Anda di halaman 1dari 30

MINHAJUL ARIFIN

Imam al-Ghozali
1 Minhajul Arifin

PENGANTAR RISALAH

Segala puji milik Allah, yang menerangi hati kaum Arif bi Allah dengan dzikir, menjadikan
lisan mereka melantunkan syukur, dan menggerakkan anggota tubuh mereka untuk
khidmad kepada-Nya. Mereka berayun bebas di taman kedekatan dan berteduh di aura
cintanya. Allah swt. mengingatkan mereka, lalu merekapun mengingat-Nya. Dia
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. Allah rela kepada mereka dan
merekapun rela kepada-Nya. Bekal mereka adalah bergantung kepada-Nya, keteraturan
urusan mereka adalah kepastian keyakinan, ilmu mereka adalah obat dosa, makrifah
mereka adalah penyembuh hati. Maka merekalah pelita hujjahNya dan kunci hazanah
hikmah-Nya. Imam mereka adalah bulan purnama dan panglimanya adalah
kecermelangan matahari, tuan dari seluruh manusia, Muhammad Ibn Abdullah Ibn Abd
Al-Muthalib. Dialah buah suci dari pohon yang diberkahi, berakar tauhid dan bercabang
takwa,

"Tidak di timur dan tidak di barat, hampir saja minyaknya menyala sekalipun tidak
disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah menunjukkan cahaya-Nya terhadap orang
yang Dia kehendaki, dan Allah memberikan perumpamaan kepada manusia, dan
sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nur: 35)

"Barangsiapa tidak diberi cahaya oleh Allah, maka tidak ada baginya cahaya". (QS. An-
Nur: 40)

Semoga Allah memberikan kepadanya shalawat dan kesejahteraan yang jejaknya


tampak di langit, cahayanya membumbug tinggi di surga abadi, serta kabar
beritanyatentang kehidupan para Nabimenggembirakan pengikutnya? Semoga pula
kesejahteraan dicurahkan kepada sanak Keluarganya yang suci, dan seluruh sahabatnya
yang disucikanya.
2 Minhajul Arifin

PETUAH UNTUK AL-MURIDIN (PARA PENCARI ALLAH)

Penjelasan ini berkisar pada tiga dasar: Al-Khauf (takut), Al-Raja' (harapan) dan Al-Hub
(cinta). Al-Khauf adalah cabang ilmu, Al-Raja' cabang keyakinan, dan Al-Hub adalah
cabang makrifah. Dalil (bukti) Al-Khaufadalah Al-Harb (Jari), bukti AlRaja' adalah Al-
Thalab (permohonan) dan bukti Al-Hub adalah lebih mengutamakan sang kekasih.

Perumpamaan untuk ketiga-tiganya adalah Al-Haram, masjid dan Ka'bah. Barangsiapa


memasuki haram Al-Iradah (istilah Al-Haram di sini berarti lokasi, seperti istilah Al-Haram
Al-Jami' berarti kampus Universitas, pent.), maka dia aman dari makhluk. Barangsiapa
memasuki masjid, berarti anggota tubuhnya aman dari perbuatan maksiat kepada Allah.
Dan barangsiapa memasuki Ka'bah, maka hatinya akan aman dari kesibukan selain
mengingat (dizikir kepada)-Nya. Jika seseorang melihat pagi hari, pasti akan didahului
kegelapan malam dan berlanjut terangnya siang hari. Jika siang hari datang, dia akan
menyaksikan hilangnya malam, begitu juga jika malam hari tiba, hilanglah siang. Adalah
cahaya makrifah, yang jika cahayanya muncul, sirnalah kegelapan maksiat dari seluruh
anggota tubuh.

Jika seorang murid merasa rela terhadap kematian, maka dia harus bersyukur kepada
Allah, karena memperoleh taufik dan ishmah-Nya. Jika dia membenci kematian, maka
dia harus pindah kepada ‘azimah (keinginan) yang benar dan harus benar-benar
berupaya tidak membenci kematian. Sebab tidak ada tempat kembali kecuali kepada
Allah. Begitu juga, murid tidak akan sampai kepada-Nya kecuali dengan-Nya. Dia harus
menyesali kesalahannya akibat keliru dalam memilih jalan. Dia harus memohon bantuan
Allah dalam upaya membersihkan lahiriahnya dari dosa, dan dalam upaya menyucikan
kecacatan, Dia harus memotong tali kelalaian dari hatinya, dan memadamkan api
syahwat dari jiwanya. Dia harus istiqamah di atas jalan kebenaran dan berpegang pada
kejujuran. Siang adalah isyarat akan akhirat dalam malam (gelap) sebagaj lambang
dunianya, sementara tidur sebagai saksi kematiannya, Seseorang akan membawa
amalnya dan menyesali yang ditinggalkannya.
3 Minhajul Arifin

"Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakan dan apa yang
dilalaikan." (QS. Al-Qiyamah: 13)

FASAL I
HUKUM

Perubahan hati melewati empat hal: rafa' (meningkat), fath (terbuka), khafdh (turun) dan
wagf (berhenti). Rafa'nya hati dicapai dengan dzikir kepada Allah swt. Fath dengan rela
akan segala pemberian-Nya. Khafdh adalah apabila hati sibuk dengan selain Allah. Dan
waadf jika hati mengingat-Nya.

Tanpa rafa'-nya hati ada tiga, yaitu terciptanya keserasian, hilangnya perbedaan dan
munculnya rasa rindu yang berkesinambungan. Tanpa fathnya juga ada tiga, yakni:
tawakal, jujur dan yakin. Begitu juga dengan khafadh, ada tiga: ujub, riya’ dan kikir, yang
semuanya itu disebabkan sikap terlalu mementingkan keduniaan. Sementara tanda-
tanda waqf juga ada tiga, yaitu: hilangnya kenikmatan taat, tidak adanya kepahitan
maksiat, dan campurnya yang halal dengan yang haram.

FASAL II
AL-RI'AYAH (YANG PERLU MENDAPATKAN PERHATIAN)

Rasulullah saw. bersabda:

"Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim".

Dalam kaitannya dengan murid, ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu Al-Anfas (ilmu yang
berkenaan dengan keluar masuknya nafas). Nafas seorang murid harus menjadi
manifestasi syukur atau permohonan ampun. Jika amalnya diterima Allah, itu semata-
mata karena keutamaan-Nya, dan jika ditolak itu karena keadilan-Nya. Aktivitas taat pada
dasarnya taufik Allah, sedangkan diamnya adalah karena ishmah-Nya. Keduanya tidak
akan terjadi secara istiqamah kecuali adanya sikap ketergantungan dan kepasrahan diri
4 Minhajul Arifin

kepada-Nya. Adapun kuncinya adalah dengan mengingat mati, karena mengingatnya


dapat menimbulkan rasa merdeka dari rasa terbelenggu dan intimidasi musuh. Untuk itu,
harus dimunculkan anggapan bahwa usia yang kita miliki ini hanya "satu hari", dan itu
harus dimunculkan setiap waktu. Pemikiran seperti itu bisa dikonsentrasikan melalui
pengosongan, yang berpangkal pada zuhud. Zuhud sendiri adalah takwa yang pokok,
dasarnya adalah Al-Khauf (takut) kepada Allah, dan bersumber dari Al-Yagin (keyakinan).
Keyakinan sendiri bisa didapat melalui Al-Khalwat (menyepi untuk beribadah) dan lapar.
Adapun untuk kesempurnaan Al-Khalwat dan Al-Ju' (lapar) adalah dengan kesungguhan
dan jujur, dan bukti kejujuran seorang murid adalah ilmunya.

PASAL III
NIAT

Seorang hamba, baik gerak maupun diamnya harus disertai dengan niat. Rasulullah
bersabda:

"Sesungguhnya dalam seluruh perbuatan harus dengan niat dan bagi tiap-tiap pribadi
tergantung kepada masing-masing niatnya, dan niat seorang yang beriman lebih baik
dari amalnya".

Niat -sebagaimana imanbisa berjalan dengan grafik yang berbeda, tergantung


kondisinya, sehingga bisa jadi orang akan merasa letih dibuatnya. Bagi orang awam yang
perbuatannya tidak disertai kewaspadaan terhadap niat, akan terasa santai (datar-datar
saja). Tidak ada yang lebih sulit bagi seorang murid melebihi menjaga niat.

FASAL IV
DZIKIR

Jadikanlah hati Anda sebagai kiblat lisan, dan rasakan di saat dzikir Anda perasaan malu
menjadi hamba yang memandang kehebatan Ketuhanan. Allah mengetahui rahasia hati
dan gerak lahir jasad serta mendengar bisikan kata Anda. Cucilah hati Anda dengan rasa
5 Minhajul Arifin

sedih, dan nyalakan dengan api ketakutan. Jika hijab kelalaian telah tersingkir dari hati
Anda, maka dzikir kepada Allah akan muncul bersamaan dengan dzikir-Nya kepada
Anda. Firman Allah swt:

"Ingatlah, dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang." (QS. Al-Ra'd: 28)

Dzikir-Nya Allah kepada Anda bukan berarti Dia butuh Anda, justru Dzikir Anda kepada-
Nya yang karena butuh. Firman Allah:

"Dan sesungguhnya mengingat Allah itu adalah lebih besar." (QS. Al-Ankabut: 45)

Seorang hamba akan tenang hatinya jika di saat mengingat Allah disertai getaran, seperti
firman-Nya:

" Sesunguhnya orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang jika disebutkan
nama Allah, bergetarlah hati mereka." (QS. Al-Anfal: 2)

Dzikir sendiri ada dua: dzikir Al-Khalish dan dzikir Al-Shafi. Dzikir Al-Khalish adalah dzikir
yang dilakukan seorang hamba atas dasar kesesuaian hati untuk melenyapkan selain-
Nya. Sedangkan dzikir Al-Shafi adalah dzikir yang dilakukan dengan leburnya himmah
(interest) dalam dzikirnya. Rasulullah bersabda:

"Aku tidak dapat menghitung pujian-ku atas-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu
sendiri".

FASAL V
SYUKUR

Setiap hembusan nafas seorang hamba adalah hikmat Allah juga, dan nikmat itu selalu
"fresh" mengiringi desahnya. Untuk itu, seorang hamba wajib mensyukurinya. Syukur
yang paling rendah tingkatnya adalah menyadari bahwa nikmat itu berasa| dari Allah, rela
6 Minhajul Arifin

menerima serta tidak mengingkarinya. Adapun bentuk sempurnanya syukur adalah


pengakuan -dengan bahasa rahasiabahwa seluruh makhluk-Nya tidak akan mempu
mengucapkan rasa syukur atas nikmat -meski yang terkecilyang diberikan kepadanya,
meski melalui upaya yang relatif besar. Mengingat tumbuhnya taufik untuk mensyukurj
nikmat itu sendiri merupakan nikmat yang wajib disyukuri, maka setiap syukur wajib
disyukuri, begitu seterusnya, hingga tidak ada batas akhirnya. Apabila Allah mengasihi
seseorang, Dia akan memberikan kepadanya kemampuan mensyukurj nikmat-Nya,
merasa rela -berapapun kecilnya-, sebab dia yakin bahwa, sekecil apapun nikmat
pemberian-Nya, pada hakikatnya tidak dapat diimbangi rasa syukur hamba.

"Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi." (QS. Al. Isra'; 20)

FASAL VI
PAKAIAN

Pakaian, adalah nikmat Allah -bagi setiap hamba-Nyasebagai kulit pelindung dari segala
gangguan. Dan sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa, pakaian yang tidak membuat
seorang jauh dari Allah swt. Jika ia memakai baju, maka hendaknya ingat bahwa Allah
mencintai orang-orang yang menutup auratnya, sehingga tidak seorangpun mengetahui
cacat yang menghinakannya. Oleh sebab itu, seseorang hendaknya sibuk dengan
cacatnya sendiri, menutupi sambil menyucinya dengan penuh kepasrahan kepada-Nya.
Seseorang yang lupa dosanya tidak lain itu adalah hukuman, sebab dengan kelalaiannya
itu, dia akan mengulanginya lagi. Jika dia menyadari dosa yang pernah dilakukan,
hendaknya itu dia letakkan di depan kedua mata hatinya, dengan selalu menangisinya
karena malu kepada Tuhannya. Selama seseorang mengandalkan kekuatan dirinya, dia
akan terputus dari kekuatan Allah. Oleh karena itu, letakkan cita-cita Anda di antara
perasaan takut dan harapan.

"Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu sesuatu yang yakin (mati)". (QS. Al-
Hijr: 99)
7 Minhajul Arifin

FASAL VI
BANGUN TIDUR

Jika seseorang bangun dari tidurnya, hendaknya dia bangun pula hatinya dari kelalaian,
dan jiwanya dari kebodohan. Bangkit dengan totalitas diri menuju Dzat yang
menghidupkan, yang kepada-Nya orang harus mengembalikan jiwanya. Bangun dengan
pikiran -dalam segala gerak dan diamnya-, naik bersama hatinya ke alam malakut yang
tinggi. Tidak menjadikan hatinya mengikuti nafsunya yang cenderung menoleh ke bawah
(bumi), sementara hatinya tegak menghadap ke atas (langit). Firman Allah:

"Kepala-Nya ucapan-ucapan baik dalam amal salih itu naik". (QS. Fathir: 10)

FASAL VIII
SIWAK

Memakailah siwak (pembersih gigi dari kayu siwak), karena siwak mampu membersihkan
mulut dan mendatangkan ridha (rela) Tuhan, mensucikan lahir batinnya dari najis dan
keburukan, dan seluruh perbuatannya bebas dari kotoran riya’ serta ujub, menerangi
hatinya dengan dzikrullah dan meninggalkan segala bentuk amalan yang tidak
mendatangkan manfaat, apalagi yang membahayakan.

FASAL IX
BUANG AIR BESAR

Jika Anda sedang buang air besar, hendaknya Anda renungkan bahwa membuang najis
itu merupakan kebahagiaan. Kemudian beristinja' (bersuci) sambil meninggalkan
tingginya cita-cita, menutup pintu takabur, membuka lebar-lebar pintu penyesalan dan
duduk di atas lantai kekecewaan. Setelah itu berusahalah sekuat tenaga untuk
mementingkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, bersabar atas hukum-
hukumNya, mencuci keburukan dengan meninggalkan marah dan syahwat,
8 Minhajul Arifin

mengamakan ayat-ayat yang memberi harapan serta merenungi ayat-ayat yang


mengandung ancaman. Sebab Allah memuji kaum yang demikian:

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan amal


kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas dan mereka
adalah orang-orang yang khusyu'." (QS. Al-Anbiya': 90)

FASAL X
BERSUCI

Jika Anda sedang bersuci, lihatlah kejernihan, kelembutan, dan kemampuan air untuk
menyucikan dan membersihkan. Sesungguhnya Allah menjadikan air penuh keberkahan:

"Dan Kami turunkan air dari langit penuh keberkahan" (QS. Qaaf: 9)

Pergunakanlah air untuk anggota-anggota tubuh yang diperintah-Nya untuk disucikan.


Mensucikan diri karena Allah bak kesucian air itu sendiri. Bersihkan wajah hati Anda dari
pandangan selain-Nya. Basuhlah tangan dari hak orang lain dan usaplah kepala Anda
dari bangga selain-Nya. Lalu bersihkan kedua kaki Anda dari langkah selain-Nya dan
bersyukurlah kepada Allah yang telah mengilhamkan agama kepada Anda.

FASAL XI
KELUAR RUMAH

Jika Anda keluar ke masjid, hendaknya tahu bahwa dalam perjalanan itu terdapat hak-
hak Allah. Hak-hak-Nya yang wajib ditunaikan, di antaranya: ketenangan, keagungan dan
berpikir tentang makhluk-Nya (yang baik dan yang buruk), Allah berfirman:

"Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami berikan kepada manusia, dan tidak
akan memikirkannya kecuali orang. orang yang memiliki ilmu pengetahuan".
9 Minhajul Arifin

Tundukkan pandangan Anda dari tatapan kelalaian dan syahwat. Sebarkan salam dan
jawablah apabila disampaikan kepada Anda. Bantulah orang yang meminta bantuan
kebenaran, dan beramar ma'ruf nahi munkarlah jika ada kemampuan untuk itu. Lalu
berilah petunjuk bagi orangorang yang sesat.

FASAL XII
MASUK MASJID

Jika Anda telah sampai di depan pintu masjid, sadarlah bahwa Anda bermaksud
memasuki istana Raja Agung Sang Raja tidak akan menerima seseorang kecuali ia suci,
dan seseorang tidak akan naik menjumpai-Nya kecuali ikhlas. Maka dari itu, renungkan
siapa dan dari manakah buku catatan Anda akan keluar? Jika Anda sudah merasa siap
mengabdi kepadaNya, maka masuklah, Anda akan diberi izin dan jaminan keselamatan.
Apabila tidak, berhentilah sebab jalan akan tertutup bagi Anda. Kemudian ketika Allah
mengetahui bahwa hati Anda benar-benar telah kembali kepada-Nya, Dia akan
memberikan izin, dan saat itu juga Anda bukan lagi Anda. Sebab Allah tengah menerima
dan menjamu tamu-Nya serta akan memberi segala permintaan yang akan diajukan
kepada-Nya. Lalu bagaimana cara yang pantas untuk menghadap kepada-Nya?

Iftitah dalam masjid

Jika wajah Anda telah menghadap kiblat, hadapkan hati Anda kepada Al-Haq (Allah) dan
jangan menoleh kesana kemari, karena saat itu tidak lagi pantas berbuat demikian.
Ingatlah bahwa wuquf Anda saat itu seperti wuquf nanti di hadapan-Nya pada saat hari
kiamat; wuquf di atas "dua kaki harap dan cemas". Kosongkan hati Anda dari pandangan
(persoalan) dunia dan makhluk. Sampaikan cita-cita Anda kepada-Nya, karena Dia tidak
akan menolak permintaan atau permohonan seseorang. Jika Anda telah menyebut Allahu
Akbar, maka ketahuilah bahwa Dia tidak membutuhkan penghambaan makhluk-Nya. Dia
tidak membutuhkan orang yang mengingat-Nya, karena butuh merupakan sifat makhluk,
sedangkan Maha Kaya merupakan salah satu sifat Dzat-Nya. Mereka beribadah tidak
10 Minhajul Arifin

lain agar bisa dekat dengan-Nya, dekat kepada ampunan dan rahmat-Nya. Disisi lain
agar mereka jauh dari kemurkaan dan siksaNya. Allah azza wa jalla berfirman:

"Dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa day, mereka berhak dengan
kalimat takwa itu serta layak memilikinyg" (QS. Al-Fath: 26)

"Akan tetapi Allah menyukai iman bagimu dan Dia men. jadikannya sebagai hiasan di
dalam hatimu." (QS. Al-Hujarat: 7)

Hendaknya Anda bersyukur kepada-Nya, sebab Dia menjadikan Anda mampu berdiri
dihadapan-Nya, dan orang yang diberi hak untuk berdiri di hadapan-Nya adalah sepert;
yang difirmankan-Nya:

"Orang yang takwa dan orang yang memperoleh ampunan": (QS. Al-Muddatsir: 56)

Dengan demikian, dia menjadi orang yang dijaga akhlaknya oleh Allah swt., dan Dia
mengampuni siapa yang bertakwa kepada-Nya._ .

FASAL XIII
MEMBACA AL-QUR'AN

Allah swt. berfirman:

"Jika engkau membaca Al-Qur'an, maka mohonlah perlindungan dariNya dari godaan
setan yang terkutuk. Sesunggulinya setan tidak memiliki kekuatan terhadap orang-orang
yang beriman dan kepada Tuhannya mereka bertawakal". (QS. AnNahl: 99)

"Kekuasaan setan hanya sebatas kepada orang-orang yang berpaling dari-Nya". (QS.
An-Nahl: 100)
11 Minhajul Arifin

" Sesungguhnya siapa yang dipalingkan dariNya, maka Dia akan menyesatkannya." (QS.
Al-Hajj: 4)

Ingatlah terhadap janji dan ikatan Allah yang ada dalam wahyu dan tanzil-Nya (Al-
Qur'an). Dan lihatlah bagaimana Anda membaca kalam dan tulisan-Nya, kemudian
lantunkan dan renungkan bagaimana Anda menyikapi ayat-ayat yang berisi peringatan,
janji, pesan, nasihat, perintah dan laranganNya, bagaimana pula melihat ayat-ayat yang
muhkam (jelas dengan hukum yang pasti) dan mutasyabihat (memiliki makna ganda).
Sungguh kami mengkhawatirkan kelalaian Anda dari ketentuan-ketentuan yang ada di
dalamnya, dengan menyianyiakannya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

"Maka perkataan yang manakah setelah Al-Qur'an ini yang kalian semua yakini". (QS.
Al-A'raf: 185)

FASAL XIV
RUKU'

Ruku'lah seperti ruku'nya orang yang khusyu' di hadapan Allah swt. Ruku'lah dengan hati
dan tundukkan anggota tubuh Anda. Sempurnakan ruku' dan tinggalkan apa yang
menjadj pikiran Anda demi melaksanakan perintah-Nya. Sesungguhnya Anda tidak akan
mampu menunaikan ibadah fardhu kecuali dengan pertolongan-Nya, dan tidak akan
mencapai keridhaan. Nya kecuali dengan rahmat-Nya. Anda juga tidak akan mampy
menjauhi perbuatan maksiat kecuali dengan ishmah,. (penjagaan)-Nya, dan tidak akan
selamat dari siksa(Nya) kecuali dengan ampunan-Nya. Rasulullah bersabda:

" Seseorang tidak akan masuk surga karena amal perbuatannya." Mereka bertanya,
"Tidak juga Anda wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Tidak juga aku, kecuali Allah
mencurahkan rahmat-Nya kepadaku."

FASAL XV
SUJUD
12 Minhajul Arifin

Sujudlah kepada Allah sebagaimana sujudnya hamba yang tawadhu', yang tahu bahwa
dirinya terbuat dari tanah, injakan kaki seluruh makhluk.

Di samping itu, di mata setiap orang, seorang hamba harus menyadari bahwa dia
diciptakan dari setetes air mani yang hina. Jika dia mau berpikir tentang asal kejadian
dan struktur substansinya yang terbuat dari air dan tanah liat, niscaya akan timbul
perasaan untuk lebih tawadhu' kepada Allah. Dia akan berkata dalam hatinya, "Celakalah
engkau! Mengapa engkau angkat kepalamu dari sujudmu? Kenapa engkau tidak mati
dalam keadaan bersujud dihadapan-Nya? Bukankah Allah swt. menjadikan sujud
sebagai media untuk mendekatkan kepadaNya? Bukankah Allah telah berfirman:

"Sujud dan mendekatlah (kepadaku)." (QS. Al-'Alaq: 19)

Barangsiapa merasa dekat dengan-Nya dan jauh dari selainNya, jagalah sifat-sifat sujud
seperti yang tertera dalam ayat:

"Dari tanah Kami jadikan kalian semua dan kepadanya akan Kami kembalikan, dan
darinya akan kami keluarkan lagi." (QS. Thaha: 55)

Karena itu memohonlah pertolongan-Nya dalam berhubungan dengan yang lain, sebab
dalam sebuah hadits Nabi diriwayatkan, Allah swt. berfirman:

"Aku tidak melihat hati seorang hamba kemudian aku lihat dj dalamnya terdapat sebiji
sawi amal untuk taat kepadaKu, kecual; Aku bantu meluruskan dan mengaturnya"

FASAL XVI
TASYAHUD

Tasyahud adalah Al-Tsana' (pujian) dan syukur kepada. Nya dan merupakan tambahan
untuk keutamaan dan kemurahan-Nya. Lepaslah tuntutan dan jadilah Anda seorang
13 Minhajul Arifin

hamba dengan amal nyata sebagaimana ikrar lisan Anda, sebab Dia menciptakan Anda
sebagai hamba dan memerintahkan Anda untuk mengabdi kepada-Nya:

"Dan tidaklah layak bagi laki-laki yang beriman dan juga bagi wanita yang mukminah,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan ketentuan bagi mereka pilihan yang lain
mengenai urusan mereka". (QS. Al-Ahzab: 36)

"Dan Tuhanmu menciptakan segala yang Dia kehendaki dan memilihnya, dan mereka
sesungguhnya tidak punya hak untuk memilih sesuatu." (QS. Al-Qashash: 68)

Laksana ubudiyah (pengabdian) dengan penuh kerelaan berdasarkan ketentuan-Nya.


Bakukanlah ia dengan penuh ketundukan di bawah perintah-Nya. Kemudian ucapkan
salam kepada kekasih-Nya (Nabi Muhammad saw.) setelah memujiNya, karena ucapan
salam kepadanya merupakan wasilah untuk meraih kecintaan Allah kepada Anda. Begitu
pula taat kepadanya (Muhammad) merupakan wasilah untuk taat kepada-Nya. Allah
berfirman:

"Katakanlah (wahai Muhammad), jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya
Allah akan mencintai kalian semua." (QS. Ali Imran: 31)

"Barangsiapa yang taat kepada Rasul, dia sungguh taat kepada Allah." (QS. An-Nisa':
80)

"Sesungguhnya orang-orang yang mengadakan perjanjian denganmu, mereka juga


mengadakan perjanjian dengan Allah". (QS. Al-Fath: 10)

Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk memintakan ampun, sebagaimana firman-Nya:

"Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan mintalah
ampunan untuk dosamu dan untuk dosa lakilaki yang beriman dan wanita-wanita yang
beriman". (QS, Muhammad: 19)
14 Minhajul Arifin

Di samping itu, Allah memerintahkan Anda untuk menyampaikan shalawat dan salam
kepada Rasulullah saw., seperti yang difirmankan-Nya:

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya sama-sama mengirim salawat kepada Nabi,
wahai orang-orang yang beriman ucapkanlah shalawat kepadanya serta sampaikanlah
salam penuh kesejahteraan". (QS. Al-Ahzab: 56)

Rasulullah bersabda:

"Barangsiapa yang mengucapkan shalawat satu kali kepadaku, Allah akan mengucapkan
sepuluh shalawat kepadanya, dan Allah akan memperlakukannya dengan keutamaan-
Nya."

Firman Allah: "Dan Kami tinggikan namamu untukmu" (QS. Al-Insyirah: 4)

Kemudian Allah memerintahkan Rasulullah bersikap adil. Allah berfirman kepada orang-
orang mukmin:

"Apabila usai melaksanakan shalat, maka bertebaranlah kalian semua di atas bumi". (QS.
Al-Jumat: 10)

Tetapi Allah juga berfirman kepada Rasulullah saw.:

"Bila engkau telah selesai mengerjakan suatu pekerjaan, maka katakanlah urusan yang
lain dengan sungguh-sungguh. Dan kepada Tuhanmu berharaplah". (QS. Al-Insyirah: 7-
8)

FASAL XVII
SALAM
15 Minhajul Arifin

Al-Salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah swt. yang diberikan kepada
makhluk untuk dipakai maknanya dalam berhubungan dan bergaul dengan sesamanya.
Jika Anda ingin memperoleh keselamatan, ucapkanlah salam kepada teman Anda, dan
kasihanilah orang yang mengasihani diri sendiri, sebab makhluk selalu dalam ujian dan
cobaan. Adakalanya seseorang dicoba dengan nikmat untuk menampakkan syukurnya,
atau dicoba dengan penderitaan untuk memperhatikan kesabarannya. Dia berfirman:

"Adapun manusia jika Tuhannya mengujinya lalu dimuliakannya dan diberiNya nikmat,
dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku"., Sedangkan jika Tuhannya mengujinya
dengan membatasi rizkinya, dia berkata: "Tuhanku telah menghina aku". Sekali-kali tidak
demikian." (QS. Al-Fajr: 15-17)

Ketahuilah bahwa kemuliaan itu terletak pada ketaatan, dan kehinaan pada kemaksiatan.
Siapa saja yang mengikuti hawa nafsunya, Allah akan menghinakannya.

FASAL XVIII
DOA

Jagalah adab (sopan santun) berdoa, dan lihatlah kepada siapa Anda berdoa, bagaimana
dan untuk apa Anda berdoa serta mengapa Anda meminta. Diterima tidaknya suatu doa,
semua tergantung pada diri peminta; apabila Anda tidak memenuhi syarat-syarat untuk
diterimanya sebuah doa, niscaya doa Anda tidak akan diterima. Malik Ibn Dinar berkata,
"Kalian semua minta agar hujan menjadi reda, sedangkan aku minta agar batu
dilunakkan. Meski Allah tidak mewajibkan kita untuk berdoa, namun wajib bagi kita untuk
berdoa kepada-Nya. Sekalipun Dia tidak mengharuskan -atas DzatNyauntuk
mengabulkan doa kita, tetapi jika seorang berdoa dengan ikhlas dan memenuhi
persyaratan, Allah pasti akan menerimanya. Bagaimana tidak, toh Dia telah menjamin
akan memberikan sesuatu dengan syarat doa."

Allah berfirman:
16 Minhajul Arifin

"Katakanlah kepada orang-orang musyrik bahwa Tuhanku tidak mengindahkan kamu,


kecuali jika kamu berdoa (beribadah)" (QS. Al-Furqan: 77)

"Berdoalah kalian kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doa kalian". (QS. Al-Ghafir: 60)

Abu Yazid Al-Busthami pernah ditanya tentang nama Allah, yakni "Al-A'dham". Dia
menjawab, "Kosongkan hati Anda dari selain-Nya dan berdoalah kepada-Nya dengan
nama-Nya yang Anda sukai. Sedangkan Yahya Ibn Mu'adz berkata, "Mintalah kepada
yang memiliki nama (Allah)."

Rasulullah bersabda:

“Allah swt. tidak akan menerima doa hati yang lalat. Tetapi jika hati Anda ikhlas (bersih),
maka berbahagialah dengan satu di antara tiga perkara: (1) adakalanya Allah
menyegerakan yang Anda minta, (2) adakalanya Dia akan menyimpan doa itu untuk
perkara yang lebih besar dari yang Anda minta, (3) adakalanya doa yang Anda mintakan
itu menyingkirkan bala' (petaka) tertentu, yang seandainya itu ditimpakan kepada Anda,
niscaya Anda akan hancur. Berdoalah dengan doa yang sungguh-sungguh, dan jangan
Anda berdoa dengan sekedar bertutur kata"

Diriwayatkan, Rasulullah bersabda:

"Allah berfirman, "Barangsiapa sibuk dengan mengingat-Ku dalam urusan-Ku, niscaya


Aku akan memberinya sesuatu yang lebih utama dari yang aku berikan kepada para
peminta (lainnya)".

Abu Al-Hasan Al-Waraq bertutur, "Pernah aku berdoa kepada Allah, dan Dia
mengabulkan doaku, tapi kemudian aku lupa dengan apa yang aku minta tersebut.
Jagalah hak Allah atasmu dalam berdoa dan jangan sibuk dengan kemauan Anda sendiri,
sebab Allah lebih mengetahui apa yang menjadi kemaslahatan Anda."
17 Minhajul Arifin

FASAL XIX
PUASA

Jika Anda berpuasa, berniatlah untuk menjauhkan diri dari hawa nafsu. Karena puasa
adalah leburnya kehendak jiwa. Di dalamnya juga terdapat penyucian hati dan
ketenangan anggota tubuh, disamping peringatan untuk selalu berbuat baik kepada fakir
miskin. Di samping itu puasa juga mengajarkan agar manusia kembali kepada Tuhan-
Nya, dan bersyukur dengan apa yang telah diberikan kepadanya, berupa nikmat dan
keringanan hisab. Bagaimanapun taufik yang Allah berikan kepada Anda sampai
kemudian mampu melaksanakan puasa, itu lebih besar dari rasa syukur Anda.

Karenanya, janganlah menuntut balasan dari puasa Anda.

FASAL XX
ZAKAT

Setiap bagian dalam diri Anda ada kewajiban zakat untuk Allah. Zakat hati adalah tafakur
tentang keagungan, hikmah, kekuasaan, hujjah, nikmat dan rahmat Allah swt. Zakat mata
adalah pandangan penuh penuh perhatian terhadap semua pelajaran dan
menundukkanya dari pandangan (yang menimbulkan) syahwat. Zakat pendengaran
adalah dengan mendengarkan apa saja yang mendatangkan keberuntungan. Zakat lisan
dengan mengucapkan segala yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Zakat kedua
tangan dengan menahan perbuatan buruk dan siap melakukan perbuatan baik. Dan
zakat kedua kaki adalah berjalan menuju kepada segala yang mendatangkan kebaikan
hati dan keselamatan agama Anda.

FASAL XXI
HAJI

Bagi seorang murid yang bermaksud menunaikan haji, dia harus memperkuat niatnya -
takut hajinya mardud (ditolak)seperti orang yang tidak lagi ingin kembali, berbaikan
18 Minhajul Arifin

dengan teman seperjalanan, dan ketika memasuki ihram, dia mengosongkan diri, dan
membersihkan dosa-dosa serta mengenakan busana kesetiaan dan kejujuran. Dia
penuhi panggilan Tuhannya. Dan selama di tanah ihram, dia hindari perbuatan-perbuatan
yang dapat menjauhkannya dari tuhannya. Dia bertawaf dengan dengan hatinya di
sekitar "Kursi Kemulian-Nya". Dia bersihkan lahir batinnya saat berdiri di bukit Shafa. Dia
berlari dari kungkungan nafsu serta tidak berharap dari yang telah diharamkan Allah. Dia
mengakui dosanya ketika wuquf di Padang Arafah dan "bertaqarrub" (mendekatkan diri)
saat di Muzdalifah. Dia lemparkan jauh-jauh syahwatnya bersamaan dengan lemparan
jumrahnya. Dia sembelih hawa nafsunya serta mencukur dosa-dosanya. Dia berziarah
ke Baitullah dengan mengagungkan pemilik-Nya, lalu mencium Hajar Aswad sebagai
bukti kerelaannya terhadap ketentuan-Nya. Dan manakala tiba detik-detik thawaf Wada'
(perpisahan), dia tinggalkan selain Allah.

FASAL XXII
KESELAMATAN

Mintalah keselamatan kepada-Nya, meskipun belum tentu mendapatkannya. Lantas


bagaimana dengan orang yang berhadapan dengan marabahaya?! Di era sekarang ini,
nilai keselamatan sangat mahal dan amat sulit diperoleh, paling tidak ia (seperti) ada
dalam uzlah, dan uzlah tidaklah sulit dilakukan. Jika Anda tidak mampu mendapatkan
keselamatan dengan cara uzlah, sebaiknya diam, yang berbeda sekali dengan uzlah.
Apabila Anda tidak dapat bersikap diam, maka berbicaralah dengan pembicaraan yang
baik dan bermanfaat. Kalau Anda menginginkan keselamatan, janganlah menentang
arus dan jangan mencari-cari kesulitan, seperti; disaat orang mengatakan "Aku," maka
katakanlah "Engkau". Jika ada yang mengatakan "milikku," maka katakanlah, "itu
milikmu". Keselamatan terjadi apabila kebiasaan telah sirna, dan kebiasaan akan sirna
kalau kehendak telah hilang. Hilangnya kehendak ini bisa diwujudkan dengan
meninggalkan pretensi mengenai sesuatu yang telah ditentukan Allah:

"Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya". (QS. Az-Zaumar: 36)


19 Minhajul Arifin

"Dia (Allah) yang mengatur segala urusan dari langit sampai ke bumi". (QS. Al-Sajdah:
5)

FASAL XXIII
UZLAH

Orang yang beruzlah membutuhkan sepuluh hal: (1) ilmu tentang kebenaran dan
kebatinan, (2) zuhud, (3) memilih menderita, (4) menjalani khalwat, (5) keselamatan
dengan melihat akhir setiap perbuatan, (6) melihat orang lain lebih baik dari diri sendiri,
(7) beruzlah dari keburukan manusia, (8) tidak menyia-nyiakan waktu, harus diketahui,
sunyi dari amal saja sudah petaka, dan (9) tidak ujub dengan kebaikan yang
dilakukannya, dan (10) rumah sepi dari Al-Fudhul. Fudhul adalah kelebihan waktu, dan
ini hanya pantas bagi orang yang masih hidup dengan kehendaknya sendiri. Sementara
jika Anda menjadi ahli makrifah, Anda tidak akan kelebihan waktu, Seorang yang
beruzlah harus memboikot segala yang dapat memutuskan hubungannya dengan Allah
swt.

Rasulullah saw. bersabda kepada Khudzaifah Ibn AIYamani, "Jadilah tuan di rumahmu
sendiri!"

(Nabi) Isa Ibn Maryam berkata, "Cita-citamu adalah lisanmu. Rumahmu akan
membuatmu bahagia. Tempatmu dirimu pada tempat binatang buas yang
membahayakan dan di atas api yang membakar. Sesungguhnya manusia adalah daun
tanpa duri, kemudian berubah menjadi duri tanpa daun. Mereka adalah obat penyembuh
penyakit, tetapi akhirnya mereka menjadi penyakit yang tiada obatnya."

Pernah ditanyakan kepada Daud Al-Tha'i, "Mengapa Anda tidak bergaul dengan banyak
orang?" Dia menjawab, "Bagaimana aku akan bergaul dengan mereka yang mengikuti
keburukanku. Banyak orang besar yang tidak mengerti keadaan makhluk, dan sebaliknya
banyak orang kecil tidak menghormati yang besar. Barangsiapa selalu bersama Allah,
dia akan menganggap rendah selain-Nya". Sementara Al-Fadhil berkata, " Jika Anda
20 Minhajul Arifin

mampu menemukan tempat yang tidak Anda dan orang lain ketahui, maka lakukan
(uzlah)." Sulaiman berkata, "Keinginanku di dunia ini adalah selalu memakai jubah
bertambal dan tinggal di kampung yang tak seorang pun penduduk mengenalku, di
samping di desa itu tidak ada makanan untuk sarapan atau makan malam."

Rasulullah bersabda:

"Akan tiba suatu zaman, di saat itu orang yang memegang agamanya seperti memegang
bara api, baginya pahala sebanyak pahala lima puluh orang diantara kalian semua."

Dalam uzlah terdapat upaya menjaga anggota tubuh, mengosongkan hati dari keinginan,
menggugurkan hak-hak dirinya sebagai makhluk, menutup pintu keduniaan,
mematahkan senjata setan dan menempa lahir batinnya.

FASAL XXIV
IBADAH

Siapkan diri Anda untuk menunaikan kewajiban-kewajiban. Apabila telah berhasil


menunaikannya, maka itulah "Anda". Setelah itu jagalah amalan sunnah sebagai langkah
pemantapan kewajiban-kewajiban itu. Setiap kali ibadahmu bertambah, maka akan
bertambah pula rasa syukur dan takut Anda.

Yahya ibn Mu'adz berkata, "Aku sangat heran melihat orang yang menuntut keutamaan,
tapi meninggalkan kewajibankewajiban. Bagi pemilik hutang, nantinya akan dituntut
pemiliknya. Hal ini juga berlaku pada (hutang) kewajibankewajiban dirinya, setelah tiba
waktu waktunya (hari hisab nanti)".

Abu Bakar Al-Waraq berkata, "Umumnya orang zaman sekarag ini lebih mengutamakan
empat perkara dari empat lainnya, yaitu: lebih mengutamakan amalan sunnah dari yang
fardhu; lebih mengutamakan lahir dari batin; lebih memperhatikan orang lain dari pada
dirinya sendiri; dan lebjh mengutamakan ucapan daripada perbuatan nyata."
21 Minhajul Arifin

FASAL XXV
TAFFAKUR

Renungkanlah firman Allah berikut ini:

"Bukankah telah datang kepada manusia suatu masa, sedang dia saat itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut apa-apa?" (QS. Al-Insaan: 1)

Ingatlah keadaan Anda, renungi masa lalu dan bandingkan dengan kondisi sekarang.
Apakah di dunia ini ada yang kekal? Sisa kehidupan dunia ini tidak akan berbeda dengan
masa lalunya, seperti air mengalir. Rasulullah bersabda:

"Tidak tersisa dari dunia ini kecuali malapetaka dan fitnah."

Pernah ditanyakan kepada Nabi Nuh as., "Bagaimana Anda melihat dunia ini wahai Nabi
yang paling panjang usia?" Dia menjawab, "Seperti rumah yang memiliki dua pintu. Aku
masuk dari salah satunya dan keluar dari yang lainnya'.

Ketahuilah bahwa pikiran merupakan sumber kebaikan, ia merupakan cermin untuk


melihat yang baik dan yang buruk.

Segala puji bagi Allah, yang dengan pertolongan dan taufik-Nya, risalah ini terselesaikan.

PENUTUP

Syaikh Muhammad ibn Ali ibn Al-Sakin, di dalam kitabnya Dalil Al-Thalib ila Mihayah Al-
Thalib berkata, "Seorang Al-Thalib (orang yang mencari kebenaran) yang
sungguhsungguh, jika ingin memakai pakaian tambalan wajib menanggalkan baju
kesehariannya dan baju baiknya."
22 Minhajul Arifin

Kelompok inilah yang kemudian memakai Al-Shuf (baju yang terbuat dari wol kasar),
yang kemudian menamakan dirinya kaum sufi. Dikatakan bahwa, orang pertama yang
memakai shuf adalah Nabi Adam dan Hawa (isterinya). Begitu pula Nabi Musa, Nabi Isa,
dan Nabi Yahya, mereka semua memakai baju shuf. Adapun Nabi Muhammad saw.,
sebagai Nabi yang paling mulia diantara para Nabi Allah, beliau memakai 'Aba-ah (Aba-
ah adalah jubah luar yang bagian depannya terbuka, biasanya ia bercorak garis-garis)
yang harganya sekitar lima dirham. Seyogyanya seorang Al-Thalib tidak memakai baju
shuf, kecuali jika batinnya telah suci dari kotoran.

Hasan Al-Bashri berkata, "Seseorang meriwayatkan kepadaku bahwa Rasulullah pernah


bersabda, "Janganlah engkau memakai baju shuf, kecuali jika hatimu telah benar-benar
suci. Sebab pemakai yang ada unsur dusta dan penipuan, dia akan mendapat
kemarahan langit. "Seorang pemakai shuf, wajib memenuhi kriteria sebgaimana makna
yang ada pada huruf shuf, yakni: huruf "Shad" adalah menunjukkan Al-Shidq (jujur),
AlShafa (bersih), Al-Shiyanah (menjaga diri), Al-Shabr (sabar) dan Al-Shalah (baik).
Huruf "Wawu" menunjukkan: Al-Washlah (selalu berhubungan dengan Allah swt.), Al-
Wafa' (setia memenuhi tugasnya) dan Al-Wujd (ekstasi, mabuk karena cinta kepada Allah
swt.). Sedangkan huruf "Fa" menunjukkan arti Al-Farh (bahagia) dan Al-Tafajju'
(terkesima mclihat kebesaran Allah),

Apabila dia telah memakai Al-Mirga' (jubah tambalan), dia juga harus menunaikan hak
dari masing-masing huruf istilah tersebut: huruf "Mim" adalah Al-Ma' rifah (pengetahuan,
dalam hal ini lebih banyak bersifat metafisik), Al-Mujahadah (bersungguh-sungguh) dan
Al-Mudzillah (merendahkan diri), Huruf "Ra'" adalah: Al-Rahman (rahmat), Al-Ra'fah
(santun), Al-Riyadhah (latihan jiwa) dan Al-Rahah (rilek). Huruf "Qaf adalah: Al-Qana'ah
(puas dengan apa yang dimiliki), Al-Qurban (dekat), Al-Quwwah (kuat), dan Al-Qaul Al-
Shidg (ucapan benar). Terakhir huruf "A'in" adalah: Al-Ilmu (ilmu), Al-'amal (perbuatan),
Al-Isyg (rindu kepada Allah), dan Al-'ubudiyah (penghambaan diri kepada Allah).

Rasulullah saw. telah memerintahkan umatnya untuk memakai jubah tambalan, seperti
yang beliau katakan kepada Aisyah ra.:
23 Minhajul Arifin

" Sesungguhnya kebahagiaanmu adalah jika bertemu denganku, janganlah sekali-kali


engkau duduk dekat orang mati dan berganti pakaian kecuali engkau memakai
jubah/baju tambalan."

Wallahu a'lam.

RIWAYAT HIDUP IMAM GHAZALI

Ghazali lahir tahun 1059 Masehi/450 Hijrah di Thus dari seorang keluarga Persia (Iran),
yang nama lengkapnya ialah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Dan ia
terkenal sebagai seorang ahli fiqih, dan ilmu kalam, seorang filosof dan sufi yang
membawa pembaharuan terhadap tafsiran ajaran-ajaran Islam, yang berkenaan dengan
kemasyarakatan, bahkan juga sebagai seorang tokoh pendidikan akhlak (moral)
berdasar Islam, dan kemudian ia mendapat gelar sebagai "Hujjatul Islam" karena banyak
pembelaannya kepada keislaman.

Adapun ayahnya terkenal sebagai seorang miskin yang saleh, dan ia tidak mau makan
makanan kecuali dari usahanya sendiri yang halal, dengan pekerjaannya sebagai
seorang pemintal benang dari bulu (wool/shuf). Di samping itu ia banyak mendengarkan
pengajian-pengajian tentang figih, dan banyak berbicara masalah figih dengan beberapa
orang ahli figih. Karena banyaknya tertarik dengan masalah keislaman itu, maka ia pada
suatu waktu pernah menangis sehabis mendengarkan pengajian keislaman dan sesudah
itu ia mohon kepada Allah agar anaknya nanti kiranya menjadi seorang ahli figih, dan
lahirlah anak yang bernama Ghazali atau Abu Hamid ini. Ternyata do'a ayah inipun
diterima oleh Allah, lalu Ghazali dikenal sebagai seorang ahli fiqih atau tasawwuf yang
banyak menasehati masyarakat dengan keislaman.

Sejak mudanya Ghazali memang banyak mempelajari masalah fiqih dan tauhid (ilmu
Kalam) kepada Imam Haramain (Dhiyaudin Al-Juwaini), begitu pula dengan guru-guru
yang lain. Ia juga mempelajari masalah filsafat, terutama filsafat alFarabi dan Ibn Sina
24 Minhajul Arifin

dan juga tentang tasawwuf. Dari pengetahuan-pengetahuan yang ia pelajari ternyata


kurang meyakini dan tidak membawa kebahagiaan pada hatinya, Maka sesudah itu ia
mengajar di Madrasah Nizhamiyah dan memerlukan penyelidikan lebih banyak dengan
menemui orangorang tertentu dari satu negeri ke negeri yang Jain. Dalam hal itu ia
menuju Damaskus, Baitul Maqdis (Yerussalam). Kairo, Iskandariyah, Mekkah dan
Madinah.

Ia ternyata mencodongi kehidupan bertasawwuf yang banyak berzikir dan beribadat


kepada Allah. Dan sampailah sesudah itu sebagai seorang sufi yang mencetuskan sistim
mistik yang dikenal sebagai "Thariqah Shufiyah" yang digalinya berdasar ilmu keislaman
dan harus dipraktekkan untuk mendapatkan Ma'rifatul Yaqin (mengenal keyakinan) serta
beroleh kebahagiaan yang hakiki (benar).

Ghazali mengakui bahwa pengetahuan keduniaan yang dipelajarinya tidaklah berhasil


mencapai sasaran kebahagiaan, sehingga perlu dibuat satu teori untuk mencapai
hakekat kebahagiaan itu seperti yang ia uraikan dalam buku "Thya Ulumuddin" atau
buku-bukunya yang lain. Pada buku yang menyajikan masalah kebahagiaan itu ia
cantumkan dalil-dalil berdasar Qur'an dan Hadits serta mengadakan
pembelaanpembelaan keislaman dengan bersemangat dan penuh keimanan, lalu
bergelar "Hujjatul Islam" (pembela Islam), juga “Allimul ulama" (doktor keIslaman) dan
Watsul Anbiya" (pewaris para nabi).

Ghazali ternyata memiliki tulisan-tulisan yang banyak antara lain: (1) Al-Baasiith (2) Al-
Wasiith (3) Al-Wajiiz (4) AlKhulashah (5) Ihya 'Ulumuddin (6) Al-Mushtasyfaa (7)
AlMankhuul (8) Al-Muntahal (9) Tahafutul-Falasifah (10) Mihakkun-Nahzar (11) Mi'yaarul-
Ilmi (12) Al-Maqaashid (13) AlmadInun bihi ala ghoiri ahlihi (14) Misykatul-Anwar (15) Al-
Mungidz minadldlolal (16) Hagiqatul-Qaulaini (17) Yaquutut-Ta'wiil (18) Asrori IImiddin
(19) Minhaajul-Abidiin (20) Addurarul-Faakhirah (21) Al-Aniisu fil Wahdah (22) AlQurbah
ilallah (23) Akhlaqul Abror wan najah minal asyrar (24) Bidayatul Hidayah (25) Jawahirul-
Qur'an (26) Al Arba'iin (27) Al-Maqsidul Asnaa (28) Miizaanul-amal (29)
QisthasulMustagiim (30) Attafriqoh bainal Islam wazzindiqoh (31) Adzdzari'ah ilaa
25 Minhajul Arifin

makaarimisyaari'ah (32) Al-Mabaadi walGhooyaat (33) Kaimiyais-Sa'aadah (34) Talbisu


Ibliis (35) Nashihatul-Muluk (36) Al-Iqtishad fil-I'tiqad (37) Syifaa'ilAliil fil-Qiyas wat-Ta'wiil
(38) Il-Jaamil awaam an ilmil-kalam (39) Al-Intishar (40) Arrisalatu-Laduniyyah (41)
ArrisaalatuQudsiyah (42) Itsbaatun-Nadzar (43) Al-Ma'khodz (44) AlQaulul-Jamiil (45) Al-
Mustazh-hari (46) Al-Amaalii (47) AlAufaaq (48) Maqshidul-Khilaaf (49) Ayyuhal-
WaladulMuhibb (50) Al-Hikmah fii Makhluugaatillah, dan puluhan lagi karangan-karangan
lainnya.

Pada bukunya "Tahafutul Falasifah" ia tidak sependapat dengan beberapa orang filosof,
bahkan mengkafirkan mereka dalam beberapa segi, misalnya tentang kebangkitan
manusia sesudah badannya hancur, masalah-masalah katuhanan dan lain-lain.

Dalam penolakannya terhadap golongan Nashara ia menulis sebuah buku yang berjudul
"Arraddul Jamil Liillahiyah Isa bisharihil Injil" (menolak dengan baik terhadap panuhanan
Isa dengan keterangan Injil).

Ghazali juga memandang bahwa Allah adalah penyebab utama terjadinya alam semesta
yang diciptakan berdasar kehendak dan kekuasaan-Nya, serta tidak mengingkari hari
kebangkitan manusia dengan roh dan jasadnya. Sehingga mungkin sajalah roh itu
kembali pada badannya yang semula atau pada badan yang lain karena nama manusia
itu adalah jiwanya dan bukan badannya.

Ia juga dikenal sebagai seorang sufi yang memperkenalkan ajaran-ajaran tasawwuf


berdasar ilmu yang jelas dan menjadikan "thariqqah" (metode tasawwuf) buat menuju ke
arah peribadatan yang benar dengan mengenal keyakinan dan kebahagiaan yang
sebenarnya. Adapun teori keyakinan atau ma'rifat tersebut sudah tentu tidak akan dikenal
oleh orangorang pada umumnya, juga oleh para ahli ilmu kalam maupun para filosof. Di
sini pengetahuan tentang ma'rifat adalah merupakan satu bentuk rasa keindahan yang
akan dikenal oleh batin yang suci karena rasa rindu kepada Allah dengan melalui dzikir.
Adapun batasnya yang terakhir adalah Ma'rifatullah (mengenal Allah dengan mata hati)
yang hal itu akan dikenal oleh para wali Allah, dan merupakan satu puncak kebahagiaan.
26 Minhajul Arifin

Ini akan dapat dicapai sesudah melepaskan diri dari sifat kejelekan dan berusaha menuju
sifat-sifat kesempurnaan.

Ghazali berusaha mengarahkan pendidikan tersebut kepada kaum muslimin yang tidak
banyak bergerak dalam urusan yang berkenaan dengan materi maupun pengetahuan
umum. Dan jika demikian, maka pandangan Ghazali harus disoroti dengan Qur'an dan
Hadits Nabi yang menyuruh kepada kaum muslimin untuk tidak melupakan pula
kehidupan keduniaan di sampingkeakhiratan, sedangkan kedatangan Islam ke dunia
tidaklah untuk memberikan perasaan jumud atau beku kepada kaum muslimin.

Ternyata Ghazali dalam bukunya "Ihya" itu berusaha untuk mendidik ke arah yang baik
dengan mengikuti kehidupan yang bermoral dan teratur, adil dan bijaksana. Dan
sebenarnya metode thariqat atau tasawwuf yang dikemukakan oleh Ghazali itu sudah
pernah dikemukakan pula oleh para ulama yang lain, tetapi sikapnya tidaklah membunuh
kehendak nafsu dengan cara yang baik yang berhasil oleh Allah dan Rasul-Nya.
Walaupun demikian Ghazali berhasil mendidik manusia menuju pada akhlak yang baik
yang perlu ditaati oleh para guru, murid dan anak-anak. Ghazali mengajarkan perlunya
perjuangan batin (mujahadah) dan latihan jiwa ((riyadhah) buat menuju kesempurnaan
rohani. Pandangan Ghazali yang semacam ini ternyata membantu kehidupan akhlak bagi
anak-anak, seperti perlunya adab makan, berpakaian, tidur, berjalan dan bergerak,
sehingga tidak terbiasa bagi mereka untuk hidup bermalas-malasan. Ghazali
membenarkan kesempatan bagi anak-anak untuk bermain-main agar tidak mematikan
pikiran dan hatinya dengan pengertian untuk tidak menjadi passif. Dalam hal itu pula
murid-murid perlu dihindarkan dari teman-teman yang jahat agar biasa dengan akhlak
yang terpuji, dan mereka harus dicela jika melanggar perbuatan yang baik. Ghazali juga
menekankan perlunya pelajaran pertama kali bagi mereka adalah dengan mengaji Qur'an
lalu dilanjutkan cerita-cerita seperti yang terdapat dalam Hadits-hadits nabi serta
hikayathikayat yang baik, dan harus dihindarkan dari membaca bukubuku roman
percintaan, amoral dan perbuatan-perbuatan cabul. Ini menyebabkan timbulnya buku
Ghazali yang berjudul "Ayyuhal Walad" (wahai anak), yang kemudian buku tersebut oleh
UNESCO (PBB) diusahakan penterjemahannya ke dalam bahasa Inggris dan Perancis.
27 Minhajul Arifin

Tujuan Ghazali terhadap buku tersebut adalah untuk mengajak para pemuda dan pelajar
agar dalam menuntut ilmu itu tidak hanya untuk kepentingan keduniaan semata, tapi juga
harus berusaha untuk menghidupkan Syariat Islam dan agar memiliki moral yang baik,
karena ilmu tanpa amal adalah gila dan amal tanpa ilmu tidak akan terjadi.

Ghazali ternyata berhasil mendudukkan perkara tasawwuf menuju jalan Islam yang
sebenarnya, sedangkan sebelumnya banyak dipengaruhi faktor-faktor kesesatan.
Karena itu Ghazali menganjurkan agar tiap-tiap orang yang mempelajari tasawwuf harus
mempelajari sebelumnya Qur'an dan sunnah Nabi, agar tidak terjadi hal-hal yang
merusak perbuatan itu sendiri, misalnya kemusyrikan, sedangkan hasil yang terbaik dari
tasawwuf yailtu benar-benar terasa akan adanya Allah.

Ghazali menekankan perlunya seorang sufi untuk hidup seperti orang-orang fakir, banyak
berpuasa, berbicara seperlunya, hidup mengasingkan diri (uzlah), dan lebih banyak
beribadat kepada Allah. Sedangkan pandangan Ghazali yang menekankan perlunya
melupakan keduniaan itu harus diartikan dengan hidup sederhana dan tidak berlebih-
lebihan. Sehingga Ghazali yang dinyatakan sebagai pembentuk Tasawwuf Ahlussunah
itu telah membimbing manusia buat menuju akhlak keagamaan, mengajak cinta kepada
Allah, patuh melaksanakan perintah Syariat, sabar terhadap takdir dari Allah, dan
mengharapkan selalu pertolongan dari Allah.

Pada suatu waktu Ghazali meninggalkan kota Baghdad menuju Baitul Haram di kota
Mekkah, yaitu untuk melaksanakan kewajiban haji pada tahun 489 Hijrah dan tinggal di
sana dalam beberapa hari. Kemudian ia menuju Baitul Maqdis (Yerussalam) sesudah
Madrasah Nizhamiyah ditinggalkannya untuk kemudian diganti tugasnya oleh
saudaranya. Ghazali juga memasuki Damaskus dan beri'tikaf di menara Masjid Jami’ di
sana. Sesudah itu ia menuju Iskandaiyah (Mesir) dan tinggal di sana dalam beberapa
masa. Dan diceritakan bahwa ia menyatakan untuk menemui Sultan Yusuf bin Tasyfin
sesudah dikenal karena keadilannya, tetapi sesudah mendengar bahwa Sultan itu telah
meninggal dunia. Ghazali lalu memutuskan dirinya untuk pergi menziarahi kuburan-
28 Minhajul Arifin

kuburan dan masjid-masjid, dan sesudah itu menuju Baghdad dengan membentuk
Majelis Pengajian Agama. Adapun yang ia uraikan di sana ialah tentang ilmu hakikat
(kebenaran) serta isi buku "Ihya". Sesudah itu ia kembali ke Khurasan dengan mengajar
di Madrasah "Nizhamiyah" Nisapur, lalu menuju Thus dengan membuat Madrasah
(sekolah) di dekat rumahnya untuk mengajarkan figih dan tasawwuf. Ghazali pada waktu
itu banyak sekali mengaji Qur'an dan menamatkannya (khatam) berkali-kali,
berkecimpung dalam tarikat, juga mengajar, bershalat, dan banyak-banyak berpuasa,
hingga kemudian wafat di Thus tepat pada hari Senin tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505
Hijrah/111 Masehi, lalu dikuburkan di kuburan Thabran dan kuburannya banyak sekali
diziarahi orang.

Meurut Zubaidi, bahwa Ghazali sebelum wafatnya telah berwasiat kepada pembantunya
untuk tetap memegang teguh agama Islam, dan ia minta agar dikuburkan di rumahnya,
serta meminta kepada penduduk kampung yang berdekatan dengin rumahnya untuk
menghadiri jenazahnya sesudah wafatnya. Maka tepat pada hari Senin waktu Shubuh ia
berwudlu dan bershalat serta mengatakan kepada saudaranya yang bernama Ahmad
agar nantinya dikafani. Sesudah itu ia membujurkan kakinya dengan menghadap ke
kiblat, dan sesudah itu ia wafat. Allahu yar-ham-hu. Semoga Allah mengampuni dosa-
dosanya.
29 Minhajul Arifin

Anda mungkin juga menyukai