Anda di halaman 1dari 10

Pemanfaatan Gas Bumi Indonesia & Strategi Pemerintah ke Depan

Cadangan gas bumi Indonesia per 1 Januari 2017 menurut DJMigas sebanyak 142.72
TSCF dengan komposisi cadangan terbukti 100.36 TSCF dan cadangan potensial 42.36
TSCF. Kalau nggak ada penemuan cadangan baru nih, dengan tingkat
pemakaian/pemanfaatan gas bumi saat ini & menimbang produksi rata-rata dari 2012-2017
sebesar 2.9 TSCF/tahun, gas bumi Indonesia diperkirakan akan habis 49 tahun mendatang.
Selain dari gas bumi konvensional, Indonesia mempunyai potensi gas bumi non
konvensional, yaitu gas metana batubara atau CBM (coal bed methane) dan gas serpih (shale
gas) dengan potensi yang besar yaitu 453 TSCF untuk CBM dan 574 TSCF untuk gas
serpih.

Gambar 1. Persebaran cadangan gas bumi di Indonesia (Ditjen Migas & SKK MIgas, 2018)

Sejak 2015 s/d saat ini, industri hulu Migas telah mengalami reformasi dari minyak
bumi ke gas bumi. Pengembangan penemuan migas didominasi oleh temuan lapangan-
lapangan gas bumi, terutama di kawasan Indonesia Bagian Timur. Nah tantangan dan
kendala saat ini adl temuan-temuan tsb. terletak di beberapa lapangan yang marjinal & laut
dalam. Selain itu, mayoritas pengguna gas bumi ada di kawasan Indonesia Bagian Barat &
menimbang kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan mengakibatkan biaya dan
metode distribusi gas bumi sebagai tantangan tersendiri yang harus dihadapi secara
bersama-sama.
Berbeda dengan tahun 2000-an, saat ini penyediaan gas bumi untuk pasar domestik
lebih besar dibandingkan untuk ekspor. Dari total produksi gas bumi di tahun 2017 (7.619,60
MMSCFD), pemanfaatan gas bumi Indonesia 58.59% diserap oleh domestik dan 41.41%
untuk ekspor. Penyerapan domestik meliputi sektor industri yang menyerap sebesar 23.18%,
Sektor Kelistrikan sebesar 14.09%, Sektor Pupuk sebesar 10.64%, Lifing Migas sebesar
2.73%, LNG Domestik sebesar 5.64%, LPG Domestik sebesar 2.17% dan 0.15% untuk
Program Pemerintah berupa Jargas Rumah Tangga dan SPBG. Untuk ekspor gas pipa
sebesar 12.04% dan LNG Ekspor 29.37% Ekspor gas bumi diperkirakan terus menurun
hingga berhenti pada tahun 2035, sehingga seluruh produksi gas bumi dapat digunakan untuk
kebutuhan domestik. Namun demikian, produksi gas bumi belum mampu memenuhi
kebutuhan gas nasional di masa mendatang. Untuk mengatasi kekurangan dalam penyediaan
gas, perlu mempertimbangkan gas non konvensional dan mengimpor gas dalam bentuk LNG.
Gambar 2. Prosentase pemanfaatan gas bumi Indonesia (Ditjen Migas & SKK MIgas, 2018)

Sektor industri merupakan sektor pemanfaat gas bumi terbanyak mencakup 90%
terhadap kebutuhan gas bumi sebagai energi final. Penggunaan gas bumi di industri sebagian
besar diperlukan sebagai bahan bakar dan sisanya untuk bahan baku industri pupuk.

Gambar 3. Pemanfaatan gas bumi di Indonesia dan proyeksi hingga 2050 (BPPT, 2018)
Gambar 3. Perkembangan Impor LPG

Produksi LPG cenderung menurun dari tahun 2014 sampai tahun 2018. Penurunan produksi
terbesar diperoleh dari penurunan produk kilang LPG pola hulu. Dari kilang LPG pola hulu
tersebut penurunan terbesar diperoleh dari penurunan produk LPG dari kilang PT Badak.
Penurunan produk LPG dari kilang PT Badak disebabkan saat ini feed gas yang berasal dari
lapangan hulu memiliki kandungan. Dari total produksi kilang LPG sebesar 2,027 juta ton
hanya dapat memenuhi kebutuhan LPG dalam negeri sebesar ± 27% (konsumsi LPG subsidi
dan non subsidi dalam negeri tahun 2018 adalah 7,576 juta ton) dengan sisanya dipenuhi dari
impor LPG.
Gambar 4. Status kilang LPG & LNG Indonesia per Januari 2014 (KESDM, 2016)
Gambar 4. Realisasi pembangunan Jaringan Gas Kota hingga tahun 2018 (KESDM, 2019)

Gambar 4. Realisasi Jaringan Gas Kota hingga tahun 2018 (Ditjen Migas KESDM, 2018)
Gambar 4. Penghematan BBM dari pemanfaatan energi berkelanjutan hingga 2050 (BPPT, 2018)
Gambar 4. Penurunan emisi dari pemanfaatan energi berkelanjutan hingga 2050 (BPPT, 2018)

Anda mungkin juga menyukai