Adapun ruang sampel dan banyaknya ruang sampel untuk percobaan melempar
sebuah dadu dapat dinyatakan sebagai berikut.
Setiap elemen dalam ruang sampel S disebut titik sampel. Titik-titik sampel untuk
percobaan melempar sebuah uang logam adalah G dan A. Adapun titik-titik sampel
untuk percobaan melempar sebuah dadu adalah 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Contoh:
1. Tentukan ruang sampel pada percobaan melempar dua keping uang logam.
2. Sebuah dadu dan sekeping uang logam dilempar secara berurutan. Tentukan ruang
sampelnya.
Penyelesaian:
1. Diagram pohon untuk percobaan melempar dua keping uang logam terlihat sebagai
berikut.
Suatu kejadian didefinisikan sebagai suatu himpunan bagian dari suatu ruang
sampel. Kejadian diberi notasi E, diambil dari kata “event”. Gambar 2.6 menunjukkan
hubungan antara kejadian dan ruang sampel.
Suatu kejadian yang hanya memiliki satu titik sampel
disebut kejadian sederhana. Contohnya adalah E1 : {GG} dan
E2 : {AA}.
Suatu kejadian yang memiliki lebih dari satu titik
sampel disebut kejadian majemuk. Contoh kejadian
majemuk adalah {GA, AG, GG}, {GA, AG, AA}, dan {GA, AG}.
Tiga belas kartu diberi angka 1, 2, 3, …, 13. Kartu tersebut dikocok, kemudian diambil satu
kartu secara acak. Berapa peluang:
a. Muncul kartu berangka prima;
b. Muncul kartu berangka 14;
c. Muncul kartu berangka tidak lebih dari 13.
Penyelesaian:
Ruang sampel dalam percobaan ini adalah angka-angka 1 sampai dengan 13.
𝑆 = {1,2,3, … ,13}, dengan 𝑛(𝑆) = 13.
a. Kejadian E1 muncul kartu berangka prima dapat ditulis sebagai
𝐸1 = {2,3,5,7,11,13} sehingga 𝑛(𝐸1 ) = 6
Peluang E1 adalah
𝑛(𝐸1 ) 6
𝑃(𝐸1 ) = =
𝑛(𝑆) 13
b. Angka 14 bukanlah anggota dari S sehingga kejadian 𝐸2 , yaitu muncul angka 14 adalah
𝑛(𝐸 ) 0
himpunan kosong. Jadi, 𝑛(𝐸2 ) = 0. Akibatnya, peluang 𝐸2 adalah 𝑃(𝐸2 ) = 𝑆 2 = 13 =
0 sehingga peristiwa itu disebut kejadian mustahil.
c. Kejadian 𝐸3 muncul kartu berangka kurang dari atau sama dengan 13 dapat ditulis
sebagai
𝐸3 = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13} sehingga 𝑛(𝐸3 ) = 13
𝑛(𝐸 ) 13
𝑃(𝐸3 ) = 𝑛(𝑆)3 = 13 = 1 adalah kejadian pasti.
CONTOH 2
Suatu kotak berisi 3 bola putih dan sebuah bola merah. Dari dalam kotak, diambil secara acak
3 bola sekaligus. Tentukan peluang ketiga bola yang terambil terdiri atas:
a. Salah satu bola berwarna merah
b. Ketiganya berwarna putih
Penyelesaian:
a. Jika A adalah peristiwa salah satu bola yang terambil berwarna merah. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa 𝐴 = {𝑒1 , 𝑒3 , 𝑒4 }, n(A) = 3.
Karena kita meyakini masing-masing titik sampel dalam ruang sampel S berpeluang
𝑛(𝐴) 3
sama untuk terambil maka 𝑃(𝐴) = 𝑛(𝑆) = 4.
3
Jadi, peluang salah satu bola yang terambil berwarna merah adalah 4.
b. Jika B adalah peristiwa ketiga bola yang terambil berwarna putih. Dengan demikian,
𝑛(𝐵)
dapat dikatakan bahwa 𝐵 = {𝑒2 } → 𝑛(𝐵) = 1. Jadi, 𝑃(𝐵) = 𝑛(𝑆)
Cara 2:
Dengan menggunakan penalaran rinci. Dari Gambar 2.7 misal ketiga bola yang terambil,
kebetulan terambil 𝑃1 𝑃2 𝑀. Susunan yang terambil ini sebenarnya dapat berupa 𝑃1 𝑀𝑃2 , 𝑀𝑃1 𝑃2 ,
𝑃2 𝑀𝑃1 , dan seterusnya. Karena kita tidak dapat membedakan satu sama lain, susunan
𝑃1 𝑃2 𝑀 = 𝑃1 𝑀𝑃2 = 𝑀𝑃1 𝑃2 = 𝑃2 𝑀𝑃1 ... dan seterusnya. Artinya, susunan bola yang terambil
tidak memerhatikan urutan, berarti merupakan kasus kombinasi.
a. Peluang salah satu bola terambil merah dari 3 pengambilan.
𝑃(𝐴) = 𝑃(1𝑀, 2𝑃)
= 𝑃(1𝑀 𝑑𝑎𝑟𝑖 1 𝑀 𝑑𝑎𝑛 2𝑃 𝑑𝑎𝑟𝑖 3𝑃)
𝑛(1𝑀 𝑑𝑎𝑟𝑖 1 𝑀 𝑑𝑎𝑛 2𝑃 𝑑𝑎𝑟𝑖 3𝑃)
=
𝑛(3 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 4 𝑏𝑜𝑙𝑎)
𝐶11 × 𝐶23 1 × 3 3
= = =
𝐶34 4 4
b. Peluang terambilnya ketiga bola berwarna putih.
𝑃(𝐵) = 𝑃(𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ)
= 𝑃(3𝑃, 0𝑀)
= 𝑃(3𝑃 𝑑𝑎𝑟𝑖 3𝑃 𝑑𝑎𝑛 0𝑀 𝑑𝑎𝑟𝑖 1𝑀)
𝑛(3𝑃 𝑑𝑎𝑟𝑖 3𝑃 𝑑𝑎𝑛 0𝑀 𝑑𝑎𝑟𝑖 1𝑀)
=
𝑛(3 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 4 𝑏𝑜𝑙𝑎)
3
𝐶3 × 𝐶01 1 × 1 1
= = =
𝐶43 4 4
RANGKUMAN