NIM : 18029045
Prodi : Pendidikan Matematika
TEORI BILANGAN
A. PENGERTIAN
Teori bilangan merupakan cabang matematika yang membahas tentang
bilangan bulat beserta sifat-sifatnya.
B. SIFAT DASAR BILANGAN BULAT
1. Sifat Tertutup
Sifat tertutup terhadap penjumlahan ada dengan tunggal yakni untuk setiap a dan
b di dalam Z maka (a + b) juga di dalam Z
Sifat tertutup terhadap perkalian ada dengan tunggal, yakni untuk setiap a dan b
didalam Z maka a x b juga ada di dalam Z
2. Sifat Komutatif
Sifat komutatif penjumlahan yaitu untuk setiap a dan b didalam Z berlaku a + b = b
+ a.
Sifat komutatif perkalian yaitu untuk setiap bilangan bulat a dan b berlaku
a x b = b x a.
3. Sifat Asosiatif
Sifat asosiatif terhadap penjumlahan yaitu untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan c
berlaku sifat (a+b)+c=a+(b+c)
Sifat asosiatif terhadap perkalian yaitu untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan c
berlaku (a x b) x c = a x (b x c)
4. Sifat Distributif
Sifat distributif kiri perkalian terrhadap penjumlahan, yaitu untuk sebarang
bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat
a x (b + c) = (a x b) +(a x c)
Sifat distributive kanan perkalian terhadap penjumlhan yaitu untuk sebarang
bilangan u;at a, b, dan c berlaku sifat
(a + b) x c = (a x c) + (b x c)
5. Unsur Identitas Penjumlahan
Untuk setiap bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a sehingga 0 disebut
unsur identitas penjumlahan
6. Unsur identitas perkalian
Untuk setiap bilangan bulat a, ada dengan tunggal bilangan bulat 1 sehingga a x 1 =
1 x a = 1 sehingga satu disebut unsur identitas perkalian.
7. Sifat kesamaan :
a. Refleksi yaitu setiap bilangan bulat a berlaku a = a
b. Simetris yaitu jika a = b maka b =a untuk sebarang bilangan bulat
a dan b ;
c. Transitif yaitu jika a = b dan b = c maka a = c untuk sebarang
bilangan bulat a, b, dan c.
d. Substitusi, yaitu jika a = b, maka dapat disubstitusi untuk a, dalam
suatu persyataan tanpa merubah nilai dari peryataan tersebut.
C. PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT
a) Sifat-sifat Penjumlahan
1. Sifat Asosiatif : ( a + b ) + c = a + ( b + c )
Contoh : (5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12
2. Sifat Komutatif : a + b = b + a
Contoh : 7 + 2 = 2 + 7 = 9
3. Unsur Identitas terhadap penjumlahan
Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan
a+0=0+a
Contoh : 6 + 0 = 0 + 6
4. Unsur invers terhadap penjumlahan
· Invers jumlah (lawan) dari a adalah –a
· Invers jumlah (lawan) dari – a adalah a
· a + (-a) = (-a) + a
Contoh : 5 + (-5) = (-5) + 5 = 0
5. Bersifat Tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka hasilnya adalah bilangan bulat
juga. a dan b bilangan bulat maka a + b = c ; c bilangan bulat.
Contoh : 4 + 5 = 9 ; 4,5,9 bilangan bulat.
