Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR

Disusun Oleh

HERU ISMANTO
1615041037

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti
pertanian dan indutri. Oleh karena itu keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan
dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan, tanpa air
tidaklah mungkin ada kehidupan. Semua orang tahu betul akan pentingnya air sebagai sumber
kehidupan. Namun, tidak semua orang berpikir dan bertindak secara bijak dalam menggunakan air
dengan segala permasalahan yang mengitarinya. Malah ironisnya, suatu kelompok masyarakat
begitu sulit mendapatkan air bersih, sedangkan segelintir kelompok masyarakat lainnya dengan
mudahnya menghambur-hamburkan air (Narita, Kadek, et al, 2011).

Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk melestarikan air,
sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri. Ketidak
bertanggung jawaban mereka membuat air menjadi kotor, seperti membuang sampah ke tepian
sungai sehingga aliran sungai menjadi mampet dan akhirnya timbul banjir jika hujan turun,
membuang limbah pabrik ke sungai yang mengkibatkan air itu menjadi tercemar oleh bahanbahan
berbahaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan air yang telah tercemar
hingga layak digunakan untuk aktivitas sehari-hari (Said, Nusa Idaman & Wahjono, Heru Dwi,
1999).

Air bersih adalah air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan apabila diminum harus dimasak terlebih dahulu. Air
yang diolah untuk menjadi air bersih berasal dari air permukaan, mata air, dan air tanah. Dalam
rangka meningkatkan kebutuhan dasar masyarakat khususnya mengenai kebutuhan akan air
bersih, perlu disesuaikan dengan sumber air baku serta teknologi yang sesuai dengan tingkat
penguasaan teknologi dalam masyarakat itu sendiri (Said, Nusa Idaman & Wahjono, Heru Dwi,
1999).
Pengolahan air bersih adalah suatu usaha teknis yang dilakukan untuk memberikan
perlindungan pada sumber air dengan perbaikan mutu asal air sampai menjadi mutu yang
diinginkan dengan tujuan agar aman dipergunakan oleh masyarakat pengkonsumsi air bersih.
(Narita, Kadek, et al, 2011).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Air Bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk treatment air
minum dan untuk treatmen air sanitasi.

B. Sumber, Syarat dan Karakteristik Air Bersih

Banyak sumber air yang bisa dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum, yaitu
air hujan, air permukaan dan air tanah. Sumber air dan kualitas dapat dibedakan atas tiga
jenis, yaitu: air permukaan, air tanah, dan air hujan.

Air Permukaan

Air permukaan paling banyak dimanfaatkan sebagai air baku karena


ketersediaannya lebih banyak, namun secara kualitas lebih buruk karena pengaruh
pencemaran dan erosi.

Air Tanah

Secara alamiah kualitas air tanah dipengaruhi oleh susunan kimia batuan yang
dilalui Air bersihselama proses peresapan. Kualitas air tanah berbeda-beda menurut
wilayah batuan dan daerah tangkapannya. Selain proses pelarutan mineral air, tanah
juga mengalami proses penyaringan dan pembersihan diri sehingga kualitasnya
cukup baik sebagai air minum.
Air Hujan

Pada beberapa daerah yang tidak cukup mempunyai sumber air tanah dan
permukaan. Air hujan bisa dimanfaatkan untuk keperluan sumber air minum dan
rumah tangga. Tekniknya dengan pengumpulan dari atap bangunan. Air hujan
bersifat asam dan bersifat lunak.

Mata air

Mata aiar adalah sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari
dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan , sehigga belum
terkontaminasi oleh zat-zat pencemar.biasanya lokasi mata air erupakan darah
terbuka sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar

C. Kendala dan Hambatan dalam Pengolahan Air Bersih

Masalah pengolahan air bersih di Indonesia berada di ambang kritis air lantaran minimnya
daerah resapan air. Hal tersebut terjadi karena banyaknya pembangunan gedung-gedung dan
perumahan. Sebenarnya, kondisi tersebut bisa diperbaiki. Caranya, dengan membangun
hutanhutan kota dan sumur resapan air. Selain itu kurangnya kualitas sumberdaya manusia dalam
segi pemahaman iptek, dalam menerima transfer teknologi pengolahan air menjadi masalah yang
harus segera diperbaiki dengan cara melukan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat. Diperlukan
investasi yang lebih banyak di sektor air bersih dan sanitasi. Investasi pemerintah di sektor tersebut
kurang dari satu persen dari PDB. Pemerintah sedang melakukan upaya untuk mengatasi masalah
ini. Setelah dimulainya PPSP (Program Percepatan Sanitasi Nasional) tahun 2010, alokasi
anggaran sanitasi oleh pemerintah daerah meningkat sebesar 4 sampai 7 persen pada tahun 2011.
D. Solusi dari Permasalahan Air Bersih

1. Pengolahan Air Bersih Secara Alami

Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan kolam
stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk menetralisasi
zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum
digunakan adalah kolam Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds). Karena biaya yang
dibutuhkan murah, cara ini direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang.
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae),
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam
kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar
kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman
dan di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.

Cara kerjanya antara lain sebagai berikut:

Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini adalah sinar matahari,

ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir khlorophylnya dalam air limbah
melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan
subur.

Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari H2O dan CO2 oleh chlorophyll

dibawah pengaruh sinar matahari terbentuk O2 (oksigen). Kemudian oksigen ini digunakan
oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam air
buangan. Disamping itu terjadi pengendapan. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah
tersebut akan berkurang sehingga relatif aman bila akan dibuang ke dalam badan-badan air
(kali, danau, dan sebagainya).
2. Solusi Pengolahan Air Bersih dengan Metode Pengolahan Gambut Sederhana

Untuk pembuatan satu unit alat pengolah air minum sederhana ini, diperlukan bahan-bahan
antara lain seperti pada tabel di bawah ini (lihat tabel berikut. Jika bahan tersebut tidak
tersedia dipasaran setempat, dapatdisesuaikan dengan bahan yang tersedia. Jadi tidak harus
seperti yang tertera pada Tabel 1.

Bahan-bahan tersebut tidak termasuk bahan untuk dudukkan alat. Di samping itu bahan –
bahan tersebut dapat juga disesuaikan dengan keadaan setempat misalnya, jika tidak ada
tong plastic dapat juga dipakai drum bekas minyak yang dicat terlebih dahulu.
TAHAPAN PROSES PENGOLAHAN AIR METODE GAMBUT SEDERHANA

1. Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping

Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi
netral (pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang paling murah
dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian kapur,
disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk membantu efektifitas
proses selanjutnya.

2. Aerasi dengan pemompaan udara

Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar
kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang
ada dalam udara membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan.
Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tak
diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida dan gas-gas racun lainnya. Reaksi
oksidasi Besi dan Mangan oleh udara dapat ditulis sebagai berikut:

4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ====> 4 Fe(OH)3 + 8 H+

tak larut

Mn2+ + O2 + H2O ====> MnO2 + 2 H+

tak larut

Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut, maka secara teoritis
dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat mengoksidasi 6.98 ppm ion Besi. Reaksi
oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain : jumlah Oksigen yang bereaksi , dalam hal ini
dipengaruhi oleh jumlah udara yang dikontakkan dengan air serta luas kontak antara
gelembung udara dengan permukaan air. Jadi makin merata dan makin kecil gelembung
udara yang dihembuskan kedalam air bakunya , maka oksigen yang bereaksi makin besar.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi reaksi oksidasi besi dengan oksigen dari udara
adalah pH air. Reaksi oksidasi ini sangat efektif pada pH air lebih besar 7(tujuh). Oleh
karena itu sebelum aerasi dilakukan, maka pH air baku harus dinaikkan sampai mencapai
pH 8. Hal ini dimaksudkan agar pH air tidak menyimpang dari pH standart untuk air minum
yaitu pH 6,5 – pH 8,5. Oksidasi Mangan dengan oksigen dari udara tidak seefektif untuk
besi, tetapi jika kadar Mangannya tidak terlalu tinggi maka sebagaian mangan dapat juga
teroksidasi dan terendapkan.

3. Koagulasi dengan pemberian tawas

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran alam
air yang berupa padatan tersuspensimisalnya zat warna organik, lumpur halus bakteri dan
lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara yang paling mudah dan murah
adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus kimianya Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa
kristal berwarna putih). Reaksi koagulasi dengan Tawas secara sederhana dapat ditulis
sebagai berikut:

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O

alkailnity

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O

mengendap

Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium hidroksida,


Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel-partikel kotoran sehingga
menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat mengendap. Cara
pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai berikut yaitu : sejumlah tawas/ alum dilarutkan
dalam air kemudian dimasukkan kedalam air baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata
selama kurang lebih 2 menit. Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian
rupa sehingga terbentuk gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran
tersuspensi yang ada dalam air baku. Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga
gumpalan kotoran atau disebut flok tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
4. Pengendapan

Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran yang
terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah kotoran mengendap air akan tampak
lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar tangki dapat dibersihkan dengan membuka
kran penguras yang terdapat di bawah tangki.

5. Penyaringan

Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua.
Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap,
sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk
mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan. Penyaringan
dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring
yang terdiri dari saringan pasir.

3. Teknologi Zeolit Dalam Proses Penyediaan Air Bersih

Potensi zeolit alam di Indonesia sebenarnya sangatlah besar, namun karena keterbatasan
pengetahuan dan ketrampilan dari sumberdaya manusia yang ada serta keterpaduan dengan
pemerintah atau pun pengguna lainnya masih relatif rendah, maka sampai saat ini mineral
zeolit alam di Indonesia belum banyak dikembangkan atau diteliti lebih jauh lagi
kemanfaatannya. Sebagai contoh, di daerah Campang Tiga, Sidomulyo – Lampung Selatan
telah lama ditemukan dan bahkan diteliti struktur kristal, kemampuan serta fungsi-fungsi
lainnya baik sebagai penyaring molekul, adsorben, penukar kation ataupun sebagai katalis.
Kemurnian zeolit klinoptilolit yang berasal dari lampung Selatan tergolong cukup tinggi,
yaitu sekitar 75 % yang tercampur dengan struktur-struktur zeolit alam lainnya seperti
mordenit, analsim, dan erionit.
Gambar 2. Struktur dari berbagai zeolit alam yang ada di Indonesia.

Telah lama dikenal tentang keunggulan zeolit klinoptilolit sebagai material yang sangat
potensil sebagai penukar kation dan adsorben untuk proses-proses pengolahan air,
termasuk juga sebagai bahan penjerap unsur-unsur radioaktif yang sangat ampuh
(misalnya: Cs), termasuk juga di bidang pertanian.

Sifat-sifat fisika dan kimiawi dari zeolit klinoptilolit yang terpenting dapat disenaraikan
seperti di bawah ini:

Rumus Empiris : (Na4K4)(Al8Si40O96). 24 H2O

Ukuran Pori : 2,4 - 5,6 Å

2
Luas permukaan : 47 - 60 m /g

Keasaman (pH) : 5,6 - 6,7

Deret selektivitas : K > NH4 > Ca Na > Mg

Dari sifat-sifat fisika dan kimiawi zeolit klinoptilolit di atas, dapat disimpulkan bahwa
zeolit klinoptilolit tersebut memiliki kation-kation logam alkali (K dan Na) di permukaan
strukturnya yang sangat mudah bertukaran dengan kation amonium (terutama ion K+ atau
ion H+ yang diperoleh dari proses pengasaman zeolit ini menjadi H-zeolit). Sifat-sifat yang
menonjol inilah yang dimanfaatkan oleh Prof. Roekmijati W.S. dalam penelitannya di RUT
V yang lalu, yaitu sebagai adsorben senyawa amoniak dan turunannya yang terdapat dalam
limbah cair.
Sampai saat ini, pengembangan aplikasi zeolit dalam bidang industri air bersih dan atau air
minum masih sangat terbatas baik sebagai adsorben, penukar kation ataupun sebagai
katalis. Jika dilihat dari konstelasi pengolahan air di dunia industri pengolahan air, maka
aplikasi teknologi zeolit dapat direalisasikan pada: Pengolahan primer (primary treatment)
ataupun Pengolahan Sekunder (secondaray treatment), dalam hal ini dimanfaatkan baik
sebagai penyaring, adsorben partikel-partikel koloid hasil proses koagulasi dan flokulasi
secara kimiawi (umumnya menggunakan alum atau Al2(SO4)3, poly alumunum chloride
atau PAC, FeSO4, atau koagulan sejenisnya), maupun sebagai penukar kation dari zat-zat
berbahaya (radioaktif atau material B3 lainnya). Dalam banyak hal, penggunaan zeolit
sebagai penukar kation memberikan kendala pada waktu penjenuhan zeolit yang terlalu
cepat, sehingga memerlukan siklus periode regenarsi yang sangat singkat. Ada juga
beberapa industri yang memanfaatkan zeolit untuk bahan membran mikrofiltrasi.

