Senyawa kimia yang digunakan sebagai koagulan ataupun flokulan biasanya adalah Alum,
PAC dan FeCl3. Koagulan tersebut harus mampu menetralkan muatan koloid dan mengikat
partikel tersebut agar terbentuk flok atau gumpalan. Adapun koagulan yang baik untuk dipilih
adalah
3. Pembentukan flok-flok yang tinggi atau sediment yang cepat dengan dosis kecil
Keberhasilan dari proses koagulasi dan flokulasi tergantung beberapa faktor diantaranya
adalah dosis koagulan yang diberikan.. Untuk mengetahui dosis optimum koagulan dilakukan
pengujian dilaboratorium menggunakan peralatan yang disebut Jartest.
Monitoring Koagulan
Monitoring dosis koagulan dilakukan menggunakan alat Jartest (Gambar 2) dengan simulasi
di labolatorium. Untuk mendapatkan dosis koagulan paling optimal dengan cara
memvariasikan dosis yang digunakan kemudian dibandingkan hasilnya dengan parameter
kekeruhan, warna, pH dan TSS.
Setelah dilakukan jartest, analisa yang biasa dilakukan selanjutnya adalah pengecekan warna.
Parameter pembanding selanjutnya adalah kekeruhan dan TSS. Kedua parameter ini sangat
berkaitan karena berhubungan dengan analisa banyaknya partikel yang terkandung dalam air.
Tujuan akhir pengolahan limbah adalah diperoleh air bersih dengan kandungan partikel yang
minim atau sesuai dengan standard baku yang diperbolehkan untuk kualitas air.
Parameter pH pada limbah juga harus selalu terukur pada rentang netral, hal ini dilakukan
juga untuk mengetahui pengaruh penambahan koagulan ke limbah.
Monitoring koagulan dengan merujuk pada nilai zeta potensial sehingga akan lebih
memudahkan user dalam pengamatan dosis koagulan.