b) Teorema Penjumlahan Bilangan Bulat
· Jika a, b, dan c anggota himpunan blangan bulat Z, dan a = b maka
a+c=b+c
Bukti :
Ambil a, b, dan c anggoata Z
(a + c) Z (sifat tertutup)
(a + c) = (a + c) (sifat refleksi)
a=b (diberikan)
(a + c ) = (b + c) (substitusi, 3 ke 2)
D. PENGURANGAN BILANGAN BULAT
a) Sifat-sifat Pengurangan Bilangan Bulat
Bilangan bulat a dikurangi bilangan bulat b sama artinya dengan bulat a
ditambahkan dari lawan bilangan bulat b, atau dapat ditulis a - b = a + (-b)
Pengurangan bilangan cacah tidak bersifat tertutup, artinya bila suatu
bilangan cacah dikurungkan dengan bilangan cacah yang lain, hasilnya
belum tentu bilangan cacah. Tetapi, pengurangan bilangan bulat memiliki
sifat tertutup. Sifat-sifat pengurangan bilangan bulat adalah :
1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :
· a – b = a + (-b)
· a – (-b) = a + b
Contoh:
8 – 5 = 8 + (-5) = 3
7 – (-4) = 7 + 4 = 11
2. Sifat Komutatif dan asosiatif tidak berlaku
· a–b≠b–a
· (a – b ) – c ≠ a – ( b – c )
Contoh :
7 – 3 ≠ 3 -7 4 ≠ - 4
(9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) 2 ≠ 8
3. Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :
a – 0 = a dan 0 – a = -a
4. Bersifat tertutup, yaitu bila dua buah bilangan bulat dikurangkan
hasilnya adalah bilangan bulat juga : a dan b ∈ bilangan bulat maka a - b
= c ; c ∈ bilangan bulat.
Contoh :
7 - 8 = -1 7, 8, -1 ∈ bilangan bulat
b) Teorema Pengurangan Bilangan Bulat
· a – (-b) = a + b untuk sebarang bilangan bulat a dan b
Bukti ;
ambil bilangan bulat a dan b
a – (-b) = a + (-(-b) defenisi pngurangan
=a+b teorema penjumlahan
A. PENGERTIAN
Induksi Matematika merupakan pembuktian deduktif, meski namanya induksi.
Induksi matematika atau disebut juga induksi lengkap sering dipergunakan untuk
pernyataan – pernyataan yang menyangkut bilangan asli. Induksi matematika juga
dapat dikatakan sebagai metode pembuktian untuk proposisi perihal bilangan bulat.
Pembuktian cara induksi matematika ingin membuktikan bahwa teori atau sifat itu
benar untuk semua bilangan dalam himpunan bagiannya. Caranya ialah dengan
menunjukkan sifat itu benar untuk n = 1 (atau S(1) adalah benar), kemudian
ditunjukkan bahwa bila sifat itu benar untuk n = k (bila S(k) benar) menyebabkan sifat
itu benar untuk n = k + 1 (atau S(k + 1) benar.
B. Prinsip – prinsip Induksi Matematika
Prinsip Induksi Sederhana
Prinsip induksi sederhana berbunyi sebagai berikut :
Misalkan p(n) adalah proposisi perihal bilangan bulat positif dan kita ingin
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n. untuk
membuktikan proposisi ini, kita hanya perlu membuktikan bahwa:
Contoh :
Gunakan induksi matematik untuk membuktikan bahwa jumlah n buah bilangan ganjil
positif pertama adalah n2.
Penyelesaian :
Misalkan p(n) adalah proposisi yang menyatakan bahwa jumlah n buah bilangan ganjil
positif pertama adalah n2
i. Basis induksi: p(1) benar, karena jumlah satu buah bilangan ganjil positif
pertama adalah 12 = 1.
1 + 3 + 5 + … + ( 2n – 1) = n2
adalah benar (hipotesis induksi) [catatlah bahwa bilangan ganjil positif ke-n adalah (2n
- 1)]
= n2 + (2n + 1 )
= n2 + 2n + 1
= (n + 1)2
Karena langkah basis dan langkah induksi keduanya telah diperlihatkan benar, maka
jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah n2.
Kadang-kadang kita ingin membuktikan bahwa pernyataan p(n) benar untuk semua
bilangan bulat 0, jadi tidak hanya bilangan bulat yang dimulai dari 1 saja. Prinsip
induksi sederhana dapat dirampatkan (generalized) untuk menunjukkan hal ini sebagai
berikut :
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin membuktikan
bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat n n0. Untuk membuktikan ini, kita
hanya perlu menunjukkan bahwa:
Contoh :
Untuk semua bilangan bulat-negatif n, buktikan dengan induksi matematik bahwa 20 +
21 + 22 + … + 2n = 2n+1 – 1
Penyelesaian :
Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa untuk semua bilangan bulat tidak-negatif n, 20 +
21 + 22 + … + 2n = 2n+1 -1
i. Basis induksi : p(0) benar, karena untuk n = 0 (bilangan bulat tidak negatif
pertama), kita peroleh:
20 = 1 = 20+1 – 1
= 21 – 1
=2–1
=1
ii. Langkah induksi: Misalkan p(n) benar, yaitu proposisi
20 + 21 + 22 + … + 2n = 2n+1 – 1
diasumsikan benar (hipotesis induksi). Kita harus menunjukkan bahwa p(n + 1) juga
benar, yaitu
20 + 21 + 22 + … + 2n + 2n+1 = 2(n+1)+1 – 1
= (2n+1 + 2n+1) – 1
= (2 . 2n+1) – 1
= 2n+2 – 1
= 2(n+1)+1 – 1
Karena langkah i dan ii keduanya telah diperlihatkan benar, maka untuk semua
bilangan bulat tidak-negatif n, terbukti bahwa 20 + 21 + 22 + … + 2n = 2n+1 – 1
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin membuktikan
bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat n . Untuk membuktikan ini, kita
hanya perlu menunjukkan bahwa :
2. jika p (n0), p (n0+1), …, p(n) benar, maka p(n+1) juga benar untuk setiap
bilangan bulat n , sehingga p(n) benar untuk semua bilangan bulat n .
Catatlah bahwa versi induksi yang lebih kuat ini mirip dengan induksi sederhana,
kecuali bahwa pada langkah 2 kita mengambi hipotesis induksi yang lebih kuat bahwa
semua pernyataan p(1), p(2), … p(n) adalah benar daripada hipotesis yang menyatakan
bahwa p(n) benar (pada induksi sederhana). Prinsip induksi kuat memungkinkan kita
mencapai kesimpulan yang sama meskipun memberlakukan andaian yang lebih
banyak.
Contoh :
Bilangan bulat positif disebut prima jika dan hanya jika bilangan bulat tersebut habis
dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri. Kita ingin membuktikan bahwa setiap bilangan
bulat positif n(n ≥2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan
prima. Buktikan dengan prinsip induksi kuat.
Penyelesaian :
Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa setiap bilangan positif n(n ≥2) dapat dinyatakan
sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
i. Basis Induksi : p(2) benar, karena 2 sendiri adalah bilangan prima dan
disini 2 dapat dinyatakan sebagai perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu
dirinya sendiri.
ii. Langkah Induksi : Misalkan p(n) benar, yaitu asumsikan bahwa bilangan
2, 3, … , n dapat dinyatakan sebagai perkalian (satu atau lebih) bilangan prima
(hipotesis induksi). Kita perlu menunjukkan bahwa p(n+1) benar, yaitu n + 1 juga
dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima. Hal ini ditunjukkan sebagai
berikut :
Jika n + 1 sendiri bilngan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai perkalian satu
atau lebih bilangan prima. Jika n + 1 bukan bilangan prima, maka terdapat bilngan
bulat positif a yang membagi habis n + 1 tanpa sisa. Dengan kata lain,
(n + 1)/a = b atau (n + 1) = ab
yang dalam hal ini, 2 ≤ a ≤ b ≤ n. Menurut hipotesis induksi, a dan b dapat dinyatakan
sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Ini berarti, n + 1 jelas dapat
dinyatakan sebagai perkalian bilngan prima, karena n + 1 = ab
Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan benar, maka terbukti bahwa setiap
bilangan bulat positif n (n ≥ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih)
bilangan prima.
ii. Diberikan x, y X. Salah satu dari kemungkinan ini benar : x < y atau y <
x atau x = y
iii. Jika A adalah himpunan bagian tidak kosong dari X, terdapat elemen x
A sedemikian sehingga x ≤ y untuk semua y A. Dengan kata lain, setiap himpunan
bagian tidak kosong dari X mengandung “elemen terkecil”.