Perisai Pancasila
Pembukaan UUD’45 secara tegas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar dari
pembentukan “pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat”.
Pancasila, dari bahasa Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau
asas, merupakan ideologi dasar Negara Indonesia. Kelima asas ini kemudian
dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, ditetapkan oleh MPR melalui Tap MPR
no.II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa. Ketetapan MPR ini diubah melalui
Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Nilai/butir Pancasila ini
diharapkan menjadi pegangan pemerintah melaksanakan tugas-tugasnya, sekaligus
menjadi karakter bangsa Indonesia. Nilai atau butir Pancasila ini, sepengetahuan
saya, belum pernah dievaluasi secara keseluruhan oleh MPR. Apakah nilai tersebut
telah menjadi karakter bangsa/masyarakat Indonesia, atau malah sebaliknya,
semakin menjauh dari 45 nilai yang ditetapkan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (lambang: Padi dan Kapas)
Nilai Pancasila ini, tentu masih jauh dari karakter hidup bermasyarakat berbangsa.
Contohnya, nilai/butir kelima dari Sila Pertama: “Agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa”. Kenyataannya, agama diharuskan
dicantumkan dalam KTP yang bisa menimbulkan diskriminasi, bukan lagi menjadi
hubungan pribadi tetapi menjadi hubungan kelompok; kepercayaan terhadap Tuhan
YME tersingkirkan. Pemerintah yang diharapkan menjadi teladan pengamalan butir
Pancasila, dibeberapa daerah, masih mengecewakan.
Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Persatuan Indonesia
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan
musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10)Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
Bela Negara menurut UU No 3 tahun 2002 adalah sikap dan perilaku warga
Negara yang di jiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Pembelaan Negara merupakan hak
dan kewajiban setiap warga Negara. Berikut ini adalah Pasal yang terkait
dalam Pembelan Negara serta pertahanan dan keamanannya , antara lain:
“tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan dan
keamanan Negara”
“Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan
kedaulatan negara.”
Makna yang terkandung : meski TNI dan Polri berbeda dalam struktur
organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing
keduanya bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu “sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta” , tugas TNI dan POLRI sama sama
menjaga keamanan negara dan melindungi rakyat , syarat syarat keikutsertaan
rakyat dalam usaha pertahanan dan keamanan sudah diatur di undang undang
1945.
Kesimpulan :
Perjuangan yang gigih dan pengorbanan yang luar biasa dari para pejuang
telah mengantarkan kita menjadi bangsa yang merdeka. Kemerdekaan yang
kita miliki sekarang harus dijaga dan pertahankan karena meskipun Indonesia
sudah merdeka, bukan berarti terlepas dari segala bentuk ancaman,
gangguan. Hambatan, dan tantangan . Upaya yang bisa kita lakukan
contohnya adalah belajar dengan tekun dan penuh semangat yntuk
memperdalam iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ketekunan belajar tersebut akan berhasil mewujudkan generasi yang cerdas,
beriman, bermoral, berwawasan luas, dan terampil untuk membangun bangsa
dan Negara di masa datang.
5.Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas ketuhanan
yang maha esa atau beideologi ketuhanan.setiap warga Negara mempunyai
hak dan kewajiban dalam memeluk agama,sesuai dengan
kepercayaanya,tanpa adanya ganguan atau ancaman dari pihak-pihak yang
mengancam atau menodai pasal 29 tersebut.agar tercipta kententraman dan
kedamaian dalam hidup bernegara.
3. Pokok yang ketiga yang terkandung dalam “pembukaan” ialah negara yang
berkedaulatan Rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan. Oleh karena itu sistem negara Yang terbentuk dalam Undang-
Undang Dasar harus berdasar atas kedaulatan Rakyat dan berdasar atas
permusyawaratan perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat
masyarakat Indonesia.
Hampir 13 tahun sejak reformasi tahun 1998 berlalu. Tidak ada kemajuan berarti.
Bahkan Indonesia terancam dalam kondisi yang jauh lebih buruk. Pengangguran
meningkat, hutang luar negeri bertambah, korupsi merajalela dan dipertontonkan di
depan umum, tayangan media yang semakin tidak mendidik, konfrontasi horizontal
antara warga negara. Sistem multipartai dan koalisi yang tidak jelas, politik dagang
sapi, pemilu yang mahal dan tidak efisien, BUMN yang semakin banyak dijual, dan
sebagainya.. Oh tidaakk.. !!! Apa yang telah kita perbuat pada tahun 1998 (apakah
kita telah membawa diri kita sendiri ke kehancuran) ? Apakah kita telah dalam jalur
yang benar ? Pertanyaan itu sering bergelantungan di imajinasi Saya.
Apa yang salah dengan negara ini ? Kembali pertanyaan itu menghampiri Saya
setiap saat. Beberapa orang akan menjawab ini kan Warisan Orde Baru!!! Hmmm..
dalam hati Saya bertanya-tanya, bagian mana yang warisan orde baru ? Multi Partai
, tentu tidak, jaman Orde baru hanya ada tiga partai dan lebih efisien, lha Amerika
yang kampiun Demokrasi aja hanya dua partai kok.. Media ga terkontrol ? tentu
bukan .. Pendidikan dan Biaya kesehatan mahal… Di orde baru, jauh lebih murah…
Privatisasi BUMN ? hmmm.. pada masa orde baru nggak tuh.. Kelangkaan pangan
? Jaman orde baru kan bisa swasembada beras malah. hmmm warisan orde baru
belah mananya ? Ok deh, Korupsi.. iya itu benar.. tapi, sekarang lebih parah dan
dipertontonkan. Kebebasan berpendapat.. Iya, di jaman sekarang lebih bebas,
sangat bebas malah. Sampai melecehkan pemerintah pun boleh.. Keterlaluan.. !!!
Baiklah, kembali ke tema. Beberapa orang yang anti orde baru, rasanya sangat anti
dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Mungkin seperti
pada jaman Orde Baru yang alergi dengan komunisme. Beberapa orang
berpendapat, Buat apa ada P4, toh pelaksananya, pemerintah banyak yang tidak
menerapkan prinsip-prinsip P4. Hmmm.. menurut Saya, Isi P4 sebenarnya SANGAT
BAGUS DAN BERMANFAAT. Apalagi di tengah krisis jatidiri bangsa saat ini. Saya
punya analogi seperti berikut, JIKA SEORANG DOKTER MEMBERITAHUKAN
KEPADA ANDA BAHWA : MEROKOK DAPAT MERUSAK KESEHATAN DAN
MEMBAHAYAKAN KEHIDUPAN ANDA. Saya yakin, banyak dari kita yang setuju.
Namun, Jika ternyata Si DOKTER ternyata adalah seorang PEROKOK yang
melanggar apa yang dikampanyekannya, apa anda akan menjadi tidak percaya
akan pesan di DOKTER tadi ?
Jika pertanyaan ini diajukan kepada Saya, Jawaban Saya : Saya tetap percaya
Bahwa Merokok itu berbahaya buat kesehatan. Pesan yang disampaikan oleh si
Dokter adalah bermanfaat dan benar, karena itu Saya mempercayainya. Mengenai
si Dokter-nya merokok atau tidak, itu hal yang berbeda.
Begitu juga dengan P4. Pada analogi di atas, pesan merokok membahayakan
kesehatan dianggap setara dengan isi P4. Sementara si Dokter dapat disetarakan
dengan pelaksana kampanye P4 (pemerintah). Apakah bagian pemerintah itu
menjalankan isi P4 atau tidak, itu hal yang lain. Ada dokter yang merokok, dan ada
juga yang tidak. Begitu juga dengan pelaksana pemerintahan, ada yang
melaksanakan prinsip P4 dan ada juga yang tidak.
Ini adalah poin-poin dalam butir-butir pancasila. Resapi dan hayati isinya, dan
rasakan betapa “dalam” isinya.
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.
3. Persatuan Indonesia
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Istilah pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki dua macam
arti secara leksikal yaitu : “panca” artinya lima, “syila” vocal i pendek artinya
batu sendi, alas, atau dasar. “syiila”, vocal i panjang artinya “peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.
a) Persatuan
b) Kekeluargaan
d) Musyawarah
e) Keadilan Rakyat
2) Peri Kemanusiaan-Internationalisme
4) Kesejahteraan Nasional
c) Ketuhanan
Ketiga sila itu lalu diperas lagi menjadi satu sila dan disebut Ekasila yaitu :
gotong royong.
"Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentausa menghan-tarkan rakyat.”
a. Ir. Sukarno;
b. R. Otto Iskandardinata;
c. B.P.H. Purbaya;
f. Mr. R. Supomo;
Atas usul dari Husein Jayadiningrat dan Mr. Muh. Yamin, maka dalam
Panitia Perancang Undang-undang Dasar dibentuk Panitia Kecil dengan
susunan sebagai berikut:
2) Nilai keikhlasan. Para perumus dasar negara kita saat itu tidak terpikir untuk
mendapat imbalan. Mereka ikhlas demi bangsa dan negaranya.
Tampaknya, BPUPKI, Panitia Perancang UUD dan juga Muh. Yamin lalai
memasukkan materi perubahan UUD sebagaimana terdapat dalam setiap
konstitusi. Hingga sidang terakhir pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI sama
sekali tidak menyinggungnya. Walaupun saat itu, sempat muncul lontaran dari
anggota Kolopaking yang mengatakan, " Jikalau dalam praktek kemudian
terbukti, bahwa ada kekurangan.
Usulan mengenai materi perubahan UUD baru muncul justru muncul saat
menjelang berakhirnya sidang PPKI yang membahas pengesahan UUD. Di
tanggal 18 Agustus 1945 itu, Ketua Ir Soekarno mengingatkan masalah
tersebut. Kemudian forum sidang menyetujui untuk diatur dalam pasal
tersendiri dan materinya disusun oleh Soepomo. Tak kurang dari anggota
Dewantara, Ketua Soekarno serta anggota Soebarjo turut memberi tanggapan
atas rumusan Soepomo. Tepat pukul 13.45 waktu setempat, sidang menyetujui
teks UUD.
Dalam pidato pe-nutupan, Ketua Ir Soekarno menegaskan bahwa UUD ini
bersifat sementara dan, "Nanti kalau kita bernegara didalam suasana yang
lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat UUD yang lebih lengkap dan
lebih sempurna." Dari pidato ini, implisit tugas yang diemban oleh UUD 1945
sebatas mengantar gagasan (konsepsi) Indonesia masuk dalam wilayah riel
bernegara. Setelah itu, akan disusun UUD baru yang lebih lengkap dan
sempurna.
Terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945 tercantum Pancasila
sebagai dasar negara yang berbunyi sebagai berikut.
Pancasila
c. Persatuan Indonesia.
2. Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan
peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.
3. Penjelasan UUD 1945 terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal
demi pasal.