Anda di halaman 1dari 12

Gara-Gara Nafsu

"Tidak dikhawatirkan padamu manakala Jalan yang ada padamu begitu membingungkan.
Tetapi yang dikawatirkan manakala hawa nafsu mengalahkan dirimu.
Kenapa demikian? Menurut Syeikh Ahmad al-Hadhrawih ra, Kebenaran itu sudah jelas,
Jalan juga sudah lempang, dan pendakwah telah memperdengarkan, apalagi yang masih
membuat bingung, kecuali orang yang buta matahatinya?
Bahkan Abu Utsman menegaskan, Semua makhluk Allah sesungguhnya berada di maqom
syukur, namun mereka menduga bahwa dirinya ada di maqom sabar.
Mengapa? Sebenarnya cobaan itu merupakan nikmat dariNya, karena dengan cobaan itu sang
hamba kembali pada aturan kehambaannya, hingga ia mengenal siapa dirinya, dan dengan
demikian ia mengenal Tuhannya.
Betapa banyak orang yang memanipulasi kebenaran, agama, dan bahkan dunia hakikat untuk
kepentingan hawa nafsunya, atau bahkan ketika seseorang meraih derajat luhur malah
terjebak dalam ghurur (tipudaya) nafsunya.
Nafsu ingin selalu dipandang publik, dipuji orang, disanjung, dianut, diikuti, ditakuti, dan
dikagumi. Dan hasrat demikian semakin menjauhkan dirinya dari Allah, karena terdegradasi
dari derajat taqarrub kepada Allah Taala.
Maha Suci Allah yang menutupi rahasia keistemewaan (hambaNya) dengan tampilnya sifatsifat manusiawi. Dan Dia Jelas dengan agungnya sifat RububiyahNya di dalam manifestasi
sifat-sifat Ubudiyahnya (hamba).
Rahasia keistimewaan adalah marifat dan kewalian. Sedangkan sifat-sifat manusiawi itu
adalah wujud kehambaannya, berupa sifat fakir, hina, lemah, dan tak berdaya di hadapan
Allah Taala, sebagai wujud atas pandangannya terhadap Sifat Maha CukupNya, Maha
MuliaNya, Maha KuatNya dan Maha KuasaNya, yang tersembunyi dalam batin hamba.
Maka dengan munculnya sifat manusiawi itulah tertututp rahasia keistemewaannya, sehingga
sifat marifat dan kewaliannya tidak bisa terlihat, karena yang ada hanyalah Sifat Keagungan
Rububiyah yang memancar pada sifat-sifat kehambaan itu.
Karena itu, perwujudan keistimewaanya maujud dalam sifat Ubudiyah, dan perwujudan
hakikat ubudiyah adalah meninggalkan segala hal selain Allah Taala.

Rahasia Nafsu
"Syeikh Abu Nashr As-Sarraj"
Sahi bin Abdullah rahimahullah pernah ditanya tentang rahasia nafsu, maka ia
mengatakan, Nafsu adalah suatu rahasia, dimana rahasia tersebut tidak akan tampak pada
siapa pun

dari makhluk Allah kecuali hanya pada Firaun yang pernah mengatakan, Saya adalah Tuhan
kalian yang maha-tinggi. Rahasia nafsu memiliki tujuh lapis penghalang dari langit dan tujuh
lapis penghalang dari bumi. Ketika seorang hamba berusaha mengubur nafsunya ke dalam
lapisan-lapisan bumi, maka hatinya akan mulia membumbung tinggi ke lapisan-lapisan
langit. Dan jika Anda telah mengubur nafsu Anda di bawah lapisan bumi, maka dengan hati
Anda bisa sampai ke singgasana Arasy.
Cemburu (Ghirah)
Asy-Syibli rahimahullah pernah ditanya tentang kecemburuan (ghirah), maka ia
mengatakan, Bahwa cemburu itu ada dua jenis: cemburu manusiawi (basyariyyah) dan
cemburu Ketuhanan (Ilahiyah). Cemburu manusiawi adalah cemburu terhadap individu,
sedangkan cemburu Ilahiyyah adalah sikap cemburu terhadap waktu, dimana ia tidak ingin
menyia-nyiakannya untuk selain kepentingan Allah Swt.
Masalah
Fath bin Syakhraf rahimahullah berkata: Suatu ketika saya pernah bertanya kepada
Israfil, guru Dzun-Nun rahimahumallah, Wahai guru (syeikh), apakah rahasia-rahasia hati
(al-asrar) akan disiksa sebelum tergelincir (melakukan dosa)? Ia tidak menjawab selama
berhari-hari, kemudian setelah itu ia mengatakan, Hai Fath, jika kamu sudah berniat
sebelum berbuat, maka al-asrar akan disiksa sebelum tergelincir (melakukan dosa). Setelah
mengatakan demikian ia lalu menjerit dan masih sempat hidup selama tiga hari sebelum
akhirnya meninggal.
Abu Bakar Muhammad bin Musa al-Farghani yang dikenal dengan sebutan al-Wasithi pernah
ditanya tentang sifat hati. Maka ia mengatakan, Hati dibagi menjadi tiga kondisi: hati yang
diuji, hati yang tercabut dari akarnya dan hati yang terkoyak hancur, dimana awal-awal dari
kondisinya adalah roboh. Ini adalah orang yang mampu merealisasikan dengan permulaanpermulaannya, bahwa ia belum terwujud sebelum sesuatu yang disebutkan. Jika Anda hadir
maka Anda akan jatuh pada kehancuran yakni kematian, berarti hilang. Maka inilah awal dan
akhir Anda, agar Anda tidak mengatakan, Saya telah maju dan mundur. Dan tiga jenis hati
ini, lisan membisu tidak mampu berbicara.
Al-Jariri ditanya tentang apa yang dimaksud dengan bencana (bala). Maka ia mengatakan,
Bencana (bala) itu dibedakan menjadi tiga macam: Sebagai siksaan bagi orang-orang yang
ikhlas, sebagai penghapusan dosa bagi orang-orang terdepan dalam menjalankan kebaikan
(as-sabiqun) dan sebagai pembenaran atas ujian bagi anbiya dan ash-shadiqin.
Masalah tentang perbedaan antara al-hubb (cinta) dan al-wudd (kasih sayang). Al-hubb di
dalamnya terdapat unsur dekat dan jauh, sedangkan Al-wudd sama sekali tidak mengandung
unsur keterputusan, kejauhan ataupun kedekatan. Sesungguhnya orang yang menyaksikan alhubb adalah dengan haqul-yaqin, orang yang menyaksikan al-wudd adalah dengan ainulyaqin sedangkan orang yang menyaksikan ash-shiyanah (keterjagaan) adalah dengan
ilmulyaqin. Al-wudd adalah sambung (al-washl) tanpa kesinambungan (muwashalah). Sebab
al-washl adalah tetap, sedangkan al-muwashalah adalah menggunakan waktu.
Tangis
Abu Said al-Kharraz rahimahullah ditanya tentang tangis, lalu ia mengatakan, Tangis
itu ada tiga macam: Dari Allah (minalIah), kepada Allah (ilallah) dan pada Allah (alallah).
Sementara menangis yang dari Allah akan lama tersiksa kerinduannya bila disebutkan terlalu

