Anda di halaman 1dari 23

NILAI/BUTIR-BUTIR PANCASILA

Perisai Pancasila

Pembukaan UUD’45 secara tegas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar dari
pembentukan “pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat”.

Pancasila, dari bahasa Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau
asas, merupakan ideologi dasar Negara Indonesia. Kelima asas ini kemudian
dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, ditetapkan oleh MPR melalui Tap MPR
no.II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa. Ketetapan MPR ini diubah melalui
Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Nilai/butir Pancasila ini
diharapkan menjadi pegangan pemerintah melaksanakan tugas-tugasnya, sekaligus
menjadi karakter bangsa Indonesia. Nilai atau butir Pancasila ini, sepengetahuan
saya, belum pernah dievaluasi secara keseluruhan oleh MPR. Apakah nilai tersebut
telah menjadi karakter bangsa/masyarakat Indonesia, atau malah sebaliknya,
semakin menjauh dari 45 nilai yang ditetapkan.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa (lambang: Bintang)

 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada


Tuhan Yang Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama anatra
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (lambang: Rantai)

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia (lambang: Pohon Beringin)

 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan (lambang: Kepala Banteng)

 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
 Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (lambang: Padi dan Kapas)

 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.

Nilai Pancasila ini, tentu masih jauh dari karakter hidup bermasyarakat berbangsa.
Contohnya, nilai/butir kelima dari Sila Pertama: “Agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa”. Kenyataannya, agama diharuskan
dicantumkan dalam KTP yang bisa menimbulkan diskriminasi, bukan lagi menjadi
hubungan pribadi tetapi menjadi hubungan kelompok; kepercayaan terhadap Tuhan
YME tersingkirkan. Pemerintah yang diharapkan menjadi teladan pengamalan butir
Pancasila, dibeberapa daerah, masih mengecewakan.
Ketuhanan Yang Maha Esa

(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit
dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan
sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan
musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10)Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan
bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan
sosial.

Bela Negara menurut UU No 3 tahun 2002 adalah sikap dan perilaku warga
Negara yang di jiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Pembelaan Negara merupakan hak
dan kewajiban setiap warga Negara. Berikut ini adalah Pasal yang terkait
dalam Pembelan Negara serta pertahanan dan keamanannya , antara lain:

 Isi dari pasal 30 ayat 1 UUD 1945

“tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan dan
keamanan Negara”

Makna yang terkandung : setiap warga negara mempunyai hak untuk


mendapatkan keamanan dari negara dan mempunyai kewajiban untuk
melakukan upaya untuh pertahanan negara Indonesia , Upaya pertahanan dan
keamanan haruslah menjamin tercegahnya atau teratasinya hal-hal yang
langsung atau tidak langsung dapat mengganggu jalannya pembangunan
nasional .

 Isi dari pasal 30 ayat 2 UUD 1945

“usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui sistem


pertahanan dan kemanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”

Makna yang terkandung : usaha pertahanan keamanan negara dilakukan


melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta dengan TNI dan
POLRI sebagai kekuatan paling besar yang bertugas untuk menjadi keamanan
dan ketertiban masyarakat , membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan , menangani kriminalitas ,
dan memelihara keamanan dalam negeri , sedangan tugas rakyat yang
mempunyai kekuatan pendukung adalah dengan tidak melakukan hal hal yang
dapat menghambat atau memberi ancaman pada keamanan NKRI contohnya
dengan tidak melakukan aksi terorisme , tidak melakukan kekerasan yang
berbau SARA , merusak lingkungan atau tidak membuat gerakan sparatis guna
menciptakan negara baru

 Isi dari pasal 30 ayat 3 UUD 1945

“Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan
kedaulatan negara.”

Makna yang terkandung : TNI bertugas untuk mempertahankan , melindungi


dan memelihara keutuhan NKRI , berikut ini adalah tugas tugas TNI guna
melindungi dan memelihara keamanan NKRI

A) melaksanakan operasi militer untuk perang

B) operasi militer selain perang, yaitu untuk:


1.mengatasi gerakan separatis bersenjata
2.mengatasi pemberontakan bersenjata
3.mengatasi aksi terorisme
4.mengamankan wilayah perbatasan
5.mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis
6.melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri
7.mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya
8.memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara
dini sesuai dengan sistem
pertahanan semesta
9.membantu tugas pemerintahan di daerah
10.membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban
masyarakat yang diatur dalam undang-undang
11.membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan
perwakilan pemerintah asing yang
sedang berada di Indonesia
12.membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan
kemanusiaan
13.membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and
rescue)
14.membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan,
perompakan, dan penyelundupan.

 Isi dari pasal 30 ayat 4 UUD 1945

“Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga


kemanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta
menegakkan hukum.”

Makna yang terkandung : POLRI bertugas untuk melindungi dan mengayomi


masyarakat dari segala kriminalitas yang ada , serta melayani masyarakat
seperti mengurus laporan ketika ada barang hilang atau orang yang hilang ,
dan menegakkan hukum dengan mengenakan sanksi kepada orang orang
yang melanggar hukum di Indonesia

 Isi dari pasal 30 ayat 5 UUD 1945

“Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara


Republik
Indonesia , hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam
usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.”

Makna yang terkandung : meski TNI dan Polri berbeda dalam struktur
organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing
keduanya bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu “sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta” , tugas TNI dan POLRI sama sama
menjaga keamanan negara dan melindungi rakyat , syarat syarat keikutsertaan
rakyat dalam usaha pertahanan dan keamanan sudah diatur di undang undang
1945.

Kesimpulan :

Perjuangan yang gigih dan pengorbanan yang luar biasa dari para pejuang
telah mengantarkan kita menjadi bangsa yang merdeka. Kemerdekaan yang
kita miliki sekarang harus dijaga dan pertahankan karena meskipun Indonesia
sudah merdeka, bukan berarti terlepas dari segala bentuk ancaman,
gangguan. Hambatan, dan tantangan . Upaya yang bisa kita lakukan
contohnya adalah belajar dengan tekun dan penuh semangat yntuk
memperdalam iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ketekunan belajar tersebut akan berhasil mewujudkan generasi yang cerdas,
beriman, bermoral, berwawasan luas, dan terampil untuk membangun bangsa
dan Negara di masa datang.

Undang-undang Isi pasal 29 ayat 1 dan 2 Tentang agama yang berbunyi :

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
3.Pembahasan.
Dari bunyi pasal 29 ayat 1 telah di jelaskan bahwa ideologi awal dasar negara
indonesia ini adalah Ketuhanan yang Maha Esa, Ini berarti bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang beketuhanan,dan kemerdekaan Indonesia tidak
terlepas dari kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa.
Dari pasal 29 ayat 2,ini menjelaskan bahwa setiap warga Negara memiliki hak
untuk memeluk agama masing-masing tanpa adanya paksaan dan beribadat
menurut kepercayaanya masing-masing.Oleh karna itu setiap warga Negara
dapat beribadah sesuai kepercayaan dengan tenang tanpa ada ganguan dari
agama lain,oknum maupun ormas lain sesuai dengan bunyi pasal diatas.Agar
tercipta kenyamanan,kententramandan toleransi antar umat bergama sehingga
tercipta Negara yang damai.

4.Kewajiban warga negera.


Penekanan kewajiban untuk menjalankan agama yang diyakini dbuktikan
dengan menjalankan rukun- rukun dari setiap aturan agama yang berlaku di
Indonesia Sehingga apabila prinsip beragama dapat berjalan dengan
seimbang antara hak dan kewajiban, maka akan mudah bisa mewujudkan
ketertiban hukum, kehidupan yang saling toleransi, dan ketentraman.

5.Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas ketuhanan
yang maha esa atau beideologi ketuhanan.setiap warga Negara mempunyai
hak dan kewajiban dalam memeluk agama,sesuai dengan
kepercayaanya,tanpa adanya ganguan atau ancaman dari pihak-pihak yang
mengancam atau menodai pasal 29 tersebut.agar tercipta kententraman dan
kedamaian dalam hidup bernegara.

Pokok-pokok pikiran dalam “pembukaan” Apakah pokok-pokok pikiran yang


terkandung dalam “pembukaan” Undang Undang Dasar.
1 . “Negara” – begitu bunyinya – melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan, negara


yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara
mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan.
Negara, menurut pengertian “pembukaan” itu menghendaki persatuan.
meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatU dasar negara
yang tidak boleh dilupakan.

2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

3. Pokok yang ketiga yang terkandung dalam “pembukaan” ialah negara yang
berkedaulatan Rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan. Oleh karena itu sistem negara Yang terbentuk dalam Undang-
Undang Dasar harus berdasar atas kedaulatan Rakyat dan berdasar atas
permusyawaratan perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat
masyarakat Indonesia.

4. Pokok pikiran Yang keempat Yang terkandung dalam “pembukaan” ialah


negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
Yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus
mengandung isi Yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Butir-butir Pancasila P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)

Hampir 13 tahun sejak reformasi tahun 1998 berlalu. Tidak ada kemajuan berarti.
Bahkan Indonesia terancam dalam kondisi yang jauh lebih buruk. Pengangguran
meningkat, hutang luar negeri bertambah, korupsi merajalela dan dipertontonkan di
depan umum, tayangan media yang semakin tidak mendidik, konfrontasi horizontal
antara warga negara. Sistem multipartai dan koalisi yang tidak jelas, politik dagang
sapi, pemilu yang mahal dan tidak efisien, BUMN yang semakin banyak dijual, dan
sebagainya.. Oh tidaakk.. !!! Apa yang telah kita perbuat pada tahun 1998 (apakah
kita telah membawa diri kita sendiri ke kehancuran) ? Apakah kita telah dalam jalur
yang benar ? Pertanyaan itu sering bergelantungan di imajinasi Saya.

Apa yang salah dengan negara ini ? Kembali pertanyaan itu menghampiri Saya
setiap saat. Beberapa orang akan menjawab ini kan Warisan Orde Baru!!! Hmmm..
dalam hati Saya bertanya-tanya, bagian mana yang warisan orde baru ? Multi Partai
, tentu tidak, jaman Orde baru hanya ada tiga partai dan lebih efisien, lha Amerika
yang kampiun Demokrasi aja hanya dua partai kok.. Media ga terkontrol ? tentu
bukan .. Pendidikan dan Biaya kesehatan mahal… Di orde baru, jauh lebih murah…
Privatisasi BUMN ? hmmm.. pada masa orde baru nggak tuh.. Kelangkaan pangan
? Jaman orde baru kan bisa swasembada beras malah. hmmm warisan orde baru
belah mananya ? Ok deh, Korupsi.. iya itu benar.. tapi, sekarang lebih parah dan
dipertontonkan. Kebebasan berpendapat.. Iya, di jaman sekarang lebih bebas,
sangat bebas malah. Sampai melecehkan pemerintah pun boleh.. Keterlaluan.. !!!
Baiklah, kembali ke tema. Beberapa orang yang anti orde baru, rasanya sangat anti
dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Mungkin seperti
pada jaman Orde Baru yang alergi dengan komunisme. Beberapa orang
berpendapat, Buat apa ada P4, toh pelaksananya, pemerintah banyak yang tidak
menerapkan prinsip-prinsip P4. Hmmm.. menurut Saya, Isi P4 sebenarnya SANGAT
BAGUS DAN BERMANFAAT. Apalagi di tengah krisis jatidiri bangsa saat ini. Saya
punya analogi seperti berikut, JIKA SEORANG DOKTER MEMBERITAHUKAN
KEPADA ANDA BAHWA : MEROKOK DAPAT MERUSAK KESEHATAN DAN
MEMBAHAYAKAN KEHIDUPAN ANDA. Saya yakin, banyak dari kita yang setuju.
Namun, Jika ternyata Si DOKTER ternyata adalah seorang PEROKOK yang
melanggar apa yang dikampanyekannya, apa anda akan menjadi tidak percaya
akan pesan di DOKTER tadi ?

Jika pertanyaan ini diajukan kepada Saya, Jawaban Saya : Saya tetap percaya
Bahwa Merokok itu berbahaya buat kesehatan. Pesan yang disampaikan oleh si
Dokter adalah bermanfaat dan benar, karena itu Saya mempercayainya. Mengenai
si Dokter-nya merokok atau tidak, itu hal yang berbeda.

Begitu juga dengan P4. Pada analogi di atas, pesan merokok membahayakan
kesehatan dianggap setara dengan isi P4. Sementara si Dokter dapat disetarakan
dengan pelaksana kampanye P4 (pemerintah). Apakah bagian pemerintah itu
menjalankan isi P4 atau tidak, itu hal yang lain. Ada dokter yang merokok, dan ada
juga yang tidak. Begitu juga dengan pelaksana pemerintahan, ada yang
melaksanakan prinsip P4 dan ada juga yang tidak.

Ini adalah poin-poin dalam butir-butir pancasila. Resapi dan hayati isinya, dan
rasakan betapa “dalam” isinya.

isi butir butir pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap


Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

3. Persatuan Indonesia

(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan


bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.

Mudah-mudahan bermanfaat. Untuk Indonesia yang lebih baik.


perumusan Pancasila dan UUD 1945
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Istilah pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki dua macam
arti secara leksikal yaitu : “panca” artinya lima, “syila” vocal i pendek artinya
batu sendi, alas, atau dasar. “syiila”, vocal i panjang artinya “peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.

Jadi secara etimologis “pancasila” yang dimaksudkan disini adalah istilah


“pancasyila” dengan vocal I pendek memiliki makna leksikal “berbatu sendi
lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah
“panca syiila” dengan huruf dewanagari I bermakna lima aturan tingkah laku
yang penting (Yamin, 1960 : 437)

B. Pengertian UUD 1945

Undang-undang dasar adalah peraturan perundang-undangan Negara yang


tertinggi tingkatnya dalam Negara dan merupakan hukum dasar Negara yang
tertulis. Undang-undang dasar harus memuat ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur hal-hal berikut:

1. Bentuk Negara dan organisasinya.

2. Susunan pengangkatan dan wewenang pemerintah dalam arti luas: badan


legislatif, badan eksekutif, dan badan yudikatif, pemilihan dan sistemnya.
3. Hak-hak fundamental warganegara dan badan-badan hukum termasuk
bidang politik. Dan lain-lain yang bersifat mendasar.

C. Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pada tanggal 17 september 1944, Perdana Menteri Jepang Koiso


mengemukakan akan memberi kemerdekaan kepada bangsa indonesia, maka
tanggal 1 maret 1945 pemerintah militer jepang mengumumkan dalam waktu
dekat akan dibentuk badan yang bertugas menyelidiki dan menyiapkan hal-hal
yang berhubungan dengan kemerdekaan tersebut. Pada tanggal 29 april 1945
dibentuklah suatu badan yang diberi nama Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zunbi Choosakai
dengan ketua Dr.K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, tanggal 28 mei 1945 BPUPKI
dilantik oleh Saiko Syikikan pemerintah militer jepang yang dihadiri Jenderal
Itagaki, Panglima Tentara VII bermarkas di Singapura, dan Letjen Nagaki,
Panglima XVI di jawa dan diadakan pula pengibaran bendera kebangsaan
jepang hinomaru oleh Mr.a.g.pringgodigdo dan bendera sang merah putih oleh
Toyohiku Masuda.

Dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara dilakukan melalui


tahapan-tahapan berikut, yakni:

1. Sidang I tanggal 29 mei sampai dengan 1 juni 1945.

Dengan tujuan mengumpulkan tentang segala pandangan sebagai dasar


negara. Adapun pandangannya :

a. pidato pertama oleh Mr. Muhammad Yamin tanggal 29 Mei 1945.

Menyampaikan usul rumusan konsep dasar Indonesia merdeka secara lisan


dan tulisan yaitu:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Kebangsaan Persatuan Indonesia.

3) Rasa Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.


4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.

5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

b. Tokoh-tokoh islam seperti K.H.Wahid Hasjim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, dll,


tanggal 30 mei 1945 mengusulkan dasar Negara islam.

c. Pidato kedua disampaikan Prof.Dr.Mr.R.Soepomo tanggal 31 mei 1945 yang


isinya :

1) Negra harus berdasarkan Negara Kesatuan yang bersifat integralistis.

2) Tiap warga negara dianjurkan berKetuhanan.

3) Dalam susunan pemerintahan negara harus dibentuk badan


permusyawaratan rakyat, agar kepala negara dapat bersatu jiwa dengan wakil-
wakil rakyat.

4) Sistem ekonomi hendaknya diatur berdasarkan asas kekeluargaan, sistem


tolong-menolong dan koperasi.

5) Negara Indonesia yang besar atas semangat kebudayaan indonesia yang


asli, dengan sendirinya akan bersifat negara asia timur raya.

Disamping itu beliau mengusulkan dasar Negara, yaitu :

a) Persatuan

b) Kekeluargaan

c) Keseimbangan Lahir Dan Batin

d) Musyawarah

e) Keadilan Rakyat

d. Pidato ketiga disampaikan Ir.Soekarno pada tanggal 1 juli 1945

Beliau menyampaikan rumusan Negara indonesiamerdeka sebagai berikut :


1) Kebangsaan Indonesia-Nationalisme

2) Peri Kemanusiaan-Internationalisme

3) Mufakat Atau Demokrasi

4) Kesejahteraan Nasional

5) Ketuhanan Yang Berkebudayaan

Ke lima asas tersebut kemudian diberi nama Pancasila, kemudian diperas


menjadi tiga sila yang disebut Tri Sila, yaitu :

a) Socio-Nationalisme, Perasan Sila I&II

b) Socio-Democratis, Perasan Sila III&IV

c) Ketuhanan

Ketiga sila itu lalu diperas lagi menjadi satu sila dan disebut Ekasila yaitu :
gotong royong.

Karena masing-masing usul setelah dibahas berkesimpulan tidak sepakat


maka dibentuklah panitia kecil penampung dan pemeriksa usul-usul yang
beranggotakan 8 orang dan disebut panitia 8 yaitu :

Ir. Soekarno (ketua), Mr.A.A. Maramis, Ki Bagoes Hadikoesoemo, K.H. Wahid


Hasjim, M.Soetradjo Karthadikoesoemo, Rd. Otto Iskandardinata, Mr.Muh.
Yamin, Drs.Moh. Hatta

2. Sidang II Panitia Kecil 22 Juni 1945

Dalam sidang pertama BPUPKI disepakati bahwa untuk menindak lanjuti


sidang yang belum mencapai kesimpulan dibentuk Panitia Kecil. Panitia Kecil
ini bertugas merumuskan hasil sidang I dengan lebih jelas. Anggota Panitia
Kecil ada Sembilan orang sehingga sering disebut Panitia Sembilan.
Kesembilan tokoh tersebut ialah:

a. Ir. Soekarno (Ketua merangkap anggota);


b. Drs. Mu. Hatta (Wakil Ketua merangkap anggota);

c. A.A. Maramis, S.H. (anggota);

d. Abikusno Cokrosuyoso (anggota);

e. Abdul Kahar Muzakkir (anggota);

f. Haji Agus Salim (angota);

g. K.H. Wahid Hasyim (anggota);

h. Achmad Soebardjo, S.H. (anggota);

i. Mr. Muh. Yamin (anggota).

Sidang Panitia Sembilan ini dilaksanakan tanggal 22 Juni 1945 di Gedung


Jawa Hokokai Jakarta. Selain panitia sembilan, anggota BPUPKI lainnya juga
hadir dalam rapat tersebut, sehingga jumlah peserta rapat ada 38 orang.Dalam
sidang Panitia Kecil tanggal 22 Juni 1945 dihasilkan piagam Jakarta. Isi
Piagam Jakarta selengkapnya adalah sebagai berikut:

"Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentausa menghan-tarkan rakyat.”

Indonesia kepada pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka,


berdaulat, adil, dan makmur. Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya. Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh Tumpah Darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum
dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan, dengan berdasar kepada: Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia."

3. Sidang III BPUPKI

Sidang II BPUPKI diselenggarakan pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli


1945. Dalam sidang ini dibicarakan mengenai penyusunan Rencana
Pembukaan Undang-undang Dasar dan rencana Undang-undang Dasar serta
rencana lain yang berhubungan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Dalam rapat tanggal 11 Juli 1945 dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar dengan susunan sebagai berikut:

a. Ir. Sukarno;

b. R. Otto Iskandardinata;

c. B.P.H. Purbaya;

d. K.H. Agus Salim;

e. Mr. Achmad Subarjo;

f. Mr. R. Supomo;

Atas usul dari Husein Jayadiningrat dan Mr. Muh. Yamin, maka dalam
Panitia Perancang Undang-undang Dasar dibentuk Panitia Kecil dengan
susunan sebagai berikut:

1) Panitia Kecil Declaration of Rights, dengan susunan anggota Mr. Achmad


Subardjo (Ketua), Parada Harahap, dan dr. Sukirman Wiryosanjoyo.

2) Panitia Kecil Perancang Undang-undang Dasar dengan susunan Mr.


Soepomo (Ketua), Mr. Achmad Soebardjo, K.P.R.T. Wongsonegoro, Mr. A.A.
Maramis, Mr. R.P. Singgih, K.H. Agus Salim, dr. Sukirman Wiryosanjoyo.
Dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, terdapat nilai-
nilai juang yang digunakan para pejuang bangsa kita. Di antara nilai-nilai juang
tersebut adalah:

1) Nilai persatuan dan kesatuan mereka begitu menempatkan persatuan dan


kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2) Nilai keikhlasan. Para perumus dasar negara kita saat itu tidak terpikir untuk
mendapat imbalan. Mereka ikhlas demi bangsa dan negaranya.

3) Berani menegakkan kebenaran dan keadilan. Demi keadilan, mereka berani


melakukan perjuangan di tengah-tengah bahaya.

4) Toleran terhadap perbedaan. Perumusan dasar negara diwarnai dengan


sikap menghargai perbedaan.

5) Nilai musyawarah mufakat. Mereka merumuskan dasar negara dengan asas


musyawarah untuk mencapai kata mufakat.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi


beberapa dokumen penetapannya ialah :

a) Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945

b) Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar – tanggal 18 Agustus


1945

c) Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat –


tanggal 27 Desember 1949

d) Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara –


tanggal 15 Agustus 1950

e) Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama


(merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

D. Sejarah Perumusan UUD 1945


Rumusan UUD 1945 yang ada saat ini merupakan hasil rancangan BPUPKI.
Naskahnya dikerjakan mulai dari tanggal 29 Mei sampai 16 Juli. Jadi, hanya
memakan waktu selama 40 hari setelah dikurangi hari libur. Kemudian
rancangan itu diajukan ke PPKI dan diperiksa ulang. Dalam sidang
pembahasan, terlontar beberapa usulan penyempurnaan. Akhirnya, setelah
melalui perdebatan, maka dicapai persetujuan untuk diadakan beberapa
perubahan dan tambahan atas rancangan UUD yang diajukan BPUPKI.

Perubahan pertama pada kalimat Mukadimah. Rumusan kalimat yang


diambil dari Piagam Jakarta," ...dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam
bagi pemeluk-pemeluknya" dihilangkan. Kemudian pada pasal 4. Semula
hanya terdiri dari satu ayat, ditambah satu ayat lagi yang berbunyi, "Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD". Dan,
juga dalam pasal ini semula tertulis," wakil presiden ditetapkan dua orang"
diganti menjadi "satu Wakil Presiden". Juga pada Pasal 6 ayat 1, kalimat yang
semula mensyaratkan presiden harus orang Islam dicoret. Diganti menjadi,"
Presiden adalah orang Indonesia asli". Dan, kata "mengabdi" dalam pasal 9
diubah menjadi "berbakti".

Tampaknya, BPUPKI, Panitia Perancang UUD dan juga Muh. Yamin lalai
memasukkan materi perubahan UUD sebagaimana terdapat dalam setiap
konstitusi. Hingga sidang terakhir pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI sama
sekali tidak menyinggungnya. Walaupun saat itu, sempat muncul lontaran dari
anggota Kolopaking yang mengatakan, " Jikalau dalam praktek kemudian
terbukti, bahwa ada kekurangan.

Usulan mengenai materi perubahan UUD baru muncul justru muncul saat
menjelang berakhirnya sidang PPKI yang membahas pengesahan UUD. Di
tanggal 18 Agustus 1945 itu, Ketua Ir Soekarno mengingatkan masalah
tersebut. Kemudian forum sidang menyetujui untuk diatur dalam pasal
tersendiri dan materinya disusun oleh Soepomo. Tak kurang dari anggota
Dewantara, Ketua Soekarno serta anggota Soebarjo turut memberi tanggapan
atas rumusan Soepomo. Tepat pukul 13.45 waktu setempat, sidang menyetujui
teks UUD.
Dalam pidato pe-nutupan, Ketua Ir Soekarno menegaskan bahwa UUD ini
bersifat sementara dan, "Nanti kalau kita bernegara didalam suasana yang
lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat UUD yang lebih lengkap dan
lebih sempurna." Dari pidato ini, implisit tugas yang diemban oleh UUD 1945
sebatas mengantar gagasan (konsepsi) Indonesia masuk dalam wilayah riel
bernegara. Setelah itu, akan disusun UUD baru yang lebih lengkap dan
sempurna.

Namun,dalam perjalanan selanjutnya, eksperimen ketatanegaraan tak


kunjung berhasil menetapkan UUD baru. Upaya yang dilakukan sidang Dewan
Kontituante berakhir dengan kegagalan. Walhasil, hingga 1959 belum juga
mampu disusun satu UUD baru yang lebih lengkap dan sempurna. Solusinya,
UUD 1945 diberlakukan kembali. Kesejarahan konstitusi ini, jelas
mengakibatkan banyak dampak politis. Tulisan ini membatasi diri hanya pada
kajian sejarah. Utamanya yang berkait dengan watak asali dari UUD 1945.
Apakah dengan dekrit - yang melahirkan kesan inkonsistensi sikap Soekarno,
sifat kesemntaraan UUD 1945 berubah menjadi definitif atau tetap. Satu dari
dua kemungkinan yang jelas akan berakibat serius pada perjalanan
ketatanegaraan selanjutnya.

Sistematika UUD 1945 itu terdiri atas hal sebagai berikut:

1. Pembukaan (mukadimah) UUD 1945

Terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945 tercantum Pancasila
sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai berikut.

Pancasila

a. Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

c. Persatuan Indonesia.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan
peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.

3. Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal
demi pasal.

Anda mungkin juga menyukai