NIM : 8881190013
DISMENORE
Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai wanita tersebut tidak dapat
bekerja dan harus tidur. Nyeri bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan,
lekas marah .
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus. Nyeri ini
terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri dapat terasa
sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa
dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik
atau sampai memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau
beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini
teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar
prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan
menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi;
pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana
beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari.
Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan
dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi
cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru
saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah
gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau
beberapa har. Ada 2 jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.
Pembagian dismenorea adalah sebagai berikut : pertama dismenorea primer atau esensial, intrinsik,
idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan ginekologik yang
nyata; yang kedua dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena
adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks,
malposisi uterus atau adanya IUD. menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir
semuanya disebabkan dismenorea primer.
ETIOLOGI
Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer umumnya
dijumpai pads wanita dengan siklus berovulasi. Penyebab tersering dismenore sekunder adalah
endometriosis dan infeksi kronik genitalia interns. Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan
dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder
adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal
antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu stres.
a. Dismenor primer
Penyebab dari nyeri haid ini belum di temukan secara pasti meski telah banyak penelitian
dilakukan untuk mencari penyebabnya. Etiologi dari dismenor primer tersebut adalah:
- Faktor Psikologis
Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang
rendah, sehingga dekat sedikit rasa nyari dapat merasakan kesakitan.
- Faktor Endokrin
Pada umumnya hal ini dihubungankan dengan kontraksi usus yang tidak baik. Hal ini sangat erat
kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.
b. Dismenor sekunder
- Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang menyebabkan
pendarahan, tumor atau fibroid.
- Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang terbalik, peradangan selaput lendir rahim.
KLASIFIKASI
Dismenor dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan adanya atau tidaknya kelainan
ginekologis dan berdasarkan intensitas nyerinya.
a. Dismenor primer yaitu dismenor yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan ginekologis.
Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dismenor primer mudah terjadi.
Dismenor primer timbul sejak menarche (pertama kali menstruasi), biasanya di tahun pertama atau
kedua menstruasi. Dismenor ini terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudia akan hilang pada
usia akhir 20an atau di awal 30an. Rasa nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum dan sesudah
periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Rasa nyeri di deskripsikan sebagai
mirip kejang, spasmodik, berlokasi di perut bagian bawah (area suprapubik), dapat menjalar ke
paha dan pinggang bawah. Tidak itu saja, terkadang juga disertai rasa mual, muntah, diare, sakit
kepala, nyeri pinggang bawah, rasa lelah dan sebagainya.
b. Dismenor sekunder yaitu rasa nyeri yang berkaitan dengan kelainan ginekologis, baik secara
anatomi maupun proses patologis dan pelvis. Dismenor sekunder biasa terjadi beberapa saat
setelah menarche. Dapat juga dimulai setelah usia 25 tahun. Rasa nyeri dimulai sejak 1-2 minggu
sebelum menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada dismenor
sekunder ditemui kelainan ginekologis seperti endometritis, adenomiosis, kista ovarium, mioma
uteri, radang pelvis dan lain-lain.
a. Dismenor ringan, yakni dismenor dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat
sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa pemakaian obat-obatan.
b. Dismenor sedang, yakni dismenor yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri
tanpa perlu men inggalkan aktivitas sehari-hari.
c. Dismenor berat, yakni dismenor yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan akibat
meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari bahkan lebih.
PATOFISIOLOGI
1. Dismenorea primer
(primary dismenor) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche (haid pertama)
segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama
menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan
prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan
vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid
(menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dismenor). Kadar ini memang
meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang
sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena
prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial
stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor
prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea
diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan
dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan
penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan
endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat
nyeri.
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase
luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin
di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan
peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan Leukotriene juga telah
diterima (postulated) untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus . Jumlah
leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita dengan
dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin.
Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi
(mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer. Peranan
vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dismenor) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid
pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus
tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada
dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai
(concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis,
leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease,
dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). sejumlah faktor yang terlibat
dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau
mencetuskan dismenorea sekunder :
a. Endometriosis
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
m. Allen-Masters syndrome
DIAGNOSA
Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan apapun pada
kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama
menstruasi, membutuhkan pemeriksaan ginekologis, perubahan-¬perubahan seperti itu dapat
menandakan sebab dari dismenore sekunder.
Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder menurut riwayat dan pemeriksaan fisik.
1. Riwayat
a. Riwayat menstruasi
· Awitan menarke
b. Deskripsi nyeri
· Gejala ekstragenetalia
d. Riwayat obstetri-paritas
e. Pemasangan AKDR
2. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan speculum
· Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan pemeriksaan sediaan basah.
· Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan riwayat
pasien.
c. Pemeriksaan bimanual
· Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks
· Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.
