 79
Grafik 4.6 Distribusi Responden mengenai Tayangan stand up comedy
yang dapat memberi wawasan………………………………… 80
Grafik 4.7 Distribusi Responden mengenai Tayangan stand up comedy
mengajarkan hal yang baik & buruk…………………………… 81
Grafik 4.8 Distribusi Responden yang Menyukai/tidak menyukai Tayangan
stand up comedy………………………………………………… 82
Grafik 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan waktu penayangan
stand up comedy………………………………………………. 83
Grafik 4.10 Distribui Responden Berdasarkan hari penayangan
stand up comedy………………………………………………. 84
Grafik 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan durasi penayangan
stand up comedy……………………..………………………… 85
Grafik 4.12 Disrtibusi Responden Berdasargan hari penayangan
stand up comedy seminggu sekali ………………………...… 86
Grafik 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan seputar
nama – nama Komika (comic).……………………………….. 87
Grafik 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Komika memiliki kredibilitas
sebagai seorang stand up comedy-an…………………………. 88
Grafik 4.15 Distribusi Responden mengenai penyampaian jokes/lawakan
para komika (comic)……………………………………………. 89
Grafik 416 Distribusi Responden Berdasarkan ekspresi yang menarik
dari para komika………………………………………………… 90
Grafik 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan gaya bahasa
para komika (comic) stand up…………………………………. 91
Grafik 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Tema/materi stand up
comedy yang aktual………………………………………… 92
Grafik 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tema/materi stand up
comedy yang faktual..……………………………………… 93
Grafik 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan setting studio (backsound &
background ) tayangan stand up comedy ...…………………. 94

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

Gambar 1.1 Teori S-O-R.......................................................................... 14


Gambar 1.2 Kerangka Penelitian............................................................... 18
Gambar 2.1 Skema Pembentukan Persepsi……………………………… 43
Gambar 2.2 The Stimulus Organism Respons Theory…………………... 49
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya fungsi dari media massa yakni menyediakan informasi, sebagai

sarana edukasi, sarana untuk menghibur diri, serta sebagai alat untuk mempesrsuasi

khalayak. Media massa khususnya televisi memiliki fungsi sebagai penyampai

informasi. Pada umumnya tujuan utama khalaayak dalam menonton televisi adalah

untuk memperoleh hiburan/relaksasi, selebihnya memperoleh informasi Ardianto

(2004:128).

Televisi sebagai media massa elektronik, mempunyai banyak fungsi

khususnya yang paling dominan ialah fungsi hiburan. Dari sekian banyak tayangan

hiburan televisi yang ada yakni, sinetron, kuis/games, film, reality show hingga acara

lawak, satu diantaranya yang mencuri perhatian adalah program yang kini masih

terbilang baru didunia lawak tanah air. Ialah program “stand up comedy”, sebuah

program yang menghibur sekaligus dapat memberikan pengetahuan dan wawasan

bagi para penonton. Stand up comedy sendiri merupakan seni melawak tunggal yaitu

salah satu genre profesi melawak yang pelawaknya membawakan materi lawakannya

di atas panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa langsung, dengan cara

bermonolog mengenai sesuatu topik.


Acara stand up comedy kini banyak diminati oleh penonton khususnya

kalangan mahasiswa, hal ini diindikasikan oleh banyaknya stasiun TV yang

menayangkan program stand up comedy diantaranya ialah Metro TV, Kompas TV,

serta indosiar. selain itu program stand up comedy juga pernah menduduki rating 3

besar bersaing dengan sinetron yang juga populer di masyarakat. munculnya program

stand up comedy juga menjadi awal lahirnya komunitas-komunitas stand up comedy

pada kota-kota besar seperti halnya di Makassar.

Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang stand up comedy

yakni gaya komunikasi, konteks humor dalam materi stand up comedy, hingga

retrorika dakwah yang terkandung dalam stand up comedy. Tayangan stand up

comedy di kalangan masyarakat masih terbilang baru namun sudah mempunyai

tempat terbukti sejak populernya tayangan ini, rating program stand up comedy pun

kian memuncak meskipun bersaing dengan beberapa sinetron yang juga populer di

kalangan pemirsa. Direktur Utama Kompas TV Rikard Bagun menyatakan, “Stand

Up Comedy Indonesia merupakan salah satu program yang menjadi trade mark

KompasTV. Kesuksesan yang diraih SUCI dari tahun ke tahun memacu kami untuk

terus menayangkan program ini. Tidak hanya itu, SUCI juga telah menjadi gerbang

awal bagi komika di seluruh Indonesia untuk masuk ke dunia entertainment. Terbukti

dari sejumlah alumni SUCI yang mampu meraih sukses di dunia entertainment

Indonesia. Rating acara tv Indonesia versi KPI atau sebut saja Semi Rating KPI yang

merupakan pemeringkatan terhadap program siaran yang di usulkan stasiun televisi


bdalam Semi Rating KPI ini ada 810 responden di tanya tentang program-program

acara yang ditontonnya dan berikut ini adalah hasil jawaban dari responden untuk

kategori program komedi berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam survey indeks

kualitas program. (http://www.rose.blogspot.com)

Gambar 1.1 Rating acara TV versi KPI

sumber : Data primer 2016

Fenomena stand up comedy menjadi bentuk nyata adanya interaksi dengan

berbagai macam ciri khas bahasa dan budaya yang ada di Indonesia hingga

menghasilkan makna-makna dari materi lawakan yang khas dan cerdas. Program

stand up comedy memandang gejala ini secara kritis. Mereka merasa penyampaian

kritik atau protes masyarakat terhadap suatu permasalahan yang berkembang kurang

begitu efektif. Seperti aksi demonstrasi, bukan aspirasi yang tersampaikan justru

masalah baru muncul akibat aksi tersebut, misalnya kemacetan, aksi anarkisme atau

rusaknya fasilitas umum. Humor dalam materi stand up didapat dengan mengamati

fenomena sosial, menganalisis, menyusun, lalu menyampaikannya lewat humor.

Stand up comedy merupakan bagian dari pertunjukan seni tunggal yang berakar dari
pertunjukan komedi namun mengangkat tema kritik sosial, budaya hingga politik di

dalamnya.

Para pelaku “stand up comedy” atau biasa disebut komika ‘comic’ sangat lihai

dalam menyampaikan materi hingga dapat mengundang tawa penonton. Talenta yang

dimiliki oleh seorang komika tentunnya tak lepas dari penguasaannya terhadap ilmu

komunikasi khususnya kajian ilmu retorika serta kemampuan public speaking. Cara

seorang komika mempersuasi penonton sehingga penonton mampu memahami

maksud lucu yang terkandung dalam pertunjukan stand up comedy tersebut.

kesuksesaan seorang komika bergantung pada strategi komunikasi yang

digunakannya saat tampil di depan halayak.

Berangkat dari hal tersebut, ingin diketahui beragam persepsi yang mucul

sehubungan dengan populernya tayangan stand up comedy terutama di lingkungan

mahasiswa Departemen Ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin (UNHAS), karena

tayangan stand up comedy tersebut merupakan suatu seni atau teknik berbicara

dengan beretorika, dan dari semua jurusan yang ada di Fakultas ilmu sosial dan ilmu

politik (FISIP) mahasiswa Ilmu komunikasilah yang secara khusus membahas

tentang retorika. Retorika adalah suatu gaya atau seni berkomunikasi baik yang

dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini

retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam

proses komunikasi antar manusia. Selain itu, stand up comedy juga sangat erat

kaitannya dengan apa yang dipraktekkan oleh mahasiswa ilmu komunikasi


sehubungan dengan public speaking, dimana seorang pembicara dalam hal ini

seorang komika membutuhkan pengetahuan dalam mempersuasi orang lain sehingga

khalayak dengan mudah memahami maksud lucu dalam materi komedi yang

disampaikan dan disajikan dalam stand up comedy. Banyak mahasiswa kini menjadi

pecinta stand up comedy, bahkan turut menjadi pelaku dengan mengikuti berbagai

komunitas hingga mengikuti ajang kompetisi (http://www.megapolitan.kompas.com).

Atas dasar ini lah dipilih Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

departemen Ilmu komunikasi sebagai objek penelitian sebagai pertimbangan juga

karena departemen Ilmu Komunikasi Unhas telah berakreditasi, sehingga

ditetapkanlah judul penelitian: Persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap

tayangan stand up comedy sebagai program komedi popular di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dibuatlah

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi (pengamatan, pemahaman, penyeleksian &

penafsiran) mahasiswa Ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up

comedy ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi Mahasiswa ilmu

komunikasi terhadap tayangan stand up comedy yang kian populer

sebagai program komedi hiburan ?


C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini antara lain :

a. Untuk mengetahui gambaran secara umum serta persepsi mahasiswa

Departemen Ilmu komunikasi terhadap tayangan stand up comedy.

b. Untuk mengetahui dan mempelajari berbagai macam faktor yang

membuat stand up comedy begitu populer dan diminati oleh penonton

khususnya mahasiswa di Indonesia.

2. Kegunaan yang diharapkan oleh penulis dengan adanya penelitian ini

adalah :

a. Secara Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya

referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan mahasiswa dan

peneliti lainnya yang membahas hal yang sama.

b. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penelit serta

perbendaharaan karya ilmiah pengembangan Ilmu komunikasi

khususnya media massa dalam bentuk penelitian khalayak.

c. Secara Praktis

Penelitian ini diharapka dapat menjadi masukan bagi program

televisi berupa hiburan (Entertaiment) khususnya program komedi,

untuk lebih memberikan informasi dalam sajian tayangan yang cerdas

dan berkualitas.
D. Kerangka Konseptual

1. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak

berhenti begitu saja, malainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses

selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak lepas

dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses

pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap

saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu

melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung

sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, kulit pada telapak

tangan sebagai alat perabaan, yang kesemuanya merupakan alat indera yang

digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Stimulus yang

diindera itu kemudia oleh individu diorganisasikan dan di interprestasikan,

sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang di indera, dan proses

ini disebut persepsi Walgito (2010:99).

1. a. Jenis-jenis Persepsi

Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu

persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia

(persepsi sosial), dan menurut Mulyana (2001:171), kedua persepsi

tersebut mempunyai perbedaan, peredaan tersebut mencakup:


1.a. 1. Persepsi terhadap objek (lingkungan Fisik)

Persepsi fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek

tidak beryawa yang ada di sekitar lingkungan kita. Dalam tayangan

"stand up comedy” persepsi lingkungan fisik terhadap objek dapat

diliat dari segi kualitas program acaranya meliputi tema/materi

acara, waktu penayangannya dan setting acara.

1.a. 2. Persepsi terhadap manusia (Lingkungan Sosial)

Pesepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial

dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Oleh karena itu

manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan

mengandung resiko. Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi

persepsi anda terhadap saya, dan gilirannya persepsi anda terhadap

saya juga mempengaruhi persepsi saya terhadap anda. Setiap orang

memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya.

Karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap

lingkungan sosialnya.

1. b. Proses Terjadinya Persepsi

Dengan demikan dapat dijelaskan terjadinya proses persepsi sebagai

berikut :

Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau

reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang

diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses
ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak,

sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu,

sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi

dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis.

Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu

menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor

Walgito (1997:54).

1. c. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi

Persepsi yang dilakukan masing-masing individu tentunya

berbeda-beda, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus

merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan

dengan beberapa faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:

1.c. 1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,

tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan

yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai

reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

1.c. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat

untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan


syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk

mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

1.c. 3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan

pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktifitas individu yang

ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan

persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar

terjadinya persepsi, yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan

syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syaraf fisiologis,

serta perhatian, yang merupakan syarat psikologis Walgito (2010:101).

2. Tayangan stand up comedy Kompas TV

Audience akan melihat apa yang ditampilkan dalam stand up comedy

tentu dengan efek-efek yang berbeda misalnya dengan materi-materi SARA

(Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). Dalam komedi, ini dikonstruksikan

bahwa segalanya mungkin dilakukan untuk menghibur penonton. Mengkritisi

kehidupan sosial bermasyarakat, menyindir tentang umat beragama lain,

sampai kearah mengumpat dengan kasar yang ditujukan agama dan etnis

tertentu. Komedi menjadi media ampuh mengungkapkan sesuatu baik itu

untuk menghibur maupun sebagai penyampaian pesan yang diterima oleh


penonton. Audience mungkin akan memiliki pemaknaan yang kepada serupa

dengan apa yang disampaikan comic dalam stand up comedy ini. Hasil dari

latar belakang kultural dan hasil interaksi dengan lingkungan mempengaruhi

pemaknaan informan. Audience memiliki pemahaman masing-masing dalam

memaknai informasi, namun pengetahuan yang mereka terima dan latar

belakang kultural yang mempengaruhi hal itu.

Barker mengatakan bahwa penonton adalah pencipta kreatif makna

dalam kaitannya dengan televisi, yang berlaku juga untuk media yang lain

(mereka tidak sekadar menerima begitu saja makna-makna tekstual) dan

mereka melakukannya berdasarkan kompetensi kultural yang dimiliki

sebelumnya yang dibangun dalam konteks bahasa dan relasi sosial Barker

(2008:286).

E. Landasan Teori

1. Persepsi

Dalam Ilmu komunikasi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory

stimuli). Menurut Stephen W. Little John (2005 : 336), tentang studi fenomenologi

persepsi : Fenomenologi adalah pendekatan yang beranggapan bahwa suatu fenomena

bukanlah realitas yang berdiri sendiri. Fenomena yanng tampak merupakan objek

yang penuh dengan makna yang transendental. Dunia sosial keseharian tempat
manusia hidup senantiasa merupakan suatu yang inter subjektif dan sarat dengan

makna. Dengan demikian, fenomena yang di pahami oleh manusia adalah refleksi

dari pengalaman transedental dan pemahaman tentangmakna. Dari penjelasan

tersebut, dapat peneliti simpulkan beberapa kata kunci dalam fenomenologi yaitu

objek, makna, pengalaman, dan kesadaran dari individu. Semua hal tersebut

memainkan peranan penting dalam studi fenomenologi. Jadi penelitian ini berusaha

mempelajari pengalama-pengalaman dari sudut pandang khalayak atau penonton utuk

mengetahui persepsi lebih lanjut mengenai fenomena tayangan stand up comedy yang

marak di berbagai TV.

2. Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa

(media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk

pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain media

massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh

karena itu massa disini menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau

pembaca Nurudin (2007:2).

Definisi komunikasi massa paling sederhana dikemukakan oleh ahli

komunikasi, Gebner, yang menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan

distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang

berkesinambungan serta paling luas yang dimiliki orang dalam masyarakat industri

Ardianto (2004:4).
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang

menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio,

televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang

dilembagakan, yang ditunjukkan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di

banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan

secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik Mulyana (2002: 75).

3. Teori S – O – R

Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukan dari

sudut mana masalah yang dipilih akan disoroti Nawawi (1990:43). Teori S – O – R

adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini, organism

menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya adalah

keadaan internal organism berfungsi menghasilakn respon tertentu jika ada kondisi

stimulus tertentu pula.

Mar’at (1981:30) dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan, serta

Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Jains dan Kelly yang mengatakan

bahwa dalam menelaah sikap yang baru,ada tiga variable penting, yaitu :

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Penerima

Dari Uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :


Gambar 1.1 ( Teori S-O-R )

Organisme :

1. Pehatian

2. Pengertian
Stimulus 3. Penerimaan

Respon

Sumber : Effendy (2003:255)

Dalam hal ini kerangka teori S – O – R dengan tayangan “stand up

comedy” juga dapat di jelaskan bahwa:

1. Stimulus (Pesan)

Diartikan sebagai suatu rangsangan atau sumber informasi. Stimulus

yang dimaksud adalah program acara “stand up comedy” yang berfungsi

sebagai media yang memberikan informasi kepada khalayak.

2. Organisme (komunikan)

Diartikan Sebagai komunikan yang menerima pesan. Yang menjadi

sasaran adalah pemirsa acara “stand up comedy”, dimana dalam penelitian ini

merupakan mahasiswa Ilmu komunikasi Unhas .

3. Respon (Efek)

Respon disini adalah tanggapan individu atau khalayak terhadap suatu

hal. Dalam menanggapi pesan yang diterima khalayak, reaksi yang

ditunjukkan terhadap stimulus sehingga seseorang dapat mempekirakan


kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan, yang kemudian di terima dan

diolah sehigga membuat mereka dapat berpersepsi atas stimulus yang

diterima.

F. Definisi Konseptual

Berdasarkan kerangka konsep dan landasan teori diatas, mengenai persepsi

mahasiswa Ilmu komunikasi terhdap tayangan “stand up comedy” sebagai program

komedi populer, maka yang akan di ukur adalah :

Tabel 1. 2 Definisi Konseptual

Variabel Dimensi Indikator

Persepsi Komika “comic 1. Penampilan / Body language


Terhadap
stand up comedy” seorang komika saat sedang open
manusia
mic di hadapan pemirsa.

2. Penampilan seorang komika saat

sedang tampil menggunakan gaya

bahasa yang khas.

3. Ekspresi wajah, gestur tubuh serta

tutur kata komika saat sedang

menampilakan materi stand up.

4. Wawasan yang dimiliki seorang

komik sudah cukup untuk


menghibur penonton.

5. Pemandu acara (Host) dalam

program stand up comedy dirasa

sudah berkompeten dan menghibur.

Variabel Dimensi Indikator

Persepsi Tema / materi acara 1. Tema yang disampaikan dalam


Terhadap
dalam tayangan berbagai tayangan “stand up comedy”
Objek
“stand up comedy” sangat beragam.

2. Tema yang disampaikan dalam

berbagai tayangan “stand up comedy”

sedang hangat di masyarakat.

3. Tema yang disampaikan dalam

berbagai tayangan “stand up comedy”

sangat menghibur.

4. Tema yang disampaikan dalam

berbagai tayangan “stand up comedy”

menarik simpati anda.

Waktu penayangan 1. Penempatan jam tayang “stand up

“stand up comedy” comedy” yakni pada sore atau malam

di berbagai stasiun hari dinilai cukup efektif dan cocok


TV. dengan pemirsa.

2. Durasi yang disediakan dalam

berbagai tayangan “stand up comedy”

di berbagai TV dirasa sudah

proporsional dengan isi acara.

Setting Acara

a. Tata panggung dalam berbagai

program “stand up comedy” sudah

menarik

b. Latar panggung (Background) dalam

tayangan “stand up comedy” sudah

menarik

c. Latar musik (Backsound) dalam

tayangan “stand up comedy”

membuat penonton merasa lebih

menikmati acara tersebut.

G. Kerangka Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas, maka dibuatlah kerangka

penelitian sebagai berikut:


Gambar 1.2 Kerangka Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Persepsi Mahasiswa Ilmu Tayangan Stand Up


Comedy
Komunikasi
 Ekspresi
 Gaya bahasa
 Tema materi

Control

Faktor – faktor apa yang membuat


mahasiswa berminat menonton
stand up comedy

H. Definisi Operasional

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi,

yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk

menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Dalam

penelitian ini variabel bebas yakni Mahasiswa Ilmu Komunikasi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur

untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul,

atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini variabel terikat meliputi ekspresi, gaya bahasa,

tema dsb.

3. Mahasiswa

Mahasiswa adalah peserta didik yang masih terdaftar dan sedang

menempuh pendidikan tingkat S1. Khususnya mahasiswa Ilmu komunikasi

Unhas angkatan 2013 hingga 2015 yang sering atau pernah menonton acara

stand up comedy.

4. Departemen Ilmu Komunikasi

Adalah salah satu jurusan di Universitas Hasanuddin yang termasuk

dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang sekaligus menjadi objek

peneitian dilandaskan oleh kajian ilmu yang sama yakni “public speaking“.

5. Komika (Comic)

Komika atau comic, ialah sebutan bagi para pelaku stand up comedy.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat seperti apa persepsi mahasiswa

Ilmu komunikasi terhadap seorang komika dilihat dari ekspresi, gaya bahasa

maupun materi yang disampaikan.

6. Tayangan

Tayangan adalah suatu acara yang ditampilkan stasiun televisi untuk

disaksikan oleh khalayak. Dalam penelitian ini tayangan hiburan menjadi


objek penelitian yaitu acara komedi bertajuk “stand up comedy Indonesia “

yang saat ini masih tayang di Kompas TV, pada hari Jumat pukul 22.30 WIB.

7. Stand Up Comedy

Stand up comedy dalam penelitian ini merupakan inti objek yang ingin

dikaji dan diteliti. Tayangan stand up comedy yang sedang tren dikalangan

mahasiswa menjadi sangat populer hingga digemari dan dijadikan sebagai

rutinitas / hobi.

8. Persepsi

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terdiri dalam

pengamatan seseorang terhadap sesuatu informasi yang disamapaikan oleh

orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan, atau bekerjasama.

Dalam penelitian ini persepsi dimaknai suatu sudut pandang berupa kesan

baik atau buruk mahasiswa dalam menyaksikan tayangan stand up comedy di

televisi.

a. Persepsi baik & buruk

Persepsi yang baik merupakan suatu anggapan yang muncul apabila

seseorang mengetahui dan memahami sesuatu secara baik. Persepsi dalam

penelitian ini dikatakan baik apabila ekspresi, gaya bahasa, tema dsb dinilai

oleh responden pada pilihan setuju dan sangat setuju. Begitu pula sebaliknya,

Persepsi dikatakan buruk apabila responden menilai ekspresi, gaya bahasa,


tema dsb pada pilihan sagat tidak setuju dan tidak setuju. Persepsi baik &

buruk dapat diukur dari penilaian masing – masing mahasiswa terhadap suatu

topik, khususnya dalam penelitian ini yaitu tayangan “stand up comedy”.

9. Definisi Operasional Variabel meliputi :

a. Ekspresi

Menurut KBBI ekspresi adalah pengungkapan ataupun suatu

proses dalam mengutarakan maksud, gagasan, dan perasaan. Ekspresi

juga biasa diartikan sebagai gambaa air muka yang menyatakan

perasaan. Ekspresi dalam penelitian ini dinilai dari cara komika

menyampaikan materi hingga mampu mengundang tawa penonton.

b. Gaya Bahasa

Menurut KBBI Gaya bahasa didefinisikan sebagai cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang secara khas hingga dapat

menimbulkan kesan – kesan tertentu. Dalam penelitian ini, gaya

bahasa dapat dilihat dari komika stand up comedy yang disaksikan di

Kompas TV.

c. Tema

Menurut KBBI Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide

pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan,

di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema. Begitupula dalam

materi “stand up comedy”.


I. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan jenis penelitian diskriptif

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009:11) menyatakan bahwa: “Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan

atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Metode ini merupakan metode

yang paling tepat dalam penelitian mengenai persepsi mahasiswa karena format

deskriptif yang digunakan untuk penelitian kuantitatif yang tidak menguji

hubungan sebab akibat antara variabel yang ada.

Metode atau strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode survei. Dimana metode survei merupakan pnelitian yang

diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari tanggapan-tanggapan yang ada

dan untuk mencari keterangan-keterangan secara faktual Nazir (2005:56).

Lebih lanjut, Nazir (2005:56) menambahkan bahwa metode survei mengulik

untuk mengenali masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap

suatu keadaan dan praktik-praktik yang sedang berjalan.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian berlangsung selama dua bulan, yakni pada bulan Maret

hingga Mei tahun 2017. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin. Lokasi penelitian berada pada Kampus Tamalanrea,

Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Makassar .

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpuland data terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dengan cara

membagikan kuisioner yang memiliki beberapa pertanyaan yang

berstruktur

b. Data Sekunder yang merupakan kumpulan dari studi pustaka, baik

dari buku-buku, internet yang relevan dengan fokus permasalahan.

4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang akan diriset.

Sedangkan sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena

yang akan diamati. Kriyantono (2010:153). Populasi dalam penelitian ini

yaitu mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin angkatan 2013

hingga angkatan 2015 Program Strata I (S1) yang aktif berkuliah dan terdaftar

pada Semester Genap 2016/2017.


Tabel 1.3 Jumlah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi yang Terdaftar pada
Semester Genap Tahun 2016/2017

No. Tahun Angkatan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 2013 31 51 82
2 2014 23 43 66
3 2015 23 51 74
Total 222

Sumber: Data primer, 2017

Pada penelitian sampel, peneliti memakai metode penelitian

pengambilan sampel secara probality sampling, kemudian teknik penarikan

sampelnya berupa sampel strata proporsional. Adapun besaran sampel dengan

menggunakan tabel Isaac dan Michael dalam buku Sugiyono (penentuan

jumlah sampel dari populasi tertentu dengan syarat kesalahan 1%, 5%, 10%).

Dengan menggunakan tabel Isaac dan Michael dalam Sugiyono

(2013;69) dalam penentuan besaran sampel, maka diperoleh sampel sebesar

135 dengan memakai syarat kesalahan 5% dari populasi 222.


Tabel 1. 4 Penentuan jumlah sampel dan populasi yang diketahui jumlahnya, dengan
taraf kesalahan (significance level) 1%, 5%, dan 10%

S S S
N 1% 5% 10% N 1% 5% 10% N 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259
45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261
50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267
75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 563 345 269
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270
100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270
110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270
120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270
130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270
140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270
150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270
160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270
170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270
180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270
190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270
200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270
210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270
220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270
230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271
240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271
250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271
260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271
270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 663 349 271
∞ 664 349 272
Dengan jumlah populasi sebanyak 222 orang ini, dengan menggunakan teknik

penarikan sampelnya berupa sampel beserta proporsional, maka diperoleh

sampel per angkatan sebagai berikut :

Ni
𝑛𝑖 = 𝑥𝑛
N

Keterangan :

ni : Banyanknya sampel per angkatan


N : Jumlah populasi per angkatan
Ni : Total populasi
n : Penentuan jumlah per angkatan menurut tabel Isaac dan Michael dengan taraf
kesalahan 5%
Tabel 1.5 Sampel per angkatan sebagai berikut:
1. Angkatan 2013 : 82 / 222 X 135 = 50

2. Angkatan 2014 : 66 / 222 X 135 = 40

3. Angkatan 2015 : 74 / 222 X 135 = 45

135

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data yang

diperoleh dari kuesioner yang telah terkumpul akan dianalisis dengan

menggunakan tabel dan grafik frekuensi yang kemudian dijabarkan secara

deskriptif. Penelitian ini memanfaatkan software SPSS versi 20.s dalam

pengolahannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Massa

Berbicara Tentang komunikasi massa, tentu saja media massa yang ada

didalamnya tidak akan ketinggalan untuk dibicarakan pula, karena komunikasi massa

hanya dapat berlangsung apabila melalui media massa. yang termasuk disini adalah

media massa modern, seperti televisi, radio, film, dan media cetak. media massa

modern perkembangannya akan selalu seirama dengan perkembangan teknologi

elektronika.

Untuk memperoleh pengertian yang lebih luas dan baik menngenai

komunikasi massa ini, kita tinjau beberapa definisi lain dalam Maulana & Gumelar

(2013:124) :

Menurut Bittner, J.R (Rakhmat 1999) dalam bukunya Mass Communication: An

Introduction menjelaskan :

“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa

pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated

through a mass medium to a large number of people)”

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa komunikassi massa itu harus

menggunakan media massa. jadi tidak menggunakan media massa, maka itu bukan
komunikasi massa. definisi dari bittner ini seolah-olah hanya menekannkan pada

pesan sebagai focus utama dari media massa.

Komunikasi massa sebagi suatu proses, Edwn Emery, Phillip H. Ault, Warren

K. Agee, berpendapat sebagai berikut :

“Komunikasi massa menyampaikan Informasi , Ide, dan sikap kepada

berbagai komunikan yang jumlahya cukup banyak dengan menggunakan

media massa (This is mass communication-delivering information, ideas and

attitudest a ziseable and diversified audience through use of the media

developed for that purpose)”

Pendapat Emery diatas, menunjukkan perbedaan penjelasan mengenai arti

komunikasi massa dalam hubungannya dengan pengguaan media massa itu sendiri.

ada pula pendapat lainnya yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang

lain, yaitu Gabner, Gabner (1967) mengemukakan sebagai berikut Maulana &

Gumelar (2013 : 124) :

“Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan

teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas

dimiliki orang lain dalam masyarakat industry (Mass communication is the

technologiccaly and institutionally based production and distribution of the

most broadly shared continuous flow of messages in industrial society)”


Dari definisi Garbner di atas, tergambar bahwa komunikasi massa itu

menghasilkan suatu produk yakni berupa pesan-pesan komunikasi. produk tersebut

disebarkan, didistribusikan kepada khalayak uas secara terus-menerus dalam jarak

waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan dan bulanan. Proses

memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh

lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa

akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.

Nabeel Jurdi dalam bukunya Readings in Mass Communication

(1983),berpendapat sebagai berikut:

“Dalam komunikasi massa, tidak ada tatap muka antar penerima pesan (in

mass communication, there is no face-to face contact)” Nurudin, (2011:10)

Tatap muka yang dimaksudakan dalam pengertian komunikasi ini sifatnya

bukan kasuistis, artinya tidak bisa dipahami dalam sekolompok atau komunitas

masyarakat tertentu. Tatap muka disini seharusnya memeberikan kesempatan pada

semua audiens untuk bisa bertatap muka.Jadi, jika semua audiens tidak mempunyai

kesempatan yang sama untuk bertatap muka,itu bukan termasuk komunikasi massa.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, Rakhmat (2012 : 187) merangkum

definisi tentang komunikasi massa, yaitu :

“Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan

sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media


cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara

serentak dan sesaat”

Dari definisi-definisi diatas, Ardianto menyimpulkan bahwa kita dapat

mengetahui pula karakteristik komunikasi massa, sebagai berikut :

a. Komuikatornya terlembagakan

b. Pesan bersifat umum

c. Komunikannya heterogen

d. Media massa menimbulkan keserempakan

e. Komunikasi assa bersifat satu arah

f. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect)

B. Televisi

Tidak heran kalau perkembangan sarana komunkasi begitu pesat, termasuk

didalammnya pertumbuhan media elektronik televisi sebagai media massa. kehadiran

media televisi, tidak berarti membuat media massa lain, seperti media cetak dan radio

menjadi terbelakang, justru ketiganya dapat saling mengisi kekurangan masing-

masing, sehingga khalayak pun dapat menerima informasi yang semakin lengkap dan

variatif.

Kelebihan televisi antara lain adalah sifatnya yang audio visual yang mampu

menyebarluaskan informasinya secara langsung, karena saat ini, faktor kecepatan dan

ketepatan dalam penyampaian informasi sangatlah penting.


Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

bannyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi

dibanndingkan degan waktu yang digunkan untuk ngobrol dengan keluarga atau

pasangan mereka. Bagi banyak orang, televisi adalah tren, menjadi cermin perilaku

masyarakat dan dapat menjadi candu. Televisi membujuk kita untuk mengonsumsi

lebih banyak dan lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan

orag lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini.

Ringkasnya, televisi mampu memasuki sisi-sisi kehiupan kita lebih dari yang lain

Morissan (2010 : 1).

Televisi menjadi fenomea besar di era sekarang ini, harus diakui bahwa peran

televisi sangatlah besar dan membentuk pola piker, pengembangan wawasan dan

pendapat umum, termasuk pendapat untuk menyukai produk-produk industri tertentu

yang disajikan semakin lama semakin menarik, meskipun meerlukan biaya yang

tinggi, tidak mengherankan kalau khalayak betah duduk berlama- lama menikmatinya

Darwanto ( 2007 : 25).

1. Fungsi Media Massa

Media massa seingkali pula dipandang sebagai guide, petunjuk jalan atau

interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidak

pastian, atau alternatif yang bergam.


Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai

informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkinkan terjadinya

tanggapan dan umpan balik.

Fungsi dari media massa adalah sebagai sarana pemberitaan yang ada

dilingkungannya, juga mengadakan korelasi antara informasi yang diperoleh dengan

kebutuhan khalayak sasaran, karenanya pemberitaan atau komunikasi lebih

menekankan pada seleksi, evaluasi dan interprestasi.

Fungsi lain dari media massa yang diutarakan oleh Dennis McQuail bahwa

ada delapan metafora untuk mengartikan fungsi media massa: media merupakan

jendela (Windows) yang memungkinkan kita melihat lingkungan kita lebih jauh,

penafsir (interpreters) yang membantu kita memhami pengalaman, landasan

(platforms) atau pembawa yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif

(interactive communication) yang meliputi tanggapan audiens, penanda(signposts)

yang memberi kita instruksi dan petunjuk, penyaring (filters) yang membagi

pengalaman dan fokus pada orang lain, cermin (mirrors) yang merefleksikan diri kita

ddan penghalang (barriers) yang menutupi kebenaran Little jhon (2009:407).

2. Televisi sebagai Media Massa

Bermula dengan ditemukannya electrisce telescope sebagai perwujudan

gagasan seorang mahasiswa dari Belin, Paul Nipkow untuk mengirim gambar melalui

udara dari satu temat ke tempat lain. hal ini terjadi antara tahun 1883 – 1884. Perstasi

Nipkow ini menjadikan ia diakui sebagai “Bapak Televisi”. Dengan sangat pesat, dan
bahkan telah menggeser media assa lainnya dalam hal keunggulannya Morissan

(2010 : 2).

Siaran televisi adalah pemancaran sinya listrik yang membawa muatan

gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan system lensa dan suara. pancaran

sinyal ini diterima oleh antenna televisi untuk kemudian diubah kembali menjadi

gambar dan suara.

Sejak pemerintah membuka Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada

tanggal 24 Agustus 1962, selama 2 tahun penonton televisi di Indonesia hanya

menikmati satu saluran televisi saja. Kemudian pada tahun 1989, memberikan izin

operasi kepada kelompok usaha bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI

yang mana merupakan televisi swasta pertama di Indonesia. Gerakan reformasi pada

tahun 1998 ini telah memicu perkembangan industri televisi. seiring dengan itu,

kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan pun semakin bertambah.

3. Fungsi Televisi

a. Fungsi Penerangan

Televisi adalah media yang mampu menyiarkan inforasi yang amat memuaskan.

Hal ini disebabkan dua faktor yaitu faktor immediacy dan faktor realism. Faktor

immediacy (kebiaasaan) mencaakup pengertian langssung dan dekat. peristiwa yang

disiarkan oleh televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa saat peristiwa itu
berlangsung. Realism mngandung pengertian bahwa televisi menyiarkan informasi

apa adanya sesuai dengan kenyataan. Kuswandi (1996 : 170).

b. Fungsi Pendidikan dan Edukasi

Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan

kepada khalayak yang jumlaHnya begitu banyak secara simultan, sesuai dengan

makna pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Salah

satunya dengan menyiarkan acara yang secara implisit mengandung pendidikan,

misalnya acara sandiwara, kuis, film, dan lain lain. Kuswandi (1996 :17)

c. Fungsi Hiburan

Televisi merupakan salah satu media yang daapat memberikan suatu hiburan bagi

kalayaknya, hal ini disebabkan oleh karena layar televisi dapat ditampilkan gambar

hidup beserta suaranya (audio visual) dan dpat dinikmati oleh semua orang, bahkan

tuna aksara. Dalam penelitian ini teori televisi digunakan karena menurut fungsinya

televisi merupakan salah satu media untuk menyampaikan informasi, memberikan

pendidikan dan meningkatkan pengetahuan, membujuk dan memberikan hiburan bagi

penonton Kuswandi (1996 : 19).

4. Program siaran

Kata program berasal dari bahasa Inggris programme yang berarti acara atau

rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk

memenuhi kebutuhan audiensnya. Program atau acara yang disajikan adalah faktor

yang membuat audiens tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun
penyiaran apakah itu televisi maupun radio.program sendiri dapat dianologikan

dengan produk atau barang atau pelayan yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini

adalah audiens. Dengan begitu, program adalah suatu produk yang dibtuhkan orang

sehingga mereka bersedia mengikutinya.

Program yang bagus terdiri dari orang-orang yang telah belajar untuk

mengukur selera atau cita rasa publik melalui penelitian untuk mengetahui kebiasaan

orang menonton televisi.

Program siaran yang akan dibuat harus mempertimbangkan empat hal ketika

merencanakan program siaran Morissan (2008:211).

a. Product, artinya materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan

diharapkan akan disukai audien yang dituju

b. Price, biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli

program sekaligus menentukan tarif iklan bagi pemasang iklan yang

berminta memasang iklan pada program yang bersangkutan.

c. Place, artinya kapan waktu siaran yang tepat bagi penonton itu

d. Promotion, artinya bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual

acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor.

A. Jenis program

Televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya

sangat banyak banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan

program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai

audiens, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang
berlaku. Pengelola stasiun dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk

menghasilkan berbagai program yang menarik.

Menurut vane-Gross (1994) dalam Fitriyani (2011) menetukan jenis program

berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun

yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah bagaimana suatu program mampu

menarik audiensnya. Menurut vane-Gross: The Programmes must select the appeal

through which the audience will be reached (programmer harus memilih daya tarik

yang merupakan cara untuk meraih audiens).

Berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar

berdasarkan jenisnya, yaitu:

a. Program informasi (berita)

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk

memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audiens. Program informasi

tidak hanya melulu program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita

tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talkshow (perbincangan),

misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. Program

informasi dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news), yang merupakan

laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (Soft news) sendiri

merupakan segala informasi penting dan mendalam (in-depth) namun tidak harus

segera disiarkan, berita yang masuk dalam kategori ini ditayangkan pada suatu

program tersendiri diluar program berita. Program yang dimaksud dalam kategori ini

adalah: current affair, magazine, dokumenter dan talkshow.


Selain pembagian program berdasarkan skema diatas, terdapat pula pembagia

program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif.

b. Program Siaran Hiburan

Hiburan merupakan sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hiburan

diartikan sebagai semua macam atau jenis keramaian, pertunjukan atau permainan

atau segala bentuk usaha yang dapat dinikmati oleh setiap orang dengan nama dan

dalam bentuk apapun, dimana untuk menonton atau mempergunakan fasilitas yang

ada. Dengan demikian dimaksudkan disini adalah pengertian hiburan yang luas, yang

dapat menimbulkan perasaan senang, terhibur atau hal-hal yang menyenangkan bagi

diri manusia. Hiburan juga dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas yang bisa kita

lakukan. Artinya, hiburan juga bisa membantu kita memberi semangat sebelum kita

mengerjakan kembali aktivitas kita sehari-hari. Hiburan tidak dapat dipungkiri bahwa

hiburan memang tidak pernahlepas dari kehidupan sehari-hari. Menonton acara

komedi dapat dikatakan sebagai aktivitas hiburan yang paling banyak penggemarnya.

Dunia hiburan pada saat ini masih didominasi oleh acara-acara komedi, Menonton

acara-acara komedi adalah salah satu sarana hiburan yang dapat melepas lelah setelah

beraktifitas.

Setiap hari stasiun televisi berusaha menyajikan berbagai jenis program yang

jumlahnya begitu banyak dan jenisnyapun beragam. Pada dasarnya apa saja apa saja

bias dijadikan program untuk ditayangkan di televisi asal selama program itu menarik

dan disukai oleh penontonnya, dan pula selama tidak bertentangan dengan kesusilaan,

hukum dan peraturan yang berlaku. Sebuah program televisi akan selalu berusaha
agar program yang ditayangkannya selalu dapat diikuti oleh penontonnya. Pengelola

suatu stasiun televisi diharapkan memiliki kreativitas seluas – luasnya agar dapat

menghasilkan berbagai program yang menarik dan berkualitas.

Program hiburan atau yang biasa disebut (entertainment) pada dasarnya

terbagi atas empat kelompok acara yakni :

a) Drama, merupakan program televisi yang disajikan dalam bentuk sinema.

seorang pemain daram dituntut untuk ber-acting & berdialog sesuai

dengan skenario. Drama yang saat ini populer di tanah air seperti, sinetron

yang banyak digemari oleh kalangan remaja hingga ibu-ibu.

b) Permainan ( Game show), program ini dikemas dengan aktifitas yang seu,

terkaang melatih wawasan serta ketangkasan para pemainnya. Program ini

juga banyak disukai karena hadiahnya yang menggiurkan.

c) Musik, Program musik menampilkan sajian musik yang ditampilkan oleh

beberapa penyanyi atau band papan atas berupa konser yang dilakukan di

sebuah lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor).

d) Komedi Pertunjukan, sebuah program yang menampilkan kemaampuan

(performance) para pelawak diatas panggung secara berdialog, ataupun

secara bermonolog seorang diri seperti yang marak saat ini yakni program

stand up comedy.

Beragam program hiburan di televisi saat ini sangat bervariatif, program –

program ini hadir untuk memenuhi kebutuhan penonton akan hiburan televisi.

program hiburan tersebut dikemas dalam acara yang selalu dinanti oleh penonton,
yakni acara sinetron yang sangat digemari oleh kalaangan remaja dan juga ibu – ibu,

program musik, kuis, reality show, infotaiment atau biasa disebut gosip hingga yang

paling disukai yaitu acara komedi. Beragam acara komedi yang hadir ditengah –

tengah masyarakat tentu memberikan efek yang baik bagi penonton, program komedi

melahirkan tawa dan menghilangkan stress setelah menontonnya, program komedi

tersebut hadir dalam bentuk pertunjukan, show, hingga yang saat ini sedang tren

yakni acara stand up comedy.

5. Audiens

Audiens aadalah faktor yang paling penting bagi media karena audiens adalah

konsumen media. Keberhasilan suatu media sangat ditentukan oleh seberapa besar

media bersangkutan bisa memperoleh pembacanya, pendengan dan penonton.

Walaupun disadari bahwa audiens merupakan faktor paling penting bagi media,

namun sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pengelola media massa atau

komunikator massa sering kali menjadikan audiens bukan sebagai faktor terpenting

yang mempengaruhi pekerjaan mereka, namun mereka tetap mengikuti laporan

peringkat acara (rating) dan angka penjualan iklan sebagai indikator untuk

mengetahui jumlah audien mereka. Morissan (2010:57).

Pengelolaan program penyiaran harus memahami kebutuhan audiens dalam

upaya untuk dapat mendesain program yang dapat memenuhi kebutuhan mereka

secara efektif. Identifikasi terhadap target audiens dilakukan dengan

mengelompokkan sejumlah audiens yang memiliki gaya hidup, kebutuhan dan

kesukaan yang sama.


Persaingan media penyiaran pada dasarnya adalah persaingan merebut

perhatian audiens, dan untuk dapat merebut perhatian audiens, maka pengelola statiun

penyiaran harus memahami siapa audiens mereka dan apa kebutuhan mereka.

Audiens adalah pasar, dan program yang disajikan adalah produk yang ditawarkan.

Menurut Lewis (1991), pengaruh audiens dalam keputusan perencanaan

program adalah dalam bentuk pemberian umpan balik (feedback) secara langsung dan

laporan peringkat (rating) program. Pemberian feedback secara langsung misalnya

audiens mengirim surat (email), menelepon (teleconference), mengirim sms yang

ditujukan kepada pengelola stasiun penyiaran atau pengelola program televisi

tersebut.

Suatu ketika audiens tentu akan berubah. Generasi baru datang, media

penyiaran baru bermunculan, persaingan semakin tajam, sementara program dan

produk baru menawarkan gaya hidup baru. Dengan demikian, audiens bisa berubah.

6. Efek Media Massa

Efek media massa adalah suatu kesan yang timbul pada pikiran khalayak

akibat adanya suatu proses penyampaian pesan melalui media atau alat-alat

komunikasi mekanis seperti: surat kabar, radio, dan televisi.

Caffe (dalam Ardianto dkk,2004) melihat efek media massa sesuai jenis

perubahan yang terjadi pada diri khalayak, membagi atas empat, sebagai berikut :

1. Efek kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang

sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kongnitif ini membahas bagaimana


media massa dapat membantu khlayak dalam mempelajari informasi yang

bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kongnitif

2. Efek proporsional kognitif

Efek proporsional kognitif adalah bagaimana media masssa memberikan

manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita

lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi

telah menimbulkan efek proporsional kognitif

3. Efek afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari

komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu,

tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba,

terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa.

4. Efek behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam

bentuk tindakan atau kegiatan media massa seperti surat kabar.

C. Persepsi

a) Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan

kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka.

Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang

obyektif Robbins (2006:170). Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang
dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian

diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya

itu. Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita

menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara

pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang

diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kemudian

diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian

dihasilkan persepsi.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), Persepsi adalah kemampuan

seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain:

kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokkan, dan

kemampuan untuk memfokuskan.

Menurut Walgito, proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa

lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses pembentukan persepsi dijelaskan

oleh Feigi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli.

Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi

dengan interpretation, begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi terjadi

pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses

penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.

Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan

yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang


bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara

menyeluruh.

b) Proses Pembentukan Persepsi

Damayanti (2000) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:12) menggambarkan

proses pembentukan persepsi pada skem di bawah ini :

Gambar 2.1

Skema Pebentukan Persespsi

Stimulus / Seleksi Input Proses


Rangsangan Pengorganisasian

Lingkungan Interpertasi
Persepsi

Pengalaman Proses Belajar


Skema tersebut menjelaskan proses pembentukan persepsi dimulai dengan

peneriman rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang

dimiliki, setelah itu diberikan sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap

rangsangan lain. Setelah diterima ragsangan atau data yang ada diseleksi. untuk

menghemat perhatian yang digunakan rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi

untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan

diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan ragsangan yang telah diterima.


Setelah data yang diterima diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang

diterima dengan berbagai cara. Lalu muncullah penginterpertasian atau penafsiran

setelah data tersebut betu-betul diterima dan berhasil dipahami.

c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan

setiap orang meiliki interpretasi yang berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama.

Menurut Stephen P. Robins, terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi persepsi

seseorang, yaitu :

1. Individu yang bersangkutan (pemersepsi)

Apabila seseorang meihat sesuatu dan berusaha memberikan interpertasi

tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakteristik

individual yang dimilikinya seperti sikap, motif, kepentingan, minat,

pengalaman, pengetahuan, dan harapannya.

2. Sasaran dari persepsi

Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat

itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. persepsi

terhaddap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secaraa teori

melainkan dalam kaaitannya dengan orang lain yang terlibat. hal tersebut yang

menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda ataupu

peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.

3. Situasi
Persepsi harus dilihat secara yang berarti situasi dimana persepsi tersebut

timbul. harus mendapat perhatian. Situasi merupkan faktor yang harus

berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang.

Tidak terlalu berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P.

Robbins, David Krech (1962) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:14) meyatakan bahwa

yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah :

1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang dipengaruhi

dari pendidikan, bacaan, penelitian dll.

2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya dan

tiak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan

stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi

dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah

faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang

terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

Feldman (1985), pembentkan persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informasi

yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu pengalaman yang tidak menyenangkan

akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Tetapi karena stimulus

yang dihadapi oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsipun dapaat berubah-

ubah sesuai ddengan stimulus yang diterima.


Menurut Bimo Walgito (2004:70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus

dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari

dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima

yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar

individu.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping

itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang

diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. sebagai

alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,

yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan

persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktifitas

individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

b) Jenis-jenis Persepsi

Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi

terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (persepsi sosial),
dan menurut Mulyana (2001:171), kedua persepsi tersebut mempunyai perbedaan,

peredaan tersebut mencakup:

1. Persepsi terhadap objek (lingkungan Fisik)

Persepsi fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek tidak

beryawa yang ada di sekitar lingkungan kita. Dalam tayangan "stand up comedy”

persepsi lingkungan fisik terhadap objek dapat diliat dari segi kualitas program

acaranya meliputi tema/materi acara, waktu penayangannya dan setting acara.

2. Persepsi terhadap manusia (Lingkungan Sosial)

Pesepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian

yang kita alami dalam lingkungan kita. Oleh karena itu manusia bersifat

emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan mengandung resiko. Persepsi

saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya, dan gilirannya

persepsi anda terhadap saya juga mempengaruhi persepsi saya terhadap anda.

Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya.

Karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap lingkungan sosialnya.

D. Deskripsi Teori

1. Teori S-O-R ( Stimulus Organism Response Theory)

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R. Teori S-O-

R sebagai singkatan dar i Stimulus-Organism-Response.

Teori ini memiliki tiga elemen yakni pesan (stimulus), penerima (Organism),

dan efek (Response). Stimulus adalah sumber rangsangan, Organism adalah

penerima rangsangan,dan Response adalah umpan balik yang dihasilkan.


Teori S-O-R ini semula berasal dari psikologi.kemudian menjadi teori

komunikasi, adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-

komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi Effendy

(2003:254).

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara postif atau negatif, misalnya jika

orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi postif, namun jika

tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif.

Hovland, Janis, dan Kelley menyatakan bahwa dalam menelah sikap yang baru

ada tiga variabel penting yakni perhatian, pengertian, dan penerimaan Effendy

(2003:205).

Untuk lebih jelasnya model Stimulus-Organism-Response dapat dilihat dalam

gambar dibawah ini:


Gambar 2.2

The Stimulus Organism Response Theory

Stimulus

Organism

- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan

Respons ( Perubahan Sikap)

Sumber : Effendy (2003:255)

Unsur-unsur dalam model ini adalah:

I. Pesan (Stimulus)

II. Komunikan ( Organism)

III. Efek (respons)

2. Teori Perbedaan Individu ( Individual Differences Theory)

Namun teori yang diketengahkan oleh Melvin De fleur ini lengkapnya

adalah “ Individual Differences Theory Of Mass Communication Effect”. Teori ini

menelah perbedaan individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka

diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.


Anggapan dasar teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam

organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari

dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara

individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara

tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula.

Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap,

nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing

pribadi yang membedakannya dari yang lain.

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan

khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak

perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada

setiap anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek

yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu.

3. Teori Komedi

Menurut Aristoteles, Komedi merupakan tiruan tingkah laku manusia

atau perwujudan keburukan manusia ketika menjalankan kehidupsn sehingga

menumbuhkan tertawaan dan cemoohan sampai terjsdi katarsis atau penyucian

jiwa Yudiaryani (2002).

Komedi adalah lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat

manusia dengan cara yang lucu, sehingga penonton bisa menghayati kenyataan
hidupnya. Jadi lakon komedi bukan hanya sekedar lawakan kosong akan tetapi

harus mampu membukakan mata penonton kepada kenyataan kehidupan sehari-

hari yang lebih dalam. perkembangan komedi bias dikategorikan kedalam

berbagai tipe lakon komedi berdasarkan pada suber huornya, meode

penyampaian, dan bagaimana komedi tersebutt disampaikan. Berikut adalah tipe

komedi berdasarkan alirannya :

a) black comedy (komedi gelap), adalah sebuah aliran komedi yang

merujuk kepada hal – hal yang meresahkan, misalnya kematian,

terror dan perang. hamper mirip dengan film horror.

b) character comedy (komedi karakter) adalah komedi yang

mengambil humor dari sebuah pribadi yang diciptakan dan dibuat

oleh pemeran. beberapa lakon komedi ini berasal dari hal-hal yang

klise.

c) improvisational comedy (komedi improvisasi) adalah komedi yang

tidak terencana dalam pementasannya.

d) observationl comedy (komedi pengamatan) adalah komedi yang

bersumber pada lelucon hidup keseharian dan melebih-lebihkan

hal yang sepele menjadi hal yang sangat penting.

e) physical comedy (komedi fisik) adalah sebuah komedi yang mirip

dengan dagelan atau lelucon kasar, lebih megutamakan gestur dan

gerakan fisik.
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanudiin

1. Sejarah Singkat Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin

Perguruan tinggi Swasta “Pers dan Publisiteit” mengawali terbentuknya

jurusan Ilmu Komunikasi di Makassar pada tahun 1960-an. Merupakan hasil dari

sebuah gerakan mahasiswa yang pada saat itu sedang menjalani studi di ‘Akademi

Wartawan’ Universitas Sawerigading. Para mahasiswa ini merasa khawatir

dengan proses belajar mengajar yang kurang efektif yang mereka dapatkan,

seperti dosen yang tidak pernah hadir dan berbagai masalah lainnya.

Bentuk kekhawatiran ini berujung pada sebuah gerakan yang dipelopori

oleh dua orang mahasiswa, yaitu A.S Achmad dan Abdullah suara yang

menginginkan adanya normalisasi akademik sebagai salah satu bentuk solusi dari

permasalahan diatas.

Merespon hal tersebut, selaku Rektor Universitas Sarewigading yang

pada saat itu menjadi prof. Nurdin Syahadat bersama dengan dekan akademi Idrus

Effendi, memberikan tanggapan yang kurang memuaskan atas permintaan yang

diajukan oleh gerakan mahasiswa tersebut. Permasalahan klasik, tidak ada dana

yang mencukupi untuk mewujudkannya.


Tidak menyerah sampai disitu, merasa keinginannya tidak terpenuhi,

kedua mahasiswa tersebut akhirnya mengajukan permintaan dan kepada panglima

Kodam yang pada saat itu dijabat oleh M. Yusuf. Permintaan ini disambut positif

oleh beliau, pemberian dana bantuan harus dikelola secara khusus. Perjuangan

pun berlanjut kepada rektor untuk merealisasikan keinginan mereka. Alih-alih

permasalahan dapat teratasi dan selesai, kedua mahasiswa tersebut malah dipecat

melalui surat keputusan rektor.

Atas saran dari Idrus Effendi selaku dekan akademi, kedua mahasiswa

tersebut diminta kembali menghadap panglima M.Yusuf untuk mengembalikan

dana bantuan. Namun pada kepala stafnya, panglima M.Yusuf memerintahkan

agar terus memberikan mahasiswa tersebut dorongan dan motivasi untuk

senantiasa berkreativitas. Tak kenal menyerah, kedua mahasiswa tadi kemudian

menyampaikan ide dan keinginan mereka untuk mendirikan sebuah perguruan

tinggi swasta baru kepada Idrus Effendi. Hasilnya, terbentuklah perguruan tinggi

“pers dan Publisiteit” yang akhirnya diketahui oleh Idrus Effendi

Perguruan tinggi ini bertujuan untuk menghasilkan kader wartawan yang

berpendidikan tinggi. Hingga pada saat itu jumlah mahasiswanya sekitar 100

orang, dan bertempat di sebuah gedung di jalan Ribura’ne. Tidak lama kemudian,

setelah mendapatkan izin dari pusat, Panglima M. Yusuf membuka Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Perguruan tinggi “Pers dan Publisiteit” akhirnya dilebur

ke dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Publisistik dan untuk

pertama kalinya, G.R Pantouw memimpin Jurusan Ilmu Publisistik.


2. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi Pada Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Hasanuddin

 Visi Program Studi

Menjadi Pusat Unggulan Pendidikan, Penelitian dan Penerapan Ilmu

Komunikasi menuju UNHAS sebagai World Class University

 Misi Program Studi

I. Menyelenggarakan pendidikan Ilmu Komunikasi dalam jenjang

sarjana.

II. Mengembangkan riset yang berorientasi pada penemuan, penerapan,

pengembangan, dan pengayaan khasanah Ilmu Komunikasi dan

teknologi informasi.

III. Menyelenggarakan pelatihan professional dan aktivitas komunikasi

lainnya yang aplikatif untuk membantu masyarakat sebagai wujud

dari Universitas Social Responsibility (USR)

 Tujuan Program Studi

Tujuan Umum

Menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang

memiliki kemampuan intelektual (cognitive, afektif, psychomotoric) dalam

menerapkan, mengembangkan, dan/atau memperkaya khasanah ilmu


pengetahuan dan teknologi dibidang Komunikasi serta menyebarluaskan dan

mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

dan memperkaya kebudayaan nasional.

Tujuan Khusus

I. Menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang

beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, jujur,

santun, memiliki kepekaan dan tanggung jawab terhadap lingkungan

sekitar.

II. Menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan di bidang ilmu,

seni, dan teknologi komunikasi.

III. Menguasai prinsip-prinsip dasar pemecahan masalah dalam bidang

komunikasi yang dihadapi masyarakat dengan berbasis ilmu

pengetahuan,seni dan teknologi secara kreatif dan inovatif

3. Sasaran Program Studi

Menghasilkan sarjana Ilmu Komunikasi yang terampil, kreatif, dan inovatif

dalam memenuhi kebutuhan kerja dibidang jurnalistik, Public Relations, dan

Broadcasting

4. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas hasanuddin (UNHAS)

Pada perkembangan selanjutnya, jurusan Ilmu Publisistik berganti nama

menjadi Jurusan Ilmu Komunikasi. Jumlah program studi yang dikembangkan

telah mengalami perubahan berdasarkan kurikulum yang berlaku.


Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin mengemban misi untuk

menghasilkan Sarjana Strata I (S1) yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan

bidang-bidang Jurnalistik (kewartawanan), Public Relations (kehumasan), dan

Broadcasting (Penyiaran).

Berdasarkan kurukulum yang berlaku, Jurusan Ilmu Komunikasi sekarang

mengembangkan 3 Program Studi, yaitu:

 Program Studi Jurnalistik

 Program Studi Public Relations

 Program Studi Broadcasting

Dalam menunjang kegiatan proses belajar mengajar pada jurusan Ilmu

Komunikasi, jumlah tenaga pengajar (dosen) dan staf berdasarkan data

terakhir tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 25 orang, dengan rincian sebagai

berikut:

I. Guru besar : 2 Orang

II. Doktor : 6 Orang

III. Magister : 11 Orang

IV. Dosen : 23 Orang

V. Staf Administrasi : 3 Orang

Adapun fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh Departemen Ilmu

Komunikasi Universitas Hasanuddin, ialah :

I. Laboratoriun Radio
II. Laboratorium Produksi Siaran TV

III. Ruang Baca

IV. Pemancar Radio

V. Kamera Vidio

VI. Kamera foto

VII. Printer

5. Profil Lulusan Program Studi

Profil lulusan jurusan/Program studi komunikasi dikelompokkan berdasarkan

3 konsentrasi sebagai berikut:

1. Konsentrasi Jurnalistik:

- Wartawan

- Manager Media

- Fotografer

- Konsultan Media

- Pendidik / Trainer

- Peneliti

2. Konsentrasi Public Relation:

- PR/Humas

- Public Speaker / Juru bicara

- Bagian pemasaran/Promosi

- Event Organizer

- Publisher
- Pendidik/Trainer

- Peneliti

- Konsultan PR

3. Konsetrasi Penyiaran/Broadcasting:

- Jurnalis Radio/TV

- Penyiar Radio/TV

- Vidio Editor

- Script Writer

- Programmer

- Produser

- Pendidik/Trainer

- Peneliti

6. Kompetensi Lulusan

 Kompetensi Lulusan Konsentrasi Jurnalistik

a. Kompetensi Utama

1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang jurnalistik surat kabar,

radio, televisi, dan internet, serta beradaptasi terhadap situasi yang

dihadapi dalam penyelesaian masalah jurnalistik surat

kabar/radio/televisi/internet.

2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan

mendalam di bidang-bidang jurnalistik surat

kabar/radio/televisi/internet, serta mampu memformulasikan


penyelesaian masalah procedural jurnalistik surat

kabar/radio/televisi/internet.

3. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi

dan data, memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternative

solusi dalam bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet.

4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam

bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet.

b. Kompetensi pendukung

1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

merancang dan mengelola kegiatan jurnalistik surat

kabar/radio/televises/internet.

2. Mampu memecahkan permasalahan jurnalistik dengan memanfaatkan

ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi

3. Menguasai konsep dan teori tentang jurnalistik serta mampu

menerapkan konsep dan teori tersebut dalam mengelola lembaga dan

kegiatan jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet.

4. Mampu menawarkan alternatif penyelesaian masalah prosedural untuk

efektivitas dan efisiensi pengelolahan lembaga dan kegiatan jurnalistik

surat kabar/radio/televisi/internet.

5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dalam

bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi/internet.


6. Mampu menyusun telaahan (evaluasi) tentang kelebihan, kelemhana,

peluang, dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan

kegiatan jurnalistik.

7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan

alternatif yang paling tepat dalam pemecahan masalah jurnalistik

8. Mampu mengelola lembaga dan kegiatan jurnalistik surat

kabar/radio/televisi/internet dengan berpedoman pada nilai-nilai

kejujuran, seimbang, adil dan demokratis baik secara individual

maupun secara tim.

c. Kompetensi lainnya

1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan

dalam bidang jurnalistik surat kabar/radio/televisi.

2. Terampil dalam mengelola lembaga dan kegiatan-kegiatan

jurnalistik/surat kabar/radio/televisi.

3. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip hukum,etika,moral,dan ke-

Tuhan-an, berakhlak mulia, dan memliki etos kerja yang tinggi dalam

menyelenggarakan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan

bidang jurnalistik surat kabar,radio,dan televisi

 Kompetensi Lulusan Konsentrasi Public Relations

a. Kompetensi utama

1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam pengelolaan lembaga dan

kegiatan Public Relations, serta beradaptasi terhadap situasi yang


dihadapi dalam penyelesaian masalah lembaga dan kegiatan public

relations.

2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan

mendalam dalam pengelolaam lembaga dan kegiatan public relations,

serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural

kelembagaan dan public relations.

3. Mampu mengambil keputusan strategi berdasarkan analisis informasi

dan data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif

solusi dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan public relations.

4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam

pengelolaan dan kegiatan public relations.

b. Kompetensi pendukukung

1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

merancang dan mengelola lembaga dan kegiatan public relations baik

pada instansi pemerintah maupun swasta.

2. Mampu memecahkan permasalahan public relations dengan

memanfaatkan ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi.

3. Menguasai konsep dan teori tentang public relations serta mampu

menerapkan konsep dan teori tersebut dalam mengelola lembaga dan

kegiatan public relations.


4. Mampu menawarkan alternatif penyelesaian masalah prosedural untuk

efektivitas dan efisiensi pengelolaan lembaga dan kegiatan public

relations.

5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dalam

bidang public relations.

6. Mampu menyusun telahan (evaluasi) tentang kelebihan, kelemahan,

peluang dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan

kegiatan public relations.

7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan

alternatif yang palimg tepat dalam pemecahan masalah kelembagaan

dan kegiatan public relations.

8. Mampu mengelola lembaga dan kegiatan public relations dengan

berpedoman pada nilai-nilai kejujuran, seimbang, adil dan demokratis

baik secara individual maupun tim.

c. Kompetensi lainnya

1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan

dalam bidang public relations.

2. Terampil memenafaatkan teknologi dalam mengelola lembaga dan

kegiatan-kegiatan public relations.

3. Berperang teguh pada prinsip-prinsip hukum, etika,moran dan ke-

Tuhan-an, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam
menyelenggarakan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan

bidang public relations.

 Kompetensi Lulusan Konsentrasi Penyiaran/Broadcasting

a. Kompetensi Utama

1. Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam pengelolaan lembaga dan

kegiatan penyiaran/reportase/presentase acara/program radio dan

televisi, serta beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam

penyelesaian masalah lembaga dan kegiatan

penyiaran/reportase/presentase.

2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan spesialis dan

mendalam dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan

penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi, seta

mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural

kelembagaan dan penyiaran/reportase/presentasi

3. Mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi

dan data, dan memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif

solusi dalam pengelolaan lembaga dan kegiatan

penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi.

4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi dan individu dalam

pengelolaan dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi.

b. Kompetensi Pendukung
1. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

merancang dan mengelola lembaga dan kegiatan

penyiaran/reportase/presentasi baik pada instansi pemerintah ataupun

swasta.

2. Mampu memecahkan permasalahan penyiaran/reportase/presentasi

acara/ program radio dan televisi dengan memanfaatkan ilmu dan

teknologi informasi dan komunikasi.

3. Menguasai konsep dan teori tentang kelembagaan dan kegiatan

penyiaran/reportase/presentasi dan mampu menerapkan konsep dan

teori tersebut dalam mengelola lembaga dan kegiatan

penyiaran/reportase/presentasi.

4. Mampu menawarkan penyelesaian alternatif masalah prosedural untuk

efektivitas dan efisiensi pengelolaan lembaga dan kegiatan

penyiaran/reportase/presentasi.

5. Menguasai metode dan teknik analisis kualitatitf dan kuantitatif dalam

bidang penyiaran/reportase/presentasi.

6. Mampu menyusun telahaan (evaluasi) tentang kelebihan,kelemahan

peluang,dan ancaman dalam proses penyelenggaraan lembaga dan

kegiatan penyiaran/reportase/presentasi.

7. Mampu memanfaatkan informasi dan data dalam menentukan

alternatif yang paling tepat dalam pemecahan masalah kelembagaan

dan kegiatan penyiaran/reportase/presentasi.


8. Mampu mengelola lembaga dan kegiatan

penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan televisi dengan

berpedoman pada nilai-nilai kejujuran, seimbang, adil dan demokratis

baik secara individual maupun tim.

c. Kompetensi Lainnya

1. Berpikir logis dan berstruktur berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan

dalam bidang penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio dan

televisi

2. Terampil memanfaatkan teknologi dalam mengelola lembaga dan

kegiatan-kegiatan penyiaran/reportase/presentasi acara/program radio

dan televisi.

3. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip hukum, etika, moral, dan ke-

Tuhan-an, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam

penyelenggaraan layanan kepada masyarakat yang terkait dengan

bidang penyiaran/reportase/presentasi acara/ program radio dan

televisi.
Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unhas Tahun 2016

TAHUN MASUK JUMLAH MAHASISWA

2013 88

2014 66

2015 74

Sumber: Akademik jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin 2016

B. Program Stand up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas TV

Stand up comedy Indonesia (SUCI) adalah program kompetisi yang digagas

dan ditayangkan oleh kompetisi. Program ini menampilkan para komika tunggal

untuk menunjukkan kemampuannya dalam ber-stand up comedy. Pada awal

kemunculannya pada season pertama tahun 2011, Suci menghadirkan 13 kontestan.

Hingga saat ini program stand up comedy di Kompas TV masih berlangsung dan saat

ini sudah memasuki season 7.

Kompetisi Stand up comedy Indonesia (SUCI) pertama kali digagas untuk

memberi hiburan komedi bagi pemirsa televisi Indonesia. Hal ini muncul karena

kegelisahan terhadap program Opera Van Java yang ditayangkan oleh Trans 7,

dimana OVJ dimana OVJ munccul sebagai program komedi yang mengedepankan

komedi slapstik. Pada program ini, meski menggunkan property yang sama, banyak

memunculkan adegan kekerasan yang mengedepankan kontak fisik.


Kompas TV, sebagai sebuah perusahaan media yang menyajikan konten

tayangan televisi inspiratf dan menghibur utuk keluarga Indonesia pun berusaha

menjawab keresahan tersebut. Sesuai dengan visi & misi Kompas TV , yaitu memberi

inspirasi dan mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui tayangan yang informatif,

mendidik dan menghibur. stand up comedy dianggap sebagai salah satu bentuk

komedi yang cerdas sejalan dengan visi & misi Kompas TV, karena setiap matei yang

dibawakan oleh para komika melalui tahap pemikiran yang panjang, riset, survey,

atau observasi.

Selain menjadi alternative hiburan komedi, kompetisi stand up comedy

Indonesia (SUCI) yang digagas oleh Kompas TV menjadi alternatif ajang pencarian

bakat di Indonesia yang didominasi oleh program menyanyi dan menari yng

seringkali memiliki konsep yang konstan tanpa ada perubahan. Kompetisi stand up

comedy (SUCI) Kompas TV berusaha mendobrak batasan tersebut. Sebagai sebuah

program stand up comedy ajang pencrian bakat dari stasiun televisi Amerika NBC,

The last komika standing dijadikan model mentah untuk membuat kompetisi stand up

comedy Indonesia (SUCI) ini, tentu dengan berbagai modifikasi agar sesuai dengan

kutur serta budaya yang ada di Indonesia. stand up comedy yang mulai populer

tersebut kini banyak diminati oleh masyarakat Indonesia terbukti dari beberapa

stasiun televisi yang telah berhasil menayangkan acara tersebut. Sejak Kompas TV

menayangkan ajang pencarian bakat stand up comedy pertama di Indonesia pada

tahun 2011 yang berjudul stand up comedy Indonesia (SUCI). program ini
mendapatkan respon yang cukup tinggi dibandingkan program lainnya di Kompas

TV, dapat dilihat dari yang menonton secara live dan jumlah follower akun twitter

@StandUpKompasTV yang berjumlah 217 ribu lebih, dan program ini juga

merupakan salah satu penyumbang rating terbesar di Kompas TV.

1. Pengertian Stand up comedy

Stand up comedy adalah lawakan atau komedi yang dilakukan di atas

panggung oleh seseorang dengan melontarkan serangkaian lelucon berdurasikan 10

sampai 45 menit. Menurut Bastian (2014: 40) stand up comedy adalah seni melawak

yang disampaikan di depan penonton secara live.

Simpulan dari pendapat tersebut yaitu stand up comedy merupakan seni

komedi yang dilakukan perseorangan di atas panggung. stand up comedy berbeda

dengan seni komedi yang lainnya, terbukti dari jumlah personilnya yang hanya satu

dan berdusarikan beberapa menit saja. Melakukan komedi hanya sendiri di atas

panggung menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku komedi karena serangkaian materi

harus sudah disiapkan sebelumnya, berbeda dengan komedi yang lainnya bisa saling

mengumpan antara pelaku komedi secara langsung.

2. Sejarah Stand up comedy

Awal mula perkembangan stand up comedy berasal dari Amerika, yaitu

sekitar tahun 1800-an). Sejarah stand up comedy hadir di Indonesia diawali oleh alm.

Taufik Savalas lewat acaranya comedy café dan Ramon Papana sebagai pemilik
comedy café yang sekarang dinobatkan sebagai Bapak stand up comedy Indonesia

Bastian (2014: 41). Namun pada saat itu, acara tersebut belum banyak dikenal oleh

masyarakat Indonesia, bahkan masih asing di telinga masyarakat Indonesia karena

masih kurang dapat memahami mengenai stand up comedy.

Stand up comedy tidak hanya berhenti sampai di situ, komedian kenamaan

seperti Pandji Pragiwaksono, Raditya Dika, dan Abdel Achrian ikut berpartisipasi

dalam kemajuan stand up comedy di Indonesia. Hingga pada akhirnya tahun 2011

terdapat seorang produser yang tertarik dengan sstand up comedy dan membuat

program ajang pencarian bakat stand up comedy Indonesia di Kompas TV. Karena

itu, tahun 2011 merupakan tahun stand up comedy mulai banyak dikenal oleh

masyarakat Indonesia.

Menjamurnya program stand up comedy menjadi awal terbentuknya berbagai

komunitas-komunitas stand up yang didirikan di berbagai kota besar, dan program

stand up comedy Kompas TV masih bertahan untuk mewadahi para komika berbakat.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Sebagaimana telah dijelaskan di Bab sebelumnya sesuai dengan judul yang

telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi

mahasiswa terhadap tayangan stand up comedy di Kompas TV. Peneliti memilih

mahasiswa Departemen Ilmu komunikasi fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik

sebagai objek pengukuran persepsi.

Hasil penyebaran kuesioner dalam penelitian ini diolah ke dalam software

IBM SPSS statistic v.20, pengimputan data dilakuakn dengan menganalisis data tiap-

tiap pertanyaan/variabel kemudian dideskripsikan menjadi analisis frekuuensi untuk

mengetahui nilai persentase dari jumlah jawaban.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Departemen ilmu komunikasi

yakni dari angkatan 2013 hingga 2015, dan jumlah responden yang menjadi sampel

didapat seetelah perhitungan menggunakan table Issac dan Michael, berjumlah 135

responden. Untuk lebih jelasnya maka hasil penelitian ini dapat kita lihat pada tabel-

tabel dibawah ini :

1. Identitas Responden

1.1 Angkatan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden penelitian ini,

menunjukan bahwa persentase responden terbesr ialah dari angkatan 2013 dengan

jumlah 50 respondn (37%) , lalu angkatan 2015 yakni 45 responden (33,3 %)

disusul angkatan 2014 sebanyak 40 responden (29,6%) responden, Untuk lebih

jelasnya dapat kita lihat sebagai berikut :

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan

N = 135

Angkatan Frekuensi Persentase

2013 50 37

2014 40 29.6

2015 45 33.3

Total 135 100.0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017

1.2 Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, menunjukan bahwa persentae terbesar adalah responden perempuan dengan

jumlah 82 responden (60,7%) kemudian responden laki laki sebagnyak 53

responden (39,2%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 42

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

N= 135

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Perempuan 82 60.7

Laki laki 53 39.2

Total 135 100.0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017

1.3 Usia

Berdasarkan hasi pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, menunjukan bahwa responden dengan umur diatas 21 tahun berada pada

persentase tertinggi yaitu sebanyak 48 responden (35,5%), kemudian disusul

responden dengan umur 21 tahun sebanyak 40 responden (29,6%), lalu responden

dengan umur 20 tahun sebanyak 39 responden (28,9%) disusul responden dengan

umur dibawah 20 tahun sebanyak 8 responden (5,9%). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :


Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

N= 135

Umur Frekuensi Persentase

<20 tahun 39 28.9

20 tahun 8 5.9

21 tahun 40 29.6

>21 tahun 48 35.5

Total 135 100.0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017

2. Variabel Penelitian

2.1 Durasi Menonton

Berasarkan hasil pengolahan data ddari 135 responden dalam penelitian

ini, menujukkan bahwa persentase terbesar adalah durasi menonton televisi yakni

1-2 jam sehari yaitu sebanyak 61 responden (45,1%) disusul durasi menonton

kurang dari satu jam yaitu sebanyak 34 responden (25,1%) kemudian durasi

menonton 3-4 jam sehari yakni 28 responden (20,8%) , dan durasi menonton

diatas 4 jam sehari sebanyak 12 respoden (8,9%), Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :


Tabel 4.4

Distribusi Responden Berasarkan Durasi Menonton Televisi dalam Sehari


N= 135

Durasi Menonton TV Frekuensi Persentase


< 1 jam 34 25.1

1 - 2 jam 61 45.1

3- 4 jam 28 20.8

>4 jam 12 8.9

Total 135 100.0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017

2.2 Jenis acara yang paling disenangi penonton

Berdasarkan hasil survey pengolahn data berkaitan dengan intensitas

responden dalam memilih jenis acara ialah, sebanyak 78 responden (57,7%)

mengaku sering menonton tayangan Komedi dan talk show, 26 responden (

19,2%) lainnya menyukai tayangan reality show dan sinetron, 17 responden

(12,6%) menyukai tayangan news & sport dan sisanya yakni 14 responden

(10,37) memilih tayangan games & kuis, untuk lebih lanjut dapat kita lihat pada

grafik dibawah ini :


Grafik 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Jenis acara

10.50%

Komedi & talk show


12.60%
Reality show & sinetron
News & sport

57.70% games & kuis


19.20%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017

2.3 Stand up comedy merupakan program hiburan

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, menunjukan bahwa 82 (60,7%) responden mengaku sangat setuju bahwa

stand up comedy merupakan program hiburan dan 53 (39,2%) responden lainnya

mengaku setuju bahwa program stand up comedy merupakan program hiburan.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut:


Grafik 4.2 Distribusi Responden mengenai tayangan stand up comedy sebagai
Program hiburan

39.20%
Setuju
Sangat Setuju
60.70%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner,2017

2.4 Responden yang pernah menonton program stand up comedy

Berdasarkan hassil pengolahan data dari 135 respoden dalam

pennelitian ini, 135 responden (100%) menyatakan pernah menonton tayangan

stand up comedy dan sisanya yakni 0 responden (o%) responden menyatakan

tidaak pernah menonton tayangan stand up comedy, Untuk lebh jelasnya dapat

dilihat pada grafik dibawah ini :


Grafik 4.3 Distribusi Responden yang pernah /tidak peernah menonton
stand up comedy

0.00%

Pernah
Tidak Pernah

100.00%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

2.5 Tayangan stand up comedy Menghibur

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, 125 (92,6%) responden menyatakan setuju terhibur & tertawa setelah

menyaksikan tayangan stand up comedy dan 10 (7.4%) responden lainnya

menyataa tidak terhibur / tertawa setelah menyaksikan tayangan stand up comedy.

Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat dalam grafik berikut ini:
Grafik 4.4 Distribusi Responden yang terhibur/tertawa setelah menonton
tayangan “Stand up comedy”

7.40%

Terhibur
tidak teribur

92.50%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

2.6 Tayangan stand up comedy memberi informasi

Berdasarkan hasil pegolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, sebanyak 70 responden (51,8%) responden sangat setuju bahwa tayangan

stand up comedy dapat memberi Informasi mengenai fennomena sosial yang

terjadi dilingkungan sekitar , dan 60 responden (44,4%) menyatakan setuju

bahwa stand up comedy memberikan wawasan, lalu 5 (3,7%) responden lainnya

menyatakan tidak setuju bahwa stand up comedy dapat memberi informasi.

Untuk lebih jelasnya dapat ita lihat pada grafik berikut:


Grafik 4.5 Distribusi Responden berdasarkan penilaian tayangan stand up
comedy dapat memberi informasi

N=135
3.70%

sangat setuju
44.40% setuju
51.80%
tidak setuju

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

2.7 Tayangan stand up comedy menambah wawasan

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, sebanyak 83 (61,5%) responden mengaku sangat setuju, 46 (34,1%)

responden mengaku hanya setuju dan 6 (4.4%) responden lainnya menyatakan

tidak setuju bahwa stand up comedy dapat menambah wawasan dan memberikan

pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut :
Grafik 4.6 Distribusi Responden mengenai tayangan stand up comedy yang
dapat memberikan wawasan

4.40%

34% Sangat setuju


Setuju

61.40% Tidak setuju

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

2.8 Tayangan Stand up comedy mengajarkan baik & buruk dalam

kehidupan sosial

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, sebanyak 75 responden (55,2%) menyatakan setuju, lalu 36 responden (

26,9%) menyatakan sangat setuju, dan sisanya yakni 24 (17,9%) responden

lainnya menyatakan tidk setuju bahwa melalui tayangan stand up comedy

penonton dapat mengetahui apa yang baik dan yang buruk dalam kehidupan

sosial. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.7 Distribusi Responden yang setuju bahwa melalui tayangan stand
up comedy kita mengetahui hal yang baik dan buruk

17.80%

setuju
sangat setuju
55.50%
26.60% Tidak setuju

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

2.9 Tayangan stand up comedy disukai penonton

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian ini,

sebanyak 95 responden (70,3%) menyatakan suka menonton tayangan stand up

comedy, dan sebanyak 35 responden (25,9%) menyatakan sangat menyukai tayangan

stand up comedy serta 5 (3,7%) responden lainnya menyatakan tidak suka menonton

tayangan stand up comedy. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik dibawah

ini :
Grafik 4.8 Distribusi Responden yang menyukai/tidak menyukai tayangan stand
up comedy

3.70%

25.90% suka
tidak suka
sangat suka
70.30%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

2. Jadwal Penayangan

3.1 Waktu Penayangan

Berdasarkan hasil pengolaha data dari 135 responden dalam penelitian

ini,meunjukan bahwa sebanyak 73 responden (54%) menyatakan bahwa jam tayang

program stad up comedy sudah sesuai, dan 62 responden (45,9%) lainnya

menyatakan jam tayang program tesebut tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat

kita lihat pada grafik dibawah ini :


Grafik 4.9 Distribusi Responden berdasarkan waktu penayangan stand up
comedy Kompas TV

Sesuai
45.90%
Tidak sesuai
54%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

3.2 Hari Penayangan stand up comedy

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, menunjukan bahwa persentase terbesar adalah responden yang menyatakan

bahwa hari penayangan sudah sesuai, yaitu sebanyak 87 responden (64,4%)

kemudian 48 (35,5%) responden lainnya menyatakan bahwa hari penayangan

tidak sesuai. untuk lebih jelanya, dapat kita lihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.10 Distribusi Responden berdasarkan hari penayangan stand
up comedy Kompas TV

35.50% Sesuai
Tidak sesuai

64.40%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

3.3 Durasi Penayangan

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden menyatakan durasi

penayangan program stand up comedy sudah sesuai yakni sebanyak 71 responden

(52,5%) kemudian 52 responden (38,5%) lainnya menyatakan sangat sesuai dan

12 reponden (8,8%) sisanya menyatakan durasi pennayangan stand up comedy

tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.11 Distribusi Responden berdasarkan durasi penayangan stand
up comedy Kompas TV

8.80%

Sesuai
Sangat sesuai
Tidak Sesuai
38.50% 52.20%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

3.4 Penayangan stand up comedy

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, menunjukkan bahwa persentase terbanyak adalah responden yang

menyatakan penayangan stand up comedy yakni seminggu sekali sudah sesuai 86

responden (63,7%) dan 49 (36,2%) responden lainnya menyatakan bahwa

penayangan stand up comedy seminggu sekali tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada grafik dibawah ini :


Grafik 4.12 Distribusi Responden berdasarkan hari penayangan stand up
comedy seminggu sekali

36.20%
sesuai
tidak sesuai

63.70%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

4. Komedian stand up (comic)

4.1 Pengetahuan nama-nama komika

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, persentase terbanyak ialah responden yang mengetahui nama – nama komika

yang tampil di program “stand up comedy Kompass TV” yakni sebanyak 93

responden (68,8%) yang sangat mengetahui sebanyak 17 responden (12,5%) dan

yang tidak mengetahui sebanyak 25 responden (18,5%) tidak mengetahi nama –

nama komika yang tampil dalam program stand up comedy. Untuk lebih jelasnya

dapat kita lihat pada grafik dibawah ini


Grafik 4.13 Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan terhadap
nama – nama komik (comic) stand up comedy

18.50%

Mengetahui
12.50% sangat mengetahui
idak mengetahui
68.80%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

4.2 Komika memiliki kredibilitas

berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, persentase terbanyak ialah 89 responden (65,9%) yang setuju bahwa para

comic dalam acara stand up comedy memiliki kredibilas sebagai seorang comic,

dan 41 responden (30,3%) lainnya sangat setuju, dan 5 responden (3,7%) sisanya

menyatakan tidak setuju bahwa seorang comic memiliki kredibilitas sebagai

seorang comic. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.14 Distribusi Responden berdasarkan komika memiliki
kredibilitas sebagai seorang stand up comedian

3.70%

setuju
30.30%
sangat setuju
tidak setuju
65.90%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

4.3 Komika/comic Tampil ahli

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 reponden dalam penelitian ini,

persentase terbanyak ialah responden yang setuju bahwa para comic tampil ahli

dalam membawakan jokes dan lawakannya, yakni sebanyak 98 responden

(72,5%) dan 22 responden (16,2%) lainnya sangat setuju, sedangkan 15

responden (11,1%) lainnya menyatakan tidak setuju. untuk lebih jelasnya dapat

kita lihat pada grafik dibawah ini :


Grafik 4.15 Distribusi Reponden mengenai penyampaian jokes / lawakan
para komika (comic)

11.10%

16.20% Setuju
Sangat setuju
Tidak setuju

72.50%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

4.4 Ekspresi Komika

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam

penelitian ini, persentase terbanyak ialah responden yang setuju berkaitan

dengan comic yang menyampaikan lawakannya dengan ekspresi yang

menarik dan lucu yakni sebanyak 74 responden (54,8%) dan 38 responden

(28,1%) lainnya menyatakan sangat setuju dan 23 responden (17%)

menyatakan tidak setuju. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik

dibawah ini :
Grafik 4.16 Distribusi Responden berdasarkan ekspresi yang menarik
dari para comic

17%

setuju
sangat setuju

54.80% tidak setuju


28.10%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

4.5 Penggunaan gaya bahasa

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, persentase terbanyak ialah responden yang menyatakan bahwa penggunaan

gaya bahasa seorang comic sudah baik, yakni 93 responden (68,8%), kemudian

19 responden (14%) lainnya menyatakan sangat baik dan 24 responden (17,7%)

lainnya menganggap bahwa penggunaan gaya bahasa seorag comic stand up

comedy tidak baik. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.17 Distribusi Responden berdasarkan Penggunaan gaya
bahasa para comic stand up comedy

17.70%

baik
14% sangat baik
tidak baik
68.80%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

5. Tema, kejelasan materi dan setting studio

5.1 Tema merupakan fenomena yang aktual

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, persentase terbesar ialah sebanyak 67 responden (49,6%) yang memilih

bahwa tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena soosial yang

aktual di masyarakat, kemudian 57 responden (42,2%) lainnya memilih sangat

aktual dan 11 responden (8,14%) lainnya memilih tidak aktual.Untuk kebih

jelasnya dapat kita ihat pada grafik dibawah ini :


Grafik 4.18 Distribusi Responden berdasarkan Tema materi stand up
comedy yang aktual

8.14%

Akual
49.60% Sangat Aktual
Tidak aktual
42.20%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

5.2 Tema merupakan fenomna sosial yang faktual

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, persentase terbesar ialah responden yang menyatakan bahwa tema materi

yang disampaikan oleh para comic merupakan fenomena sosial yang faktual,

yakni sebanyak 66 responden (48,8%) sedangkan 58 responden (42,8%) lainnya

memilih sangat faktual dan 16 responden (11,8%) sisanya memilih tidak

faktual. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Grafik 4.19 Distribusi Responden berdasarkan Tema materi stand up comedy
yang faktual

11.80%

Faktual
48.80% Sangat faktual
Tidak faktual
42.80%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

5.3 Setting studio

Berdasarkan hasil pengolahan dari 135 responden dalam penelitian ini,

persentase terbanyak ialah responden yang menyatakan bahwa setting studio

berupa backsound an background dalam tayangan stand up comedy dirasa sudah

sesuai yakni sebanyak 97 responden (71,8%) kemudian 24 responden (17,7%)

lainnya merasa sangat sesuai dan 14 responden (10,3%) lainnya memilih tidak

sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.20 Distribusi Responden berdasarkan setting studio (backsound &
background) tayangan stand up comedy

10.30%

Sesuai
17.70%
Sangat sesuai
Tidak sesuai

71.80%

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

6. Daya tarik

6.1 Daya tarik menonton tayangan stand up comedy

Berdasrkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, persentase terbanyak ialah responden yang tertarik menonton tayangan

stand up comedy karena Populer, yakni sebanyak 47 responden (34,8%)

kemudian disusul alasan tertari menonton karena tema / materi yang disajikan

sebanyak 39 responden (28,8%) , lalu 26 responden (19,3%) memilih

penamplan komika yang memukau dan 23 responden (17%) memilih karena


tayangan stand up comedy tengah up date atau kekinian. Untuk lebih jeelasnya

dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berasarkan Daya Tarik Menonton tayangan
stand up comedy

N = 135

Daya Tarik Menonton Frekuensi Persentase

Populer 47 34.8

Up date (kekinian) 39 28.8

Penampilan komika 26 19.3

Tema/materi yang 23 17
disajikan komika
Total 135 100.0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

6.2 Tujuan menonton tayangan stand up comedy

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 135 responden dalam penelitian

ini, persentase terbesar ialah penonton yang memilih menonton tayang stand up

comedy sebagai sarana hiburan yakni sebanyak 52 responden (38,5%), lalu

sebanyak 45 responden (33,3%) memilih menonton stand up comedy untuk

mengisi waktu luang, kemudian 21 respnden (15,5%) memilih untuk

menghilangkan rasa bosan dan sisianya yakni 17 responden (12,5%) memilih


menonton untuk menambah pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berasarkan Tujuan Menonton tayangan stand
up comedy

Tujuan Menonton Frekuensi Persentase

Sebagai sarana hiburan 52 38.5

Mengisi waktu luang 42 33.3

Menghilangkan rasa 21 15.5


bosan
Menambah pegetahuan 17 12.5

Total 135 100.0

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

6.3 Uji validitas

Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas

Pertanyaan Hasil Nilai r Keterangan Kesimpulan


Korelasi tabel
(N = 100,α
= 5%)
Apakah anda 0,848 0,135 r hitung > r Valid
pernah tabel
menonton
tayangan stand
up comedy
Tayangan stand 0,846 0,135 r hitung > r Valid
up comedy tabel
merupakan
jenis acara
hiburan ?
Tayang stand 0,497 0,135 r hitung > r Valid
up comedy tabel
membuat anda
tertawa
Tayangan stand 0,837 0,135 r hitung > r Valid
up comedy tabel
memberi
informasi
Tayangan stand 0,818 0,135 r hitung > r Valid
up comedy tabel
emberikan
wawasan
Tayangan stand 0,850 0,135 r hitung > r Valid
up comedy tabel
memberi
manfaat baik &
buruk
Anda menyukai 0,739 0,135 r hitung > r Valid
tayangan stand tabel
up comedy
Jam tayang 0,843 0,135 r hitung > r Valid
stand up tabel
comedy sesuai
Hari 0,783 0,135 r hitung > r Valid
penayangan tabel
stand up
comedy sesuai
Durasitayangan 0,822 0,135 r hitung > r Valid
stand up tabel
comedy sesuai
Penayangan 0,790 0,135 r hitung > r Valid
seminggu sekali tabel
stand up
comedy sesuai
Pengetahuan 0,813 0,135 r hitung > r Valid
seputar nama – tabel
nama komika
stand up
comedy
Para komika 0,743 0,135 r hitung > r Valid
mempunyai tabel
kredibilitas
Para komika 0,846 0,135 r hitung > r Valid
tampil ahli tabel
dalam
membawakan
materi
Para komika 0,849 0,135 r hitung > r Valid
menggunakan tabel
ekspresi yang
menarik
Para komika 0,822 0,135 r hitung > r Valid
menggunakan tabel
gaya bahasa
yang menarik
Tema yang 0,836 0,135 r hitung > r Valid
disampaikan tabel
aktual
Tema yang 0,858 0,135 r hitung > r Valid
disampaikan tabel
faktual
Setting studio 0,857 0,135 r hitung > r Valid
acara stand up tabel
comedy sesuai
Daya tarik 0,874 0,135 r hitung > r Valid
stand up tabel
comedy
Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

Validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur

mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian

validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan

skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner.

Apabila nilai r hitung atau nilai korelasi lebih besar dari pada r tabel, maka

dapat dinyatakan valid. Pada tabel di atas menyatakan bahwa semua pertanyaan

dalam kuesioner dinyatakan valid, semua nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
Perhitungan statistik dalam uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics Version 21.

6.4 Uji Reabilitas


Tabel 4.8
Hasil Uji Realibitas

Cronbach’s Alpha Keterangan

0,977 Reliabel

Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2017

Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan

hasil pengukuran suatu instrumen apabilla instrumen tersebut digunakan

lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Hasi uji reliabilitas

mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu instrumen penelitian

berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam

pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran

yang benar dari sesuatu yang diukur. Suatu variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Alpha Cronbach lebih besar dari nilai r tabel 0,135. Jadi

semua 4 variabel di atas yaitu Akurat, Lengkap, Relevan, dan Mudah di

Akses mempunyai nilai Alpha Cronbach sebesar 0,135, lebih besar dari

nilai r tabel 0,135, sehingga keempat variabel tersebut dinyatakan reliable

untuk mengukur kualitas layanan informasi. Perhitungan statistik dalam uji

reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics Version 21.


B. Pembahasan

Berikut ini akan dibahas hasil dari rumusan masalah pertama yang

telah dijabarkan kedalam bentuk kalimat deskriptif yang menjelaskan secara

detail, yakni berupa hasil persepsi yang telah dikategorikan ke dalam

beberapa variabel.

Dalam penelitian ini, tanggapan dibutuhkan untuk mengetahui

seberapa baik dan buruknya program stand up comedy di Kompas TV yang

diperuntukkan bagi khalayak dari berbagai kalangan terkhusus mahasiswa

Ilmu Komunikasi. Dalam hal ini mahasiswa Ilmu Komunikasi merupakan

penonton potensial yang mempunyai kapasitas untuk memberikan Persepsi

kritis, penilaian, penyeleksian hingga penginterpertasian/penafsiran tersendiri

yang membangun terhadap tayangan stand up comedy Kompas TV. Berikut

secara mendetail pembahasan mengenai Persepsi mahasiswa Ilmu

Komunikasi Universitas Hasanuddin terhadap tayangan stand up comedy

Kompas TV dengan pengkategorian sebagai berikut:

1. Identitas Responden

Hasil olah data berdasarkan angkatan menunujukkan bahwa responden

dinominasi oleh responden angkatan 2013, perempuan, mayoritas berumur

20-21 tahun.

2. Jadwal Penayangan

Pada variable ini terbagi menjadi 2 kategori, yaitu:


a. Waktu penayangan (dapat dilihat pada grafik 4.9) dari 135

responden, 73 responden menyatakan waktu penayangan sesuai,

namun 63 responden menyatakan waktu penayangan tidak sesuai,

dikarenakan waktu tayangnya dirasa terlalu larut malam dan penonton

biasanya mengantuk saat menonton.

b. Hari Penayangan (dapat dilihat pada grafik 4.10) dari 135 responden,

87 responden menyatakan sudah sesuai, namun 48 responden lainnya

merasa hari penayangan tidak sesuai karena bukan saat weekend.

c. Durasi penayangan (dapat dilihat pada Grafik 4.13 ) dari 135

responden, 71 responden menyatakan durasi penayangan Ini Talkshow

yakni 90 menit sudah sesuai, 12 responden menyatakan durasi

penayangan stand up comedy tidak sesuai, dikarena durasi 60 menit itu

cukup singkat untuk menyaksikan penampilan komika, dan

menyarankan untuk menambah durasi penayangan dengan

menghadirkan bintang tamu.

d. Penyangan sekali seminggu (dapat dilihat pada grafik 4.12) dari 135

responden 86 responden menyatakan jadwal penayangan seminggu

sekali perogram stand up comedy Kompas TV sudah sesuai,

sedangkan 49 responden lainnya menilai bahwa penayangan seminggu

sekali tidak sesuai banyak yang menyarankan mestinya tiap hari atau

dua kali seminggu.


3. Penampilan Komika (comic)

Pada variabel ini terbagi menjadi 5 kategori, yaitu:

a. Pengetahuan terhadap nama – nama komika (dapat dilihat pada grafik

4.13) dari 135 responden, 93 responden mengetahui nama – nama

komika yang tampil di Kompas TV, dan 25 responden tidak

mengetahui nama – nama komika disebabkan penonton hanya

menikmati materi lawakan yang dibawakan oleh para komik

b. Kredibilitas komika (dapat dilihat pada grafik dari 4.14) dari 135

responden, 89 responden stuju bahwa para komika memiliki

kredibilitas dalam menyampaikan materi lawakan, sedangkan 5

responden merasa bahwa komika belum mempunyai kredibilitas

karena kurangnya penguasaan terhadap materi.

c. Keahlian Komika (dapat dilihat pada grafik 4.15) dari 135 responden,

98 responden setuju bahwa komika memiliki keahlian dalam

menyampaikan jokes/lawakan sedangkan 15 responden lainnya

memilih tidak setuju karena belum berhasil dalam membuat penonton

tertawa.

d. Ekspresi Komika (dapat dilihat pada grafik 4.16) dari 135 responden,

74 responden memilih setuju bahwa komika mempunyai ekspresi yang

menarik dalam menyampaikan materi lawakan, sedangkan 23

responden menyatakan tidak setuju karena kurangnya ekspresi dari

kebanyakan komika yang tampil.


e. Gaya bahasa komika (dapat dilihat pada tabel 4.17) dari 135

responden, 93 responden menyatakan bahwa penggunaan gaya bahasa

oleh para komika sudah baik, sedangkan 2 responden lainnya

menyatakan tidak baik dikarenakan penggunaan gaya bahasa yang

kurang dimengerti, kasar dan terkadang tidak senonoh.

4. Tema materi & setting acara stand up comedy

Pada variabel ini dibagi menjai 3 kategori :

a. Tema/materi (dapat dilihat grafik 4.18) dari 135 responden, 7

responden memilih tema/materi yang disampaikan para komika

merupakan fenomena sosial yang aktual, sedangkan 11 responden

lainnya memilih tidak aktual karea merupakan pengalaman pribadi.

b. Penilaian tema /materi acara (dapat dilihat pada grafik 4.19) dari 135

responden, 66 responden menyatakan bahwa tema yang disampaikan

komika merupakan fenomena yang faktual, sedangkan 16 responden

lainnya menyatakan tidak faktual karena bukan berdasarkan kenyataan

melainkan khayalan.

c. Setting studio, (dapat dilhat pada grafik 4.20) dari 135 responden, 97

responden menyatakan bahwa setting studio berupa backsound dan

background dalam acara stand up comedy sudah sesuai sedangkan 14

responden lainnya memilih tidak sesuai dan menyarankan untuk

merubah beberapa item.


5. Daya Tarik

Pada variabel ini menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Daya tarik menonton program stand up comedy (dapat dilihat pada

tabel 4.5) sebanyak 47 responden menyatakan tertrik menonton karena

sedang populer, kemudian 39 responden menyatakan tertarik karena

kekinian (up date), 26 responden menytakan tertarik menonton karena

penampilan komimka, dan 23 rsponden menyatakan tertarik menonton

stand up comedy karena tema/materi yang dibawakan oleh para

komika.

b. Tujuan menonton (dapat dilihat pada tabel 4.6) dari 161 responden, 61

responden menyatakan tujuan menonton Ini Talkshow untuk mengisi

waktu luang, 56 responden menyatakan tujuan menonton stand up

comedy untuk mencari hiburan.

6. Persepsi

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam

penelitian ini yaitu sebanyak 135 responden menyatakan bahwa tayangan

tand up comedy ini menghibur dan menarik untuk ditonton. Hal ini dapat

dilihat dari variabel penelitian yang meliputi jadwal tayang, tema, narasi

tema, dan daya tarik menonton tayangan Stand up comedy.

Model S-O-R merupakan pijakan teoretis dalam penelitian ini,

menjadikan tayangan stand up comedy sebagai stimulus, dengan


pengkategorian penilaian seperti jadwal penayangan, tema dan kejelasan

tema/materi komika, penampilan komika acara dan kehadiran para juri

yang kocak, serta daya tarik. Perhatian, pengertian dan penerimaan dari

responden dalam hal ini yaitu mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi

Universitas Hasanuddin sebagai organismenya. Penelitian Persepsi

Penggemar Komedi Terhadap Program stand up comedy di Kompas TV,

bahwa setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda sesuai dengan

kategori yang ditentukan yaitu usia dan jenis kelamin. Berdasarkan dari

Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) yang menyatakan bahwa

efek yang ditimbulkan berasal dari reaksi khusus terhadap stimulus

khusus, sehingga membuat seseorang mengharapkan dan menyesuaikan

antara pesan dan reaksi komunikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa

perubahan sikap yang terjadi bergantung pada proses yang terjadi terhadap

invidu tersebut. Teori Individual Differences yang menyatakan bahwa

setiap individu memiliki pendapat yang berbeda-beda yang didukung dari

psikologisnya dan biologisnya. Oleh karena itu teori ini mempengaruhi

seorang individu memiliki pemikiran dan sudut pandangnya yang berbeda

terhadap suatu objek. Penelitian ini menjelaskan tentang perbedaan

persepsi berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia terhadap sub dimensi comic,

Materi lawakan serta hal – hal yang berkaitan dengan stand up comedy.

Pada beberapa sub dimensi tersebut dipengaruhi oleh efek Kognitif,

Afektif dan Behavioral.


Dalam memberikan persepsi, tiap-tiap responden memiliki cara

masing-masing. Seseorang akan mempersepsi suatu ketika ia

memperhatikan hal tersebut. Perhatian timbul, ketika salah satu alat indra

kita menonjol dan mengesampingkan stimulus yang timbul dari alat indra

yang lainnya. Ada beberapa faktor eksternal yang turut serta

mempengaruhi perhatian seseorang, seperti:

1. Intensitas

Intensitas, hal ini dapat dilihat dari penjadwalan tayangan

stand up comedy, menurut responden bagaimana acara tersebut dapat

konsisten dalam bentuk-bentuk penayangan yang informatif dan

edukatif yang membuat program ini dapat terus eksis sejak program

ini mengudara.

2. Ukuran

Ukuran, hal ini umumnya dapat dilihat dari pengemasan acara.

Sebagian besar responden menyukai inovas-inovasi yang dilakukan

oleh program stand up comedy, dalam hal penataan stage, penampilan

live music, kelucuan para komika dalam membawakan materi hingga,

peran juri saat memberikan penilaian terhadap para komika..

3. Kontras

Kontras, merupakan sesuatu yang unik dan diluar kebiasaan

yang biasa ditampilkan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian responden

mengenai tema/materi dan narasumber yang ditampilkan pada


program stand up comedy. Seperti yang kita ketahui, materi/tema yang

dibawakan setiap kali tayang yakni pada hari jumat oleh paraa komika

merupakan suatu yang baru dan sangat hangat ditengah – tengah

masyarakat Berbagai informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh

komika yang dihadirkan dan berkompeten untuk dimintai keterangan

mengenai isu-isu atau kejadian-kejadian yang hangat dan marak

diperbincangkan khalayak, ataupun pengalaman hidup seorang

penonton.

4. Gerakan

Sesuatu yang bergerak lebih menarik daripada sesuatu yang

statis. Hal ini dapat dilihat dari konsep program stand up comedy di

Kompas TV. stand up comedy kini tidak hanya sebuah program yang

ditampilkan di televisi setiap hari jumat 21.00-22.30 WITA dengan

tema yang biasa, tetapi ada juga materi-materi acara kreatif dengan

bintang tamu spesial yang dihadirkan program stand up comedy.

5. Pengulangan

Sesuatu yang sering mengalami pengulangan akan menarik

perhatian, tetapi jika terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan. Hal

ini dapat kita lihat pada penjadwalan tayangan stand up comedy.

Menurut responden penelitian ini, program siaran ini sangat baik

ditayangkan sekali dalam seminggu. Namun banyak pula responden


yang mengeluh karena Tayangan stand up comedy tiak tayang setiap

hari atau dua kali seminggu.

6. Keakraban

Komunikasi akan berjalan efektif ketika mungkin seseorang

individu berinteraksi dengan orang lain yang sudah ia kenal dan

sebagainya. Dalam hal ini, Penampilan paraa komika yang

mempesona sebagian besar terbukti dapat menghibur dan

menghasilkan tawa dari penonton.

7. Novelty

Sesuatu yang baru. Sama halnya dengan gerakan, sesuatu yang

baru dan berbeda juga mampu menarik perhatian. Kebanyakan

responden menyatakan bahwa mereka lebih tertarik dengan tema-tema

sosial dan isu-isu seputar politik hingga pengalaman pribadi komika,

hal ini menurut responden sangat menarik dijadikan sebuah materi

stand up untuk menciptakan beragam kelucuan. Dan beberapa faktor

internal yang juga mempengaruhi perhatian, seperti:

1. Kebutuhan Psikologis

Adalah hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan kebutuhan.

Tiap responden menyatakan bahwa mereka hanya memperhatikan

rangsangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka saat itu.

Tayangan program dengan tema tertentu yang sekiranya berkenan

dengan kebutuhan para responden sudah pasti dinikmati dan tidak


menutup kemungkinan mereka menunggu tayangan program

siaran dengan tema yang berkenan dengan kebutuhan mereka

tersebut.

2. Latar Belakang, Pengalaman dan Kepribadian

komika yang ditampilkan pada program stand up comedy di

Kompas TV tidak menutup kemungkinan memiliki kesamaan

nasib atau pengalaman hidup dengan responden penelitian. Dengan

adanya kesamaan, maka biasanya informasi yang dibagi melalui

tayangan tersebut, dapat dengan mudah tersalurkan maksud dan

tujuannya.

3. Sikap, Kepercayaan Umum dan Penerimaan Diri

Responden memiliki kepercayaan tertentu terhadap suatu hal.

Punya kecendrungan memperhatikan berbagai hal kecil. Jadi

terkadang apa yang dinilai positif oleh seorang responden, belum

tentu mendapat penilaian yang sama oleh responden lain, begitu

pula sebaliknya. Responden yang ikhlas menerima kenyataan

dirinya akan cepat menyerap sesuatu dibanding dengan responden

yang kurang ikhlas menerima kenyataan dirinya. Karena ketika

seseorang responden bersikap realistis dengan keadaannya, maka

mereka dapat mudah menerima suatu informasi dan lebih terbuka

dengan bentuk-bentuk pengetahuan baru termasuk yang

disampaikan melalui tayangan stand up comedy Kompas TV.


Dalam model S-O-R (Stimulus Organism Response),

menganologikan bahwa stimulus tertentu yang menerpa organism

akan melahirkan respons tertentu pula. Perubahan sikap yang

terjadi adalah hasil dari respon, termasuk bagaimana dalam hal ini

responden ( mahasiswa Ilmu komunikasi Universitas Hasanuddin)

memberikan Persepsi positif atau negatif terhadap tayangan stand

up comedy di Kompas TV.

Secara keseluruhan data hasil penelitian yang mencakup

penilaian dari keseluruhan responden mengenai jadwal

penayangan, Tema dan kejelasan tema/materi acara. Penampilan

komika dan kehadiran para juri serta penonton di studio, daya

tarik, dilihat dan dihimpun dari berbagai faktor, mendapat persepsi

yang positif.

7. Faktor yang menyebabkan stand up comedy kian populer

Menurut hasil kuesioner terhadap 135 responden, peneliti

menyimpulkan bahwa populernya stand up comedy ialah karena

tema/materi yang tren di kalangan mahasiswa, selain itu stand up

comedy menjawab keresahan mahasiswa dan menuangkannya kedalam

sebuah monolog komedi berbobot yang memberi hiburan tersendiri

bagi para penikmatnya. Tontonan stand up comedy juga menjadi

tontonan yang sehat diantara maraknya adegan kekerasan yang

mewarnai program hiburan televisi.


Menurut teori komedi sebuah lelucon dalam benuk sketsa

ataupun parodi komedi yang menimbulkan tawa dan respon yang luar

biasa dari peonton merupakan sebuah lakon komedi yang berhasil dan

mampu menumbuhkan unsur hiburan dalam masyarakat.

Dalam hal ini tayangan stand up comedy terbukti mampu hadir

ditengah-tengah masyarakat dan memberikan hiburan yang baru bagi

masyarakat, unsur komedi baru yang dihadirkan dalam stand up

comedy merupakan bentuk komedi yang bersih dari kekerasan fisik

lain halnya dengan komedi situasi yang terkadang memamerkan

kekerasan fisik terhadap salah seorang pemerannya.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari analisis terhadap hasil temuan penelitian serta interpretasi yang

telah dilakukan sebelumnya, peneliti merumuskan beberapa kesimpulan,

yaitu::

1) Persepsi yang dipaparkan oleh sebagian besar responden menunjukkan bahwa

tayangan stand up comedy merupakan tayangan yang sangat mengibur dan

sesuai dan sebagian besar responden menunjukkan reaksi yang positif

terhadap hadirnya stand up comedy. Selain itu tayangan stand up comedy juga

memiliki keunggulan yakni memberi Informasi, wawasan serta pengetahuan

bagi siapapun yang menyaksikannya.

2) Eksistensi tayangan Stand up comedy yang memiliki basis penonton yang

secara psikografis memiliki pemikiran terbuka terhadap komedi jenis baru

berikut materi di dalamnya, makin populer seiring waktu, hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor, yakni materi lawakan yang berbobot, sesuai dengan

realitas, serta sangat menghibur. Dengan basis penonton tersebut, baik bagi

stand up comedy Kompas TV untuk melakukan maintaining terhadap

program stand up comedy Indonesia sehingga makin populer dan tetap


menjadi wadah bagi para komika berbakat. itulah mengapa tayangan stand up

comedy di Kompas TV masih terus berlangsung hingga saat ini.

Tabel 5.1 Hasil Penyeleksian terhadap berbagai argument mengenai


tayangan stand up comedy

Hasil Kesan terhadap Mengapa stand up Interaksi Komika


tayangan stand up comedy kian populer & pnonton
comedy

Positif Sebagian besar Membawa isu-isu - Referensi


merasa Terhibur, yang melekat dengan Materi yang
karena konten kehidupan seorang menghibur
menarik, dan mahasiswa - Persona komika
sedang trend
Negatif Masih terdapat Masih terdapat - Bias
unsur slapstick unssur sara, Penonton kurang
- Hanya dapat pornografi dan menikmati
dinikmati oleh materi yang performa
segemented bernuansa komika
audience menyudutkan
(roasting)

B. SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian ini terdapat beberapa saran yang bisa

disampaikan sebagai berikut. :

a. Kepada para penikmat stand up comedy, diharapka lebih selektif dalam

mencerna isi dari materi yang disampaikan oleh para komika, karena masih
banyak komika yang terbiasa memasukkan unsur – unsur sara kedalam isi

materi.

b. Kepada stasiun televisi yang bersangkutan yakni Kompas TV diharapkan untk

terus menyajikan program entertainment yang sekaligus mendidik dan

memberi wawasan seperti halnya tayangan stand up comedy ini. semoga

tayangan ini bias terus diterima oleh para audiens serta tetap mengudara di

layar kaca dengan inovasi – inovasi terbaru.

c. Kepada para komika, diharapkan untuk lebih menjaga attitude atau

penggunaan gaya bahasa serta mimic ekspresi yang lebih baik untuk

menyugukan hiburan serta menghadirkan tawa penonton. sekaligus memilih

tema/materi yang baik untuk ditampilakn di Televisi yang baik untuk semua

kalangan.

Selain saran-saran yang diberikan penulis di atas, penulis juga

mengemukakan saran-saran yang diberikan para responden yaitu mahasiswa

Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, diantaranya yaitu:

1) Lebih kreatif lagi, lebih kompleks programnya dan tetap


mengutamakan sisi edukatif dan inspiratif, serta tetap menghibur.
2) Durasi acaranya lebih diperbanyak dan iklannya dikurangi.

3) Memberikan info-info ter update dan materi lawakannya diperkaya


lagi agar masyarakat luas dapat memahami.
4) Mengurangi isu SARA (Suku,agama,ras&antar golongan), materi
berbau pornografi dan materi judge atau menyinggung orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa


Rekatama Media.
Barker, Crish. 2008. Cultural Strudies, Theory and Practice (3rd Edition). London:
Sage Publications.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Rhinekaa Cipta.
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh
praktik riset media, public relation, advertising, komunikasi
organisasi, komunkasi pemasaran, Jakarta: Kencana.
Little Jhon, Stephen W. 2005. Theories of Human Communication: Eighth Edition.
Canada: Thomson Wardsworth.
Maulana, Hediyan dan Gumgum Gumelar. 2013. Psikologi Komunikasi dan Persuasi.
Jakarta: Akademia Permata.
Mulyana, Dedi.2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
_______. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Banandung : PT Remaja
Rosdakary.
Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perubahan serta Pnegukurannya. Jakarta: Ghalian
Indonesia.
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio &
Televisi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group
McQuail, Dennis. 2011.Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta : Salemba
Humanika
Nazir, Moh. 2005. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. 1990. Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada


Nurudin. 2007. Pegantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Philip Kotler. 1993. Manajemen Pemasaran, Perencanaan Implementasi dan control.


Jakarta: PT Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia.
Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sarlito, Wirawan. 1983. Pengantar Umum Psikolog. Bandung: Bulan Bintang.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D).Bandung: Alfabeta.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Fitriyana, Leila. 2011 Tanggapan Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Makassar terhadap


tayangan Kick Andy di Metro TV. Tidak Diterbikan. Makassar. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Prasilika, Tiara. 2007. Studi Persepsi Resiko Keselamatan Berkendara serta
Hubungan Dengan Locus of Control pada Mahasiswa FMK UI yang
Mengendarai Motor. Tidak Diterbitkan. Depok: Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Winarni, Lilis Wahyu. 2015 Analisis Praanggapan Pernyataan Humor dalam Stand up
Comedy Indonesia. Tidak Diterbitkan. Bandunng: Program studi Linguistik
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sayuti Melik. 2016. ‘Efek Tayangan Stand up comedy Metro TV Terhadap Perilaku
Penonton Usia Muda di Loajanan Kutai Kartanegara’ Ejournal Ilmu
Komunikasi. Vol.4/2016.
(http://www.rose.blogspot.com/article/216/08/stand/up/comedy.html, diakses 13
Januari 2017 Pukul 20.30 WITA).

(http://www.megapolitan.kompas.com, diakses pada 26 Januari 2017 Pukul 22.00


WITA)
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN

PERSEPSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI TERHADAP TAYANGAN STAND


UP COMEDY SEBAGAI PROGRAM KOMEDI POPULER DI INDONESIA

No Responden :
Petunjuk Pengisian
1. kuesioner ini semata mata untuk keperlan akademis atau penelitian
2. baca dan jawablah semua pertanyaan secara teliti dan jujur. kerahasiaan
jawaban dijaga.
3. berilah tanda (x) pada jawaban yang anda anggap benar.
4. terimakasih atas partisipasinya.

A. Identitas Responden

Nama :
Angkatan :

1. Jenis Kelamin
1. Pria
2. Wanita
2. Usia
1. < 20 tahun
2. 20 tahun
3. 21 tahun
4. > 21 tahun
3. Jenis acara yang paling anda senangi
1. Reality Show & Sinetron
2. News & sport
4. Komedi &Talkshow
6. Games & Kuis
4. Durasi menonton televisi dalam sehari
1. < 1 jam
2. 1 - 2 jam
3. 3 - 4 jam
4. > 4 jam

B. Variabel Penelitian
5 Tayangan “Stand Up Comedy” merupakan jenis acara hiburan?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju

6. Anda sebelumnya pernah menonton acara hiburan seperti “Stand Up Comedy”?


1. Sangat Tidak Pernah
2. Tidak Pernah
3. Pernah
4. Sangat Pernah
7. Tayangan “Stand Up Comedy” membuat anda tertawa dan terhibur?
1. Sangat tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. sangat setuju
8. Tayangan “Stand Up Comedy” dapat memberikan informasi mengenai fenomena
sosial yang terjadi di lingkungan sekitar anda?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
9. Tayangan “Stand Up Comedy” dapat memberikan pengetahuan dan menambah
wawasan anda terhadap apa yang disampaikan oleh comic?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
10. Anda mempelajari mengenai apa yang baik/ buruk dalam kehidupan sosial
melalui tayangan “Stand Up Comedy”?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
11. Anda menyukai tayangan “Stand Up Comedy”?
1. Sangat Tidak Suka
2. Tidak Suka
3. suka
4. Sangat Suka
1. JADWAL PENAYANGAN
12. Jam tayang acara “Stand Up Comedy” di Kompas TV pada pukul 22.00 s/d 23.00
WIB sudah sesuai?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
13. Hari penayangan acara “Stand Up Comedy” di Kompas TV, yakni pada hari
Jumat malam sudah sesuai?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
14. Durasi jam tayang acara “Stand Up Comedy” di KompasTV yakni sekitar satu
jam (60 menit) sudah sesuai?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
15. Penayangan acara “Stand Up Comdedy” seminggu sekali di Kompas TV sudah
sesuai?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
16. Anda mengetahui nama-nama comic yang tampil di acara “Stand Up Comedy”?
1. Sangat Tidak Mengetahui
2. Tidak Mengetahui
3. Mengetahui
4. Sangat Mengetahui

2. KOMEDIAN STAND UP COMEDY (KOMIKA)


17. Peserta yang tampil di acara “Stand Up Comedy” memiliki kredibilitas yang
dapat dipercaya sebagai seorang comic?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
18. Para comic yang tampil ahli dalam menyampaikan joke / lawakannya?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
19. Para comic dalam menyampaikan lawakannya menggunakan Ekaspresi yang
menarik dan lucu?
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
20. Penggunaan Gaya Bahasa yang disampaikan oleh comic menarik minat penonton
untuk menyaksikan ?
1. Sangat Tidak Baik
2. Tidak Baik
3. Baik
4. Sangat Baik

3. TEMA/MATERI STAND UP COMEDY


21. Tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena sosial yang aktual di
masyarakat?
1. Sangat Tidak Aktual
2. Tidak Aktual
3. Aktual
4. Sangat Aktual
22. Tema yang disampaikan para comic merupakan fenomena sosial yang faktual di
masyarakat?
1. Sangat Tidak Faktual
2. Tidak Faktual
3. Faktual
4. Sangat Faktual
23. Settingan Studio berupa backgroud dan baacksound dirasa sudah sesuai ?
1. Sangat Tidak Sesuai
2. Tidak Sesuai
3. Sesuai
4. Sangat Sesuai
24. Menurut anda apa yang membuat anda tertarik menonton tayangan “Stand Up
Comedy” di Komps TV ?
1. Populer
2. Up date (Kekinian)
3. Penampilan Komika yang memukau
4. Tema/materi yang disajikan oleh Komika
25. Apa yang menjadi tujuan anda dalam menonton tayangan “Stand Up Comedy” di
Kompas TV ?
1. Menambah Pengetahuan
2. Mengisi Waktu Luang
3. sebagai sarana hiburan
4. Menghilangkan rasa bosan

26. Setelah menonton “ Stand Up Comedy” bagaimana kesan anda terhadap program acara
ini ?

…………………………………………………………………………………………………
……

…………………………………………………………………………………………………
………….

27. Apa saran anda terhadap tayangan Stand up comedy kedepannya agar dapat menjadi
tontonan yang menghibur dan dapat dinikmati oleh semua kalangan ?

…………………………………………………………………………………………………
………….

…………………………………………………………………………………………………
…………..

Anda mungkin juga menyukai