Anda di halaman 1dari 34

LQ - Seorang Syeikh Sufi seringkali menasihati murid-murid beliau menggunakan bahasa

perumpamaan, kadang juga beliau mengungkapkan nasihat berupa puisi. Nah, Sufi kekasih Allah
yang kita sajikan nasihatnya kali ini, Maulana Rumi menyajikan nasihatnya dalam rupa puisi
yang penuh perumpaan, yang bila kita renungkan isinya sebuah rahasia kehidupan yang penuh
hikmah.

Lihatlah buncis dalam periuk,


betapa ia meloncat-loncat ketika dipanaskan api.
Sewaktu direbus, selalu ia timbul ke permukaan,
seraya merintih tiada henti.
Sambil mengeluh, “Mengapa kau letakkan
api di bawahku? Engkau telah membeliku,
mengapa kini engkau malah menyiksaku?”
Sang istri memukulnya dengan penyendok, [1]

“Nah, sekarang,” katanya, “sungguh-sungguh


matanglah engkau, dan jangan meloncat lari dari
yang menyalakan api.
Tidaklah aku merebusmu karena membencimu;
sebaliknya, inilah yang akan membuatmu lezat dan harum.
Dan menjadi nutrisi dan bercampur dengan jiwa
yang hidup: kesengsaraanmu ini bukanlah penghinaan.
Ketika masih hijau dan segar, engkau hirup air di kebun:
air yang engkau serap itu demi api ini.
Rahmat-Nya terlebih dahulu daripada murka-Nya, [2]
tujuannya agar dengan Rahmat-Nya engkau
menderita kesengsaraan.
Rahmat-Nya telah mendahului murka-Nya, agar
yang-diperdagangkan ini, yakni wujud, dapat
muncul.
Karena, tanpa kesenangan, daging dan kulit tidak
akan tumbuh; dan jika mereka itu tidak tumbuh,
apakah yang akan ditelan oleh cinta Sang Wali.
Jika, karena urutan itu, datanglah tindakan kemurkaan,
tujuannya agar engkau dapat menyerahkan
yang-diperdagangkan itu.
Setelah itu, kembali Kasih Allah akan datang, sehingga
berlalulah tindakan kemurkaan; seraya berkata,
“Kini, karena engkau telah dimurnikan, engkau dapat
mentas dari sungai pembersihan.”
Sang istri berkata, “Wahai buncis, engkau telah tumbuh
sepanjang musim semi, kini Kesakitan adalah tamumu,
jamulah dengan baik.
Sedemikian rupa, sehingga ketika pulang, dia
berterimakasih, dan menceritakan kemurahanmu di
hadapan Sang Raja.
Sehingga yang sudi mengunjungimu bukanlah sekedar
suatu kebaikan, melainkan Sang Penganugerah Kebaikan
sendiri; sampai semua kebaikan iri kepadamu.
Aku bagaikan Ibrahim, dan engkau adalah putraku:
baringkan kepalamu di bawah pisauku, karena dalam
mimpiku kulihat aku menyembelihmu. [3]
Baringkan kepalamu di bawah kemurkaanku, dengan
hati teguh tak bergeming, sehingga dapat kusembelih
lehermu, bagaikan Ishmail.
Akan kupotong kepalamu, tetapi kepala ini adalah kepala
yang tidak bisa dipotong dan tidak bisa mati; [4]
Sungguhpun demikian, berserah-dirinya engkau adalah
tujuan sebenarnya: Wahai sang Muslim, engkau harus
berjuang untuk menyerahkan dirimu.
Karena itu, wahai buncis, tabahlah engkau ketika direbus
dalam penderitaan, sehingga tidak lagi tersisa padamu
wujudmu, tidak pula dirimu.
Semula engkau tertawa di taman bumi, padahal
sebenarnya engkau adalah mawar di taman jiwa;
mawar yang indah dalam pandangan bashirah. [5]
Jika telah bercerai engkau dari taman tanah dan air,
engkau menjadi makanan bagi mulut dan telah masuk
ke dalam yang hidup.
Menjadi nutrisi dan kekuatan dan pikiran. Dahulu engkau
mangsa: sekarang jadilah seekor singa di hutan. [6]
Awalnya engkau tumbuh dari sifat-sifat-Nya: kembalilah
dengan ringan dan gesit kepada sifat-sifat-Nya.
Dirimu datang dari awan dan matahari dan langit; lalu
engkau terpencar dalam sifat-sifat dan naik menembus
lelangit.
Dirimu datang dalam bentuk hujan dan panas:
engkau akan menuju sifat-sifat Ilahiah.
Dirimu semula bagian dari matahari dan awan dan
bintang-bintang: lalu engkau menjadi jiwa dan amal
dan ucapan dan pikiran.”
Tingkatan hewaniyah bangkit dari matinya tataran nabatiyah:
karena itu ucapan: “sembelihlah aku, wahai Wali yang
Terpercaya,” benar adanya.
Karena kemenangan menunggu setelah kematian,
ucapan “sesungguhnya pada penyembelihanku terdapat
kehidupan” itu benar.
Shalehnya amal dan ucapan dan ketulusan menjadi
makanan bagi malaikat, dengan sarana inilah
dia naik ke langit.
Demikian pula ketika makanan ditelan Insan, ia naik dari
tataran tak-mampu-bergerak menjadi wadah jiwa.
“Karavan jiwa tak hentinya datang dari langit, singgah
sebentar disini dan kembali lagi.
Berangkatlah dengan manis dan riang berlandaskan
pilihanmu sendiri, tanpa kepahitan dan kebencian
seorang pencuri. [7]
Kata-kataku pahit, agar kepahitanmu dicuci bersih.
Bekunya anggur dicairkan dengan air dingin, sehingga
ia tidak lagi dingin dan keras.
Saat qalb-mu telah penuh darah berwarna anggur,
dari pahitnya pensucian diri, barulah engkau
terhindar dari kepahitan.”
Sang buncis menjawab, “Jika memang begitu adanya,
dengan senang hati aku direbus, tolonglah aku
agar bersikap benar.
Yang mentah dan belum dimasak itu mestilah keras
dan tawar.
Dalam perebusan ini, engkaulah perancangnya, aduklah
dengan lembut.
Jika aku ini bagaikan seekor gajah, maka
jinakkan aku dan beri aku kekang, agar berhenti
aku dari mengangankan negeri dan taman gajah;
Sehingga aku dapat menyerahkan diri kepada perebusan
ini, dengan tujuan agar kutemukan jalan kepada
pelukan Sang Kekasih;
Karena manusia, jika dibiarkan bebas, lalu dia akan
bersikap lancang, melawan dan penuh angan-angan.”

Catatan:
[1] “Istri” adalah Mursyid; “Buncis” adalah murid;
sedangkan “Api” adalah disiplin diri dalam pertaubatan.
[2] “Rahmat-Ku mendahului murka-Ku.” (HR Muslim).
[3] QS [37]: 102.
[4] Yang disembelih disini adalah jiwa (nafs) dari manusia;
yang notabene baru akan mati ketika Hari Kiamat.
Karena itu, alih-alih dari memusnahkan, kematian demi
kematian jiwa akan menaikkan jiwa dari tataran rendah ke
tataran di atasnya sampai ke ketinggian sejatinya.
Hal ini merupakan salah satu tema sentral pembahasan
para Guru Sufi sepanjang zaman.
[5] Jiwa mereka yang beriman sejati tampak indah dalam
pandangan bashirah.
[6] “Singa” memburu keberhasilan ruhaniyah.
[7] “… datang dengan senang hati.” (QS [41]: 11).
“Pencuri,” karena mengaku bahwa dirinya adalah miliknya sendiri.
(Rumi: Matsnavi III no 4159 - 4202, terjemahan ke
Bahasa Inggris oleh Nicholoson, terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh Herman Soetomo)
 
04.51
0 Comments

0 komentar on Koleksi Nasehat Jalaluddin Ar-Rumi :

Post a Comment and Don't Spam!

Beranda

Follow by Email

Nasihat Jalaluddin Rumi

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau
sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang
Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207
Masehi.

Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari
keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang
berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh.

Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan
Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair
dan alhi matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan
si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan. Profil
Rumi tersebut dikutip dari Wikipedia.

Berikut nasehat Rumi kepada kita semua;

Jangan melihat pada ekspresi-ekspresi wajah.


Jangan dengarkan apa yang dikatakan lidah.
Jangan biarkan air mata menghanyutkanmu.
Itu semua hanyalah produk dari kulit luar manusia saja,
yang mana selalu berubah setiap harinya.

Tapi lihatlah pada apa yang ada dibalik itu.


Bukan pula pada hatinya, karena hati selalu berfluktuasi.
Bukan pula pada pikirannya,karena pikiran selalu mengubah sudut pandangnya
kapanpun,perspektifnya berubah.
Apalagi,pikiran itu bisa saja menerima suatu keadaan sekarang yang dulunya ia tolak.
Bahkan para ilmuwan pun mengubah teori mereka.

Tidak anakku!

Jika kamu ingin memahami manusia, maka lihatlah tindakannya pada saat ia memiliki kebebasan
untuk memilih.
Hanya pada saat itulah kamu akan sangat terkejut ketika melihat ada seorang ahli ibadah yang
melacurkan diri, dan seorang pelacur yg justru beribadah!

Kamu bisa juga menemukan seorang ahli fisika meminum racun,


dan kamu bisa terkaget-kaget karena menemukaan seorang teman yg menikammu dari belakang
sedangkan musuhmu justru menyelamatkanmu!

Kamu pun mungkin akan melihat seorang pelayan yg betindak semulia majikan, dan seorang
majikan yang berbuat serendah perbuatan pelayan yg terburuk!

Kamu mungkin pula akan melihat para Raja mengambil suap, dan para Pengemis memberikan
sedekah!

Lihatlah hakikat manusia disaat dia tidak punya rasa takut yang dapat menghentikannya; disaat
kewaspadaannya tertidur; hawa nafsunya terpuaskan, dan semua penghalang telah dirobohkan.

Hanya pada saat itulah kamu bisa melihat realitas dari manusia:
apakah dia berjalan dgn 4 kaki seperti binatang, atau justru ia terbang layaknya seorang malaikat,
atau ia merayap bagaikan seekor ular, atau bahkan memakan lumpur seumpama cacing tanah!

Syair Jalaludin Rumi
 
Salah seorang sufi yang terkenal namanya sampai saat ini,syair syairnya sangat indah dan sampai
pada tujuannya. Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan, Saya mencintainya dan
Saya mengaguminya, Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap
orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi.
Dia adalah orang yang Saya cintai, dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna. Orang-
orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia
dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika kalian mempunyai cinta, kalian akan
memahaminya

Kearifan Cinta
CINTA yang dibangkitkan
oleh khayalan yang salah
dan tidak pada tempatnya
bisa saja menghantarkannya
pada keadaan ekstasi.
Namun kenikmatan itu,
jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya
kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang
Nafsu
Nafsumu itu ibu segala berhala
Berhala kebedaan ular sawa
Berhala keruhanian naga
Itu ibarat perumpamaannya
Mudah sekali memecah berhala
Kalau diketuk hancurlah ia
Walau batu walaupun bata
Walau ular walaupun naga
Tapi bukan mudah mengalahkan nafsu
Jika hendak tahu bentuk nafsu
Bacalah neraka dengan tujuh pintu
Dari nafsu keluar ma’siat setiap waktu.
mencintainya ini
sebagaimana kenikmatan lelaki
yang memeluk tugu batu
di dalam kegelapan sambil menangis dan meratap.
Meskipun dia merasa nikmat
kerana berfikir bahawa yang dipeluk adalah kekasihnya, tapi
jelas tidak senikmat
orang yang memeluk kekasih sebenarnya
kekasih yang hidup dan sedar.
Cinta
“Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan,
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya, Saya memilih
jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap
orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih
yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai, dia
begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.
Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang
tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan
mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika
kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.
Kekasih
Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih
dan mengetuk. Ada suara bertanya, “Siapa di sana?”
Dia menjawab, “Ini Aku.”
Sang suara berkata, “Tak ada ruang untuk Aku dan Kamu.”
Pintu tetap tertutup
Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali
dan mengetuk lagi. Suara dari dalam bertanya, “Siapa di sana?”
Dia berkata, “Inilah Engkau.”
Maka, sang pintu pun terbuka untuknya.
Mujahadah dan Makrifat
Makrifat itu pengenalan jiwa
Mengenal jiwa dan mengenal Tuhannya
Mengenal dengan sejelas jelasnya
Tidak kabur tapi jelas nyata
Mujahadah itu perjuangan dan usaha
Makrifat itu menuai hasilnya
Mujahadah itu dalam perjalanan
Makrifat itu matlamat tujuan
Makrifat itu pembuka rahsia
Makrifat itu sendiri rasa
Makrifat itu sagunya
Mujahadah itu memecah ruyungnya.
Saatnya Untuk Pulang
Malam larut, malam memulai hujan
inilah saatnya untuk kembali pulang.
Kita sudah cukup jauh mengembara
menjelajah rumah-rumah kosong.
Aku tahu: teramat menggoda untuk tinggal saja
dan bertemu orang-orang baru ini.
Aku tahu: bahkan lebih pantas
untuk menuntaskan malam di sini bersama mereka,
tapi aku hanya ingin kembali pulang.
Sudah kita lihat cukup destinasi indah
dengan isyarat dalam ucap mereka
Inilah Rumah Tuhan. Melihat
butir padi seperti perangai semut,
tanpa ingin memanennya. Biar tinggalkan saja
sapi menggembala sendiri dan kita pergi
ke sana: ke tempat semua orang sungguh menuju
ke sana: ke tempat kita leluasa melangkah telanjang.
Kau dan Aku
Bahagia saat kita duduk di pendapa, kau dan aku,
Dua sosok dua tubuh namun hanya satu jiwa, kau dan aku.
Harum semak dan nyanyi burung menebarkan kehidupan
Pada saat kita memasuki taman, kau dan aku.
Bintang-bintang yang beredar sengaja menatap kita lama-lama;
Bagai bulan kita bagikan cahaya terang bagi mereka.
Kau dan aku, yang tak terpisahkan lagi, menyatu dalam nikmat tertinggi,
Bebas dari cakap orang, kau dan aku.
Semua burung yang terbang di langit mengidap iri
Lantaran kita tertawa-tawa riang sekali, kau dan aku.
Sungguh ajaib, kau dan aku, yang duduk bersama di sudut rahasia,
Pada saat yang sama berada di Iraq dan Khorasan, kau dan aku.

Cinta
CINTA yang dibangkitkan
oleh khayalan yang salah
dan tidak pada tempatnya
bisa saja menghantarkannya
pada keadaan ekstasi.
Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai’
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau ‘Mati’
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan “mann” terakhir…
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum ‘Mati’,
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu ‘Hancurkan’lah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu…
Wahai mereka yang memiliki ketulusan…
Jika ingin terbuka ‘tirai’
Pilihlah ‘Kematian’ dan sobekkan ‘tirai’
Bukanlah karena ‘Kematian’ itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena ‘Kematian’ adalah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya…
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa…
Kau dan Aku
Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung, Kau dan Aku;
Dalam dua bentuk dan dua wajah — dengan satu jiwa,
Kau dan Aku.
Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian
Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.
Bintang-bintang Surga keluar memandang kita –
Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.
Kau dan Aku, dengan tiada ‘Kau’ atau ‘Aku’,
akan menjadi satu melalui rasa kita;
Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.
Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita –
Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.
Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini …
Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan –
Kau dan Aku.
Tindakan Dan Kata-Kata
Aku memberi orang-orang
apa yang mereka inginkan.
Aku membawakan sajak kerana mereka
menyukainya sebagai hiburan.
Di negaraku, orang tidak menyukai puisi.
Sudah lama aku mencari orang yang
menginginkan tindakan, tetapi
mereka semua ingin kata-kata.
Aku siap menunjukkan tindakan pada kalian;
tetapi tidak seorang pun akan menyikapinya.
Maka aku hadirkan padamu — kata-kata.
Ketidakpedulian yang bodoh
akhirnya membahayakan,
Bagaimanapun hatinya satu denganmu.
Menyatu Dalam Cinta
Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin
tinggi.
Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan
menurun.”
Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.”
Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri.
Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama
pisau bedah?”
“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.
“Lalu, apa yang kau takuti?”
“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”
“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yangn dibedah badanmu.”
“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku. Mereka yang berjiwa cerah tak akan
melihat perbedaan antara aku dan Layla.”
‘Mati’ sebelum Engkau Mati
Tafsiran Muutu Qabla anta Muutu : Rumi
(’Mati’ sebelum Engkau Mati)
Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai’
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau ‘Mati’
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan “mann” terakhir…
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum ‘Mati’,
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu ‘Hancurkan’lah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu…
Wahai mereka yang memiliki ketulusan…
Jika ingin terbuka ‘tirai’
Pilihlah ‘Kematian’ dan sobekkan ‘tirai’
Bukanlah karena ‘Kematian’ itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena ‘Kematian’ adalah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya…
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa…
Kembali Pada Tuhan
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.
Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
kerana Tuhan, dengan rahmatNya
akan tetap menerima mata wang palsumu!
Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.
Begitulah caranya!
Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!
Kerana Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu,
kerana Akulah jalan itu.”
Empat Lelaki Dan Penterjemah
Empat orang diberi sekeping wang.
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, “Aku akan membeli anggur.”
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, “Tidak, kerana aku ingin inab.”
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, “Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum.”
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, “Aku ingin stafil.”
Kerana mereka tidak tahu erti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang
sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.
Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, “Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan
kalian, hanya dengan sekeping wang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping
wang kalian akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu.”
Mereka pun tahu bahawa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan
benda yang sama, buah anggur.
Jalan i
Jalan sudah ditandai.
Jika menyimpang darinya,
kau akan binasa.
Jika mencuba mengganggu tanda-tanda jalan tersebut,
kau melakukan perbuatan syaitan.
Siapa Di Pintuku?
Katanya, “siapa di pintuku?”
Jawabku,”hamba-Mu yang lata,”
Katanya, “urusan apa yang kamu punya?”
Jawabku, ” ‘tuk mencumbu-Mu ya Rabb,”
Katanya,”berapa lama bakal kau kembara?”
Jawabku,”sampai Kau cegat daku,”
Katanya,”berapa lama kau didihkan di api?”
Jawabku, “sampai diriku murni,”
“Inilah sumpah cintaku
Demi Cinta semata
Kutinggalkan harta dan kuasa.”
Katanya, “kamu buktikan kasusmu
Tapi, kamu takpunya saksi,”
Kataku,”Tangisku, saksiku
wajah pasiku, saksiku,”
Katanya, saksimu takpunya sahsiah
matamu membasah ‘tuk dilihat.”
Jawabku,”atas kerahiman, adil-Mu
Mataku cerah dan tanpa salah,”
Katanya,”Apa yang kaucari?”
Jawabku, “Kamu! ‘tuk jadi rekan dampinganku,”
Katanya, “apa yang kamu mau dariku,”
Jawabku,”Kemuliaan, kemesraanmu,”
Katanya,”Siapa teman sekembaramu?”
Jawabku,”Ingatan kepada-Mu, O Sang Raja,”
Katanya, “Apa yang membuatmu ke mari?”
Jawabku,”Kelezatan anggur-Mu,”
Katanya, “Apa yang membuatmu puas?”
Jawabku, “Dampingan-Mu Sang Maharaja”
Katanya,”Apa yang kamu temui di sini?”
Jawabku, “Seratus keajaiban,”
Katanya,”Mengapa istana ditinggal porakperanda?”
Jawabku,”Mereka takutkan perampok,”
Katanya, “Siapa perampok itu?”
jawabku,” Seseorang yang lari dari-Mu,”
Katanya,”Tidak adakah keselamatan di situ?”
Jawabku,”Dengan hadirnya Cinta-Mu,”
Katanya,” Apa faedah yang kamu terima dari kehidupan?”
Jawabku,”Dengan jujur kepada diriku,”
Kini masa untuk menyepi.
Kalau kukatakan padamu tentang intisari sebenarnya
Kau bakal terbang, dirimu akan sirna
Dan tiada pintu, tiada bumbung dapat menarikmu kembali.
Bahagia Sejenak
Bahagia sejenak
kamu dan aku duduk di serambi
kita dua, tapi satu roh, kamu dan aku
kita rasa aliran air kehidupan di sini
kamu dan aku dengan keindahan taman
dan burungburung bernyanyi
bintangbintang menatap kita
dan kita menanyakan mereka
‘gimana mau menjadi bulan sabit kecil
kamu dan aku bukan diri, bakal menyatu
takberasingan, betapa spekulasi kamu dan aku.
tiong syorgawi bakal retakkan gula
waktu kita tertawa bersama, kamu dan aku
dalam satu bentuk di muka bumi ini
dan dalam bentuk lain di bumi manis
di kebebasan waktu yang tak tecatat
Tanpa Cinta, Segalanya Tak Bernilai
Jika engkau bukan seorang pencinta, maka jangan pandang hidupmu adalah hidup. Sebab tanpa
Cinta, segala perbuatan tidak akan dihitung pada Hari Perhitungan nanti. Setiap waktu yang
berlalu tanpa Cinta, akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.
Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga
hari. Mereka merupakan bintang-bintang di langit agama yang dikirim dari langit ke bumi.
Demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah dan betapa menderitanya Keterpisahan
denganNya.
Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan.
Lihatlah pepohonan ini ! Semuanya gembira bagaikan sekumpulan kebahagiaan. Tetapi wahai
bunga ungu, mengapakah engkau larut dalam kepedihan ? Sang lili berbisik pada kuncup :
“Matamu yang menguncup akan segera mekar. Sebab engkau telah merasakan bagaimana
Nikmatnya Kebaikan.”
Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati adalah melalui Kerendahan Hati. Hingga dia
akan sampai pada jawaban “YA” dalam pertanyaan : “Bukankah Aku ini Rabbmu ?”

“Kisah Keajaiban Cinta”


Kamu pipa air yang kering dan aku hujannya/kamu kota yang hancur dan aku arsiteknya/tanpa
khidmat padaku sang mentari suka cita/kamu takkan pernah mencicipi bahagia.

Apa Yang mesti Ku lakukan


Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? Aku tak mengenal didiku sendiri
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim
Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar,
Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal
Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin,
Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan.
Aku bukan dari dunia ini ataupun dari akhirat, bukan dari Syurga ataupun Neraka
Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan
Tempatku adalah Tanpa tempat, jejakku adalah tak berjejak
Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih
Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini esa
Esa yang kucari, Esa yang kutahu, Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil
Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin
Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu” dan “Ya man Hu”
Aku mabuk oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu
Aku tak berbuat apa pun kecuali mabuk gila-gilaan
Kalau sekali saja aku seminit tanpa kau,
Saat itu aku pasti menyesali hidupku
Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum,
Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa.
O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabok di dunia ini,
Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabuk dan gila-gilaan.

Nubuwah Cinta dari Rumi


Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan,
Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang,
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku mesti takut? Maut tak menyebabkanku berkurang!
Namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia,
Dan melambung bersama malaikat; dan bahkan setelah menjelma malaikat
aku harus mati lagi; segalanya kecuali Tuhan, akan lenyap sama sekali.
Apabila telah kukorbankan jiwa malaikat ini, Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami.
O,..biarlah diriku tak ada!
sebab ketiadaan menyanyikan nada-nada suci, “KepadaNya kita akan kembali.”
Rumi bernyanyi
Ngengat-ngengat, terbakar oleh cahaya obor di wajah Sang Kekasih, adalah pecinta-pecinta yang
berdiam di tempat suci.
Kalaupun kita dianggap gila atau mabuk, ini karena Pembawa Piala dan Sang Piala.
Karena mulutku telah mengunyah Kemanisan-Nya Dalam pandangan yang jelas kulihat Dia
berhadap-hadapan.
Warna Agama
“Chinese Art and Greek Art”
Rasul pernah berkata, “Ada orang-orang yang melihatku
di dalam cahaya yang sama seperti aku melihat mereka.
Kami adalah satu.
Walau tak terhubung oleh tali apapun,
walau tak menghafal buku dan kebiasaan,
kami meminum air kehidupan bersama-sama.”
Inilah sebuah kisah
tentang misteri yang tersimpan:
Sekelompok Tiongkok mengajak sekelompok Yunani
bertengkar tentang siapa dari mereka
adalah pelukis yang terhebat.
Lalu raja berkata, “Kita buktikan ini dengan debat.”
Tiongkok memulai perdebatan.
Tapi Yunani hanya diam, mereka tak suka perdebatan.
Tiongkok lalu meminta dua ruangan
untuk membuktikan kehebatan lukisan mereka,
dua ruang yang saling menghadap
terpisah hanya oleh tirai.
Tiongkok meminta pada raja
beberapa ratus warna lagi, dengan segala jenisnya.
Maka setiap pagi, mereka pergi
ke tempat penyimpanan pewarna kain
dan mengambil semua yang ada.
Yunani tidak menggunakan warna,
“warna bukanlah lukisan kami.”
Masuklah mereka ke ruangannya
lalu mulai membersihkan dan menggosok dindingnya.
Setiap hari, setiap saat, mereka membuat
dinding-dindingnya lebih bersih lagi,
seperti bersihnya langit yang terbuka.
Ada sebuah jalan yang membawa semua warna
menjadi ‘warna tak lagi ada’. Ketahuilah,
seindah-indahnya berbagai jenis warna
di awan dan langit, semua berasal dari
sempurnanya kesederhanaan matahari dan bulan.
Tiongkok telah selesai, dan mereka sangat bangga
tambur ditabuh dalam kesenangan
dengan selesainya lukisan agung mereka.
Waktu raja memasuki ruangan, terpana dia
karena keindahan warna dan seluk-beluknya.
Lalu Yunani menarik tirai yang memisahkan ruangan mereka.
Dan tampaklah bayangan lukisan Tiongkok dan semua pelukisnya
berkilauan terpantul pada dindingnya yang kini bagaikan cermin bening,
seakan mereka hidup di dalam dinding itu.
Bahkan lebih indah lagi, karena
tampaknya mereka selalu berubah warna.
Seni lukis Yunani itulah jalan sufi.
Jangan hanya mempelajarinya dari buku.
Mereka membuat cintanya bening, dan lebih bening.
Tanpa hasrat, tanpa amarah. Dalam kebeningan itu
mereka menerima dan memantulkan kembali
lukisan dari setiap potong waktu,
dari dunia ini, dari gemintang, dari tirai penghalang.
Mereka mengambil jalan itu ke dalam dirinya,
sebagaimana mereka melihat
melalui beningnya Cahaya
yang juga sedang melihat mereka semua.
dia bernyanyi
Reguklah dalam-dalam cinta duniawi,
agar bibirmu mampu mengecap
anggur cinta yang lebih suci.
Aku mendengar dan terpikat;
ruhku bergegas untuk merengkuh
dekapan penerimaan Cinta,
karena suara itu begitu manis.

Terang Benderang
Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan
Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta
Setiap orang yang jauh dari sumbernya
Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula
Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan
Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta
Setiap orang yang jauh dari sumbernya
Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula.
Mencinta adalah mencapai Tuhan
Takkan pernah lagi dada seorang Pencinta merasakan kesedihan
Takkan pernah lagi jubah seorang Pencinta tersentuh kematian
Takkan pernah lagi jazad seorang Pencinta ditemukan terkubur di tanah
Mencinta adalah mencapai Tuhan
jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. karena aku
tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang
hidup di hatiku.
Kenapa aku harus mencari?
Aku sama dengannya
Jiwanya berbicara kepadaku
Yang kucari adalah diriku sendiri!
“Wahai kegilaan yang membuai, Kasih !
Engkau Tabib semua penyakit kami !
Engkau penyembuh harga diri,
Engkau Plato dan Galen kami !
Aku adalah kehidupan dari yang kucintai
Apa yang dapat kulakukan hai orang-orang Muslim ?
Aku sendiri tidak tahu.
Aku bukan orang kristen, bukan orang Yahudi, bukan orang Magi, bukan orang Mosul,
Bukan dari Timur, bukan dari barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Bukan dari tambang Alama, bukan dari langit yang melingkar,
Bukan dari bumi, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Bukan dari singgasana, bukan dari tanah, dari eksistensi, dari ada,
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqsee,
Bukan dari kerajaan-kerajaan Irak dan Kurasan,
Bukan dari dunia ini atau yang berikutnya; dari syurga atau neraka,
Bukan dari Adam, Hawa, taman-taman syurgawi, atau firdausi,
Tempatku tanpa tempat, jejakku tanpa jejak,
Bukan raga atau jiwa; semua adalah kehidupan dari yang kucintai.
Lewat Cintalah semua yang pahit akan jadi manis,
Lewat cintalah semua yang tembaga akan jadi emas,
Lewat cintalah semua endapan akan jadi anggur murni,
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat,
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup,
Lewat cintalah Raja jadi budak.
Simbolisme Sufi
Pelukan dan ciuman adalah pesona-pesona cinta.
Tidur adalah kontemplasi,
Parfum adalah harapan untuk berkah Ilahi.
Penyembah berhala berarti manusia dengan keyakinan murni, bukan kaum kafir.
Anggur, yang dilarang oleh Nabi Muhammad kepada pengikutnya, digunakan sebagai sebuah
symbol-kata oleh kaum Sufi untuk menunjuk pengetahuan spiritual, dan
Penjual anggur berarti seorang pemandu spiritual.
Sebuah Kedai minum adalah tempat dimana anggur cinta Ilahi memabukkan para musafir.
Kemabukan berarti ekstase religius, Keriangan adalah kesenangan dalam cinta Sang Khaliq.
Keindahan berarti keagungan Sang Kekasih.
Rambut ikal dan Rambut berarti kemurnian yang menyelubungi wajah Kesatuan dari para
pecinta-Nya.
Pipi berarti esensi nama-nama dan sifat-sifat Ilahi. Bulu halus adalah dunia ruh-ruh suci yang
paling dekat dengan Ketuhanan. Tahi lalat pada pipi adalah titik Kesatuan yang tak bisa dibagi.
Obor adalah cahaya yang terpancar dalam hati oleh Sang Kekasih.
Lihat hanya Satu,
katakan hanya Satu,
kenal hanya Satu.
SEBERAPA JAUH ENGKAU DATANG!
Sesungguhnya, engkau adalah tanah liat. Dari bentukan mineral, kau menjadi sayur-sayuran.
Dari sayuran, kau menjadi binatang, dan dari binatang ke manusia. Selama periode ini, manusia
tidak tahu ke mana ia telah pergi, tetapi ia telah ditentukan menempuh perjalanan panjang. Dan
engkau harus pergi melintasi ratusan dunia yang berbeda.
JALAN
Jalan sudah ditandai.
Jika menyimpang darinya, kau akan binasa.
Jika mencoba mengganggu tanda-tanda jalan tersebut,
kau melakukan perbuatan setan.

EMPAT LAKI-LAKI DAN PENERJEMAH


Empat orang diberi sekeping uang.
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, “Aku akan membeli anggur.”
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, “Tidak, karena aku ingin inab.”
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, “Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum.”
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, “Aku ingin stafil.”
Karena mereka tidak tahu arti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang
sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.
Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, “Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan
kalian, hanya dengan sekeping uang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping
uang kalian akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu.”
Mereka pun tahu bahwa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan
benda yang sama, buah anggur.
AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU
Apa yang dapat aku lakukan, wahai ummat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,
bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, istrinya Adam,
taman Surgawi atau Firdaus;
Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku …
BURUNG HANTU DAN ELANG RAJA
Seekor elang kerajaan hinggap di dinding reruntuhan yang dihuni burung hantu. Burung-burung
hantu menakutkannya, si elang berkata, “Bagi kalian tempat ini mungkin tampak makmur, tetapi
tempatku ada di pergelangan tangan raja.” Beberapa burung hantu berteriak kepada temannya,
“Jangan percaya kepadanya! Ia menggunakan tipu muslihat untuk mencuri rumah kita.”

DIMENSI LAIN
Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan,
tetapi dalam jenis yang berbeda.
Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda.
Ini tampak nyata,
hanya untuk orang yang berbudi halus —
mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu.
MANFAAT PENGALAMAN
Kebenaran yang agung ada pada kita
Panas dan dingin, duka cita dan penderitaan,
Ketakutan dan kelemahan dari kekayaan dan raga
Bersama, supaya kepingan kita yang paling dalam
Menjadi nyata.

KESADARAN
Manusia mungkin berada dalam keadaan gembira, dan manusia lainnya berusaha untuk
menyadarkan. Itu memang usaha yang baik. Namun keadaan ini mungkin buruk baginya, dan
kesadaran mungkin baik baginya. Membangunkan orang yang tidur, baik atau buruk tergantung
siapa yang melakukannya. Jika si pembangun adalah orang yang memiliki pencapaian tinggi,
maka akan meningkatkan keadaan orang lain. Jika tidak, maka akan memburukkan kesadaran
orang lain.

DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN


Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.
Dia tidak di Salib.
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,
dan ke Kandahar Aku memandang.
Dia tidak di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Dengan tegas,
aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).
Di sana cuma ada tempat tinggal
(legenda) burung Anqa.
Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah.
Dia tidak ada di sana.
Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
Dia ada di luar jangkauan Avicenna …
Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
Dia tidak di tempat lain.

MEREKA YANG TAHU, TIDAK DAPAT BICARA


Kapan pun Rahasia Pemahaman diajarkan kepada semua orang
Bibir-Nya dijahit melawan pembicaraan tentang Kesadaran.
JOHA DAN KEMATIAN
Seorang anak laki-laki menangis dan berteriak di belakang jenazah ayahnya, ia berkata, “Ayah!
Mereka membawamu ke tempat di mana tidak ada pelindung lantai. Di sana tidak ada cahaya,
tidak ada makanan; tidak ada pintu maupun bantuan tetangga…”
Joha, diperingatkan karena penjelasan tampaknya mencukupi, berteriak kepada ayahnya sendiri:
“Orangtua yang dihormati oleh Allah, mereka diambil ke rumah kami!”

KECERDASAN DAN PEMAHAMAN SEJATI


Kecerdasan adalah bayangan dari Kebenaran obyektif
Bagaimana bayangan dapat bersaing dengan cahaya matahari?

REALITAS SEJATI
Di sini, tidak ada bukti akademis di dunia;
Karena tersembunyi, dan tersembunyi, dan tersembunyi.

JIWA MANUSIA
Pergilah lebih tinggi — Lihatlah Jiwa Manusia!

PELEPASAN MENIMBULKAN PEMAHAMAN


Wahai Hati! Sampai dalam penjara muslihat,
kau dapat melihat perbedaan antara Ini dan Itu,
Karena pelepasan seketika dari Sumber Tirani;
bertahan di luar
DUA ALANG-ALANG
Dua alang-alang minum dari satu sungai.
Satunya palsu, lainnya tebu.

AKAN JADI APA DIRIKU?


Aku terus dan terus tumbuh seperti rumput;
Aku telah alami tujuhratus dan tujuhpuluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran Aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian?
Kelak aku akan mati
Membawa sayap dan bulu seperti malaikat:
Kemudian melambung lebih tinggi dari malaikat —
Apa yang tidak dapat kau bayangkan.
Aku akan menjadi itu.
RASUL
Rasul adalah mabuk tanpa anggur:
Rasul adalah kenyang tanpa makanan.
Rasul adalah terpesona, takjub:
Rasul adalah tidak makan maupun tidur
Rasul adalah raja di balik jubah kasar:
Rasul adalah harta benda dalam reruntuhan.
Rasul adalah bukan dari angin dan bumi:
Rasul adalah bukan dari api dan air.
Rasul adalah laut tanpa pantai:
Rasul adalah hujan mutiara tanpa menalang.
Rasul adalah memiliki ratusan bulan dan langit:
Rasul adalah memiliki ratusan cahaya matahari.
Rasul adalah bijaksana melalui Kebenaran:
Rasul adalah bukan sarjana karena buku.
Rasul adalah melebihi keyakinan dan kesangsian:
Karena Rasul apakah ada ‘dosa’ atau ‘kebaikan’?
Rasul berangkat dari Ketiadaan:
Rasul telah tiba, benar-benar berangkat.
Rasul adalah, Tersembunyi, Wahai Syamsuddin!
Carilah, dan temukan – Rasul!
KEBENARAN
Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan:
“Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah
Tidak di bumi, langit atau singgasana.
Ini kepastian, wahai kekasih:
Aku tersembunyi di kaibu orang yang beriman.
Jika kau mencari aku, carilah di kalbu-kalbu ini.”

ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan akan Kebenaran lenyap dalam pengetahuan Sufi. Kapan manusia akan memahami
ucapan ini?
DEBU DI ATAS CERMIN
Hidup/jiwa seperti cermin bening; tubuh adalah debu di atasnya. Kecantikan kita tidak terasa,
karena kita berada di bawah debu.

KERJA
Kerja bukan seperti yang dipikirkan orang.
Bukan sekadar sesuatu yang
jika sedang berlangsung, kau
dapat melihatnya dari luar.
Seberapa lama kita, di Bumi-dunia,
seperti anak-anak
Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan?
Mari kita tinggalkan dunia
dan terbang ke surga,
Mari kita tinggalkan kekanak-kanakan
dan menuju ke kelompok Manusia.

RUMAH
Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemukan jalan
masuk, yang kesepuluh mestinya tidak mengatakan, “Ini sudah takdir Tuhan.”
Ia seharusnya mencari tahu apa kekurangannya.
BURUNG HANTU
Hanya burung bersuara merdu yang dikurung.
Burung hantu tidak dimasukkan sangkar

UPAYA
Ikat dua burung bersama.
Mereka tidak akan dapat terbang,
kendati mereka tahu memiliki empat sayap.
PENCARIAN
Carilah mutiara, saudaraku, di dalam tempurung;
Dan carilah keahlian diantara manusia di dunia.
TUGAS INI
Kau mempunyai tugas untuk dijalankan. Lakukan yang lainnya, lakukan sejumlah kegiatan,
isilah waktumu secara penuh, dan jika kau tidak menjalankan tugas ini, seluruh waktumu akan
sia-sia.

KOMUNITAS CINTA
Komunitas Cinta tersembunyi diantara orang banyak;
Seperti orang baik dikelilingi orang jahat.

SEBUAH BUKU
Tujuan sebuah buku mungkin sebagai petunjuk. Namun kau dapat juga menggunakannya sebagai
bantal; Kendati sasarannya adalah memberi pengetahuan, petunjuk, keuntungan.

Jalal Al-Din Rumi mengajak manusia ke kehidupan cinta seperti sajaknya yang berbunyi:

“Sungguh, cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis,


debu beralih emas,
keruh menjadi bening,
sakit menjadi sembuh,
penjara berubah telaga,
derita beralih nikmat,
dan kemarahan menjadi rahmat,
cinta mampu melunakkan besi,
menghancur leburkan baru karang,
membangkitkan yang mati,
dan membuat budak menjadi pemimpin”.


 Blog Stats
o 127,945 hits

 Kategori
o Ayat Tashawwuf (10)
o Biografi Sufi (1)
o Hadits Tashawwuf (8)
o Kajian Serambi Suluk (1)
o Kehidupan Tashawwuf di Zaman Modern (1)
o Kiprah & Perjuangan Sufi (4)
o Nasihat Al-Ghazali ra. (2)
o Nasihat An-Nifary ra. (1)
o Nasihat dari Imam Ali bin Abu Thalib kw. (1)
o Nasihat dari Maulana Rumi ra. (4)
o Nasihat dari Syeikh Ibnu Aththoillah (17)
o Nasihat dari Syeikh Muhyiddin Ibnu 'Arabi ra. (14)
o Nasihat Imam Ja'far Ash-Shadiq ra. (3)
o Nasihat Imam Khomeini (1)
o Nasihat Sufi (3)
o Renungan (39)
o Susastra (2)
o Tak Berkategori (1)
o Tashawwuf Dalam Kehidupan Sekarang (4)
o Tauhid (15)
o Unik Sufi (1)

 Top Posts
o Nasihat Imam Ja'far Ash-Shadiq ra. Tentang Ilmu
o Pilar Ma'rifat Menurut Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi ra.
o Pojok Ngaji Terjemah Al-Hikam karya Syaikh Ibnu Aththoillah Hikmah no 12
o Sang Penulis Kitab Al-Hikam, Syaikh Ibnu Aththoillah ra.
o Apa-apa yang Dibutuhkan Pejalan (Bagian V) - Muhyiiddiin Ibn 'Arabi
o Pojok Ngaji Terjemah Al-Hikam karya Syaikh Ibnu Aththoillah oleh Ustadz Salim Bahreisy
– Hikmah no 31
o Bersama Kami: Ajakan Para Auliya
o Apa-apa yang Dibutuhkan Pejalan (Bagian III) - Muhyiiddiin Ibn 'Arabi
o Apa-apa yang Dibutuhkan Pejalan (Bagian IV) - Muhyiiddiin Ibn 'Arabi
o Pojok Ngaji Terjemah Al-Hikam karya Syaikh Ibnu Aththoillah Hikmah no 15

 Arsip
o November 2012 (1)
o September 2012 (1)
o Agustus 2012 (1)
o Maret 2012 (2)
o Desember 2011 (2)
o November 2011 (6)
o Oktober 2011 (3)
o Agustus 2011 (5)
o Juni 2011 (1)
o Mei 2011 (1)
o April 2011 (6)
o Maret 2011 (4)
o Januari 2011 (1)
o Desember 2010 (1)
o November 2010 (1)
o September 2010 (3)
o Agustus 2010 (1)
o Juli 2010 (3)
o Juni 2010 (7)
o Mei 2010 (7)
o April 2010 (22)

 Search

 Email Subscription
Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by
email.

Bergabunglah dengan 26 pengikut lainnya.


 Al-Quran dan As-Sunah


o Al Hadits Online
o Al Hadits Web
o Al Quran Corpus
o Al Quran Online
o Al-Quran Digital
o Meraih Cahaya Al Quran

 Blogroll
o Belajar Bersyukur
o LIDWA PUSTAKA
o TRI BOEDI HERMAWAN
o WordPress.com

 Dunia Pesantren
o Pondok Modern Gontor

 Filsafat
o Amuli's Blog
o ANQA Publishing
o Blog Dimitri M
o Islamic College for Advanced Studies (ICAS) Paramadina University
o The Muhyiddin Ibn 'Araby Society

 Lembaga Peduli Zakat-Infaq-Shadaqah


o Dompet Dhuafa Republika
o Dompet Peduli Umat DT

 Muamalah
o Bisnis Kasab TBH

 Situs Lain-Lain
o Rekaman dan Download MP3 Al-Hikam by KH Imron Djamil

 Tashawwuf, 'Irfan, Dunia Sufi


o ANQA Publishing
o Beranda Suluk
o Biografi Para Sufi
o Blog Watung
o Kampoeng Sufi-nya Ust Ama Ridho
o Matsnawi Rumi (Terjemahan) by HS
o Nasihat Para Sufi
o Ngaji Al-Hikam
o Pesantren Majma' Al-Bahrain
o Pondok Pesantren Suryalaya
o Serambi Tashawwuf di Blogsome
o Serambi Tashawwuf di Blogspot
o Sufi News
o Suluk
o The Muhyiddin Ibn 'Araby Society
o The Nimatullah Sufi Order

 Wahdatul Ummat
o Aalul Bait Global Information Center
o Al Islam is My Identity
o Blog Wawan TBH
o Daftar Alamat Lembaga Islam
o Dewan Dakwa Islamiyah Indonesia
o EAST-LAM
o Gus Mus
o Hizbut Tahrir Indonesia
o ICC JAKARTA
o Indonesian Radio IRIB
o Islam Protes, Islam Proletar
o Lembaga Pengembangan Insan – LPI DD
o Majelis Rasulullah saw
o Majelis Ulama Indonesia
o Nahdliyin
o Pesantren Awliya Bandung
o Pondok Pesantren Suryalaya
o PP Muhammadiyah
o Yayasan Al-Jawad Bandung

Maulana Jalaluddin Rumi, Sebuah MahaKarya Allah SWT


Posted on 5 April 2010 by serambitashawwuf
Sahabats…
Salah satu cara untuk belajar mengenal dan tajub dengan Sang Pencipta adalah dengan
mengenali ciptaan-Nya yang sempurna.
Nah, dengan pertimbangan itulah kami posting tulisan tentang Kehidupan Maulana Jalaluddin
Rumi, figur yang menurut kami adalah salah satu contoh MahaKarya Allah SWT. Tulisan ini
kami copy dari blog:http://lifeat40.com/aboutlife.asp?vID=3, terimakasih buat Pengelola Blog
tersebut, semoga Allah balas dengan sebaik-baik balasan..amin. Mari kita cermati dan teladani…

Jalal Al-Din Muhammad Ar-Rumi dilahirkan pada 6 Rabi’ul Awwal tahun 604 Hijriyyah
(30 September 1207) di Balkh, salah satu wilayah Afganistan. Ayahnya bernama Muhammad
bergelar Baha’ Al-Din Walad, tokoh ulama dan guru besar di negerinya di masa itu. Menurut
catatan sejarah, Maulana Jalal Al-Din Rumi masih keturunan dari Sayyidina Abu Bakar As-
Shiddiq R.A dari pihak ayahnya dan Imam Ali bin Abu Thalib kwh dari pihak ibunya.

Pada tahun 630 Hijriyyah, Jalal Al-Din Rumi pergi ke negeri Syams untuk melanjutkan
pendidikan. Para guru di sekolahnya, bahkan para ulama di negeri itu secara jujur
mengakui kecerdasan dan kepandaian Jalal Al-Din. Disebabkan ia memiliki wawasan yang
luas, khususnya dalam bidang ilmu agama Islam.

Ia sempat juga bermukim di kota Damaskus, di sanalah ia berjumpa dengan beberapa tokoh
sufi salah satunya adalah Syeikh Muhyiddin Ibn ‘Arabi. Dari Damaskus, ia kembali lagi ke
kota Konya (Turki) dan aktif mengajar serta memberikan fatwa.

Sejak itu, Konya menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru
dunia. Di kota ini pula murid-murid Syeikh Ibn ‘Arabi bermukim, di antaranya Syeikh
Shadruddin Al-Qunawi. Maulana Jalal Al-Din Rumi memimpin madrasah yang memiliki
murid kurang lebih 4000 orang.

Pada Jumadil Akhir 642 Hijriyyah berjumpa dengan seorang sufi dari Tabriz, sebuah
daerah di wilayah Iran, yang bernama Muhamamd Ibn ‘Ali Ibn Malik Daad yang
kemudian di kenal dengan nama Syamsi Tabriz.
Semenjak perjumpaan itu, Maulana Jalal Al-Din Rumi berguru kepada Syamsi Tabriz karena
ketinggian ilmunya dan sikap hidupnya yang sangat kental sebagai seorang sufi. Gurunya
itulah kemudian banyak menunjukkan kepadanya berbagai kebenaran, bahkan ia mengatakan:
“dia-lah yang mempertebal keyakinan dan keimananku”.

Sepanjang hidupnya Jalal Al-Din Rumi tercatat sebagai pribadi yang rajin, tekun, alim
dan banyak beribadah. Dituturkan oleh salah seorang muridnya, bahwa Maulana kerap terlihat
tidur tanpa sehelai hamparan, kalau rasa kantuknya menyerang ia bisa lelap dalam keadaan
duduk. Jika waktu shalat hampir tiba, ia segera bergegas menghadap Kiblat, air mukanya
menjadi berubah dan tampak khusyu’, kemudian ia tenggelam dalam shalatnya, layaknya
sedang memadu kasih dengan Tuhan-nya. Maulana menggambarkan shalat yang khusyu’
bagaikan seorang yang tengah kasmaran dan hampir-hampir tidak ingat diri. Maulana
Jalal Al-Din Rumi dikenal pula seorang yang zuhud, dermawan, dan bersahaja.

Tiap kali ia menemukan kesulitan, ia mengatakan: “sekarang aku mencium aroma


ketundukan dan kepasrahan kepada Allah SWT”.

Dua buah karya besar Maulana Jalal Al-Din Rumi adalah Matsnawi: berupa kumpulan sajak,
puisi-puisi cinta kepada Tuhan Sang Kekasih; dan Fihi ma Fihi (inilah yang sebenarnya). Jalal
Al-Din Rumi wafat tanggal 5 Jumadil Akhir tahun 672 Hijriyyah.

Sajak-sajak dan karya-karyanya banyak diminati baik Muslim maupun Non-Muslim, bahkan
di negara-negara Barat. Dengan membaca sajak-sajaknya banyak dari pembacanya yang
semula picik beralih menjadi lapang dan siap menerima kebenaran.

Dengan mempelajarinya, akal yang semula tumpul berubah dengan ketajaman analisis.
Seorang yang memiliki persoalan ruwet, kemudian menjadi tenang.

Jalal Al-Din Rumi mengajak manusia ke kehidupan cinta seperti sajaknya yang berbunyi:

“Sungguh, cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis,


debu beralih emas,
keruh menjadi bening,
sakit menjadi sembuh,
penjara berubah telaga,
derita beralih nikmat,
dan kemarahan menjadi rahmat,
cinta mampu melunakkan besi,
menghancur leburkan baru karang,
membangkitkan yang mati,
dan membuat budak menjadi pemimpin”.

SEVEN ADVICE OF MEVLANA


1. In generosity and helping others be like a river
2. In compassion and grace be like sun
3. In concealing others faults be like night
4. In anger and fury be like dead
5. In modesty and humility be like earth
6. In tolerance be like a sea
7. Either exist as you are or be as you look

Sajak beliau tentang pentingnya menempuh jalan sufi sebaiknya memiliki Pembimbing:

Jangan masuki lembah ini tanpa pemandu; [1]


ikutilah ucapan sang Khalilullah Ibrahim a.s, “… Aku tidak suka
sesuatu yang tenggelam …” [2]

Bertolaklah dari dunia bayangan, raihlah matahari:


berpeganglah ke lengan baju Lelaki seperti Syamsi-Tabriz. [3]

Jika belum kau ketahui alamat pesta perkawinan seperti ini,


carilah Cahaya al-Haqq, Husamuddin. [4]

Ketika engkau tengah menempuh Jalan, dan tenggorokanmu


tercekik iri-dengki, ketahuilah, itu ciri iblis;
dia melanggar batas karena iri-dengki.

Karena iri-dengkinya, dia membenci Adam a.s; [5]


dan karena iri-dengki pula dia berperang melawan kebahagiaan. [6]

Di dalam Jalan, tiada lorong sempit yang lebih sulit


daripada hal ini; beruntunglah pejalan yang tidak membawa
iri-dengki sebagai teman.

Ketahuilah, ragamu adalah sarang iri-dengki;


para warga di dalamnya tercemari oleh iri-dengki.

Semula, raga ini Tuhan buat sangat murni, tapi


kemudian menjadi sarang iri-dengki.

Ayat-Nya, “… dan sucikanlah rumah-Ku …” [7]


adalah perintah untuk memurnikan diri;
karena hanya di dalam qalb yang tersucikan tersimpan
harta-karun Cahaya Ilahiah, itulah sejatinya Permata Bumi.

Jika tipu-daya dan iri-dengki kau tujukan kepada seseorang


yang tanpa iri-dengki, maka asap gelap naik menghitamkan qalb-mu.
Perlakukanlah dirimu bagaikan debu di kaki para Lelaki Ilahiah,
seraya engkau benamkan iri-dengkimu ke tanah.[]

(Rumi: Matsnavi, I no 428 – 436, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson)

Catatan puisi di atas (oleh Herman Soetomo):

[1] Jangan menempuh jalan pencarian tanpa bimbingan seorang Guru Sejati

[2] QS [6]: 76.

[3] “Matahari dari Tabriz,” pembimbing Mawlana Rumi ke Jalan pencarian Tuhan.

[4] Husamuddin, salah seorang murid kesayangan Mawlana Rumi,


bergelar “Zhiya ul-Haqq”. Diriwayatkan bahwa dialah yang mencatat
ujaran-ujaran Mawlana Rumi yang kemudian dikenal sebagai Matsnavi.

[5] QS [38]: 76, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah,” merupakan ucapan Azazil
yang menjadi sumber pertama iri-dengki; sejak itu dia terusir dan dikenal sebagai iblis.

[6] QS [38]: 82 – 83, “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka
semuanya,kecuali abdi-abdi-Mu yang al-Mukhlashiin”.

[7] QS [22]: 46.

Nasehat Rumi dengan menggambarkan tentang "Bebek Lautan"

Nasehat Rumi, Kamu adalah bebek lautan lepas yang dibesarkan bersama ayam kampung!
ibumu yang sebenarnya hidup di samudera, tapi pengasuhmu unggas daratan. Jiwamu yang
paling dalam mengarah ke lautan. Setiap gerakan darat yang kau buat, kau pelajari dari
pengasuhmu, ayam kampung. sudah datang saatnya kamu bergabung dengan bebek!
Pengasuhmu akan menakut-nakuti kamu dengan air garam, tapi jangan dengarkan dia!
Samudera adalah rumahmu, bukan kandang ayam yang bau. Kamu adalah raja, putera Adam,
yang dapat menempuh lautan dan daratan. Malaikat tidak berjalan di atas bumi, dan bintang
tidak berenang di samudera Ruhani.

Kamu adalah pria atau wanita. Kamu adalah keduanya. Kau berjalan tertatih-tatih, dan kamu
terbang melingkar berputar mengarungi angkasa. Kita adalah burung-burung air, duhai
anakku. Samudera mengenal bahasa kita dan mendengar kita dan menjawab kita.
Laut adalah Sulaiman kita. Melangkahlah ke dalamnya dan biarkan air , seperti Daud, membuat
cincin-cincin riak yang gemerlap. Lautan selalu di sekitar kita, tapi karena kesombongan dan
kealpaan kita, kadang-kadang kita sakit karena Dia. Gentar halilintar membuat orang dahaga
sakit kepala. Ia tidak tahu di balik halilintar ada mega hujan bahagia
(Matsnawi 2: 3766-3810).

Iwan Fals, dalam sebuah lagunya berjudul "Cemburu", yang sebagian liriknya adalah "Cemburu
pada samudera yang menampung segala". terdapat persamaan tentang keluasan samudera dalam
makna arti konotatif menurut Rumi dan Iwan Fals yang mengindikasikan pada yang berada
dalam diri setiap anak Adam.

Meskipun sungguh kecerobohan dalam menafsirkan apa yang Rumi nasehatkan, akan tetapi
tergugah hati ingin menganalisa dengan berlandaskan apa yang telah Iwan Fals tuturkan. Karena
dari latar belakang yang berbeda akan tetapi persamaan keduanya adalah mencoba mengartikan
tentang Samudera yang berada di dalam diri seseorang. Yang jika boleh saya sebutkan "Hati".
Mengapa?.

Rumi memang selalu menghadirkan penafsirkan yang sulit dengan rasionalitas terkadang. akan
tetapi secara intuitif manusia sejatinya memanglah memiliki kebesaran di dalam dirinya, bahkan
seluruh manusia. Kecuali yang masih berada di kandang ayam yang bau, artinya jika boleh saya
analisa dengan perbandingan lagu iwan fals yang berbunyi "tapi mengapa? begitu banyak yang
tak baik, hidupnya susah, terlunta-lunta jiwa dan raganya".

Sigmund Freud ketika menyimpulkan tentang Id, Ego, dan Super Ego mengatakan bahwa
manusia memiliki otonomi untuk berbuat yang menurut Id antara, dan ini berhubungan dengan
keinginan-keinginan rasionalitas. Sebagai mahluk yang tak pernah puas adalah pengejawantahan
dari Id yang disebut oleh Freud. 

sedangkan Ego, merupakan komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani
dengan realitas. Ego berkembang dari Id dan memastikan bahwa dorongan dari Id dapat
dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. fungsi Ego baik di pikiran sadar,
prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk
memuaskan keinginan Id dengan cara-cara realistis dan sosial yang sesuai. prinsip realitas
beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau
meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, memungkinkan prilaku, tetapi hanya dalam waktu
yang tepat dan tempat. Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak
terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata
yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer Id's.

Super Ego merupakan komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian. Aspek yang
menampung semua standart internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh. Hati nurani
mencakup informasi-informasi tentang hal yang dianggap buruk oleh orang tua dan masyarakat.
prilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman perasaan
bersalah dan penyesalan. Super ego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan
perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari Id dan
perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis karena pada prinsip-prinsip realistis.
super ego hadir dalam sadar, prasadar, dan tidak sadar.

Ketika seluruh komponen dikonversikan, maka wacana ini akan berada pada satu garis. atau
berbanding lurus dengan apa yang disebut "Samudera adalah rumahmu" menurut Rumi dan
"cemburu pada samudera yang menampung segala", menurut Iwan Fals. 

Rumi mengisyaratkan bahwa kita terlalu lama terbuai oleh alunan fatamorgana-fatamorgana,
sehingga lupa pada jalan pulang, meskipun Burung merpati tak pernah lupa jalan pulang. Id atau
keinginan yang selalu membisikkan tentang arti kepuasan tak pernah berhenti menyiksa batin.
sehingga terjadi kontradiksi yang meresahkan. padahal hati kita selalu meniti pada jalan
kebaikan "samudera mengenal bahasa kita, mendengar kita, dan menjawab kita". Laut adalah
Sulaiman kita. kekayaan yang ada di dalam diri di mana Tuhan bersemayam dalam
singgasananya di hati kita. Di balik halilintar itu adalah Syurga yang dipenuhi nikmat Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai