Anda di halaman 1dari 3

Ya Allah Kenalkan Aku dengan Diriku ........

"Barang siapa yang mengenal dirinya, ia akan sibuk untuk memperbaiki diri
daripada sibuk mencari-cari aib dan kesalahan orang lain." (Ibnul Qayyim)

"Diantara ciri-ciri kebahagiaan dan kemenangan seorang hamba adalah bila


ilmu pengetahuannya bertambah, bertambah pula kerendahan hati dan
kasih sayangnya. Setiap bertambah amal-amal shalih yang dilakukan,
bertambah pula rasa takut dan kehati-hatiannya dalam menjalankan
perintah Allah. Semakin bertambah usianya, semakin berkuranglah ambisi-
ambisi keduaniaannya. Ketika bertambah hartanya, bertambah pula
kedermawanan dan pemberiannya kepada sesama. Jika bertambah tinggi
kemampuan dan kedudukannya, bertambahlah kedekatannya kepada
manusia dan semakin rendah hati kepada mereka. Sebaliknya, ciri-ciri
kecelakaan adalah ketika bertambah ilmu pengetahuannya semakin
bertambah kesombongannya. Setiap bertambah amalnya, kian bertambah
kebanggaannya pada diri sendiri dan penghinaannya pada orang lain.
Semakin bertambah kemampuan dan kedudukannya, semakin bertambah
pula kesombongannya." (Al Fawa-id, Imam Ibnul Qayyim)

Saudaraku,
Suasana apa yang terekam dalam jiwa kita saat membaca kalimat-kalimat
tersebut? Bilakah kita berada dalam daftar orang-orang yang berbahagia
dan menang? Atau, celaka? Semoga Allah Swt membimbing hati dan
langkah kita untuk tetap memiliki karakter orang-orang yang berbahagia
dan menang. Semoga Allah menjauhkan hati dan langkah kita dari karakter
orang-orang yang terpedaya oleh ilmu, amal dan kemampuannya. Amiin.

Saudaraku,
Salah satu pesan yang bisa kita petik dari petuah Ibnul qayyim
rahimahullah itu adalah kedalaman ilmunya tentang lintasan dan perasaan-
perasaan jiwa. Ibnul Qayyim rahimullah yang banyak berguru pada Imam
Ibnu Taimiyyah itu berhasil mengenali karakter jiwa kemanusiaannya,
sampai ia pun kemudian banyak mengeluarkan nasihat-nasihat yang
maknanya sangat dalam dan menyentuh tentang jiwa.

Saudaraku,
Mengenali diri memang penting. Rasulullah Saw. juga mengajarkan kita
untuk lebih banyak bercermin dan mengevaluasi diri sendiri ketimbang
bercermin dan mengevaluasi orang lain. Orang yang sibuk oleh aib dan
kekurangannya, kata Rasulullah lebih beruntung ketimbang orang yang
sibuk memperhatikan kekurangan orang lain.
Dan memang, manfaat menjalani nasihat Rasulullah ini adalah seperti
dikatan Ibnul Qayyim, "Barang siapa yang mengenal dirinya, ia akan sibuk
untuk memperbaiki diri daripada sibuk mencari-cari aib dan kesalahan
orang lain."

Saudaraku, genggam erat tali keimanan kalian.


Kenalilah diri. Pahami kebiasaannya. Rasakan setiap getaran-getarannya.
Lalu berhati-hati dan kontrollah kemauan dan kecenderungannya. Waspadai
kekurangannya dan manfaatkan kelebihannya. Berdoalah pada Allah agar
Ia menyingkapkan ilmu-Nya tentang diri. Sebagaimana senandung doa
yang dilantunkan Yusuf bin Asbath, murid Sofyan Ats Tsauri: Allahumma
arrifni nafsii, Ya Allah kenalkan aku dengan diriku..
Jiwa manusia banyak menyimpan rahasia. Misteri hati dan jiwa manusia
sulit dikenali dengan baik kecuali dengan bantuan Allah Swt kepada kita.
Karena itu ulama terkenal yang ahli dalam masalah kejiwaan Sahal bin
Abdillah mengatakan bahwa mengenali diri sendiri itu lebih sulit dan lebih
halus daripada mengenali musuh. Artinya, aib dan kekurangan yang
terselubung dalam diri, sangat sulit dideteksi, dan harus dibuka oleh Allah
agar seseorang dapat membersihkan diri dan jiwanya.
Jika seseorang telah berhasil mengenal dan mengerahui bagaimana kondisi
jiwanya, maka ia akan mudah mengontrol dan mengawasi keinginan-
keinginan buruknya. Ini yang dikatakan oleh ulama Makkah bernama
Wuhaib bin Ward, Sesungguhnya di antara kebaikan jiwaku adalah
pengetahuanku tentang keburukan jiwaku. Cukuplah seorang mukmin
memelihara dirinya dari keburukan bila ia mengetahui keburukan jiwanya
kemudian ia meluruskannya.
Sebagaimana juga perkataan Hasan Al Bashri. Seorang hamba masih
dalam keadaan baik selama ia menyadari dan mengetahui sesuatu yang
merusak amal-amalnya.

Saudaraku,
Semoga Allah mempererat genggaman tangan kita di jalan-Nya. Itulah
pentingnya mengenali diri. Sampai-sampai Umar bin Abdul Aziz yang
dijuluki khulafaur rasyidin kelima itu mengatakan, Aku mempunyai akal
yang aku takut Allah akan mengazabku karenanya. (Riyadun Nufus,
1/355). Umar bin Abdul Aziz banyak merenungi dirinya dan sangat
mengenal dirinya, sehingga muncullah perkataan luar biasa itu.
Bahkan, karena pengenalan diri yang mendalam itu, Fudhail bin Iyadh
radhiallahu anhu mengatakan, la yarifur riya ila mukhlish, riya tak
mungkin disadari, kecuali oleh orang yang ikhlas. Ya, orang yang
merasakan manisnya keikhlasan, pasti akan mengetahui pahitnya riya.
Sebaliknya, orang yang tidak pernah merasakan nikmatnya ikhlas, tak
mungkin bisa mengenali pahitnya riya. Begitulah. Manisnya manisnya ikhlas
dan pahitnya riya, hanya dirasakan oleh orang-orang yang terbiasa dan
mengenali getaran jiwa.

Saudaraku,
Apa yang dikatakan oleh Fudhail itu tadi pun bertolak karena kondisi dirinya
yang sangat mengenal jiwanya sendiri. Orang yang tidak mengenal dirinya,
bahkan mengingkari keburukan dirinya adalah orang yang tidak akan
mampu mengetahui apalagi mempengaruhi jiwa orang lain. Apalagi
meluruskan kebengkokannya, ia tidak akan bisa. Inilah materi yang
disebutkan oleh Al Kailani ketika ia mengatakan, Bila engkau mampu
meluruskan kekurangan yang ada pada dirimu, berarti engkau mampu
meluruskan kekurangan yang ada pada selain dirimu. Ia melanjutkan,
Kemampuanmu menghilangkan kemungkaran tergantung dengan
kekuatan imanmu memerangi kemungkaran dalam dirimu. Kelemahanmu
tinggal diam di dalam rumah dari merubah kemungkaran adalah karena
kelemahan imanmu dalam memerangi kemungkaran yang ada dalam
dirimu. Kekokohan dan kekuatan imanlah yang mengokohkan para ulama
saat mereka berhadapan dengan pasukan syaitan baik manusia dan jin.
(Al-Fathur Rabbani, 30)

Allahumma arrifnii nafsii Ya Allah, kenalkan aku pada diriku

Anda mungkin juga menyukai