Anda di halaman 1dari 5

Jangan ada dengki di antara kita……

Ilmu adalah sesuatu yang suci dan dia tidak akan menetap kecuali pada hati
yang bersih, oleh karena itu sesuai dengan bersihnya hati sesorang sebegitu
pula ilmu itu akan masuk pada dirinya, para Salafus Sholeh amat sangat
mewanti-wanti para penuntut ilmu agar mereka membersihkan hatinya dari
segala macam penyakit-penyakit hati

Sahl bin abdullah mengatakan :


َ ََ‫َوََفََيهََشَيَءََ َمماَيَكََره‬,ََ‫حََرامََعَلَىَقَلَبََأَنََيَدَخَلَهََالنَ َور‬
‫للا‬
Tidak mungkin bagi sebuah hati untuk di masuki cahaya (ilmu), apabila di dalam
hati tersebut terdapat hal-hal yang di benci Allah

Maka sewajibnya bagi seluruh penutut ilmu untuk bermuhasabah serta


berjuang membersihkan hati nya dari kotoran-kotoran serta penyakit-penyakit
hati seperti ; hasad, sombong, ujub, berburuk sangka dan penyakit-penyakit hati
lainnya, yang sangat sering menjangkiti beberapa penutut ilmu, di antara
penyakit hati yang amat sering menjangkiti penutut ilmu ataupun para aktivis
dakwah dia adalah hasad.

Hasad adalah penghilang keberkahan ilmu, bahkan dia bisa menjadi penghalang
besar bagi seorang penuntut ilmu untuk meraih kesuksesan dalam menuntut
ilmu, para salafus sholih telah berulang kali memperingatkan umat ini akan
bahaya nya,
Bukankah Allah Azza wa Jalla telah mengajarkan nabi Muhammad dan umatnya
untuk berlindung dari bahaya penyakit ini, yakni penyakit hasad?!

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam surat Al-Falaq :

                 

         
1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."
1
begitu juga di dalam surat yang lain, ketika Allah Azza wa Jalla mencela kaum Yahudi, Allah
juga mencela sifat-sifat jelek mereka, di antara sifat kaum Yahudi yang Allah murkai
adalah sifat hasad,

Allah berfirman dalam rangka mencela sifat mereka :

              

    


“ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah
berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada
keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar”. (QS An-
Nisa’ : 54)
Walaupun demkian hati manusia terkadang memang lemah, sering lalai, sehingga
penyakit ini dapat menghampiri hati-hati kita, akan tetapi seseorang yang mulia, dia akan
berusaha untuk menghilangkan penyakit ini , sedangkan seseorang yang tercela, dia
senantiasa memelihara penyakit ini

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan :

‫َوََلَكَ مَنَالكََريََيَ َفيَهََوََاللَئَيَ َمَيَبَدَيَ َه‬,ََ‫مَاَخَلََجَسَدََمَنََحَسَد‬


“Tidak ada orang yang terbebas dari hasad, akan tetapi orang yang mulia dia akan
menyembunyikannya (menahannya) sedangkan orang yang tercela dia akan
menampakkan nya (mengikuti hasadnya)”

Bahkan dosa pertama yang terjadi di langit adalah dosa hasad, yakni ketika iblis
dengki terhadap Nabi Adam, begitu juga dosa pertama yang terjadi di atas muka bumi ini
juga lah dosa hasad ketika terjadi di antara dua anak cucu adam.
Kalaulah seseorang yang hasad mau merenungkan akan perbuatannya, maka
sesungguhnya dia akan mendapati bahwasanya dengan perbuatan hasadnya tersebut dia
seperti sedang mencela ataupun mengkritisi takdir Allah Azza wa Jalla, ketika orang lain
diberikan kelebihan nikmat daripada dirinya sendiri kemudian dia murka dan dengki
dengan kenikmatan tersebut,

Seorang penyair berkata :

‫يَعلَ ىَمَ َنَأَسَ أَتََالَدَب‬


َ ‫َألََقَلََلَ َمنََكَانََلََحَاسَدَاََََََََََأَتَدََر‬
‫أَسَأَتََ َعلَىَللاََفََفَ عَلَهََََََََََََلََنمكََلَ مََتَ َرضََمَ اَ َوهَ ب‬
2
Katakanlah kepada orang yang hasad terhadap diriku
Tahukah dirimu dengan siapa engkau telah durhaka ?
Engkau telah durhaka kepada Allah atas perbuatan-Nya
Karena engkau tidak ridho terhadap karunia –Nya

oleh karena itulah pentingnya bagi seorang penutut ilmu untuk mengantisipasi penyakit
ini serta segera berusaha semaksimal mungkin mengobati nya apabila dia terjangkiti
penyakit ini.
sebelum kita mengetahui metode pengobatan sebuah penyakit, maka terlebih
dahulu kita harus mengetahui indikasi-indikasi atau tanda-tanda seseorang terjangkiti
penyakit hasad ini, indikasi ini bisa terdapat secara keseluruhan di dalam diri seseorang
yang hasad atau hanya sebagiannya saja, tergantung dari kronis atapun ringannya
penyakit hasad bersarang di dalam hatinya.

Di antara tanda-tanda seseorang terjangkiti penyakit hasad adalah sebagai berikut :

1. Senang dengan kesalahan temannya yang di hasati,


2. Senang dengan ketidak-hadirannya,
3. Senang apabila orang lain mengolok-ngolok atau menjelekkannya,
4. Menjelekkan temannya apabila orang lain bertanya mengenainya,
5. Hatinya berat serta sempit ketika temannya lebih ditanyakan daripada dia atau
dimintai untuk berbicara di bandingkan dia,
6. Merendahkan faidah yang telah diberikan temannya,
7. Berusaha mengkritisi serta menyalahkan perkataan ataupun pendapat yang
dilontarkan temannya,
8. Tidak mau menisbahkan faidah ataupun keutamaan yang dia dapati dari temannya
itu.

Di antara cara mengobati penyakit hasad :

1. Mendoakan teman yang di hasati tersebut secara sembunyi-sembunyi,


2. Berusaha mencintainya serta bertanya mengenai keadaannya dan keluarganya,
3. Mengunjunginya serta menampakan keutamaan yang ada padanya kepada orang
lain,
4. Tidak ridho dan tidak senang ketika dia (orang yang di hasati) dighibahi, di olok-olok
ataupun direndahkan orang lain,
5. Lebih mengutamakan temannya tersebut di bandingkan pribadinya sendiri,
6. Meminta faedah ilmiah darinya serta meminta nasehat dari temannya tersebut.

3
Beberapa adab yang di contohkan para salafus sholih dalam rangka menghindari penyakit
hasad :

1. Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘anhu


Pada masa kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq ada seseorang yang bermimpi mengenai
umar bin khattab, dia melihat beberapa keutamaan dan kemulian umar bin khattab di
dalam mimpinya, sehingga orang tersebut ingin menyampaikan mimpi nya kepada umar,
dia pun pergi menemui umar namun di sisi umar ada Abu Bakar, akan tetapi orang
tersebut tetap menceritakan apa yang telah dia lihat di dalam mimpi nya mengenai
keutamaan umar kepada umar sedangkan abu bakar berada di sisi umar, setelah orang
tersebut selesai menceritakan mimpi nya, umar malah membentak dia dengan
mengatakan “ bangunlah, itu Cuma mimpi orang yang tidur” maka pergi lah orang
tersebut,
Setelah wafat nya abu bakar, dan di angkatnya umar bin khatab sebagai khalifah,
umar kembali mencari orang yang bermimpi tadi, dan meminta kepada nya untuk kembali
menceritakan mimpi mengenai umar yang telah dilihat nya, lantas orang tersebut heran
dan bingung, seraya bertanya kepada umar “mengapa dahulu engkau menolak
mendengar ceritaku?” maka umar menjawab “apakah engkau tidak malu menyebutkan
keutamaan diriku sedangkan Abu Bakar ada bersamaku?”
Umar tidak ridho orang lain memuji dirinya atau mengutamakan dirinya sedangkan
abu bakar ada bersamanya, padahal hal tersebut bukan lah salah satu bentuk dosa, akan
tetapi umar bersikap tawaddhu di hadapan abu bakar demi menjaga hatinya dan
hubungan mereka berdua.
Bahkan umar bin khatab dengan keutamaan dan kemuliannya beliau tidak pernah
segan mengambil ilmu atau belajar dari junior nya sendiri, umar bin khatab berulang kali
meminta fatwa kepada Ali bin abi thalib, bahkan umar bin khattab belajar kepada ibnu
Abbas serta meminta fatwa kepadanya dalam beberapa permasalahan, padahal ibnu
abbas seumuran dengan cucu nya
Umar bin khattab tidak pernah merasa bangga terhadap dirinya, tidak pula merasa
senior dan lebih utama di hadapan ilmu, serta beliau lebih mentawaddhukan dirinya agar
penyakit-penyakit hati tidak menghampirinya

2. Imam Ahmad bin hanbal


Imam Ahmad walaupun dengan berbagai kemulian dan keutamaan yang dia raih, serta
tingkatan ilmu yang beliau capai, imam di antara para imam umat ini, beliau senantiasa
memuliakan imam As-Syafi’i dan belajar kepada Imam As-Syafi’i walaupun di hadapan
khalayak ramai, walaupun di hadapan murid-murid nya, suatu ketika para murid-murid
imam Ahmad mengelilingi beliau, menanyakan berbagai macam permasalahan kepada
sang Imam, lalu lewat lah Imam As-Syafi’i dengan mengendarai bigal nya (peranakan
antara kuda dan keledai) ketika imam Ahmad melihat imam As-Syafi’i yang lewat seraya
itu juga beliau berdiri sembari mengejar imam As-Syafi’i yang sedang berada di atas bigal
nya, lalu imam Ahmad bersimpuh di bawah kaki imam Syafi’i yang masih berada di atas
bigal nya, imam Ahmad bertanya, meminta fatwa, serta pendapat Imam Syafi’i , setelah
itu beliau kembali duduk di majelis bersama murid murid nya, lantas salah satu murid
4
imam Ahmad pun merasa berat akan hal ini, dia berkata kepada imam Ahmad “wahai abu
abdillah, sampai kapan engkau mau seperti itu?” seakan-seakan sang murid
mempertanyakan mengapa engkau merendahkan diri di hadapan Syafi’i dan seolah-olah si
murid sedang merendahkan kedudukan imam Syafi’i di bandingkan dengan imam Ahmad,
akan tetapi Imam Ahmad menjawab dengan ucapan “jika engkau ingin menguasai ilmu
fiqh maka ikutilah buntut bigal” atau dalam bahasa lain seperti imam Ahmad
menganjurkan murid nya agar belajar kepada imam syafi’i
Pernah juga suatu ketika di dalam majelis imam Ahmad, imam Ahmad sering memuji
dan mendoakan imam Syafi’i lalu ada seseorang murid beliau menukil beberapa
perkataan ahlu ilmi yang seperti menjelek-jelekkan imam syafi’i lantas seketika itu juga
imam Ahmad menegur para murid nya dengan berkata :

ََ‫اَمنَحَهََللاََشَيَئًََاَمَنََالعَلَمََوََحََرَمهََقََرنَ َؤهََو‬ َ َ‫ال ََأ مَن‬


َ َ‫الرجَلََمَنَََأهَلََالعَلَمََإَذ‬ َ َ‫اَرحَكَمََللاََتَع‬
َ ‫اَعَلَمَو‬
‫أَشَكَالَهََحَسَدَوهََفََرَموهََبَاَلَيَسََفََي َهَوََبَئَسَتََالَصَلَةََفَ ََأهَلََالعَلَ َم‬

“Ketahuilah wahai para murid-muridku, semoga Allah merahmati kalian,


bahwasanya seorang ahli ilmu apabila Allah karuniakan kepadanya ilmu akan
tetapi beberapa teman-temannya atau orang-orang semasanya terhalangi
untuk memperolehnya (Ilmu) maka mereka akan hasad kepadanya, lalu mereka
akan menuduh ahli ilmu tersebut dengan hal-hal yang tidak dilakukan ahli ilmu
itu, hal demikian lah sejelek-jeleknya tabiat yang terjadi di antara para ulama”

Itulah sedikit gambaran mengenai para salaf yang senantiasa berjuang melawan
perasaan hasad, maka lebih pantas lagi bagi diri kita semua untuk memawas diri
agar penyakit-penyakit seperti ini tidak bersarang bahkan menggrogoti hati kita,
semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga kita semua dari penyakit-penyakit
hati serta kemaksiatan-kemaksiatan baik yang tampak maupun yang
tersembunyi.

Wallahu ta’ala a’la wa a’lam

Referensi :
Ta’zhimul ilmi karya Asy-Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi
Ma’alim fii thariq tholibil ilmi karya Asy-Syaikh Abdul Aziz As-Sadhan
Kitabul Ilmi karya Asy-Syaikh Sholeh Al-Utsaimin

Abu Abdillah Salman Tenri Handriadi, Lc


Jambi, 25 Ramadhan 1438
5

Anda mungkin juga menyukai