Gambar 3. Aplikasi kolom unggun isian zeolit: (a). unggun diam dan (b). unggun
terfluidisasi

Teknik dan aplikasi dari zeolit alam yang paling banyak digunakan adalah dalam bentuk
kolom unggun isian (packed column), baik yang memiliki unggun isian diam (fixed bed)
ataupun sebagai unggun bergerak terfluidisasi (fluidized bed). Unggun diam memiliki
keunggulan baik sebagai penyaring maupun sebagai penukar kation, namun memiliki
kendala jatuh tekanan yang besar dan kesulitan dalam tahap regenerasinya. Unggun
fluidisasi unggul dalam hal penukar kation, penggunaan energi tekanan yang rendah, dan
efektifitas kontak aerasi dari air yang diolah, namun memiliki kelemahan dalam hal
investasi peralatan yang mahal serta kehilangan yang relatif besar akibat terbawa arus air.

4. Teknologi Membran Dalam Proses Penyediaan Air Bersih

Teknologi membran bekerja berdasarkan suatu “tabir penghalang” yang selektif, yang
memungkinkan suatu proses pemisahan dari suatu spesi atau spesi-spesi tertentu dalam
suatu fluida dengan mekanisme kombinasi antara metode “penyaringan” dan “difusi
serapan”. Peristiwa penyaringan memerlukan gaya penggerak (driving force) berupa
tekanan (∆p), sedangkan peristiwa difusi memerlukan gaya penggerak konsentrasi zat
terlarutnya (∆c).

Secara fundamental, prinsip pemisahan yang ada dapat dibagi atas 2 bagian besar, yaitu:

(a). Operasi penyaringan yang memanfaatkan penyaring (membran atau tapis) secara
maksimal sedemikian rupa sehingga semua partikel yang lebih besar dari ukuran pori filter
tidak akan lolos, sedangkan seluruh fluida dipaksa melewati saringan. Dalam hal ini, arah
aliran fluidanya benar-benar tegak lurus terhadap bidang saringan, oleh karenanya, prinsip
penyaringan konvensional seperti ini disebut dead-end filtration atau perpendicular
filtration. Prinsip penyaringan seperti ini hanya memiliki dua arah aliran saja, yaitu aliran
umpan (masukan) dan aliran produk (keluaran), seperti dapat dilihat pada gambar 4.

(b). Jika aliran dalam arah tangensial sepanjang membran dimanfaatkan untuk
membersihkan secara kontinyu permukaan tapis sehingga dapat mengurangi dampak
pembentukan lapisan kerak atau kotoran lainnya (fouling) akibat aliran umpan yang
mengandung molekul-molekul makro dan partikel besar lainnya, disebut filtrasi aliran
silang (cross flow filtration). Membran aliran silang memberikan keuntungan dalam hal
umur pemakaian yang lama dan ukuran alat yang minimal. Prinsip filtrasi aliran silang
memiliki tiga arah aliran, yaitu aliran umpan (masukan), aliran produk encer (permeat),
dan aliran konsentrat atau produk kental (retentate atau reject), seperti dapat dilihat pada
gambar 5. Untuk selanjutnya, pembahasan tentang terminologi membaran akan lebih
difokuskan pada jenis filtrasi aliran silang ini.
Gambar 4. Skematisasi Filtrasi Dead-End.

Gambar 5. Skematisasi Filtrasi Membran (Aliran Silang).

Penyaringan dengan teknologi membran secara selektif dapat memisahkan komponen-


komponen dari campuran induknya dalam rentang ukuran partikel dan berat molekul yang
sangat bervariasi, mulai dari material-material makromolekul, seperti kanji dan protein,
sampai ion-ion monovalen seperti Na+, K+ dan lain-lain. Secara umum, membran yang akan
digunakan sebaiknya dipilih berdasarkan ukuran porinya yang lebih kecil dari ukuran
ukuran partikel yang terkecil (yang ada dalam aliran di umpan) yang akan disaring oleh
membran.

Berdasarkan ukuran pori dari membran yang digunakan, secara umum spektrum kerja
membran dapat dibagi atas 4 kategori lihat tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik umum dari keempat jenis teknologi pemisahan dengan membran.
5. Teknologi Ozon Sebagai Teknologi Pengolahan Air

Dalam kondisi ambien, ozon (O3) berbentuk gas yang berwarna biru, berbau amis
menyengat sebagai bentuk molekul alotropik oksigen (O2) yang tidak stabil (meta-stable)
sehingga keberadaannya di udara relatif singkat, hanya sekitar 5 sampai 30 menitan saja.
Ketidakstabilan ozon ini yang menyebabkan molekul ozon tidak dapat disimpan ataupun
ditransportasikan dengan mudah dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga gas ozon
umumnya diproduksi di daerah dekat ia diaplikasikan (in situ).

Ozon pertama kali digunakan sebagai senyawa disinfeksi dalam distribusi air minum di
negara Perancis pada awal 1900-an. Pada saat ini pemakaiannya telah berkembang dengan
sangat pesat, yaitu hampir sekitar 1000 instalasi disinfeksi dengan ozon telah dibangun
(pada umumnya untuk pengolahan air minum), terutama di Eropa dan Amerika Utara.
Penggunaan ozon pada instalasi-instalasi pengolahan tersebut pada umumnya ditujukan
untuk pengendalian rasa air, bau dan zat-zat yang menimbulkan warna. Ozon banyak
dipakai sebagai disinfektan dan proses depolusi air dalam pengolahan air bersih dan air
minum karena sifatnya sebagai oksidator yang sangat kuat, hampir 6 kali lebih kuat dari
gas klor.
Ozon juga dapat digunakan dalam pengolahan air bersih dan air minum untuk pengendalian
bau dan dalam pengolahan lanjut untuk penyisihan zat-zat organik berbahaya yang terlarut
dalam air limbah, sebagai pelengkap yang potensial dari proses pengolahan dengan
adsorben karbon-aktif dan atau zeolit alam.

Kemampuan ozon sebagai disinfektan juga jauh lebih baik dibandingkan dengan gas klor,
sebagai ilustrasi pada tabel 2. di bawah ini diberikan data hasil penelitian tentang
kemampuan ozon dalam menonaktifkan kista Giardia Lamblia, yang dinyatakan dalam
orde ‘waktu kontak’ (CT, contact time dengan satuan mg*min/L) untuk berbagai jenis
disinfektan yang banyak dipakai dalam industri pengolahan air, sedangkan pada tabel 3.
diberikan harga-harga CT untuk inaktivasi virus oleh berbagai disinfektan.

Tabel 2. Nilai CT dari berbagai disinfektan untuk menonaktifkan 99,9 % (3-logs) dari
kista Giardia Lamblia.

Tabel 3. Nilai CT dari berbagai disinfektan (germisida) untuk inaktivasi virus.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sampai saat ini pengembangan aplikasi teknologi
ozon yang paling dominan adalah dalam bidang pengolahan air bersih dan atau air minum.
Jika dilihat dari segmentasi pengolahan air di industri, maka aplikasi teknologi ozon ini
dapat direalisasikan pada posisi-posisi berikut:

(a). Pengolahan primer (primary treatment), sebagai coagulant aid pada proses
sedimentasi dan koagulasi, selain juga untuk membantu proses penyisihan warna. Dengan
dosis ozon sekitar 0,3 – 1,0 mg/L, proses pre-ozonasi ini dapat menghemat koagulan alum
sampai sekitar 30 – 50 persen (dari sekitar 25 mg/L alum menjadi 14 mg/L). Selain itu
juga, pre-ozonasi ini juga dapat digunakan untuk menurunkan turbiditas dari air baku

sekaligus memperbaiki performa pengendapan floc pada dosis alum yang rendah. Pada
tahan ini juga, pro-ozonasi sangat membantu dalam menurunkan nilai TDS (total dissorlve
solid) dari air baku yang digunakan, dan hasilnya akan lebih ekonomis lagi jika
menggunakan pre-ozonasi dengan katalis (karbon aktif atau senyawa-senyawa silika-
alumina seperti zeolit).

(b). Pengolahan sekunder (secondary treatment), yang digunakan secara efektif untuk
menekan pertumbuhan bakteri, virus, kista, alga, lumut, warna, dan bau. Ozonasi pada
tahap sekunder ini akan sangat ekonomis bila digunakan proses ozonasi katalititik, yaitu
proses ozonasi dengan menggunakan katalis-katalis alumina, zeolit, dan GAC (karbon aktif
dalam bentuk granul).

(c). Pada tahap “Pengolahan lanjut”, ozon digunakan untuk proses-proses disinfeksi
sterilisasi air produk menggantikan peranan gas klor. Selain itu juga, ozonasi dalam tahap
ini berperan dalam memperbaiki estetika air (rasa dan bau) sedemikian rupa sehingga
kualitas air minum yang dihasilkan berada dalam kondisi terbaik.

Bila diperhatikan semua peranan ozon secara umum, dimulai dari proses pengolahan
primer sampai ke proses tahap lanjut, maka keuntungan-keuntungan yang dapat dipeoleh
dari aplikasi teknologi ozon ini adalah sebagai berikut:
 Memiliki daya oksidasi yang sangat besar sehingga hanya memerluka waktu
kontak (CT) yang relatif sangat pendek untuk menginaktifkan semua zat-zat
renik (germs), yaitu dalam orde 5 – 15 detik saja,

 Tidak meninggalkan bau ataupun rasa,


 Meningkatkan kelarutan oksigen dalam air (DO semakin besar),
 Hampir tidak membutuhkan bahan-bahan kimia, kecuali yang mutlak
dibutuhkan dalam proses sedimentasi (koagulasi dan flokulasi),
2+ 2+
 Mampu mengendapkan besi (Fe ) dan mangan (Mn ) terlarut melalui proses
reaksi oksidasi, sedemikian rupa sehingga kualitas air (termasuk TDS) dapat
meningkat secara signifikan,
 Mampu menghancurkan dan sekaligus menyisihkan algae dan lumut,
 Bereaksi dan sangat efektif dalam penyisihan senyawa-senyawa organik yang
terlarut dalam air (TOC, total organic compounds),
 Terurai dengan cepat dalam air (dalam orde 1 – 15 menit), sehingga efek
residu dari ozon relatif mudah diatasi,
 Mampu menyisihkan warna, rasa dan bau sebagai parameter-parameter
estetika air.
Tabel 4. Pemanfaatan Ozon untuk Pengolahan Limbah Cair (Besselievre &
Schwartz, 1976; Eckenfelder, 1989; Metcalf & Eddy, 1991).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengolahan air bersih menjadi sangat penting bagi manusia pada saat ini. Hal ini karena
telah banyak sumber air yang telah tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri. Padahal
air yang bersih sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia dan juga untuk menjalankan
berbagai kegiatan. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengolahan air yang telah tercemar
hingga layak digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Namun, upaya pengolahan air bersih
tersebut perlu disesuaikan dengan sumber air baku serta teknologi yang sesuai dengan
tingkat penguasaan teknologi dalam masyarakat itu sendiri. Untuk itu terdapat berbagai
macam solusi atau metode pengolahan air agar menjadi air bersih dan siap pakai:

1. Pengolahan air bersih secara alami Metode ini dapat dilakukan dengan pembuatan
kolam stabilisasi

2. Pengolahan air bersih dengan metode pengolahan gambut sederhana

3. Teknologi Zeolit Dalam Proses Penyediaan Air Bersih

4. Teknologi Membran Dalam Proses Penyediaan Air Bersih

5. Teknologi Ozon Sebagai Teknologi Pengolahan Air

Upaya pengolahan air bersih tersebut harus berjalan sinergis antara kebijakan atau program
yang dibuat oleh pemerintah dan usaha yang dilakukan oleh masyrakat untuk dapat
menjaga agar sumber atau mata air dapat terlindungi dari pencemaran. Sehingga, dapat
diperoleh kualitas air yang baik sehingga derjat kesehatan manusia dapat dimaksimalkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dégremont, “Water Treatment Handbook”, edisi 5, John Wiley and Sons, New York 1979.

Bismo setjo, “Beberapa Teknologi Pengolahan Air Modern yang Terkait dengan Tuntutan
dan Tanggung Jawab Profesi Teknik Kimia”. Departemen TGP FTUI -
Kampus UI Depok 16424

Anda mungkin juga menyukai