lama waktu bertemu-Nya, menangis karena takut terputus dengan-Nya dan berpisah dari
imbalan yang dijanjikan-Nya, dan menangis karena gelisah bila ada kasih sayang dan
kejadian-kejadian yang mengakibatkannya tidak bisa sampai kepada-Nya.
Sedangkan menangis kepada Allah adalah rahasia hatinya berusaha memaksakan kerinduan
yang membara kepada-Nya dan menangis karena jiwanya terbang dengan kerinduan kepadaNya, menangis karena kehilangan akal untuk-Nya, menangis karena mengadukan keluh
kesah, menangis karena berhenti di depan-Nya, menangis karena lembutnya pengaduan
kepada-Nya, menangis karena berhenti di hamparan kerendahan untuk mencari kedekatan
dengan-Nya, menangis ketika bergegas apabila diduga lamban menuju kepada-Nya,
menangis karena takut terputus jalan sehingga tidak bisa sampai kepada-Nya, menangis
karena takut tidak bisa baik untuk bertemu dengan-Nya, dan menangis karena merasa malu.
dengan-Nya dengan mata apa ia memandang-Nya. Kemudian menangis pada-Nya adalah
menangis ketika diperlamban untuk bertemu dengan-Nya pada sebagian waktu yang ia
biasakan, dan menangis karena kesenangan di saat ia bisa sampai kepada-Nya, bila ia dipeluk
dengan kebaikan-Nya, sebagaimana seorang bayi yang masih menyusu ibunya, ketika itu ia
menangis. Maka dengan demikian tangisan memiliki delapan belas macam.
Yang Menyaksikan (Asy-Syahid)
Tatkala al-Junaid rahimahullah ditanya, Mengapa asy-Syahid (yang menyaksikan) itu
di sebut Syahid (menyaksikan)? Maka ia menjawab, Dzat Yang Maha Menyaksikan, al-Haq
Swt. adalah Yang menyaksikan hati nurani Anda dan rahasia-rahasia hati Anda, dimana Dia
senantiasa mengetahuinya, menyaksikan Keindahan-Nya yang ada pada makhluk dan hambahamba-Nya. Jika seseorang melihat-Nya, ia akan menyaksikan Ilmu-Nya dengan melihat
kepada-Nya. Sementara itu, seorang Sufi yang menyaksikan harus menempuh tingkatan
para murid, sehingga ia bisa menyaksikan umumnya kaum arif (al-arifin) dan memikul nama
orang yang menyaksikan yang hadir dalam kegaiban, dimana ia tidak merasa keberatan, tidak
letih dan tidak pernah lengah. Jika ia masih pernah lengah dan lupa sebagaimana seorang
murid, maka ia belum disebut orang yang sanggup menyaksikan (asy-syahid). Dan ketika
yang berlangsung adalah selain ketentuan ini dalam lahiriahnya maka itu tidak benar, dan ia
bukanlah cara yang ditempuh kaum Sufi.

Kesucian Bermuamalah dan Beribadah


Syekh Abu Nashr as-Sarraj mengatakan: Para guru Sufi (syeikh) tanah Haram pernah
berkumpul dengan Abu al-Husain Mi bin Hindun al-Qurasyi al-Farisi rahimahullah
kemudian mereka menanyakan tentang kesucian bermuamalah dan beribadah. Maka ia
menjawab, Sesungguhnya pada akal terdapat petunjuk (dilalah), dalam hikmah terdapat
isyarat dan dalam marifat terdapat kesaksian (syahadah). Maka akal memberikan petunjuk,
hikmah memberikan isyarat, dan marifat menyaksikan bahwa kejernihan ibadah tidak akan
dicapai kecuali melalui kejernihan marifat yang ada empat:

1. marifat (mengenal) Allah Swt.;


2. marifat tentang diri (nafsu);
3. marifat tentang kematian;
4. marifat tentang apa yang bakal terjadi setelah kematian, dari janji dan ancaman Allah Swt.
Maka orang yang mengenal Allah niscaya akan memenuhi hak-hak-Nya, orang yang

mengenal nafsunya ia akan bersiap-siap melawan dan berjuang menentangnya, orang yang
mengenal kematian akan bersiap siaga menghadapinya, orang yang mengerti ancaman Allah
akan menjauhi larangan-Nya dan mengerjakan perintah-Nya.
Sementara itu untuk menjaga hak-hak Allah ada tiga cara: Memelihara kesetiaan (al-wafa),
adab dan muruah. Adapun menjaga kesetiaan adalah dengan menauhidkan hati Anda akan
Kemahatunggalan (Infiradiyyah)-Nya, kukuh dan tetap untuk menyaksikan (musyahadah)
Kemaha-esaan (Wahdaniyyah)-Nya dengan Cahaya Azaliyyah-Nya dan hidup bersama-Nya.
Adapun menjaga adab adalah dengan menjaga rahasia-rahasia hati dan bersitan-bersitan luar,
menjaga waktu, menghindari sikap dengki dan permusuhan. Sedangkan menjaga muruah
ialah dengan tetap berdzikir, baik ucapan maupun perbuatan, menjaga lisan, mata, makanan
dan pakaian. Itu semua bisa dilakukan dengan adab. Sebab pangkal semua keabaikan di dunia
dan di akhirat adalah adab. Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada
kita.
Kedermawanan
Al-Rants al-Muhasibi rahimahullah berkata, Orang dermawan ialah orang yang tidak
pernah peduli kepada siapa pun yang ia beri. Sementara itu al-Junaid rahimahullah
mengatakan, Orang dermawan adalah orang yang tidak menjadikan Anda butuh kepada
suatu perantara.
Diposkan oleh Hamba Yang Faqir di 01.18

Nafsu Dikalahkan oleh Doa Yang Benar


Dikisahkan bahwa Abu Yazid al-Bisthami ra, berkata, Aku melihat kondisi ibadahku, lalu
aku lihat penuh dengan campur aduk. Lalu aku melihat nafsuku dan anatominya, ternyata
semuanya berhubungan dengan setiap cobaan. Aku pun melihat nafsu tidak pernah sunyi dari
syirik, sedangkan aku tahu Allah Taala tidak pernah menerima syirik.
Aku katakan pada nafsu, Wahai tempat segala keburukan! Sampai berapa kali engkau
dipanggil Allah Taala agar bertauhid padaNya, sedangkan dirimu tidak mau
memandangNya?
Lantas di hatiku ada kegelisahan hebat, karena gundahnya kemusyrikan itu. Lalu aku
berpegangan dan mempersiapkan tungku perapian untuk cetakan emas, lalu aku nyalakan
dengan api kebenaran, lalu kuletakkan di dalamnya ikatan agama, lalu aku tegakkan sandaran
Keesaan, kemudiaan aku pukul-pukul dengan pemukul perintah dan larangan, dan begitu
panjang penderitaanku, namun ketika aku memandangnya, kutemui nafsu itu tetap musyrik!.
Lalu kukatakan, Innaa Lillahi wa Innaa Ilaihi Rojiun. Sungguh nafsu tak pernah lekang
karena kegersangan yang keras, siapa tahu ia bisa hancur dengan kelembutan, kehalusan dan
keindahan. Lalu kumasukkan nafsu ke dalam kebun ingatan anugerah, kuletakkan
dihadapannya, dua aroma angin sepoi dari kelembutan dan kemuliaan, lalu kuhembuskan
hawa kasih sayang yang lembut, kebaikan dan kebajikan, begitu lama aku menderita
karenanya. Namun ketika aku teliti, kutemui nafsu itu tetap musyrik!.
Kukatakan padanya, Wahai tempat segala kejahatan dan bencana. Kamu tidak akan bisa
bagus karena panas yang keras, juga tidak bisa dijinakkan dengan kelembutan! Lalu

kukembalikan pada istana Ahadiyah, agar dihajar dengan batu Wahdaniyah, dan dicuci
dengan air bening Shomadaniyah, dan begitu terus menerus ia tercuci di sana dengan harapan
agar nafsu menjadi bersih dari syirik, begitu lama aku menderita, namun ketika aku
melihatnya lagi, ia tetap saja musyrik!.
Kukatakan, Innaa Lillaah! Siapa tahu memperbaiki nafsu itu dari sisi lain. Lalu kuletakkan
nafsu itu pada perempuan yang sedang sakit berdarah pada kelaminnya, terus menerus aku
memandangnya seperti kebingungan dan seperti terdesak. Aku melihat bencana di balik
peristiwa itu, sampai aku sendiri putus asa. Dan aku tahu, aku bakal tidak pernah sampai
tujuanku. Akhirnya aku cerai nafsu itu hingga talak tiga, dan aku tinggalkan. Jadilah aku
sendiri menuju Tuhanku dan aku memohon kepadanya: Ya Azizi, aku mohon padaMu,
yang tak tersisa pun permohonan itu selain kepadaMu, agar aku merdeka dari perbudakan
selain kepadaMu.
Maka, ketika Allah Taala mengetahui kebenaran doaku, dan putus asanya diriku dari
nafsuku, itulah awal terijabahnya doaku agar aku bisa melupakan nafsuku secara total.
Dunia & Orang Kafir
Diantara cita yang luhur antara lain apa yang dikatakan kepada abu Abdullah: Jika Allah
memberikan kepadamu dunia seisinya, apa yang anda lakukan?
Kalau bisa, akan aku jadikan satu suapan, kemudian aku timpakan pada mulut si kafir, pasti
akan aku lakukan! jawabnya.
Kenapa?
Karena Allah swt marah pada orang kafir dan pada dunia secara bersamaan. Lalu aku pun
berbuat demikian, agar menimpa pada masing-masing yang terkena amarah.
Lalu beliau mengisahkan kisah yang benar, bahwa seorang raja Hirah (nama sebuah kota)
mengutus untuk mengirimkan tujuh kantong berat berisi gandum. Ketika itu Syeikh sedang
berada di Hirah dengan para muridnya, lantas makanan disajikan oleh para pembantunya.
Syeikh Abu Abdullah berkata padanya, Kasihkan semuanya yang ada (tersisa) kepada
seluruh orang miskin.
Tidak mungkin, semua pintu tertutup, kata sang pembantu.
Kalau begitu bawa saja ke orang-orang Majusi yang jadi tetangga kita kata Syeikh.
Saya takut ancaman siksa Allah Taala karena meninggalkan perintahNya..
Toh kami akhirnya memberikan juga kepada kaum Majusi. Tiba-tiba dinihari mereka datang
dan bertanya, Apa hikmah pemberian anda pada kami, padahal kami berbeda dan kontra
dengan anda?
Dunia itu musuh Allah. Dan orang kafir juga musuh Allah. Seorang pecinta tak akan
mendekat pada kekasihnya, hingga kekasihnya menjauhi musuhnya.
Akhirnya mereka itu masuk Islam semuanya di hadapan Syeikh.
Tidak Ingin Selain Dia
Suatu hari sebagian para penempuh Jalan Sufi sedang berjalan di pelosok, tiba-tiba dirinya
berbicara untuk suatu hajat, ternyata ia sudah ditepi sumur. Lalu ia lembarkan bejana air ke
dalamnya untuk kepentingan minum. Namun ketika bejana keluar, sudah dipenuhi dengan
emas. Bejana itu pun ia lempar ke dalam sumur sembari berkata, Oh Tuhan Yang Maha
Agung, aku tidak ingin selain diriMu
Ammar al-Qurasy ra mengatakan, Suatu hari aku di pesolok desa, aku ingin memanggil
karena suatu kebutuhan mendesak. Kuambil sapu tangan dari guruku, lalu kusobek dua belah.
Aku pakai separo, dan aku basahi satu lagi. Yang terjadi malah muncul konflik dalam diriku
soal kebutuhanku. Tiba-tiba seluruh desa itu menjadi perak semua. Aku pun berlalu sembari
munajat, Ilahi, aku mohon perlindungan darimu atas kehendak selain padaMu

Imam Zainul Abidin Ali bin al-Hasan ra, mengatakan, Ketika aku berada di tempat Abu
Abdullah al-Husain as, kubaca sebagian kitab. Di tangannya ada sebilah belati. Kulihat ada
hurup yang salah, lalu kukatakan, Coba pisaumu, akan kugunakan membenarkan huruf ini.
Aku dapatkan pisau itu, dan ketika sudah selesai tugasku, kukembalikan.
Wahai Ali, jangan ulangi lagi seperti ini, anda akan terjatuh pada hinanya permintaan dan
rendahnya cita-cita.!
Burung Dan Ikan Hiu
Abu Yazid al-Bisthamy ditanya, Aku dengar anda berjalan di atas air dan terbang di atas
udara.
Orang beriman lebih memuliakan Allah Azza wa-Jalla ketimbang langit shaf tujuh. Apa
yang perlu dikagumi dari sekadar berjalan di air dan terbang di udara, seperti posisi burung
dan ikan hiu?.
Nabi Musa AS dan Trenggiling
Suatu saat Nabi Musa as melewati pantai sepanjang laut. Lalu ia bermunajat, Tuhanku, lelah
sekali kedua dengkulku, dan berat sekali punggungku. Oh Kekasihku, apa yang hendak kau
berlakukan padaku ini?
Allah pun mengutus binatang Trenggiling untuk menjawabnya.
Wahai anak Imran, apakah kau berharap pada Tuhanmu, dengan ibadahmu padanya?
Bukankah Allah telah memilihmu dan berbicara padamu, dan membuatmu dekat dan
bermunajat padaNya? Demi Yang menciptakanku dan Melihatku, sesungguhnya aku berada
di padang sahara ini sejak 360 tahun, selama itu aku bertasbih siang malam, sedikit pun aku
tidak berpaling dariNya. Dan sejak tiga hari lalu aku tidak makan. Bahkan setiap saat
gemreteglah tulang-tulangku karena Maha BesarNya.
Ujian Tawakkal
Abu Said Abul Khair ra menegaskan, Suatu hari aku menuju pelosok desa, rasa lapar benarbenar mencekam. Nafsuku meronta agar memohon kepada Allah Taala, lalu kukatakan, Itu
bukan perilaku orang yang tawakkal. Lalu nafsuku menuntutku agar bersabar. Namun ketika
aku berhasrat untuk kedua kalinya, ada bisikan lembut:
Adakah ia bodoh bahwa Kami lebih dekat?
Kami tak pernah menelantarkan siapa yang datang kepada Kami, Abu Said ingin memohon
sabar seakan Kami tak melihatnya dan tidak tahu.
Sebagian Syeikh Sufi mengatakan, Aku pernah melihat seorang pemuda di Masjidil Haram
sedang dalam kondisi menderita dan kelaparan, saya sangat kasihan padanya. Aku punya
seratus dinar dalam kantong, lalu kudekati dia. Hai sayang, ini buat kebutuhankebutuhanmu
Pemuda itu tidak menoleh sama sekali padaku, dan aku terus mendesaknya. Pemuda itu
berkata, Hai Syeikh, dinar ini sesuatu yang tidak bisa aku jual dengan syurga dan seisinya.
Syurga itu negeri keagungan, asal sumber keteguhan dan keabadian. Bagaimana aku
menjualnya dengan harga yang hina?
Makanan Syurgawi
Abu Bakr al-Wasithy ditanya, Apakah anda ingin makanan?
Ya, jawabnya.
Makanan apa?
Satu suapan dari dzikrullah, dengan kejernihan yaqin, dan di atas sajian marifat, dengan
tegukan air husnudzon dari wadah ridlo Allah Swt.

Hawa Nafsu
Huruf Nun dari kehinaan (hewan)
dari hawa yang tercuri
Menyerah kepada hawa nafsu
Jatuh dalam kehinaan
(Syair kaum sufi)
Kunci ibadat adalah tafakur, Tanda tercapainya tujuan adalah perlawanan terhadap hawa
nafsu dengan meninggalkan keinginan-keinginannya (Dzun Nun al Misry).
]Nafsu itu dengan sendirinya cenderung kepada perilaku yang jahat. Pada saat yang sama,
si hamba diperintahkan agar bersabar di dalam beradab. Jadi hawa nafsu berperilaku sesuai
dengan wataknya dengan cara menentang, dan si hamba menolak hawa nafsu dengan
perjuangannya melawan tuntutan-tuntutannya yang jahat. (Ibnu Atha)
Tidak ada ibadah bagi Allah selain yang lebih utama dari menentang hawa nafsu (Sahl bin
Abdullah)
Orang yang melewati malam harinya dengan cukup baik akan memperoleh balasan di siang
harinya, dan orang yang melewati siang harinya dengan cara yang baik akan memperoleh
balasan di malam harinya. Barang siapa tulus dalam menjauhi hawa nafsu akan terbebas dari
memberi nafsu makanan. Allah Swt. bersifat Maha Pemurah hingga tidak berkehendak untuk
menghukum hati yang menjauhi hawa nafsu. (Abu Sulaiman Ad Darani).
Hanya takut yang sangat atau kerinduan yang bergelora yang bisa memadamkan nafsu (Yusuf
bin Asbat).
Barangsiapa meninggalkan hawa nafsu tapi tidak menemukan pengganti dalam hatinya
adalah seorang pendusta dalam meninggalkan hawa nafsu itu sendiri (Al Khawwas).
Nafsu amarah yang terus-menerus mendorong pada kejahatan adalah penyeru kepada
kebinasaan, pembantu musuh, pengikut hawa nasfu , dan diharu biru dengan berbagai macam
kejahatan. (Al Junaid).
Ketahuilah bahwa pangkal setiap maksiat dan kelalaian adalah ridho dan mematuhi nafsu.
Sedangkan pangkal ketaatan dan kesadaran adalah menentangnya. (Ibnu Attailah As
Sakandari).
Janganlah tertipu nafsu dengan menyerahkan kalbu pada nafsu sehingga kalbu tersebut
mengikutinya dan membawamu kepada kebinasaan. Kalbu yang mengikuti nafsu tak ubahnya
seperti manusia yang menggantungkan diri pada orang yang tenggelam di lautan. Akhirnya,
keduanya sama-sama tenggelam. Sedangkan menyerahkan nafsu kepada kalbu seperti
manusia yang menyerahkan dirinya pada perenang mahir.
Dia-pun bisa berenang bersamanya hingga selamat sampai daratan. (Ibnu Attailah As
Sakandari).
Nafsu adalah musuh yang paling sulit ditaklukkan. Ia hampir selalu menang dalam
pertarungan. Jika tidak dikurung dengan iman, dia akan menjadi liar dan beringas. Hanya
nafsu yang mendapat kasih sayang Allah yang dapat dikendalikan. Karena itu waspadalah
engkau terhadap nafsu. Sungguh-sungguhlah dalam menghadapinya.

