PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam
perusahaan setiap operasi, produksi, logistic, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran.
Aspek K3 tidak akan bias berjalan seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen
berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itu, ahli K3 sejak awal tahun 1980an
berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek
yang menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapakan keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan produktifitas nasional dan dikeluarkannya.
Kesehatan Kerja di Pertambangan Umum. Hal ini merupakan bukti bahwa Pemerintah telah
memberikan perhatian yang besar terhadap perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat
Keadaan sakit atau gangguan kesehatan pada tenaga kerja menurunkan kemampuan tenaga
kerja untuk bekerja fisik, melemahkan ketajaman berfikir untuk mengambil keputusan yang
cepat dan tepat, serta menurunkan kewaspadaan dan kecermatan dengan akibat tenaga kerja yang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidak efisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Menurut Suma’mur (2009 : 414) perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis
pengamanan tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun kadang-
kadang resiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga
digunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang menjadi alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari
lingkungan, mesin, alat kerja, perkakas kerja, dan manusia. Lingkungan harus memenuhi syarat -
syarat lingkungan kerja yang baik, keadaan gedung yang selamat, dan perencanaan yang baik
(Suma’mur,2009 : 412).
Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan
memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi,
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka
diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan.
Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan
di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat
kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan
produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.
Oleh karena itu, kami membahas tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di salah satu industri
yaitu industri pertambangan batu bara yang merupakan industri besar diwilayah Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik meneliti tentang “Identifikasi Resiko
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Perusahaan Tambang Batu Bara PT Gea Lestari Desa
Pauh Kecamatan Tempino Mestong Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi Tahun 2014”
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya Identifikasi Resiko
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Perusahaan Tambang Batu Bara PT Gea Lestari Desa
Pauh Kecamatan Tempino Mestong Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi Tahun 2014
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1Tujuan Umum
1.3.2.Tujuan Khusus
a. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memperhatikan atau melengkapi alat pelindung diri agar tidak
terjadi resiko kecelakaaan atau penyakit untuk keselamatan kerja bagi pekerja di
perusahaan Batubara.
d. Penelitian selanjutnya
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih disempurnakan lagi dari penelitian
d. Tempat pelaksanaan penelitian di perusahaan Batu bara Desa Pauh Kecamatan Tempino
TINJAUAN PUSTAKA
Tempat kerja merupakan salah satu aspek yang perting dalam penyelenggaraan kegiatan
kerja. Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1,
yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja
ialah semua orang ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekeliling merupakan bagian-
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Tempat-tempat kerja tersebar pada
Tambang adalah suatu tempat kegiatan penambangan yang dilakukan untuk mendapatkan
bahan galian. Tambang permukaan adalah suatu sistem penambangan untuk mendapatkan bahan
galian yang kegiataannya dilakukan diatas permukaan tanah atau dari atas permukaan air
(Kepmentamben 555/1995).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja
pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kejelakaan terjadi disebabkan oleh
Kecelakaan tambang adalah setiap kecelakaan yang menimpa pekerja tambang atau orang
yang menimpa pekerja tambang atau orang yang mendapat izin masuk pada kegiatan usaha
Pada dasarnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan manusia yang
tidak aman (unsafe action) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Dari
Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian
atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat, bahwa penyebab langsung atau tidak
kerja diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan dalam Triwibono (2013 : 95) adalah
sebagai berikut:
2) Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air.
3) Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat
listrik.
4) Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalnya : bahan peledak, gas, zat-zat kimia.
1) Patah tulang.
2) Dislokasi (kesleo).
7) Luka bakar.
8) Keracunan-keracunan mendadak.
9) Pengaruh radiasi.
2) Leher
3) Badan
6) Banyak tempat
Risiko adalah satu kemungkinaan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode
Menurut Ramli (2010 : 18) kerugian dikategorikan atas kerugian langsung (direct cost)
dan kerugian tidak langsung (indirect cost). Kerugian langsung misalnya cedera pada tenaga
kerja dan kerugian pada sarana produksi. Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak
terlihat sehingga sering disebut juga sebagai kerugian tersembunyi (hidden cost) misalnya
kerugian akibat terhentinya proses produksi, penurunan produksi, klaim atau ganti rugi, dampak
a. Kerugian langsung
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan
kematian. Cedera ini akan mengakibatkan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik
mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.
seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan. Banyak pengusaha yang terlena dengan adanya
jaminan asuransi terhadap aset organisasinya. Namun kenyataannya, asuransinya tidak akan
membayar seluruh kerugian yang terjadi, karena ada hal-hal yang tidak termasuk dalam
lingkup asuransi, seperti kerugian terhentinya produksi, hilangnnya kesempatan pasar atau
pelanggan.
Kerugian jam kerja Jika terjadi kecelakaan, pasti akan terhenti sementara untuk
penyelidikan kejadian.
1) Kerugian produksi
Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat kerusakan atau
cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga
2) Kerugian sosial
Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap produksi-produksi akibat kerusakan
atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga
Kecelakaan menimbulkan citra negatif bagi organisasi karena dinilai tidak peduli
Menurut Ramli (2010 : 30) alam proses terjadinya kecelakaan terkait 4 (empat) unsur
produksi yaitu People, Equipment, Material, Environment (PEME) yang saling berinteraksi dan
bersama-sama menghasilkan suatu produk dan jasa. Kecelakaan terjadi dalam proses interaksi
tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia dengan alat, material, dan lingkungan dimana
dia berada.
Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau
berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti
ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas.
Disamping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di
Faktor penyebab kecelakaan menurut H.W. Heinrick (1930) dalam Ramli (2010 : 33)
1) Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), misalnya tidak mau menggunakan alat
keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman atau bekerja sambil bergurau. Tindakan
ini dapat membahayakan dirinya atau orang lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan.
2) Kondisi tidak aman (unsafe condition) yaitu kondisi di lingkungan kerja baik alat, material
atau lingkungan yang tidak aman dan membahayakan. Sebagai contoh lantai yang licin,
tangga yang rusk dan patah, penerangan yang kurang baik atau kebisingan yang melampaui
Sedangkan sumber penyebab dasar menurut Suardi (2005 : 6) dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
- Kurang pengetahuan
- Kurang keterampilan
- Pemakaian abnormal
Dari penyebab dasar inilah timbul keadaan yang disebut substandar atau tidak aman
(unsafe), yang berupa gejala-gejala dari kondisi dan perbuatan yang tidak aman. Dengan
memakai istilah standar atau aman kita dapat memberikan suatu ukuran tertentu yang aman,
ukuran yang digunakan. Yang tidak memenuhi standar tersebut disebut substandar (unsafe)
kondisi dan perbuatan tidak aman ini timbul sebagai akibat dari adanya penyebab dasar (basic
causes).
Kondisi dan tindakan yang tidak aman antara lain :
- Mengangkat berlebihan
- Bersendu gurau
- Bertengkar
(2) Kondisi yang tidak aman yang sering dijumpai antara lain :
dan faktor dasar (basic cause). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung
Penyebab tidak langsung (basic causes ) merupakan faktor yang turut memberikan
kontribusi terhadap kejadian tersebut, misalnya dalam kasus terpeleset tersebut karena terburu-
Disamping faktor manusia, ada faktor lain yaitu ketimpangan sistem manajemen seperti
kecelakaan tidak selalu tunggal tetapi bersifat multi causal sehingga penanganannya harus secara
terencana dan komprehensip yang mendorong lahirnya konsep sistem manajemen keselamatan
Menurut Ramli (2010 : 37) prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana
yaitu dengan menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan
kondisi tidak aman. Namun dalam praktiknya tidak semudah yang dibayangkan karena
menyangkut berbagai unsur yang saling terkait mulai dari penyebab langsung, penyebab dasar,
dan latar belakang oleh karena itu berkembang berbagai pendekatan pencegahan kecelakaan
a. Pendekatan Energi
Sesuai dengan konsep industri, kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang
mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan energi yang mengendalian
kecelakaan melalui 3 titik yaitu pada sumbernya, pada aliran energi (path way) dan pada
penerima.
Pendekatan berikutnya dapat dilakukan dengan penetrasi pada jalan energi sehingga
benda atau material.pendekatan ini dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau
jalannya energi tidak dapat dilakukan secara efektif. Oleh karena itu perlindungan diberikan
b. Pendekatan Manusia
kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan tidak aman. Karena itu untuk
c. Pendekatan Teknis
Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat
dikurangi
e. Pendekatan Manajemen
Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif sehingga
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu upaya dan pemikiran untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani diri manusia pada umumnya
dan tenaga kerja pada khususnya beserta hasil karya menuju masyarakat yang adil, makmur dan
Keselamatan dan kesehatan kerja secara hukum merupakan suatu upaya perlindungan
agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan
sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien,