Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika ada
molekul yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Cairan yang tersisa mengandung urea
dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuang keluar dari tubuh.
Pada keadaan normal, urin memang tampak sedikit berbusa karena urin
mengandung unsur-unsur tersebut. Apalagi bila urin dicurahkan ke dalam tempat
berwadah dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang menyebabkan urin tampak
berbusa. Memastikan adanya kelainan pada urin perlu diperhatikan beberapa hal
seperti warna, bau, kejernihan, dan kekentalan. Warna yang memerah
menandakan adanya darah yang bercampur dalam urin. Hal ini terjadi pada
keadaan infeksi, luka, batu saluran kemih, tumor, atau meminum obat tertentu.
Jika warna sangat merah menandakan adanya perdarahan yang hebat di saluran
kemih.
Dengan sampel urine kita dapat mengetahui bahwa seseorang menderita
penyakit diabetes, tes kehamilan dan sebagainya. Urine sebagai sebuah sampel
haruslah dijaga agar tetap steril dan tidak ada bakteri lain yang berkembang karna
dapat merusak hasil pemeriksaan. Cara pengambilan urine juga harus
diperhatikan agar urine tidak tercemar bakteri baik yang berasal dari udara
maupun feaces, selain itu pengiriman dan pengawetan urine harus sesuai dengan
prosedur yaitu diletakkan di refrigator tidak lebih dari 2 jam, keakuratan hasil
pemeriksaan sangat bergantung pada penanganan sampel yang baik. Oleh karena
itu penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana penanganan dan pemeriksaan
sampel yang sesuai prosedur, yaitu dengan menggunakan urin midstream yaitu
urin pagi hari. Urin pertama pagi hari memiliki konsentrasi lebih tinggi, jumlah
lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.
Salah satu tanda terjadinya infeksi mikroorganisme di sistem urinaria adalah
dengan ditemukannya bakteriuria, yaitu kondisi dimana ditemukannya sejumlah
bakteri atau mikroorganisme lainya di dalam urin.[4] Bakteri yang terdapat
didalam urin pada kondisi bakteriuria ini bisa diamanfaatkan untuk mendeteksi
dan menentukan jenis bakteri penyebab infeksi. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi dan menentukan jenis bakteri atau mikroorganisme
yang menginfeksi adalah melalui cara kultur urin, dimana urin akan dikultur
dalam media Mac Concay Agar dan diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu,
kemudian dari hasil kultur tersebut dapat dilihat karakteristik koloni bakteri atau
mikroorganisme yang tumbuh dan dilakukan pewarnaan gram. Kultur urin sangat
penting dalam penegakan diagnosis pada kasus infeksi system urinaria serta
pemberian terapiu antibiotik yang tepat.

1.2 Tujuan praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan bakteriologi kultur urin.
2. Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam mengenali dan menjelaskan
karakteristik mikroorganisme yang terdapat di dalam urin normal maupun
patologis.
3. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa mengenai karakteristik alat dan
bahan dalam pemeriksaan bakteriologi kultur urin, yang dapat berguna dalam
pemeriksaan.
4. Untuk menambah penegetahuan mahasiswa mengenai pemeriksaan
bakteriologi kultur urin sebagai salah satu sumber penegakan diagnosis klinis
pada kasus infeksi sistem urinaria.
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan bahan
a. Alat
1. Ose
2. Bunsen
3. Mikroskop
4. Objek glass
5. Cawan petri
6. Inkubator
7. Spidol
8. Slide Dryer
9. Penjepit objek glass
10. Pipet tetes
b. Bahan
1. Sampel urin (laki-laki dan perempuan)
2. Safranin
3. Kristal violet
4. Alkohol
5. Lugol
6. Agar McConkey
7. Minyak imersi
2.2 Cara kerja
a. Teknik Langsung
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Menyeterilkan objek glass menggunakan Bunsen.
3. Menyeterilkan ose dengan membakarnya menggunakan Bunsen.
4. Memasukkan ose kedalam sampel urin.
5. Meneteskan langsung urin yang terdapat di ose pada objek glass.
6. Memfikasi objek glass tadi dengan diletakkan diatas Bunsen
7. Melakukan pewarnaan gram pada objek glass.
8. Mengamati hasil pewarnaan dengan menggunakan mikroskop
b. Teknik Kultur
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengerjakan kultur didalam laminar air flow.
3. Membakar tepi cawan petri yang didalamnya sudah terdapat agar
McConkey dengan menggunakan Bunsen.
4. Membakar ose hingga membara (berwarna merah).
5. Mengambil sampel urin dengan menggunakan ose.
6. Meletakan sampel urin kedalam media agar dengan membentuk sebuah
bulatan.
7. Membakar ose lagi.
8. Menarik garis kebawah dari bulatan yang telah dibentuk sebelumnya
(boleh beberapa kali).
9. Membakar ose lagi.
10. Membuat pola zig-zag dai bulatan yang dibentuk pertama kali hingga
bawah.
11. Menyimpan media kedalam inkubator untuk diinkubasi selama 24 jam.

Gambar 1. Teknik kultur urin dalam media Mac Concay Agar.


c. Pewarnaan Gram
1. Kaca objek dibersihkan dengan menggunakan alkohol dan keringkan.
2. Aquades diteteskan sebanyak 1 tetes.
3. Biakan diambil dengan menggunakan ose yang telah dipanaskan terlebih
dahulu dengan bunsen kemudian ratakan biakan pada kaca objek.
4. Kaca objek difiksasi dengan cara meletakan kaca objek diatas Bunsen.
5. Larutan kristal violet ditetesi pada kaca objek menggunakan pipet dan
diamkan ± 1 menit lalu bilas dengan air mengalir.
6. Larutan lugol / yodium ditetesi pada kaca objek dan biarkan ± 1 menit.
Kemudian cuci kembali.
7. Alkohol 95% ditetesi pada kaca objek, biarkan ±30 detik kemudian kaca
objek dicuci.
8. Larutan safranin ditetes pada kaca objek dan biarkan selama. ± 1 menit.
Kemudian bilas dengan air, keringkan dengan slide dryer.

Sediaan diperiksa dibawah mikroskop dengan diberi minyak imersi


BAB III
HASIL
3.1 Pewarnaan Gram

Gambar 1. Hasil pewarnaan gram (wanita)Gambar 2. Hasil pewarnaan gram (pria)

Tabel 3.1 Hasil Pewarnaan Gram

Sampel Hasil

Pria Tidak ditemukan bakteri

Wanita Tidak ditemukan bakteri


3.2 Kultur Urin Media EMB

Gambar 2. Hasil kultur urin media Gambar 3. Hasil kultur urin media
EMB (wanita) EMBA (pria)

Tabel 3.2 Kultur Urin pada Media EMB


Sampel Hasil
Pria Tidak ditemukan bakteri
Wanita Tidak ditemukan bakteri

3.3 Kultur Urin pada Media Mac Conkey

Gambar 3. Hasil kultur urin pada media Gambar 3. Hasil kultur urin pada media
Mac Concay wanita Mac Concay wanita
Tabel 3.3 Hasil kultur urin pada media Mac Monkey

Sampel Hasil
Pria Tidak ditemukan bakteri

Wanita Tidak ditemukan bakteri


BAB IV
PEMBAHASAN
A. Teknik Langsung
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pewarnaan langsung, sampel
urin kelompok C2 pada propandus laki - laki dan perempuan tidak terdapat leukosit
dan sel epitel dan bakteri di urin. Hasil yang didapat dapat dikategorikan bahwa urin
probandus baik wanita maupun pria dalam keadaan normal, dengan kata lain tidak
ada infeksi di saluran kencing probandus, hal ini diperkuat oleh data bahwa tidak ada
riwayat konsumsi antibiotik oleh probandus sebelum dilakukan pengambilan sampel,
sebagaimana yang kita ketahui bahwa penggunaan antibiotik sebelum pengambilan
sampel urin dapat menghasilkan hasil pemeriksaan yang negatif (-) palsu, ini
dikarenakan bakteri yang seharusnya ada di dalam urin akan mati terlebih dahulu
sehingga tidak akan dapat diperiksa dan memberikan hasil negatif walaupun
sebenarnya terdapat bakteri atau mikroorganisme lain di dalam urin (bakteriuria).
Selain itu tidak ditemukannya leukosit juga memberikan indikasi kuat tidak ada
infeksi bakteri di saluran kencing probandus, karena pada umumnya jika terdapat
infeksi maka akan terjadi peningkatan jumlah sel leukosit secara masif di dalam urin
guna melawan infeksi yang terjadi, disini leukosit berperan sebagai antibodi seluler
yang akan memfagosit sel-sel bakteri.4
B. Teknik Kultur
Berdasarkan hasil inokulasi sampel urin pada media Mac Concay. Mac concay
Agar adalah medium kultur yang dirancang untuk tumbuh bakteri gram negatif serta
memfermentasi laktosa. Pengamatan hasil inokulasi urin kelompok C2 (Probandus
wanita dan laki – laki ) tidak ditemukan tumbuhnya biakan pada media.
Sedangkan untuk hasil dari praktikum pengamatan kelompok A3 (Probandus
laki-laki) didapat hasil tumbuh koloni bakteri di salah satu cawan petri, dengan hasil
koloni bakteri bentuk smooth dan convex. Setelah dilakukan pewarnaan gram didapat
hasil bakteri gram negatif dengan bentuk basil. Hasil positif (tumbuhnya biakan
bakteri) dari sampel probandus laki-laki dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah urin yang terkontaminasi oleh bakteri yang berasal dari anus dan
rektum. Ini dibuktikan dengan terkonfirmasinya bahwa bakteri yang tumbuh pada
media merupakan bakteri gram negatif yang merupakan jenis spesies umum untuk
bakteri entrobacteriaceae. Sedangkan hasil negatif pada urin probandus A1 dan A2
dapat dimungkinkan oleh karena kesalahan saat proses inokulasi.

Anda mungkin juga menyukai