4. Sedimentation rate.
5. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam
mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang relatif rendah.
6. Laparoscopy
7. Hysteroscopy
8. Dilatation
9. Curettage
FAKTOR RISIKO
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi
pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun.
Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:
faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya dismenorea yang berat (severe episodes
of dismenor) :
· Merokok (smoking)
MANIFESTASI KLINIS
Dismenore primer; usia lebih muda, timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, sering pada
nulipara, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik, nyeri timbul mendahului haid dan
meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
Dismenore sekunder yakni; usia lebih tua, cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur,
tidak berhubungan dengan siklus paritas, nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul, nyeri
dimulai dari haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.
A. Dismenore Primer
a. Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis
yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.
b. Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun nyeri yang paling
berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua.
· Muntah
· Diare
· Sakit kepala
· Sinkop
· Nyeri kaki
b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27 tahun, lalu mulai
mereda.
c. Umumnya terjadi pada wanita nulipara , kasus ini kerap menuntun signifikasi setelah
kelahiran anak.
g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.
B. Dismenore sekunder
1. Indikasi
a. PRP
· Awitan akut
· Dispraurenia
b. Endometriosis
· Dispsreunia siklik
· Intensitas nyeri samakin meningkat sepanjang menstruasi (tidak terjadi sebelum menstruasi
dan tidak berakhior dalam beberapa jam, seperti pada kasus dismenore primer).
· Nyeri yangh menetap bukannya kram dan mungkin spesifik pada sisi lesi.
· Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun reproduksi dari npada dismenore
primer.
· Nyeri kram
d. Prolaps uterus
· Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun-tahu reproduktif dari pada dismenore
primer.
· Nyeri punggung awalnya di mulai saat pramenstruasi dan menetap sepanjang menstruasi.
· Disertai disparunia dan nyeri panggul yang dapata di pulihkan dengan posisi terlentang, atau
lutut-dada.
· Sistokel dan inkontennesia urine terjadi bersamaan.
· Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area lumbrosacral.
· Diare
· Kelelahan
· Nyeri kepala
· Emosi labil
1. Dismenore Primer
· nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan hari pertama dan
kemudian dengan keluarnya darah haid
· sering disertai mual, muntah, – tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala
2. Dismenore Sekunder
· tidak tentu
· tidak berhubungan dengan paritas
· nyeri terus-menerus
· nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya darah haid.
Gejala-gejala nyeri haid di antaranya yaitu: rasa sakit datang secara tidak teratur, tajam dan kram
di bagian bawah perut yang biasanya menyebar ke bagian belakang, terus ke kaki, pangkal paha
dan vulva (bagian luar alat kelamin wanita). Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau
selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
Gejala-gejala tersebut meliputi tingkah laku seperti kegelisahan, defresi, iritabilitas/sensitif, lekas
marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, mengidam makanan dan kadang-kadang perubahan
suasana hati yang sangat cepat. Selain itu juga keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau
membengkak, perut kembung atau sakit, sakit kepala, sakit sendi, sakit punggung, mual, muntah,
diare atau sembelit, dan masalah kulit seperti jerawat.
Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu,
dengan lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau
melahirkan. Nyeri haid ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor
fisik dan psikis seperti stress, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun,
kurang darah, kondisi tubuh yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini tidak
membahayakan kesehatan. Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada
penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti infeksi rahim,
kista atau polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang
menetap. Ada juga yang disebut dengan endometriosis, yaitu kelainan letak lapisan dinding rahim
yang menyebar keluar rahim, sehingga apabila menjelang menstruasi, pada saat lapisan dinding
rahim menebal, akan dirasakan sakit yang luar biasa. Selain itu, endometriosis ini juga bisa
mengganggu kesuburan
PENGOBATAN
A. Dismenore primer
1. Latihan
c. Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau miring.
2. Panas
a. Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau abdomen bagian
bawah
6. Istirahat
7. Obat-obatan
d. Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam.
8. Terapi Komplementer
a. Biofeedback
b. Akupuntur
c. Meditasi
d. Black cohos
B. Dismenore sekunder
1. PRP
a. PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis panggul.
c. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di tegakkan untuk
mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease
control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :
· Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah 500 mg flagyl 2
kali/hari selama 14 hari.
· Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g probenesid peroral di tambah 100
mg doksisiklin per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.
· Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai kemungkinan
pasien di rawat inap untuk di berikan antibiotic pe IV.
d. Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap terpi masih belum di ketahui,
pelepasan AKDR di anjurkan.
2. Endometriosis
b. Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain sesuai anjuran dokter.
4. Prolaps uterus
b. Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan dapat di ringankan dengan
beberapa cara berikut :
· Latihan kegel
· Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat kandung kemih.