Kobarkanlah semangatmu agar tidak pernah kendur. Sesungguhnnya nafsu selalu punya cara
untuk berkilah agar dapat berkehendak bebas. Tidak ada musuh yang peling sengit
menyerangmu selain dari nafsumu sendiri. Ia tidak pernah menyerah dan tidak pernah mau
tunduk. Kalaupun terlihat tunduk, ia hanya pura-pura manut. Ia terus-menerus mecari celah
kelengahanmu. Berbagai kesempatan selalu digunakan oleh nafsumu untuk menjatuhkanmu.
(Al-Hakim Al-Turmudzi).
Ketika engkau sedang papa, nafsumu selalu menjanjikan kezuhudan. Namun ketika engkau
banyak harta, ia mendorongmu pada kerakusan. Ketika engkau belum berjaya, nafsumu
selalu menjanjikan kesyukuran. Namun ketika engkau berkuasa, ia mendorongmu pada
kekufuran. Ketika engkau tidak punya jabatan, nafsumu menjanjikan kewarakan. Namun
ketika engkau punya kedudukan, ia mendorongmu pada kegegabahan. Nafsu selalu
menjanjikan kesalehan kepadamu ketika dirimu tak punya apa-apa. Sedangkan, ketika engkau
banyak harta, ia selalu mendorongmu pada kemaksiatan. (Al-Muhasibi).
Pada zaman sekarang, sangat sedikit orang yang berbuat kebaikan dengan landasan sunnah.
Pada umumnya orang beramal atas dasar hawa nafsu. Mereka lebih suka beramal untuk
mendapat pujian. Baik dari Allah maupun dari manusia. Ketika meninggalkan dosa, mereka
takut ejekan manusia, bukan takut kepada Allah atau patuh menjalankan aturan-Nya. Karena
itu. Kita pantas mengistimewakan orang yang beramal dengan landasan sunnah. Mereka
mempunyai sifat yang unik, yaitu tidak marah ketika keburukannya diceritakan kepada orang
lain. (Muadz bin Jabal).
Hawa nafsumu adalah ibu segenap berhala:
Berhala benda ialah ular, berhala jiwa adalah naga.
Menghancurkan berhala itu mudah, namun menganggap mudah
Mengalahkan nafsu adalah tolol.
Anakku, jika bentuk nafsu ingin kaukenali, bacalah uraian tentang
Neraka dengan tujuh pintunya
Dari hawa nafsu setiap saat bermunculan tipu muslihat;
Dan dari setiap tipu muslihat seratus Firaun dan balatentaranya terjerumus. (Jalaludin Ar
Rumi).
Apabila dalam dirimu terdapat kecintaan kepada seseorang dan kebencian (al-wala` wal
bara`) terhadapnya, maka jadikan/timbanglah hal itu (al-wala` wal bara`) dengan Al-qur`an
dan As-Sunnah. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsumu, sehingga hal itu akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. (Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani).

Mengekang Nafsu
1. Perangilah hawa nafsu kalian, sebagaimana kalian memerangi musuh-musuh kalian
2. Sesuai dengan perjuangan jiwa seseorang dan penolakannya terhadap syahwatnya serta
penolakannya untuk mengikuti kesenangannya (yang diharamkan), dan penolakan atas apa
yang menjadikan mata berkeinginan memandangnya, maka di situlah terletak pahala dan
siksaan.
3. Orang yang bijak adalah yang dapat menguasai hawa nafsunya.
4. Janganlah sekali-kali engkau menuruti nafsumu, dan jadikanlah yang membantumu untuk

menghindar darinya adalah pengetahuanmu bahwasanya ia berupaya mengalihkan perhatian


akalmu, mengacaukan pendapatmu, mencemarkan kehormatanmu, memalingkan kebanyakan
urusanmu, dan memberatkanmu dengan akibat yang akan engkau tanggung di akhirat.
Sesungguhnya nafsu adalah permainan. Maka, jika datang permainan, menghilanglah
kesungguhan. Padahal, agama tidak akan pernah berdiri tegak dan dunia tidak akan menjadi
baik kecuali dengan kesungguhan.
5. Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang menuju kepada
kebatilan; dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang benar, engkau meninggalkannya
menuju kesalahan.
6. Kepada Allahlah kami berharap agar Dia memperbaiki apa yang rusak dari hati kami, dan
kepada-Nyalah kami memohon pertolongan untuk memberikan petunjuk pada jiwa kami.
Sebab, hati berada di tangan-Nya, Dia mengaturnya sesuai yang Dia kehendaki.
7. Orang yang baik adalah yang mampu mengatur nafsunya sesuai keinginannya dan
menolaknya dari segala keburukan, sedangkan orang yang jahat adalah yang tidak seperti itu.
8. Janganlah engkau menuruti nafsumu dan perempuan, dan kerjakanlah apa yang
menurutmu baik.
9. Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginannya.
Menentang nafsu

Allah SWT berfirman, Adapun orang-orang yang takut dengan kebesaran Tuhannya
dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah menjadi tempat
tinggalnya. (An-Naaziaat 40-41).
Diceritakan dari Jabir bin AbdiLlah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Saya
peringatkan umatku terhadap sesuatu yang saya takuti, yaitu mengikuti hawa nafsu
dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu akan menjauhkan diri dari
kebenaran sedangkan panjang angan-angan akan melupakan akhirat. Kemudian
katakanlah, sesungguhnya mencegah hawa nafsu adalah fondasi ibadah.
Salah seorang dari para guru sufi pernah ditanya tentang Islam maka beliau
menjawab, Menyembelih nafsu dengan pedang yang mampu mencegahnya. Oleh
karena itu katakanlah, orang yang memperlihatkan bekas (pengaruh) hawa nafsunya,
maka cahaya kelembutan akan sirna dari hatinya.
Menurut Dzunun Al Mishri, kunci ibadah adalah berfikir, tanda-tanda cobaan / ujian
adalah mencegah hawa dan nafsu, sedangkan mencegah keduanya harus meninggalkan
keinginan keduanya. Manurut Ibnu Atha Nafsu akan didaki di atas buruknya budi
pekerti, dan seorang hamba diperintah agar terus menerus berbudi pekerti yang baik.
Oleh karena itu nafsu akan berjalan di medan penentangan kebaikan karena
kelobaannya dan seorang hamba akan menolak keburukan tuntutannya dengan
sungguh-sungguh. Barang siapa melepas tali kekangnya (yaitu hawa nafsu) maka ia
akan menjadi temannya dalam membuat kerusakan. Sedangkan menurut Al-Junaid,
nafsu amarah akan selalu memerintah berbuat jahat, mendorong pada perbuatan
merusak yang dipancing oleh musuh-musuh, mengiuti keinginan nafsu, dan penghiasan
diri dengan sifat-sifat buruk.
Abu Hafs mengatakan, Barang siapa yang tidak mempedulikan nafsunya sepanjang
masa, tidak mencegahnya dalam segala hal, dan tidak menariknya dari segala hal yang
dibenci, maka dia adalah orang yang tertipu. Barang siapa yang menganggap baik,

maka ia akan dirusak. Bagaimana mungkin orang yang berakal sehat rela terhadap
hawa nafsunya. Karim bin Karim bin Karim bin karim Yusuf bin yaqub bin Ibrahim
AL Khalil mengomentari dengan menggunakan firman Allah,Dan aku tiada
melepaskan hawanafsuku, karena sesungguhnya nafsu itu selalu mememrintahkan
kepada keburukan. (QS. Yusuf : 53)
Al-Junaid menceritakan bahwa pada suatu malam ia sedang terjaga dan mengambil
bunga warna merah. Dia belum pernah mendapatkan kenikmatan yang sekarang
sedang diprolehnya. Dia ingin tidur tetapi tidak bisa. Kemudian ia membuka pintu dan
keluar. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang terbungkus dalam selimut yang terbuang di
tengah jalan. Ketika mengetahuinya, laki-laki itu mengangkat kepalanya kemudian
berteriak memanggil, Wahai Abu Qasim datanglah kepada saya sejenak.
Wahai tuan, tanpa ada perjanjian .
Tentu saya bertanya tentang penggerak hati yang hatimu ingin bergerak (datang)
kepadaku.
Itu telah terjadi, lantas apa kepentinganmu ?
Kapan penyakit nafsu menjadi obat ?
Apabila engkau mampu mencegah keinginan nafsumu, maka penyakitnya menjadi
obat.
Setelah itu ia menghadapkan dirinya pada nafsunya. Dia mencoba berkonsentrasi
sebelum akhirnya mengatakan, Wahai nafsu, dengarkanlah ! Saya telah menjawabmu
dengan jawaban ini sebanyak tujuh kali, kemudian saya menolakmu kecuali engkau
mau mendengarkan jawaban dari Junaid. Saya telah mendengarkannya. Untuk itu
pergilah dariku . saya tidak mau tahu dan tidak mau memberimu posisi.
Menurut Abu Bakar At-Thamatsani, kenikmatan yang terbesar adalah kemampuan
diri untuk menghindar dari keinginan nafsu. Ia akan menjadi penghalang yang paling
kuat antara diri hamba dengan Allah. Menurut Sahal bin AbduLlah, orang yang tidak
dapat beribadah kepada Tuhan seperti orang yang tidak mampu mencegah nafsu dan
dorongannya. Ibnu Atha pernah ditanya tentang sesuatu yang paling mendekati
kemarahan Allah. Dia menjawab, memperhatikan nafsu dan hal ihwalnya. Lebih
hebat dari itu mengetahui tujuan dari aktivitasnya (nafsu).
Ibrahim Al-Khawas mengatakan, Saya berada di Gunung Lukam. Ketika itu saya
melihat sebuah delima. Saya sangat menginginkannya. Saya mendekat dan
mengambilnya sebuah. Saya belah dan saya makan, tetapi rasanya masam. Kemudian
saya berlalu dan meninggalkan delima itu. Setelah itu saya melihat seorang laki-laki
terlempar dengan membawa rebana. Saya mengucapkan salam kepadanya, kemudian
dia menjawab, Waalaikum salam yaa Ibrahim.
Bagaimana engkau mengetahui namaku ?
Orang yang oleh Allah telah diberikan pengetahuan marifat maka tidak ada
sedikitpun yang samar / tersembunyi baginya.
Saya selalu melihat keadaanmu selalu bersama Allah. Bagaimana seandainya saya
menanyakan penyakit yang melarang dan menjagamu agar terhindar dari beberapa
tuduhan .
Saya selalu melihat keadaanmu selalu bersama Allah. Bagaimana seandainya saya
menanyakan penyakit yang menjagamu agar terhindar dari keinginan terhadap buah
delima. Sesungguhnya sakit sengatan delima akan ditemukan oleh orang di akhirat.
Sedangkan sakit sengatan beberapa tuduhan akan ditemukan oleh orang di dunia.
Setelah itu saya (Ibrahim Al-Khawash) berlalu dan meninggalkannya.
Diriwayatkan dari Ibrahim bin Syaiban. Dia mengatakan, Saya tidak pernah tidur di
bawah atap dan tidak pula di suatu tempat yang terkunci selama empat puluh tahun.

Beberapa waktu lalu perutku terasa kenyang dengan memakan kacang adas. Setelah
itu saya tidak pernah memakannya. Selang beberapa waktu saya tinggal di Syam.
Wadah yang berisi kacang adas berada di hadapanku dan saya ambil kemudian saya
makan. Setelah itu saya keluar. Saya melihat lampu-lampu bergantungan. Di alamnya
menyerupai bentuk model. Saya menduga hal itu adalah cuka. Seseorang bertanya
kepadaku, Apa yang kamu lihat di dalam bentuk model khamar ini ?. Saya
menjawab, Ini adalah bagian dari kewajibanku. Lantas saya masuk ke kedai keledai.
Saya menginginkan barang antik itu. Dia menduga bahwa keinginanku karena ada
perintah dari Raja. Ketika tahu, dia membawaku ke hadapan Ibnu Thulun. Dia
memberikan perintah agar memukulku dengan dua ratus kayu dan menjebloskan
diriku ke penjara selama satu masa. Suatu saat Abu AbdiLlah Al-Maghribi, guruku
berkunjung ke kota itu dan menolongku. Ketika ia memandangku, ia bertanya, Apa
yang engkau peroleh ? Saya menjawab, Kenyang memakan kacang adas dan
duaratus pukulan kayu. Dia mengatakan kepadaku, Engkau masih beruntung tidak
mendapatkan siksaan di akhirat.
Sariy mengatakan, Selama tigapuluh atau empatpuluh tahun nafsuku menuntut agar
memakan manisan pohon anggur tetapi asya tidak memakannya. Saya (Syaikh Abul
Qasim) telah mendengar Abul Abas All Baghdadi mengatakan, Saya telah mendengar
kakekku mengatakan, penyakit seorang hamba adalah rela terhadap nafsu dan yang
terkandung di dalamnya.
Isham bin Yusuf Al-Balkhi memberi sesuatu kepada Hatim AL-Asham. Dia lantas
menciumnya.
Mengapa barang itu kau cium ?
Jika saya mengambilnya, maka saya adalah hina dan ia (barang itu) adalah mulia.
Apabila saya tolak, maka saya adalah mulia dan ia adalah hina. Oleh karena itu
kemuliaannya akan sirnya di atas kemuliaanku, dan kehinaannya akan sirna di atas
kehinaanku.
Sebagian ulama perenah ditanya, Saya hendak melaksanakan ibadah haji sendirian.
Dia menjawab, Pertama hatimu harus kau sendirikan dari kelupaan, dirimu dari
permainan, mulutmu dari kesia-siaan, kemudian tempuhlah apa yang engkau
kehendaki. Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, Barang siapa yang berbuat baik
di waktu malam, maka ia akan dicukupi di waktu siang. Barang siapa yang berbuat
baik di waktu siang, maka dia akan dicukupi di waktu malam. Barang siapa
meninggalkan syahwat, maka ia akan dicukupi biaya hidupnya. Allah akan
memuliakan orang yang menyiksa hatinya dengan meninggalkan syahwat karena
mengharapkan pahala.
Allah Taalamenurunkan wahyu kepada Nabi Dawud AS, Wahai Dawud, peringatilah
teman-temanmu agar menghindarkan diri dari syahwat. Hati yang selalu berhubungan
dengan syahwat dalam memperoleh kesenangan dunia maka akal pikiraqnnya akan
terhalang.
Seorang laki-laki duduk di atas udara di tanya, Dengan apa engkau memperoleh ini ?
Saya meninggalkan keinginan dunia. Oleh karena itu udara tunduk kepadaku.
Dalam suatu riwayat diceritakan, seandainya ditampakkan kepada seorang mukmin
seribu syahwat, pasti dia akan mengeluarkannya dengan perasaan takut /khauf. Ada
yang mengatakan, Jika pemimpin engkau dudukkan dalam kekuasaan hawa nafsu,
maka dia akan membawamu kepada kelaliman. Yusuf bin Atsbat mengatakan, Tidak
ada yang mampu menghilangkan syahwat dari hait kecuali takut yang dibingungkan
dan rindu yang digoncangkan.
Ibrahim AL Khawas mengatakan, barang siapa yang meninggalkan syahwat, tetapi dia
tidak menemukan pengganti di dalam hati, maka dia adalah bohong. Jafar bin Nashr

mengatakan, Al-Junaid pernah memberikan satu dirham kepadaku dania


mengatakan, Belikanlah buah tin waziri untukku. Saya lantas membelikannya. Ketika
dia berbuka, ia mengambil satu dan meletakkannya ke dalam mulutnya, kemudian ia
memuntahkan seraya menangis. Bawalah buah tin ini. Apa yang dia perintahkan
maka saya laksanakan. Pada waktu ia mengatakan, Hatif memanggilku dan
mengatakan : Apakah engkau tidak malu terhadap syahwat yang telah engkau
tinggalkan, lantas engkau akan kembali kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai