Anda di halaman 1dari 13

RISIKO DALAM KONTEKS ASURANSI

Materi ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Manajemen Asuransi Syariah Jurusan Syariah Program

Studi Perbankan Syariah Kelompok 2

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1

Ikhsan Teguh 01165031

Hasbudiana 01165033

Sri Wahyuni 01165034

Putri Awalia Syam 01165036

Andi Indi Zein 01165037

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2019
RISIKO DALAM KONTEKS ASURANSI

A. Asuransi sebagai Suatu Bentuk Perjanjian

Asuransi adalah kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan

perusahaan asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi

atas kerugian yang alami pihak yang diasuransikan dan pihak pengasuransi

(insurer) memperoleh premi asuransi sebagai balasannya.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 mendefinisikan

asuransi sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak

penanggung mengikatkan dirinya kepada tertanggung, dengan menerima premi

asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita pihak tertanggung, yang

timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.

B. Pengertian Risiko secara Umum

Secara lebih luas risiko didefinisikan sebagai bahaya, akibat atau

konsekuensi yang bisa terjadi yang disebabkan oleh proses yang sedang

berlangsung maupun kejadian tertentu yang akan terjadi di masa mendatang.

Risiko adalah hal yang selalu dihadapi oleh manusia dan sifatnya sangat tidak

menentu. Oleh karena itu asuransi memandang risiko sebagai uncertainty atau

ketidakpastian.

Dalam asuransi risiko bisa disebabkan oleh aktivitas personal (personal


activity) ataupun aktivitas bisnis/usaha (business activity). Contoh risiko pribadi
adalah sakit, kecelakaan, maupun risiko finansial yang disebabkan oleh

meninggalnya seseorang. Contoh risiko usaha adalah kebangkrutan, kehilangan

ataupun kerusakan yang diakibatkan oleh berbagai macam hal seperti kebakaran,

bencana alam dan lain sebagainya hal ini juga berlaku pada asuransi kesehatan,

asuransi mobil, ataupun asuransi perjalanan.

C. Hubungan Risiko dengan Asuransi

Asuransi merupakan bisnis pengambilalihan risiko dari nasabah ke


perusahaan asuransi sehingga nasabah merasa nyaman ikut program asuransi.

Asuransi harus pintar mengendalikan risiko agar bisnisnya menguntungkan

sehingga nasabah juga merasa nyaman ikut program yang ditawarkan. Sebelum

lebih jauh mengenal jenis risiko yang ada dalam industri asuransi, nasabah perlu

paham lebih dahulu manfaat asuransi itu sendiri.

Asuransi atau yang sering disebut sebagai pertanggungan di dalam KUHD Pasal

246 dijelaskan sebagai suatu perjanjian atas penanggung yang mengikatkan diri kepada

tertanggung dengan menerima premi guna memberikan kepadanya ganti rugi akibat

kerusakan atau kehilangan akibat suatu peristiwa yang tidak menentu.

Jadi asuransi dapat kita definisikan sebagai sebuah aktivitas pelimpahan


risiko dari suatu pihak ke pihak lain yang didalamnya terdapat aturan-aturan dan

prinsip-prinsip yang dipatuhi oleh kedua belah pihak.

Jika dilihat dari sisi ekonomi, maka asuransi dapat dimaknai sebagai aktivitas

pengumpulan dana yang nantinya dapat digunakan untuk memberi ganti rugi atau

menutup kerugian kepada orang yang mengalami peristiwa tersebut. Asuransi

memiliki berbagai macam manfaat dilihat dari fungsinya. Fungsi utama asuransi

adalah sebagai pengalihan risiko.


Selain itu, asuransi juga memiliki fungsi sekunder yaitu untuk memberi

rangsangan terhadap perkembangan ekonomi secara luas, menumbuhkan minat

usaha dan sebagai pengendali kerugian. Fungsi lain dari asuransi, yaitu fungsi

tambahan adalah sebagai sarana invisible earnings maupun investasi.

Secara umum pihak asuransi memandang risiko sebagai sebuah

ketidakpastian. Dari berbagai macam ketidakpastian tersebut, tentunya Anda

wajib mengetahui jenis risiko mana yang dapat dipertanggungkan. Hal ini
mengingat bahwa risiko menjadi objek jualan para perusahaan asuransi. Dengan

mengetahui jenis dan macam-macam risiko selanjutnya Anda dapat menyeleksi

mana risiko yang sekiranya bisa atau tidak dapat diasuransikan.

D. Pengertian Risiko secara Umum

Secara lebih luas risiko didefinisikan sebagai bahaya, akibat atau

konsekuensi yang bisa terjadi yang disebabkan oleh proses yang sedang

berlangsung maupun kejadian tertentu yang akan terjadi di masa mendatang.

Risiko adalah hal yang selalu dihadapi oleh manusia dan sifatnya sangat tidak

menentu. Oleh karena itu asuransi memandang risiko sebagai uncertainty atau

ketidakpastian.
Dalam asuransi risiko bisa disebabkan oleh aktivitas personal (personal

activity) ataupun aktivitas bisnis/usaha (business activity). Contoh risiko pribadi

adalah sakit, kecelakaan, maupun risiko finansial yang disebabkan oleh

meninggalnya seseorang. Contoh risiko usaha adalah kebangkrutan, kehilangan

ataupun kerusakan yang diakibatkan oleh berbagai macam hal seperti kebakaran,

bencana alam dan lain sebagainya hal ini juga berlaku pada asuransi kesehatan,

asuransi mobil, ataupun asuransi perjalanan.


E. Klasifikasi Risiko dalam Asuransi

Dalam asuransi risiko (risk) diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Risiko Murni (Pure Risk)

Karakteristik dari pure risk adalah risiko bila itu memang terjadi pasti

menimbulkan kerugian dan apabila tidak terjadi maka tidak akan

menimbulkan kerugian maupun tidak akan menimbulkan keuntungan.

Artinya dalam pengertian risiko murni, maka kerugian pasti terjadi.


Contoh dari risiko ini adalah kebakaran, kecelakaan, bangkrut dan lain

sebagainya.

2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)

Kebalikan dari risiko murni, risiko spekulatif masih mengandung dua

kemungkinan jika peristiwa yang dianggap risiko tersebut benar-benar

terjadi. Misalnya ketika berinvestasi saham di bursa efek, maka peristiwa

atau proses investasi tersebut akan menimbulkan risiko spekulatif, yaitu

di satu sisi ada kemungkinan untung secara finansial dan di lain sisi ada

risiko kerugian.

3. Risiko Khusus (Particular Risk)


Risiko khusus adalah suatu risiko yang dampak maupun penyebabnya

hanya mempengaruhi lingkungan lokal (pribadi) baik secara kuantitas

maupun kualitas. Contohnya adalah pengangguran ataupun seorang

pencuri. Ketika seseorang mencuri maka risiko yang ditimbulkan hanya

mempengaruhi individu tersebut.


4. Risiko Fundamental (Fundamental Risk)

Kebalikan dari risiko khusus, risiko fundamental akan menimbulkan

dampak yang sangat luas. Risiko ini bisa disebabkan oleh faktor atau

pihak tertentu seperti bencana alam, kebijakan pemerintah dan lain

sebagainya.

5. Risiko Individu (Individual Risk)

Risiko individu adalah berbagai macam kemungkinan yang terjadi di


kehidupan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kapasitas finansial

seseorang, harta kekayaanya maupun risiko tanggung-jawab. Individual

riskdapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu personal risk, property

risk dan liability risk. Dalam personal risksering kali dikaitkan dengan

pengaruh suatu hal atau kemungkinan-kemungkinan yang secara

langsung akan berdampak pada individu tertentu, seperti finansial

seseorang. Contoh risiko pribadi adalah cacat fisik, kehilangan pekerjaan,

meninggal dunia dan lain sebagainya.

6. Risiko Harta (property risk)

Merupakan kerugian yang terkait dengan kepemilikan suatu benda akibat


kehilangan, pencurian ataupun kerusakan. Risiko harta dapat

dikategorikan lagi menjadi dua jenis yaitu kerugian secara langsung

(direct losses) dan kerugian tak langsung (consequential).

7. Risiko Tanggung-Gugat (liability risk)

Merupakan risiko tanggung-jawab yang harus kita berikan kepada pihak

lain. Dengan kata lain, risiko ini untuk menanggung kerugian orang lain

akibat ulah atau hal yang kita sebabkan. Misalnya, dalam peristiwa
kecelakaan, ketika Anda menabrak orang lain maka ini disebut dengan

risiko tanggung-gugat (liability risk).

F. Risiko yang Mendapatkan Perlindungan dari Perusahaan Asuransi

Terkait dengan berbagai risiko yang telah dijelaskan di atas, kemudian ada

beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait dengan asuransi. Apakah semua

risiko di atas dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi? Maka jawabannya adalah

tidak bisa. Hanya risiko fundamental dan risiko murni saja yang bisa diasuransikan
dengan syarat-syarat tertentu, sebagai berikut:

 Risiko harus terjadi dengan ketidaksengajaan dan tidak bisa diprediksi

 Risiko yang dapat ditanggung harus berisifat homogen dan umum terjadi

 Dampak dari risiko tersebut bisa dinilai dengan uang atau secara finansial

 Harus ada obyek yang dipertanggungkan atau yang diasuransikan misalnya harta

benda, sakit, kerugian dan lain sebagainya.

 Obyek yang diasuransikan tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku dan

kepentingan umum. Misalnya, narkoba tidak bisa dijadikan sebagai obyek

asuransi.

 Premi yang dibebankan harus sesuai dengan tingkat risiko yang diasuransikan.
Meskipun pertanggungan boleh melebihi harga atau kepentingan yang

sebenarnya, namun hanya dalam batas tertentu saja (asuransi ganda).

G. Pentingnya Manajemen Risiko dalam Industri Asuransi

Setelah kita memahami asuransi beserta dengan risiko-risiko yang dapat

dipertanggungkan, maka sebenarnya dalam proses menghadapi risiko-risiko

tersebut dikenal dengan adanya manajemen risiko (risk manajement). Risiko

manajemen di perlukan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis risiko, tingkat


kerugian yang diakibatkan dan bagaimana menentukan langkah-langkah

preventif dalam menanggulangi risiko tersebut.

Risk management bisa diilustrasikan dari hal paling sederhana hingga

dengan cara-cara yang rumit untuk langkah preventif dalam skala besar. Dalam

kasus sederhana di kehidupan sehari-hari, mengunci pintu mobil atau pintu

rumah merupakan salah satu langkah risk management yang dapat dilakukan

oleh siapa saja. Dengan Anda mengunci mobil berarti Anda sudah dapat
mengklasifikasikan risiko apa saja yang mungkin terjadi ketika Anda memarkir

mobil, sehingga Anda mengambil langkah preventif dengan mengunci mobil

tersebut.

Dalam skema besar risk management dimulai dengan adanya identifikasi

risiko (risk identification) dan evaluasi risiko (risk evaluation) untuk mengetahui

frekuensi serta tingkat kerugian yang mungkin ditimbulkan. Setelah itu dilakukan

yang namanya prosedur pengendalian risiko (risk control) untuk mengetahui

kerugian apa saja yang bisa ditimbulkan apakah itu kerugian finansial atau

kerugian fisik. Setelah itu ada banyak langkah yang bisa diambil seperti

meminimalisir risiko, mengalihkan risiko (asuransi), atau menghilangkan risiko


itu sama sekali.

Memahami jenis risiko dan manfaat ikut program asuransi akan membuat

Anda lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan dan merasa nyaman ikut

program asuransi yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan gegabah dan cepat

terbuai dengan kelebihan dan fasilitas dari setiap produk asuransi yang

ditawarkan, jika tidak mau mengalami kerugian karena memiliki produk asuransi

yang tidak sesuai dengan kebutuhan.


Nama : Astina
Nim : 01.16.5043
Prodi : Perbankan Syariah 2
Kasus Ahmad Dhani Jadi Pelajaran Bagi Pemegang Polis Asuransi
Jakarta - Sengketa kasus asuransi yang melibatkan Ahmad Dhani dan PT Prudential

Indonesia menjadi pelajaran berharga bagi para pemegang polis. Bagaimanapun


klaim asuransi tak akan cair jika pelanggaran hukum terjadi.

"Pelanggar hukum itu tidak layak bayar klaimnya. Jika perusahaan asuransi

membayar klaim maka itu melanggar hukum," kata Presiden Direktur PT Asuransi

Adira Dinamika, Indra Baruna saat berkunjung ke Kantor detikcom, Jumat

(22/11/2013).

Kasus anak Ahmad Dhani yakni Dul dinilai melanggar hukum ketika tidak

dapat menunjukkan SIM. Oleh sebab itu, memicu kontroversi mengenai klaim

asuransinya.

Indra menambahkan, klaim asuransi tidak akan cari juga misalkan sang pemegang

polis terlibat kasus pelanggaran lain.

"Seperti menerobos lampu lalu lintas dan menyetir dalam keadaan mabuk. Itu
tidak akan dibayar klaimnya. Ini yang mesti hati-hati," tutur Indra.

"Jadi sebenarnya apa yang dilakukan perusahaan asuransi dengan tidak membayar

klaim pemegang polis yang melanggar hukum ini adalah benar. Dan hal ini menjadi

sebuah pelajaran penting bagi para pemegang polis untuk hati-hati," imbuh Indra.

Pada bagian lain, Indra bercerita tentang kinerja Asuransi Adira. Total klaim yang

dibayar Asuransi Adira telah mencapai Rp 600 miliar sampai akhir Oktober 2013.
"Sementara untuk total premi mencapai Rp 1,4 triliun. Sampai akhir tahun
ditargetkan bisa mencapai Rp 2 triliun untuk premi," jelasnya.

Asuransi Adira, sambung Indra memiliki total pemegang polis sampai 7,1 juta.

Adapun Risk Base Capital (RBC) Asuransi Adira masih cukup tinggi dikisaran

216%.

Asuransi Adira memiliki 1.400 agen yang bersertifikat. Saat ini perseroan

tengah mengembangkan travel insurance untuk menggenjot perolehan premi baru.


Nama : Sri Wahyuni
Nim : 01.16.5034
Prodi : Perbankan Syariah 2

Kasus Garuda Indonesia dan Pentingnya Manajemen Risiko


Kasus yang belakangan menjadi viral, yaitu gugatan seorang penumpang kepada
maskapai Garuda Indonesia layak untuk kita pelajari dan ambil hikmahnya. Gugatan
yang dilayangkan jumlahnya tidak main-main, B.R.A Kosmariam Djatikusomo
menggugat PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) sebesar Rp 11,25 miliar.

Kalau saja gugatan ini dimenangkan oleh Kosmariam, tentu saja ini akan semakin
memberatkan keuangan Garuda Indonesia. Apalagi belakangan kita ketahui bahwa
tahun lalu Garuda Indonesia belum berhasil mencetak laba. Pada tahun 2017, Garuda
menderita kerugian bersih sebesar 213,4 juta dollar AS. Angka tersebut menurun
dibandingkan laba bersih yang dileroleh Garuda pada tahun 2016 sebesar 9,36 juta
dollar AS.

Risiko operasional
Kasus di atas adalah bagian dari risiko operasional. Risiko operasional adalah risiko
akibat ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal.

Risiko ini diakibatkan oleh tidak adanya atau tidak berfungsinya prosedur kerja,
kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/adanya kejadian-kejadian eksternal yang
memengaruhi operasional perusahaan.

Berikut adalah keterangan dari kuasa hukum penggugat:

"Kami menilai pramugari Garuda lalai, karena para pramugari yang menyediakan
makanan sedang ngobrol satu sama lain, sehingga menumpahkan air panas," katanya.

Berdasarkan keterangan tadi jelas, bahwa kejadian risiko operasional ini disebabkan
oleh faktor kesalahan manusia.

Apakah ada kesalahan dalam melaksanakan prosedur kerja? Tentunya kita harus
bertanya pada Garuda Indonesia.
Apakah "ngobrol" pada saat menyajikan makanan dan minuman kepada penumpang
itu sudah diatur dalam SOP layanan mereka? Apabila sudah diatur, apakah
diperbolehkan?

Jika tidak diperbolehkan, maka jelas bahwa ini adalah risiko operational yang juga
disebabkan oleh tidak berfungsinya prosedur kerja.

Adalah risiko perubahan harga pasar pada posisi portofolio (saham di IHSG) dan
rekening administratif, termasuk di dalamnya transaksi derivatif.

Dari pantauan saya pribadi pada tanggal 5 Maret 2018 setidaknya harga saham
Garuda Indonesia (GIAA) di lantai bursa saham sempat menyentuh Rp 320 per
lembar saham.

Namun karena ramainya pemberitaan kasus ini di media, harga saham GIAA pada
penutupan kemarin hari Jumat tanggal 13 Maret 2018 hanya 296, atau turun sekitar
7,5%. Bukan angka penurunan yang kecil bila dilihat dari sudut pandang investor
saham.

Kita harus memahami betul bahwa sepanjang perusahaan masih memiliki produk dan
jasa, maka perusahaan tersebut selalu akan berada dalam bayang-bayang risiko
operasional. Lebih gawatnya lagi, dari satu risiko bisa menimbulkan risiko yang
lainnya.

Lantas bagaimana cara meminimalisasi risiko?


Tidak ada jawaban tunggal untuk menjawab pertanyaan di atas. Setidaknya beberapa
langkah berikut dapat dilakukan untuk meminimalisasi risiko operasional.

Pastikan seluruh pegawai mengerti dan memahami profil risiko mereka. Ajarkan
kepada mereka untuk dapat meminimalisasi kejadian maupun dampaknya.

Pastikan seluruh pegawai memiliki kemampuan dan ketrampilan bekerja yang


memadai.

Pastikan seluruh pegawai menjalankan SOP dengan benar, dan lakukan evaluasi
kedisiplinan pegawai dalam menjalan SOP secara konsisten.

Lakukan identifikasi dan penilaian risiko yang dihadapi perusahaan.

Lakukan pemantauan risiko tersebut secara berkala.


Lakukan pengendalian dan mitigasi resiko berdasarkan frekuensi kejadian dan
dampaknya

Lakukan evaluasi secara berkala untuk setiap risiko yang dihadapi oleh perusahaan
dan upayakan perbaikkan dari waktu ke waktu.

Alihkan risiko kepada pihak ketiga (asuransi misalnya) untuk risiko-risiko yang
kejadiannya jarang, namun dampaknya besar.

Dengan demikian, seharusnya risiko-risiko yang dihadapi perusahaan dapat ditekan.


Sehingga target pencapaian kinerja perusahaan tidak terganggu oleh berbagai macam
risiko kejadian yang merugikan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai