1. PENGERTIAN
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel
skuamosa laring yang tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang
bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti
epiglotis, pita suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang banyak mengandung banyak
pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase kekelenjar limfe
leher bagian dalam.
Karsinoma laring adalah karsinoma ( keganasan sel skuamosa pita suara dan
jaringan sekitarnya ( C. Long Barbara : 408 ).
Ca laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang
THT dan lebih bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis
karsinoma sel skuamosa (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136).
2. EPIDEMIOLOGI.
Kanker adalah sebuah penyakit umum disemua Negara didunia banyak diderita
orang tua umur 40 tahun keatas. Kemungkinan terbesar orang mendapat kanker pada
umur >60 tahun, dan memberikan kemampuan hidup (survival rate) 5 tahun hanya
berkisar antara 9-32 % pada wanita dan kurang lebih 9-42 % pada pria.
Di negara-negara maju rata-rata orang meninggal karena kanker adalah satu
diantara empat kematian (1:4). Di Eropa dan Amerika kanker laring merupakan penyakit
kanker nomer satu dari kebidang THT. Tapi di Indonesia nomer satu adalah kanker
nasofaring, sedangkan kanker laring hanya menmpati urutan ke dua dan ketiga dari
setiap tahunnya.
Bila di bandingkan kanker seluruh tubuh kanker laring menempati urutan ke 14,
sedangkan kanker nasofaring menempati urutan ke tiga atau ke empat. Walaupun knker
larin menempati urutan ke dua atau tiga dari keganasan THT, tapi pada umumnya
mempunyai prognosa yang kurang baik.
3. ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang – orang dengan
resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring.Penelitian epidemiologic
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang
kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang
diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :
a. Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut, laring
(pita suara), dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
b. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan
kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan
resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan
berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam
berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti:
kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
c. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus
Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini
menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan
genetik.
Menurut Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta D. Thone
R. Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring meliputi :
1. Tembakau ( berasap / tidak )
2. Alkohol serta efek kombinasinya
3. Penajaman terhadap obseton
4. Gas mustard
5. Kayu, kulit dan logam
6. Pekerjaan yang menggunakan suar berlebihan (penyanyi rock, ustad, dosen )
7. Laringitis kronis
8. Defisiensi nutrisi ( Riboflavin )
9. Riwayat keluarga ca laring
10. Asap debu pada daerah industri
11. Laringitis kronis
12. Perokok diatas 40 tahun atau lebih
13. Lebih sering pada laki-laki daripada wanita
14. Epiglotis
15. Hemophilus influenzae
4. PATOFISIOLOGI
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai
limfatik yang jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglottis, pita suara palsu, dan
sinus-sinus piriformis ). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan kanker pada jaringan
ini biasanya meluas dengan cepat dan segera bermefastase ke kelenjar limfe leher bagian
dalam. Orang-orang yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih
dari 2 minggu harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal
kanker pita suara, jika pengobatan dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan
tumor sebelum mengenai seluruh pita suara ) pengobatan biasanya masih
memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan
pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran
kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik terhadap laring dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari
pemeriksaan mikroskopi terhadap laring ( C. Long Barbara. 1996 : 408-409 ).
Pathway
Faktor predisposisi
(alkohol, rokok, radiasi)
↓
Proliferasi sel laring
↓
Diferensiasi buruk sel laring
↓
Ca. Laring
5. KLASIFIKASI
Tumor Ganas Laring
a. GlotisTis Karsinoma insitu
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar
dari laring.
b. Subglotis
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar
laring atau dua-duanya.
c. Metastasis Jauh (M)
Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh. Stadium
a. ST1 T1 N0 M0
Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
Tumor terbatas pada daerah subglotis. Tidak ada metastasis jauh
b. ST II T2 N0 M0
Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih
dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas
ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada
metastasis jauh
c. STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis
jauh
d. STIV T4 N0/N1 M0
Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah
keluar dari laring. Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau
perluasan ke luar laring atau dua-duanya.
e. T1/T2/T3/T4 N2/N3
f. T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
6. MANIFESTASI KLINIK
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada
daerah glods karena tumor mengganggu pita suara selama bicara. Suara mungkin
terdengar parau dan puncak suara rendah. Bunyi suara yang terganggu bukan merupakan
tanda dini kanker suglotis atau supraglotis, namun mungkin pasien mengeluh nyeri dan
rasa terbakar pada tenggorokan ketika minum cairan hangat atau jus jeruk.
Suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher, gejala lanjut , termasuk
kesulitan menelan ( dsifagia ) atau kesulitan bernafas ( dipsnue ). Suara serak dan nafas
bau, pembesaran nodus limfe servikal, penurunan BB dan status kelemahan umum dan
nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersama metastasis ( Brunner & Suddart,
2002 : 556-557 )
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. System pencernaan
Adanya Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok
yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral,
kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan reflek.
b. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau
menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker
laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa
c. System Pernapasan
Adanya benjolan di leher
Asimetri leher
Nyeri tekan pada leher
Adanya pembesaran kelenjar limfe
Dipsnoe
sakit tenggorokan
suara tidak ada
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi terhadap
sisi luar laring pada leher dan gerakan-gerakan pada saat menelan. Pada
kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke bawah saat inspirasi atau
tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya pembesaran dan nyeri.
b) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada tenggorokan.
c) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan adanya
lesi-lesi loca
d) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.
9. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi.
Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi
dilakukan untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan
dengan gigi diatasi jika mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
a. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang
hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan ( yaitu
bergerak saat fonasi )
Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkin
mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang
mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi juga dapat
digerakkan secara pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor.
b. Pembedahan Parsial
Laringektomi parsial ( laringotomi –tirotomi )
Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini
ketika hanya satu pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka
penyembuhan yang sangat tinggi . Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat
dan semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien kemungkinan menjadi
parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki
kesulitan menelan.
Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis.
Tulang hyoid, glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara kartilogi krikoid
dan trakea tetap utuh. Selama operasi dilakukan di seksi leher radikal pada
tempat yang sakit. Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas
glottis pulih. Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan
stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai
terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi. Pasca operatif, klien
kemungkinan akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu
pertama. Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali
pulih seperti biasa.
Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang
dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid
laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara ( satu pita
suara sejati dan satu pita suara palsu ) dengan pertumbuhan tumor diangkat.
Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan
mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien
beresiko mengalami operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi
pada kualitas suara ( sakit tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi
nafas dan jalan menelan tetap utuh.
Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang hyoid,
epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah,
dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Laringektomi total membutuhkan
stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke
dalam saluran pernapasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan
spingter tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi
menelan akan normal. Laringektomi total merubah cara dimana aliran udara
digunakan untuk bernafas dan berbicara. (Brunner & Suddarth, 2002 : 557-558)
c. Kemoterapi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen
antineoplastik. Obat ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Semua sel baik normal maupun sel kanker berjalan mengikuti siklus
sel. Agen kemoterapi bekerja pada fase siklus sel berbeda disebut siklus non spesifik,
kebanyakan agen kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara aktif sedang
membelah.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik daripada lesi
setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi. Kemoterapi mungkin di
kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi, atau kedua-duanya untuk
menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak sel-sel tumor yang masih
tertinggal pasca operasi. Tujuan dari kemoterapi (penyembuhan , pengontrolan, paliatif)
harus realistic, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang digunakan dan
keagresifan dari rencana pengobatan.
Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik membunuh
sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka melakukan ini dengan
meniru struktur metabolik esensial secara kimiawi, yaitu : Nutrien esensial untuk
metabolisme sel normal, Agen umum meliputi : Cytarabine ( ARA-C ), Floxuridine (
FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ), Hydroxyurea ( Hydrea ), 6-Merkaptopurine ( 6-MP ),
Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin. Efek samping yang paling umum adalah
meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang dan diare.
Rute pemberian
Obat-obat kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral, interval,
intramuskuler, subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal. Rute pemberian biasanya
bergantung pada tipe obat, dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan luasnya tumor
yang diobati.
Dosis
Dosis preparat anti neoplastik terutama didasarkan pada area permukaan tubuh total
pasien, respon terhadap kemoterapeutik atau terapi radiasi dahulu, fungsi organ utama
dan status kinerja fisik.
d. Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
Pemberian sadatif
Pemberian antiemetik
Pemberian antipiretik
10. KOMPLIKASI
Komplikasi ca laring mengambarkan modalitas terapi yang digunakan, ada pun
komplikasi tersebut diantaranya (concus etal,2008):
a. Gangguan vocal.
b. Gangguan menelan.
c. Kehilangan penciuman dan perasa.
d. Timbulnya fistula.
e. Gangguan saluran pernapasan.
f. Kerusakan syaraf cranial.
g. Kerusakan vascular.
h. Fibrosis jaringan.
i. Hipotiroidisme
j. Komplikasi lain seperti hematom dan infeksi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fokus
Pengkajian Primer
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak
yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan perubahan
pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long Barbara, Harrison,
Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan data sebgai
berikut :
Biografi
1) Usia
2) Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1
3) Pekerjaan : Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan, seperti
penyanyi, penceramah, dosen.
4) Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi yang
tinggi, seperti tinggal di wilayah industri
Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit
menelan,sulit bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan,
nyeri tenggorok, lemah.
c. Pengkajian Sekunder
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Tanda-tanda vital
Suhu
TD
Respirasi
Nadi
Pengukuran BB
Kepala
Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel
Leher
2) Pemeriksaan Penunjang
a) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi terhadap
sisi luar laring pada leher dan gerakan-gerakan pada saat menelan. Pada
kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke bawah saat inspirasi atau
tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya pembesaran dan nyeri.
b) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada
tenggorokan.
c) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan adanya
lesi-lesi loca
d) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian
atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,
serta sekresi banyak dan kental.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf
oleh sel-sel tumor.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan (disfagia).
e. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher.
4. INTERVENSI
1) Tentukan riwayat nyeri misal : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas dan
tindakan penghilang yang digunakan.
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
atau keefektifan intetrvensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar ( misal reposisi, gosokan punggung,) dan
aktivitas hiburan ( missal musik dan TV ).
Rasional : meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali
perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri ( misal teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi ) tertawa, musik dan sentuhan terapeutik.
Rasional : memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan masa control.
4) Evaluasi penghilangan nyeri atau control
Rasional : control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
5. KOLABORASI
1) Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter
Rasional : rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk control
nyeri.
2) Beri analgesic sesuai indikasi misal : bromstoms cocktail, morfin, metadon atau
campuran narkotik IV khusus.
Rasional : nyeri adalah komplikasi sering dari kanker meskipun respon
individual berbeda saat perubahan penyakit atau perubahan terjadi
penilaian dosis dan pemberian akan diperliukan.
3) Berikan penggunaan CPA dengan cepat
Rasional : analgesia dikontrol pasien sehingga pemberian obat tepat waktu,
mencegah fruktuasi, pada intensitas nyeri, sering pada dosis total
rendah akan diberikan melealui metode konvensional.
4). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan (disfagia).
a. Tujuan : Nutrisi klien adekuat
b. Kriteria hasil : Mendemonstrasikan pemeliharaan kemajuan peningkatan
BB sesuai tujuan, tidak mengalami tanda-tanda dalam
rentan normal.
c. Intervensi
1) Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan
menangani sekresi.
Rasional : faktor ini menentukan pilihan terhadap jenis makanan
sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.
2) Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau nilainya suara yang
hiperaktif
Rasional : fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik, jadi bising
usus membantu dalam menentukan respon untuk makan
atau berkembangnya komplikasi seperti paralitik ilius.
3) Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : mengevaluasi keefektifan / kebutuhan mengubah
pemberian nutrusi.
4) Berikan makan dalm jumlah kecil dan dalam waktu sering dengan
teratur.
Rasional : Meningkatkan prosese pencernaan dan toleransi pasien
terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan
kerja sama pasien saat makan.
5) Tingkatkan kenyamanan lingkungan yang sama termasuk sosialisasi
saat makan. Anjurkann oranhg terdekat untk membawa yang disukai
pasien.
Rasional : meskipun proses penilaian pasien memerlukan bantuan
makan dan menggunakan alat Bantu, sosialisasi waktu
makan dengan orang terdekat atau teman dapat
meningkatakan pemasukan.
6) Kaji feses, cairan lambung, muntah darah dan sebagainya.
Rasional : Pendarahan subakuat / akut dapat terjadi
d. Implementasi
6. EVALUASI
a. Mempertahankan jalan nafas yang bersih dan dapat mengatasi sekresi sendiri
Memperagakan tehnik yang tepat dan praktis yang mencakup pembersiahan
dan penanganan selang laringektomi
b. Mendapatkan tehnik komunikasi yang efektif
Menggunakan lat batu untuk komunikasi ( magic slate, bel pemanggil, papan
gambar,bahasa isarat, membaca gerak bibir, bantuan komputer)
c. Mempertahankan nutrisi yang seimbang dan adekuat.
d. Menunujukan perbaikan citra diri
Mengekspresikan perasan dan kekawatiran
Ikut serta dalam perawatan diri dan pembuatan keputusan
Menerima informasi tentang kelompok pendukung
nyeri yang dirasakan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Bites Barbara dkk, 1998 . Buku Saku Pemeriksaan dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Carpenito Lynda Juall. 1999. Rencana suhanA Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : EGC
C. Long Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung:IAPK Pajajaran
Doenges. E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2. Edisi 8. Jakarta : EGC