Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif

yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health

Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi.1,2

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak

kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi

hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen,

meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda

dan hampir sama.3

Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan

wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai dengan

kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai

kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama terputus) dan vasektomi.

Sementara itu apabila istri yang menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan

penting dalam mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian kontrasepsi.1,3

Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu

perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan

1
kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan

peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB,

dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor.4

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah

pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan

seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi.

Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak

terlupakan. Pengalaman baik akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti program

keluarga berencana.4,5

Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena istri

yang mendapat dukungan dari suami akan menggunakan kontrasepsi secara terus

menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan sedikit yang

menggunakan kontrasepsi.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONTRASEPSI

2.1.1 DEFINISI

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya

tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.2,6

2.1.2 MACAM-MACAM KONTRASEPSI

Kontrasepsi dapat digolongkan sebagai berikut:6,7,8

1) Kontrasepsi dengan Metode Sederhana

 Tanpa Alat

Metode sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan metode kontrasepsi

alamiah yang terdiri dari : metode kalender, metode pantang berkala, metode

suhu basal, metode lendir serviks, metode simtomternal, koitus interputus.

 Dengan Alat

(1) Mekanis/Barier : kondom pria, kondom wanita (barier intravagina)

(2) Secara Kimiawi : spermisida

2) Kontrasepsi dengan Metode Modern

 Kontrasepsi Hormonal

(1) Kontrasepsi Oral : Monofasik, Bifasik, Trifasik.

3
(2) Suntik Injeksi : Depomendroksiprogesteron asetat (DMPA), Depo

noretisteron enantat (Depo Noristerat).

(3) Subkutis/Implan : Norplant, Implanon, Jadena dan indoplant.

(4) Intra-Uterine Devices (IUD/AKDR) : Copper T, Copper 7, Ypsilon-Y,

Progestasert, Copper T3800A

3) Kontrasepsi dengan Metode Operasi

 Tubektomi atau Metode Operasi Wanita (MOW)

 Vasektomi atau Metode Operasi Pria (MOP)

2.2 KONTRASEPSI SUNTIK

2.2.1 DEFINISI

Kontrasepsi Suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormon

progesteron yang disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara periodik 1 bulan sekali

berisi Estrogen dan Progestern atau 3 bulan sekali yang berisi Progesteron saja.9,10,11

2.2.2 JENIS KONTRASEPSI SUNTIK

Jenis-jenis kontrasepsi suntik antara lain :8,11

1) Golongan Progestin, misalnya Depoprovera 150 mg isi 1cc (disuntikkan tiap tiga

bulan) dan Depo Progestin 150 mg isi 3cc (disuntikkan tiap tiga bulan).

2) Golongan Progestin dengan campuran Estrogen Propionat, misalnya cyclofem

50mg (disuntik tiap 1 bulan).

4
2.3 KONTRASEPSI SUNTIK DEPO PROGESTIN

 Depo Progestin

merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon progesterone.8

 Mekanisme kerja suntik Depo Progestin (DMPA) antara lain :9

1) Mencegah ovulasi.

2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma.

3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

 Indikasi pemakaian kontrasepsi Depo Progestin (DMPA)

1) Usia reproduksi.

2) Telah memiliki anak .

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas

tinggi.

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6) Setelah abortus atau keguguran.

7) Telah memiliki banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8) Tekanan darah < 180/110 mmHg dengan masalah gangguan pembekuan darah

atau dengan anemia bulan sabit.

9) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen

5
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

11) Anemia defisiensi besi.

12) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil

kontrasepsi kombinasi.12

 Kontra Indikasi pemakaian kontrasepsi Depo Progestin (DMPA) antara lain :13

1) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada 7 janin per 100.000 kelahiran).

2) Memiliki riwayat perdarahan pervaginam yang belum yang belum jelas

penyebabnya.

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore.

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5) Menderita diabetes melitus disertai komplikasi.

 Waktu untuk memulai menggunakan kontrasepsi Depo Progestin (DMPA)

1) Setiap saat selama siklus haid, dengan syarat tidak hamil

2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3) Pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,

dengan syarat tidak hamil. Selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

4) Perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti alat kontrasepsi suntik. Apabila telah menggunakan kontrasepsi

hormonal sebelumnya secara benar dan tidak hamil, suntikan pertama dapat

diberikan tanpa perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

6
5) Apabila sedang menggunakan satu jenis kontrasepsi suntik dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntik jenis lain, kontrasepsi suntikan

yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang

sebelumnya.

6) Perempuan yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama kontrasepsi

hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, dengan syarat tidak

hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.

Apabila disuntikkan setelah hari ke-7, maka selama tujuh hari setelah suntikan

tidak boleh melakukan hubungan seksual.

7) Ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama

diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

 Cara penggunaan kontrasepsi Depo Progestin (DMPA) antara lain :11,14

1) Kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramskular

yang dalam didaerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu

dangkal,penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja secara

efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan

Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai injeksi

kelima diberikan setiap 12 minggu.

7
2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh

etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah

kulit kering baru disuntik.

3) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.

Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada

dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.

 Efek samping, penyebab dan penanggulangan kontrasepsi Depo Progestin

(DMPA) antara lain :11,14

1) Gangguan Siklus Haid :

a) Gejala : Tidak mengalami haid (Amenore), perdarahan berupa tetesan atau

bercak-bercak (spotting), perdarahan di luar siklus haid (metroragia),

perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak dari pada biasanya.

b) Penyebab Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga

endometrium mengalami perubahan histologi. Keadaan amenore

disebabkan atropi endometrium.

c) Penanganan

(1) KIE

(a) Jelaskan sebab terjadinya.

(b) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka

penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu.

(c) Motivasikan agar tetap memakainya.

8
(2) Tindakan medis

(a) Amenore (tidak haid) Pastikan bukan kehamilan, beri pil

kontrasepsi kombinasi dosis 1x1 tablet perhari dimulai IV selama

4-5 hari. Jika terjadi hamil hentikan penggunaan KB.

(b) Spotting / Metroragia (perdarahan bercak atau menetes) Jika ringan

tidak terlalu mengganggu tidak perlu diberi obat. Jika cukup

mengganggu, dapat diberikan pil KB 3x1 tablet selama 7 hari.

Menoragia (perdarahan lebih banyak atau lebih lama dari biasanya)

tablet sulfat ferosus 3x1 tablet (5-7 hari) sampai keadaan membaik.

2) Depresi

a) Gejala : Lesu, tidak bersemangat

b) Penyebab : Dengan adanya hormon progesteron terutama yang berisi

19-norsteroid menyebabkan kurangnya vitamin B6 (piridoksin) di

dalam tubuh, adanya retensi dalam.

c) Penangan

(1) KIE : Jelaskan sebab terjadinya, jelaskan bahwa gejala ini

bersifat sementara dan individu, beri motivasi agar tetap

memakai suntikan.

(2) Tindakan medis

(a) Untuk segala depresi ringan sampai sedang diberikan :

vitamin B6 (2-3x1 tablet 10mg per hari sampai gejala depresi

hilang)

9
(b) Anjurkan untuk melakukan diet rendah garam sampai gejala

depresi hilang

3) Keputihan

a) Gejala : Keluarnya cairan berwarna putih dalam vagina atau adanya

cairan putih di mulut vagina

b) Penyebab : Oleh karena efek progesteron mengubah flora dan pH

vagina, jamur mudah tumbuh di dalam tubuh vagina dan menimbulkan

keputihan.

c) Penanganan

(1) KIE : Jelaskan sebab terjadinya, menjaga kebersihan daerah

kemaluan (berganti celana dalam, menggunakan pembalut cocok),

motivasi agar tetap memakai suntikan.

(2) Tindakan medis

(a) Jika disertai gatal, cairan berwarna kuning kehijauan atau

berbau tidak sedap, dapat diberikan pengobatan antimikotik.

Per-vagina selama 14 hari.

(b) Jika pemberian antis-nikotik tidak menolong, dan keputihan

terus berlangsung maka pemakaian suntikan dihentikan

sementara

4) Jerawat

a) Gejala : Timbulnya jerawat pada wajah.

10
b) Penyebab : Progestinnya, terutama 19-non progestin menyebabkan

peningkatan kadar lemak.

c) Penanganan

(1) KIE : Menguangi makanan berlemak (kacang, susu, kuning telur),

menjaga kebersihan wajah dengan membersihkan wajah dua kali

perhari dengan membersihkan muka, menghindari pemakaian

kosmetik wajah yang berlebih.

(2) Tindakan medis

(a) Jika tidak mengganggu cukup menjaga kebersihan wajah.

(b) Jika terlihat infeksi dapat diberi tertrasiklin 3-4 x 1 kapsul 250

mg selama 1-2 minggu.

(c) Jika jerawat menetap dan bertambah banyak, ganti cara

kontrasepsi non-hormonal.

5) Rambut rontok

a) Gejala : Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sesudah

penghentian suntikan.

b) Penyebab : Terutama 19-norprogestin dapat mempengaruhi folikel

rambut, sehingga timbul kerontokan rambut.

c) Penanganan

(1) KIE : Jelaskan sebab terjadinya, gejala ini bersifat sementara dan

individu. Akan kembali normal tanpa pengobatan setelah suntikan

11
dihentikan, jika klien tidak dapat mentoleir gejala ini, anjurkan

untuk ganti cara kontrasepsi non-hormonal

(2) Tindakan medis : Dalam hal ini tidak diperlukan.

6) Perubahan berat badan

a) Gejala

(1) Berat badan bertambah atau naik. Kenaikan berat badan rata-rata

untuk setiap tahun bervariasi antara 2,3-2,9 kg.

(2) Berat badan berkurang atau turun setiap tahun rata-rata

penurunan berat badan antara 1,6-1,9 kg.

b) Penyebab : Terjadinya kenaikan berat badan, kemungkinan karena

hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula

menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah. Selain itu

hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan

menurun aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat

menyebabkan berat badan bertambah.

c) Penanganan

(1) KIE : Jelaskan sebab terjadinya, penambahan berat badan ini

bersifat sementara dan individu (tidak terjadi pada semua

pemakai suntikan, tergantung reaksi tubuh wanita terhadap

metabolisme progesteron). Sebagaian klien menganggap hal ini

sebagai keuntungan.

12
(2) Tindakan medis

(a) Berat badan meningkat.

(b) Jika kenaikan berat badan ini tidak mengganggu. Dan

pestikan bahwa penambahan berat badan bukan karena

kehamilan.

(c) Anjurkan klien untuk melakukan diet rendah kalori dan

olahraga yang proporsional untuk menjaga berat badannya.

(d) Jika cara tersebut diatas tidak menolong dan berat badan

menurun terus, pemakaian suntikan di hentikan dan ganti

cara kontrasepsi yang non-hormonal (AKDR).

7) Pusing atau sakit kepala (migrain)

a) Gejala : Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi / seluruh bagian

kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang sangat amat.

b) Penyebab : Belum ada kesepakatan dikalangan para ahli tentang

penyebabnya. Hal ini biasanya dikaitkan oleh reaksi tubuh terhadap

progeston.

c) Penanganan

(1) KIE : Jelaskan sebab terjadinya, jelaskan bahwa gejala ini bersifat

sementara dan individu, beri motivasi agar tetap memakai

suntikan

(2) Tindakan medis

(a) Pastikan tekanan darahnya normal

13
(b) Berikan pengobatan simtomatis : sakit kepala (antalgin 3 x

500g / hari selama 3 - 5 hari, atau parasetamol 3 x 500mg /

hari selama 3 x 250–500mg kapsul / hari selama 3–5 hari).

Migrain (preparat ergotamin 2 x 1 mg selama 3 –5 hari).

(c) Jika pemberian obat tidak menolong dan keadaan tambah

berat, hentikan pemakaian suntikan dan ganti kontrasepsi

non-hormonal.

8) Mual dan muntah

a) Gejala : Rasa mual sampai muntah seperti hamil muda. Terjadi pada

bulan-bulan pertama pemakaian suntikan.

b) Penyebab : Kemunkinan karena reaksi tubuh terhadap hormon

progeston yang mempengaruhi produksi asam lambung.

c) Penanganan

(1) KIE : Jelaskan sebab terjadinya, jelaskan bahwa gejala ini bersifat

sementara dan indvidu. Biasanya tubuh akan menyesuaikan diri

setelah 2–3 bulan dan rasa mual akan hilang akan hilang dengan

sendirinya, motivasi agar tetap memakai suntikan.

(2) Tindakan medis

(a) Pastikan mual dan muntah bukan karena kehamilan

(pemeriksaan fisik dan laborat)

14
(b) Jika mengganggu, berikan : metaklopramid 3 x 10 mg selama

5–7 hari. Makan secara teratur, usahakan lambung tidak terlalu

lama kosong.

(c) Jika dalam waktu 3 bulan gejala menetap atau bertambah berat,

hentikan pemakaian suntikan dan ganti cara kontrasepsi non

hormonal.

9) Perubahan libido

(a) Gejala : Terjadinya penurunan atau peningkatan dorongan seksual.

(b) Penyebab

(1) Penurunan libido, terjadi karena efek progeston terutama yang

berisi 19-progeston menyebabkan keadaan vagina kering. Namun

demikian faktor psikis dapat juga berpengaruh dalam hal ini.

(2) Sebetulnya libido meningkatkan atau menurunkan sangat

subjektif sifatnya, oleh karena itu gejali ini harus diawasi dengan

cermat dan seksama untuk memastikan bahwa klien telah

mengalami peningkatan libido.

(3) Perubahan libido dapat juga dipengaruhi oleh faktor psikologis.

(c) Penanganan

Jelaskan sebab terjadinya, jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara

dan individu. Jika terjadi penurunan libido, selama masih bisa di tolelir

oleh klien, beri motivasi agar tetap memakai suntikan. Jika penurunan

ini mengganggu keharmonisan rumah tangga, dianjurkan untuk ganti

15
cara kontrasepsi non-hormonal. Bagi yang mengalami peningkatan

libido, beri motivasi agar tetap memakai suntikan serta berusaha

melakukan kontrol diri supaya keharmonisan keluarga tetap terjaga.

 Efektivitas kontrasepsi Depo Progestin (DMPA)

Efektivitas kontrasepsi Depo Progestin antara lain: Memiliki efektivitas yang

tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikan

dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.8,9,15

 Keuntungan kontrasepsi Depo Progestin (DMPA)

1) Sangat efektif (99,6%).

2) Resiko kesehatan kecil.

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

4) Pemeriksaan dalam tidak dibutuhkan pada pemakaian awal.

5) Dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis.

6) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

7) Peserta tidak perlu menyimpan obat suntik.

8) Tidak ada ketergantungan peserta kecuali kembali suntik setiap 3 bulan.

9) Tidak mempengaruhi pemberian ASI.

10) Reaksi suntikan sangat cepat (<24jam).

11) Dapat digunakan oleh wanita diatas 35 tahun.

12) Tidak perlu diingat kecuali tanggal kembali untuk suntikan berikutnya.

16
13) Mencegah kehamilan ektopik.

14) Jangka panjang.

15) Sangat berguna untuk klien ysng tidak ingin hamil lagi, tetapi belum bersedia

untuk mengikuti sterilisasi (tubektomi).16,17

 Kerugian kontrasepsi Depo Progestin (DMPA) antara lain :5,17

1) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

2) Harus kembali ke sarana pelayanan.

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.

4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

5) Dapat menyebabkan ketidakteraturan masalah haid.

6) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual,

hepatitis B, dan inveksi HIV.

17
BAB III

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 24 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Alamat : Jln. Letda sujono

Tanggal Masuk : 29 Juli 2019

Pukul : 10.30 WIB

Nama Suami : Tn. E

Umur : 25 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : S1

Alamat : Jln. Letda Sujomo

18
II. ANAMNESA

Ny. S, 24 th, P1A0, Islam, IRT, SMA i/d Tn. E, 25 th, Islam, Wiraswasta, S1,

datang ke RS Haji Medan pada tanggal 29 Juli 2019 pada pukul 10.30 WIB

dengan:

Keluhan Utama : Keluar bercak berwarna kecoklatan yang keluar dari alat kelamin

Telaah : Ibu mengatakan menggunakan KB suntik Depo Progestin dan

mengeluh mengeluarkan bercak darah berwarna kecoklatan yang keluar dari alat

kelamin sejak tanggal 26 juli 2019 (selama 3 hari), setelah menstruasi selama 7 hari.

a. Perdarahan Antepartum

Kapan mulai :- Perdarahan ke : -

Banyaknya :- Darah beku :-

Rasa Nyeri :- Trauma :-

b. Tanda-tanda Keracunan hamilan

Edema :- Vertigo :-

Pening :- Gangguan Visus : -

Mual :- Kejang-kejang :-

Muntah :- Koma :-

Nyeri ulu hati :- Icterus :-

c. Riwayat Haid

Menarche : 12 Tahun Hamil Kembar: -

Siklus Haid : 30 hari Dysmenorrhea : Disangkal

19
Lama Haid : 7 Hari Fluor Albus :-

Volume : 2-3 x ganti duk/hari

d. Riwayat Persalinan

1. 02/04/2014, Pr, PSP, Bidan, Aterm, 2500 gr, Anak Sehat, 5 Thn

e. Riwayat KB (Dimulai Sejak Pasien Menggunakan KB Pertama Kali)

 Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama

menggunakan KB suntik 3 bulan sampai sekarang lama penggunaan ± 1 tahun

 Keluhan selama pemakaian kontrasepsi : Ibu mengatakan selama menggunakan

KB suntik 3 bulan mengeluarkan bercak darah dari jalan lahir sejak 26 juli 2019

(selama 3 hari)

III. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Anemia :-
Anemia :-
Hipertensi :-
Ikterus :-
Peny. Ginjal :-
Edema :-
Diabetes Melitus :-
Sianosis :-
Tuberculosis :-
Dispnea :-

20
IV. HASIL PEMERIKSAAN UMUM

Berat Badan : 50 Kg

Tinggi badan : 150 cm

Kesadaran : Compos Mentis

Nadi : 80 x /i

Suhu : 36,5° C

Pernapasan : 22 x/i

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

V. STATUS LOKALIS

 Kepala

1. Rambut : bersih, warna hitam, tidak ada ketombe, lurus.

2. Muka : bersih, tidak ada cloasma, tidak odema.

3. Mata : Oedema : tidak oedema,konjungtiva : merah muda, sclera : putih

 Hidung : bersih, simetris, tidak ada secret, tidak ada benjolan.

 Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan.

 Mulut/gigi/gusi : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gusi tidak

berdarah.

 Leher

1. Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran kelenjar gondok.

2. Tumor : tidak ada benjolan.

21
3. Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

 Dada dan Axilla

1. Mammae

a) Membesar : Pembesaran normal

b) Tumor : Tidak ada benjolan

c) Simetris : Simetris kanan dan kiri

d) Areola : Warna coklat

e) Putting susu : Menonjol

f) Kolostrum : Tidak ada kolostrum

2. Axilla

a) Benjolan : Tidak ada benjolan

b) Nyeri : Tidak nyeri tekan

 Abdomen

1. Pembesaran Uterus : Tidak ada pembesaran uterus

2. Pembesaran Hati : Tidak ada pembesaran hati

3. Benjolan / Tumor : Tidak ada benjolan

4. Nyeri tekan : Tidak nyeri tekan

5. Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi

 Anogenital

1. Vulva Vagina

a) Varices : Tidak ada varices

22
b) Luka : Tidak ada bekas luka

c) Kemerahan : Tidak ada kemerahan

d) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

e) Kelenjar Bartolini : Tidak ada kelenjar bartolini

f) Pengeluaran pervaginam : Bercak darah, warna kecoklatan, bau khas

darah

2. Inspeculo: Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan

4. Anus

a) Haemorhoid : Tidak ada haemorhoid

b) Keluhan lain : Tidak ada

 Ekstermitas

1. Varices : Tidak ada varices

2. Oedema : Tidak ada oedema

3. Reflek patella : Positif kaki kanan dan kiri

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah Lengkap

Hb :14,6 g/dL

RBC : 5,07 M/µl

WBC : 8,80 K/µl

23
PLT : 178 K/µl

HCT : 42,7 %

HbSAg : (-)

Tes Hamil : (+)

Diagnosa:

Menoragia

Lapor Supervisor dr. Ahmad Khuailit Sp.OG

Advice: Menoragia

R/

- Pemberian pil kontrasepsi kombinasi 30-35 μg etinilestradiol 2 X 1 selama 7 hari

24
BAB IV

KESIMPULAN

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif

yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health

Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi.

Menurut WHO keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami isteri untuk:

a. Mendapatkan objektif2 tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

d. Mengatur interval diantara kelahiran

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul, H.A.A. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta : Salemba Medika.

2. Alimul, H.A.A. M. Wildan. 2013. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba

3. Medika. Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

4. Arum. D. N. S. Sujiyatini. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB

Terkini.Yogyakarta : Nuha Medika.

5. Astuti, H.P. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta : Rohima.

6. Bazaid, A. 2008. Kontrasepsi Hormonal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

7. Prawirohardjo. BKKBN. 2014. Hasil Pendataan Keluarga berencana Tahun 2014.

www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/disprofm.aspx?List=9c6767ad-abfe-48e3-

9120-af89b76d56f4&View=174a5cf7-357b-4b83-a7acbe983c5ddboe&ID=1826.

8. Diakses tanggal 15 September 2014. Dinkes Provinsi Jeteng. 2014. Pofil

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014. Semarang : Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah

http://jateng.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article& id

=1009:03-02-03&catid=72:penduduk-naker-2013&Itemid=87.

9. Diakses tanggal 2 November 2014. Handayani, S. 2010.

10. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta : Pustaka Rihama. Irianto,

K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung : Alfabeta.

11. Kusmiyati, Y. 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Yogyakarta :

Fitramaya.

26
12. Notoatmojo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

________ . 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

13. Saifuddin, A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

14. Sulistyawati. A. Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.

Jakarta : Salemba Medika.

15. Suistyawati, A. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta : Salemba

Medika.

16. Varney. H. J.M. Kreibs. C.L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta

: EGC. Varney. 2007. Varney’s Midwifery. Bandung : Sekola Publiser

17. Wiknjosastro. H. 2007. Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

27

Anda mungkin juga menyukai