Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)


INFECTION CENTER (IC)
RS. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
TAHUN 2018

Ade Syamsuryadi Azis

R014172029

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [Dr. Yuliana Syam, S. Kep., Ns., M. Kes]

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Tuberkulosis Paru dahulu dikenal dengan Consumption atau Pthisis dan

semula dianggap penyakit degeneratif atau penyakit turunan. Pada tahun 1819,

barulah Leannec menyatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit kronik, dan

Koch pada tahun 1882 dapat mengidentifikasi kuman penyebabnya. Penyakit

ini dinamakan tuberkulosis karena terbentuknya nodul yang khas yakni

tubercle. Hampir seluruh organ dapat diserang, tetapi yang paling banyak

adalah paru – paru.

Dalam buku Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

menjelaskan bahwa tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang dapat menular secara langsung.

Predileksi utama adalah organ paru, tetapi bisa juga menyerang organ lainnya

(Kemenkes RI, 2011). TB paru adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh

dunia yang erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk,

perumahan di bawah standar, dan tidak memadainya layanan kesehatan. TB

ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan

organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.

Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi

menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan

jaringan fibrosa.
B. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB meliputi 4 hal yaitu:

1. Lokasi yang sakit; paru dan ekstra paru

- Tb ekstra paru yaitu kuman TB yang menyerang organ selain paru.

Diagnosis berdasarkan kultur (+) atau PA pada tempat lesi

2. Berdasarkan hasil BTA

a. BTA (+)

- Sekurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak memberikan hasil (+)

- Atau 1 kali pemeriksaan spesimen hasilnya (+) disertai gambaran

radiologi yang menunjukkan TB aktif

- Atau 1 spesimen BTA (+) dan kultur (+)

- Atau 1 atau lebih spesimen dahak positif setelah pemeriksaan dahak

SPS pemeriksaan sebelumnya hasinya BTA (-) dan tidak ada

perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT

b. BTA (-)

- Hasil sputum BTA 3x (-)

- Gambaran radiologi menunjukkan ke arah TB

- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT pada

pasien HIV (-)

- Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan

3. Berdasarkan tipe pasien

Berdasarkan dari riwayat pengobatan sebelumnya :


a. Kasus baru : belum pernah meminum OAT sebelumnya atau pernah

mengkonsumsi OAT kurang dari 1 bulan

b. Kasus kambuh (relaps)

- Pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT telah selesai

pengobatan dan dikatakan sembuh. Namun, didapatkan BTA (+)

atau kultur (+) kembali dan kembali konsumsi OAT

- Bila BTA (-), tetapi radiologi menunjukkan lesi aktif/perburukan

dan gejala klinis (+) kemungkinannya yaitu lesi non TB (pneumonia,

bronkiektasis, dll) atau TB paru relpas ditentukan oleh dokter

spesialis

c. Kasus default (setelah putus obat) yaitu pasien yang telah berobat dan

putus berobat selama ≥ 2 bulan dengan BTA (+)

d. Kasus gagal yaitu pasien dengan BTA (+) sebelumnya, tetap (+) atau

kembali lagi menjadi (+) pada akhir bulan ke 5 atau akhir pengobatan

OAT

e. Kasus kronik: hasil sputum BTA tetap (+) setelah selesai pengobatan

ulang (kategori 2) dengan pengawasan ketat

f. Kasus bekas TB

- BTA (-) radiologi lesi tidak aktif atau foto serial gambaran sama,

dan riwayat minum OAT adekuat

4. Radiologi gambarannya meragukan, mendapakan OAT 2 bulan, foto toraks

ulang gambaran sama


5. Status HIV pasien (TB pada pasien HIV)

Diagnosis TB paru dan TB ekstra paru ditegakkan sebagai berikut:

- TB paru BTA (+) yaitu minimal 1x hasil pemeriksaan dahak positif

- TB paru BTA (-) yaitu hasil dahak negatif dan gambaran klinis-

radiologis ke arah TB atau BTA (-) dengan kultur TB (+)

- Tb ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis

dan/atau histopatologis

C. Etiologi

Penyebab penyakit TB Paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4m dan

tebal 0,3-0,6m. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman

tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari

kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan

daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru.

Daerah ini menjadi predileksi pada penyakit TB Paru (Somantri,2009).

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin

(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman

berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit

kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah

aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya.

Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui

saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer
(ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan

terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis

primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami

penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh

mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.

Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan

yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan

paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk

kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth

J powh 2001)

1). Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2). Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam
terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3). Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4). Individu tanpa perawatan yang adekuat
5). Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi,
by pass gatrektomi.
6). Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin
Karibia)
7). Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8). Individu yang tinggal di daerah kumuh
9). Petugas kesehatan

D. Manifestasi klinik

1. Demam 40-41°C disertai batuk/batuk darah

2. Sesak napas dan nyeri dada


3. Malaise, keringat malam

4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada

5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

6. Pada anak:

- Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas

atau gagal tumbuh

- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu

- Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze

- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa

- Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul <7 hari

setelah penyuntikan) harus dievalluasi dengan sistem scoring TB anak

- Anak dengan TB jika skor >6 (skor maksimal 13)

- Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke rumah sakit untuk

evaluasi lebih lanjut.

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan TB paru, yaitu :

1. Laboratorium darah rutin : LED normal/ meningkat, limfositosis

2. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnostik TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70% pasien yang dapat di

diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini

3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase): uji serologi imuneperoksidase

memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik

terhadap basil TB
4. Tes Mantoux/tuberkulin: uji serologi imuneperoksidase memakai alat

histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB

5. Tekhnik Polymerase Chain Reaction: deteknsi DNA kuman secara spesifik

melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam

spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi

6. Becton Dickinson diagnostic instrument sistem (BACTEC)

7. MYCODOT

8. Pemeriksaan radiologi: Rontgen Thorax PA dan lateral

F. Penatalaksanaan

1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

2. Paduan dari OAT

3. Pengobatan suportif/simptomatik

4. Terapi pembedahan

5. Tindakan invasif : bronkoskopi, punksi pleura, WSD

6. Kriteria sembuh

a. BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir

pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat

b. Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/perbaikan

c. Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengkajian

Anamnesa meliputi identifikasi klien, identifikasi faktor risiko

potensial termasuk riwayat praktik social dan penggunaan obat injeksi IV.

Kaji status fisik dan psikologis. Secara keseluruhan gali faktor-faktor yang

mempengaruhi fungsi system imun (Smeltzer S. , 2013).

2. Status Nutrisi

 Dapatkan riwayat diet.

 Identifikasi faktor-faktor yang dapat mengganggu asupan oral,

seperti anoreksia, mual, mntah, nyeri oral atau kesulitan menelan.

 Kaji kemampuan pasien untuk membeli dan mempersiapkan

makanan.

 Ukur status nutrisi berdasarkan berat badan, pengukuran

antropometri (pengukuran lipatan kulit trisep), dan nitrogen urea

darah (BUN), protein serum, albumin, dan kadar transferrin.

3. Membran Kulit dan mukosa

 Inspeksi adanya lecet, ulserasi, dan infeksi setiap hari.

 Pantau rongga mulut terhadap adanya kemerahan, ulserasi dan

bercak krem keputihan (kandidiasis)

 Kaji adanya ekskoriasis dan inspeksi pada area perinatal

 Dapatkan kultur luka untuk mengidentifikasi organisme


penginfeksi.

4. Status pernapasan

 Pantau batuk, produksi sputum, sesak napas, ortopnea, takipnea, dan

nyeri dada kaji suara napas.

 Kaji parameter fungsi paru yang lain (foto rontgen dada, gas darah

arteri, oksimetri denyut nadi, pemeriksaan fungsi pulmonal/paru).

5. Status neurologi

 Kaji status mental sedini mungkin sebagai data dasar. Catat tingkat

kesadaran dan orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu serta

kejadian kehilangan memori.

 Pantau defisit sensori, seperti perubahan visual, sakit kepala dan

kebas serta kesemutan pada ekstremitas.

 Pantau kerusakan motoric, seperti perubahan gaya berjalan dan

paresis.

 Pantau aktivitas kejang.

6. Status cairan dan elektrolit

 Kaji turgor dan kekeringan kulit dan membrane mukosa.

 Kaji dehidrasi dengan mengobservasi peningkatan rasa haus,

penurunan haluaran urine, tekanan darah rendah, nadi lemah dan

cepat, atau mengkaji berat jenis urine.

 Pantau ketidakseimbangan elektrolit. (Studi laboratorium

menunjukkan rendahnya kadar natrium serum, kalium, kalsium,


magnesium dan klorida).

 Kaji tanda dan gejala deficit elektrolit, termasuk perubahan status

mental, kedutan otot, kram otot, denyut nadi tak teratur, mual dan

muntah, serta pernapasan dangkal.

7. Tingat pengetahuan

 Evaluasi pengetahuan pasien mengenai penyakit dan

penyebarannya.

 Kaji tingkat pengetahuan keluarga dan teman.

 Gali reaksi pasien terhadap diagnosis infeksi HIV atau AIDS.

 Gali bagaimana pasien menghadapi penyakit dan stressor kehidupan

mayor di masa lalu.

 Identifikasi sumber-sumber dukungan pasien.

8. Penggunaan terapi alternative

 Tanyakan pasien mengenai penggunaan terapi alternative.

 Anjurkan pasien untuk melaporkan setiap penggunaan terapi

alternative kepenyedia layanan kesehatan primer.

 Kenali kemungkinan efek samping dari terapi alternatif jika efek

samping diduga terjadi akibat terapi alternatif, diskusikan bersama

pasien dan penyedia layanan kesehatan primer dan alternatif.

 Pandang terapi alternative dengan pikiran terbuka, dan coba pahami

pentingnya terapi tersebut bagi pasien.


B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (Domain 11, kelas 2; 00031)

2. Gangguan pertukaran gas (Domain 3, kelas 4;00030)

3. Hipertermia (Domain 11, kelas 6;00007)

4. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh (Domain 2, kelas

1;00002)

5. Risiko infeksi (Domain 11 kelas 1; 00004)

C. Rencana/Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan tujuan/kriteria Hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan NOC NIC


bersihan jalan napas Setelah dilakukan - Kenali ada tidaknya
(Domain 11, kelas tindakan keperawatan kontra indikasi
2; 00031) selama 3x24 jam dilakukannya
diharapkan: fisioterapi dada (mis.
- Mendemonstrasikan PPOK, eksaserbasi
batuk efektif dan akut, dll)
suara napas yang - Lakukan fisioterapi
bersih, tidak ada dada minimal 2 jam
sianosis dan dyspnoe setelah makan
- Mampu - Jelaskan tujuan dan
mengeluarkan prosedur tindakan
sputum, mampu fisioterapi dada
bernapas dengan kepada pasien
mudah - Dekatkan alat-alat
- Mampu yang diperlukan
mengidentifikasi dan - Monitor status
mencegah faktor respirasi dan
yang dapat kardiologi
menghambat jalan - Tentukan segmen
napas paru mana yang berisi
sekret berlebihan
- Posisikan segmen
paru yang akan
dilakukan fisioterapi
dada diatas, atau
memodifikasi posisi
pasien
- Gunakan bantal untuk
menopang posisi
pasien
- Tepuk dada dengan
teratur dan cepat
dengan menggunakan
telapak tangan yang
dikuncupkan di atas
area yang telah
ditentukan selama 305
menit
- Lakukan getaran
apply pneumatic,
acoustical or
electrical chest
- Getarkan dengan
cepat dan kuat dengan
telapak tangan, jaga
agar bahu dan lengan
tetap lurus,
pergelangan tangan
kencang pada area
yang akan dilakukan
fisioterapi dada ketika
pasien akan
menghembuskan
napas atau batuk 3-4
kali
- Instruksikan pasien
untuk mengeluarkan
dahak dengan teknik
napas dalam
- Anjurkan untuk batuk
selama dan setelah
tindakan
- Sedot sputum
- Monitor kemampuan
pasien sebelum dan
sesudah prosedur dan
tingkat kenyamanan
pasien

2. Gangguan NOC NIC


pertukaran gas Setelah dilakukan - Monitor rata –rata,
(Domain 3, kelas tindakan keperawatan kedalaman, irama dan
4;00030) selama 3x24 jam usaha respirasi
diharapkan: - Catat pergerakan
- Mendemonstrasikan dada, amati
peningkatan kesimetrisan,
ventilasi dan penggunaan otot
iksigenasi yang tambahan, ratraksi
adekuat otot supraclavicular
- Memelihara dan intercostal
kebersihan paru dan - Monitor suara napas
bebas dari tanda seperti dengkur
distress pernapasan - Monitor pola napas :
- Tanda – tanda vital bradipnea, takipnea,
dalam keadaan kusmaul,
normal hiperventilasi, chyne
stoke
- Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
3. Hipertermia NOC NIC
(Domain 11, kelas Setelah dilakukan - pantau suhu dan tanda
6;00007) tindakan keperawatan – tanda vital lainnya
selama 3x24 jam - monitor warna kulit
diharapkan: dan suhu
- Suhu tubuh dalam - monitor asupan dan
rentang normal keluaran, sadari
- Nadi dan RR dalam perubahan kehilangan
rentang normal cairan yang tak
dirasakan
- Tidak ada perubahan - beri obat atau cairan
warna kulit dan IV (mis antipiretik,
tidak ada rasa pusing anti bakteri, dll)
- tutup pasien dengan
selimut atau pakaian
ringan, tergantung
pada fase demam
- dorong konsumsi
cairan
- fasilitasi untuk
istirahat, terapkan
pembatasan aktivitas;
jika diperlukan
- berikan oksigen yang
sesuai
- tingkatkan sirkulasi
udara
- pastikan langkah
keamanan pasien
yang gelisah atau
mengalami delirium
- lembabkan bibir dan
mukosa hidung yang
kering
4. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi; kurang dari Setelah dilakukan - BB pasien dalam
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan rentang normal
(Domain 2, kelas selama 3x24 jam - Monitor adanya
1;00002) diharapkan: penurunan berat
- Adanya peningkatan badam
berat badan sesuai - Monitor tipe dan
dengan tujuan jumlah aktivitas yang
- Berat badan ideal biasa dilakukan
sesuai dengan tinggi - Monitor lingkungan
badan selama makan
- Mampu - Jadwalkan
mengidentifikasi pengobatan dan
kebutuhan nutrisi; tindakan tidak selama
tidak ada tanda- jam makan
tanda malnutrisi
- Menunjukkan - Monitor kulit kering
peningkatan fungsi dan perubahan
pengecapan dari pigmentasi
menelan - Monitor turgot kulit
- Tidak terjadi - Monitor kekeringan,
penurunan berat rambut kusam, dan
badan yang berarti mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidaj dan
cavitas oral
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
5. Risiko infeksi NOC NIC
(Domain 11 kelas Setelah dilakukan - Tentukan obat apa
1; 00004) tindakan keperawatan yang diperlukan, dan
selama 3x24 jam kelola menurut resep
diharapkan: atau protokol
- Klien bebas dari - Monitor pasien
tanda dan gejala mengenai efek
infeksi terapeutik obat
- Mendeskripsikan - Monitor tanda dan
proses penularan gejala toksisitas obat
penyakit, faktor - Monitor efek smaping
yang mempengaruhi obat
penularan serta - Monitor level serum
penatalaksanaan darah
- Jumlah leukosit - Fasilitasi perubahan
dalam batas normal pengobatan dengan
dokter
- Pantau kepatuhan
mengenai regimen
obat
- Pertimbangkan faktor
yang dapat
menghalangi pasien
untuk memgkonsumsi
obat yang diresepkan
- Ajarkan
pasien/keluarga
mengenai metode
pemberian obat yang
sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober 2012


jam 09.03 dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/

Anonim. 2002. Tuberkulosis Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.


diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari http://www.klikpdpi.com/
konsensus/tb/tb.pdf 2002
Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan), Bandung
Dewi, Kusma . 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis
Paru. Diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari
http://www.scribd.com /doc/52033675/
Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC:
Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Media Aeculapius
Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi 2005-
2006. Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika
Price, S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta :
EGC
Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC
Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai