Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan penunjang

1. Imunoterapi (imuno). Memperbaiki jaringan pancreas yang rusak, meningkatkan fungsi


pancreas, mengembalikan fungsi sel beta pancreas, mengatur keseimbangan gula darah,
meningkatkan kekebalan tubuh sendiri. Biarkan pasien menyingkirkan ketergantungan
pada obat untuk waktu yang lama.
2. Terapi gen. secara akurat menemukan dan memotong titik gen dari lesi pada DNA, dan
melalui kinerja penetrasi jaringan yang kuat dari cahaya inframerah, mengaktifkan fungsi
sel “mati” sekresi pancreas pada sel beta, menstabilkan gula darah.
3. Terapi induksi. Induksi membentuk sel-sel baru, membuatnya lebih cepat, lebih sensitive
dan lebih akurat dalam menanggapi glukosa, membuat HbA1c menjadi stabil untuk waktu
yang lama dan mencegah berbagai komplikasi diabetes.
4. Terapi biologi. Penerapan teknologi bioinformatika menghilangkan resistensi sel terhadap
hormone pancreas, memaksimalkan penggunaan pemrosesan sel, sintesis, dan pengguna
kelebihan gula dalam tubuh untuk meningkatkan kontrol gula darah.
5. Terapi obat murni alami (paten). Nyalakan sakelar pengaturan gula darah untuk mendorong
diferensiasi sel pancreas pasien, mengaktifkan faktor perbaikan sel, dan biarkan sel
pancreas yang normal mengganti sel pancreas yang rusak, sehingga sel yang rusak dapat
memperoleh kembali aktivitasnya dan menyelesaikan masalah sepenuhnya. Tidak ada efek
samping pada hati dan ginjal.
Referensi : Tim Pokja SIKI, DPP, PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan.Jakarta selatan 12610.

Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa darah dan pemeriksaan
glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan DM tipe II dan DM tipe I dengan
pemeriksaan C-peptide.
1. Pemeriksaan glukosa darah
a) Glukosa Plasma Vena Sewaktu
Pemeriksaan gula darah vena sewaktu pada pasien DM tipe II dilakukan pada pasien DM
tipe II dengan gejala klasik seprti poliuria, polidipsia dan polifagia. Gula darah sewaktu
diartikan kapanpun tanpa memandang terakhir kali makan. Dengan pemeriksaan gula darah
sewaktu sudah dapat menegakan diagnosis DM tipe II. Apabila kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl (plasma vena) maka penderita tersebut sudah dapat disebut DM. Pada
penderita ini tidak perlu dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa.
b) Glukosa Plasma Vena Puasa
Pada pemeriksaan glukosa plasma vena puasa, penderita dipuasakan 8-12 jam sebelum tes
dengan menghentikan semua obat yang digunakan, bila ada obat yang harus diberikan perlu
ditulis dalam formulir. Intepretasi pemeriksan gula darah puasa sebagai berikut : kadar
glukosa plasma puasa < 110 mg/dl dinyatakan normal, ≥126 mg/dl adalah diabetes melitus,
sedangkan antara 110- 126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Pemeriksaan gula darah puasa lebih efektif dibandingkan dengan pemeriksaan tes toleransi
glukosa oral.
c) Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)
Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM. Pasien makan makanan yang mengandung 100gr
karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan merokok serta berolahraga. Glukosa 2 jam
Post Prandial menunjukkan DM bila kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl, sedangkan nilai
normalnya ≤ 140. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl
tetapi < 200 mg/dl.
d) Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila pada pemeriksaan
glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200 mg/dl untuk memastikan diabetes atau
tidak. Sesuai kesepakatan WHO tahun 2006,tatacara tes TTGO dengan cara melarutkan
75gram glukosa pada dewasa, dan 1,25 mg pada anak-anak kemudian dilarutkan dalam air
250-300 ml dan dihabiskan dalam waktu 5 menit.TTGO dilakukan minimal pasien telah
berpuasa selama minimal 8 jam. Penilaian adalah sebagai berikut; 1) Toleransi glukosa
normal apabila ≤ 140 mg/dl; 2) Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa
> 140 mg/dl tetapi < 200 mg/dl; dan Toleransi glukosa ≥ 200 mg/dl disebut diabetes
melitus.
2. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang tersimpan dan bertahan
dalam sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan umur eritrosit. Kadar HbA1c
bergantung dengan kadar glukosa dalam darah, sehingga HbA1c menggambarkan rata-rata
kadar gula darah selama 3 bulan. Sedangkan pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan
saat diperiksa, dan tidak menggambarkan pengendalian jangka panjang. Pemeriksaan gula
darah diperlukan untuk pengelolaaan diabetes terutama untuk mengatasi komplikasi akibat
perubahan kadar glukosa yang berubah mendadak.
Referensi : Margaretha, Rendy Clevo M .2013.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam.Yogyakarta.

Pemeriksaan penunjang
Kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Pada penderita asimtomatis ditemukan
kadar gula darah puasa lebih tinggi dari normal dan uji toleransi glukosa terganggu pada lebih dari
satu kali pemeriksaan Gula darah puasa dianggap normal bila kadar darah pada darah vena
(plasma) < 140 mg/dL (7,8 mmol/L) atau darah kapiler < 120 mg/dL (6,7 mmol/L) Pengukuran
C-Peptida dapat digunakan untk melihat fungsi sel residu yaitu sel yang masih memproduksi
insulin dan dapat digunakan apabila sulit membedakan diabetes tipe 1 dan 2. Pemeriksaan HbA1c
dilakukan rutin setiap 3 bulan. Manfaat HbA1c dapat mengukur kadar gukosa darah selama 120
hari yang lalu (sesuai usia eritrosit), menilai perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya, menilai
pengendalian penyakit DM dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Glukosuria
tidak spesifik untuk DM perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan gula darah. DM tipe 1
mangandung 70 – 80 % autoantibodies (ICA, IAA) sehingga bukan merupakan syarat mutlak
diagnosis.
TERAPI
DM tipe 1 memerlukan pengobatan seumur hidup, kepatuhan dan ketaraturan pengobatan
merupakan kunci keberhasilan. Penyuluhan pada pasien dan keluarga harus terus menerus
dilakukan. Penatalaksanaan dibagi menjadi:
1. Pemberian Insulin
2. Pengaturan makan
3. Olahraga
4. Edukasi
5. Home monitoring (pemantauan mandiri)
Referensi : Tim Pokja SDKI, DPP, PPNI. 2016. Standar Diagonisis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik.Jakarta Selatan 12610.

Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah sewaktu

b. Kadar glukosa darah puasa

c. Tes toleransi

d. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl

e. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl

f. Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl
Referensi: Padila, 2012, Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai