Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kerja praktek merupakan bagian dari kurikulum yang dilaksankan sebagai
salah satu persyaratan untuk pengambilan tugas akhir pada Fakultas Teknik
Jurusan mesin Universitas Islam Riau. Melalui kerja praktek ini mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan teori-teori ilmiah yang diperoleh dari bangku kuliah
guna memperoleh pengalaman yang berguna dalam mewujutkan pola kerja yang
akan datang nantinya.
Dalam rangka menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah
tersebut yaitu dengan melaksanakan kerja praktek di PT.PEPUTRA
MASTERINDO, yang bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit. Sawit
merupakan bahan baku dalam pembuatan berbagai macam kebutuhan salah
satunya yaitu minyak makan, dan merupakan devisa negara yang cukup besar.
Kelapa sawit adalah tanaman palma. bagian tanaman yang bernilai
ekonomis adalah buah. Buah tersusun dalam sebuah tandan buah segar (TBS).
Satu tandan dewasa beratnya kira-kira 15-30 kg tersusun dari 600-2000 buah.
Setelah diproses di pabrik pengolahan dapat dihasilkan minyak sawit kasar (Crude
palm oil-CPO) yang diekstrak dari daging buah ( mesocarp) sebanyak 20-24%,
minyak inti sawit (palm karnel oil-PKO) sebanyak 3-4% dari 6% karnel. Produk
ini diproses lajut menjadi berbagai bahan pemenuhan kebutuhan manusia, baik
makanan, kosmetik, maupun obat-obatan, bisa juga sebagai bahan bakar alternatif
untuk bahan bakar kompor, bahan bakar bensin, yang kita kenal adalah BIO
DIESEL. Yang dikalangan masyarakat dinilai sebagai upaya pemerintah
mengurangi krisis bahan bakar minyak indonesia.
Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk menghasilkan minyak sawit
yang berkualitas baik dan rendemen yang tinggi. Kecepatan dan ketepatan olah di
pabrik akan mempengauhi perolehan hasil, baik kualitas dan kuantitasnya.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan diadakannya Kerja Praktek adalah :
1. Untuk mengimplementasikan pengetahuan, baik secara teori
maupun praktek sesuai dengan jenis pekerjaan di lapangan.
2. Sarana untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan serta
wawasan dalam lapangan.
3. Sebagai pembelajaran untuk memahami sistem operasi dan
perawatan dalam sebuah perusahaan.
4. Memahami sosial budaya dalam sebuah perusahaan tempat kerja
praktek.
5. Sebagai syarat menempuh gelar kesarjanaan di Jurusan Teknik
Mesin Universitas Islam Riau.

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup Kerja Praktek ini kami batasi pada Proses Reduksi Buah
sawit dengan menggunakan sistem kontrol atau system monitoring dengan
pengamatan lapangan yang menjadi bahan kajian dengan menggunakan data, hasil
wawancara dan diskusi dari beberapa karyawan, dan Studi pustaka perusahaan
PT.PEPUTRA MASTERINDO yang tepatnya berada di Desa Petapahan jaya,
kec. Tapung Hulu, kab. Kampar, prov.Riau.

1.4 Metode Kerja Praktek


Metode Kerja Praktek yang diambil penulis meliputi beberapa tahap
diantaranya :
1. Tahap Persiapan
Mempersiapkan hal – hal yang diperlukan untuk awal suatu kerja
praktek dan pengenalan instansi yang bersangkutan secara umum.

2. Studi Literatur
Mempersiapkan buku – buku dan karangan ilmiah yang
berhubungan dengan pemecahan masalah, sehingga diperoleh teori
– teori yang digunakan untuk perumusan masalah.

2
3. Peninjauan Lapangan
Melihat secara langsung operasional alat.

4. Pengumpulan data – data


Mengumpulkan data – data yang berkaitan dengan operasional alat
sebagai dasar untuk penyusunan laporan kerja praktek.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Prektek


Waktu dan pelaksanaan kerja praktek adalah di PT.PEPUTRA
MASTERINDO, dimana :
1. Waktu kerja peraktek lebih kurang selama satu bulan
(± 1 bulan) dilaksanakan pada 26 Agustus – 24 September 2017.
2. Tempat pelaksanaan Kerja Praktek ini di laksanakan di PT.PEPUTRA
MASTERINDO, di Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten
Kampar,Prov Riau.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika penyusunan laporan kerja praktek ini adalah sebagai


berikut:

 BAB I : Pendahuluan,

Bab ini berisi mengenai latar belakang


permasalahan yang terjadi, permasalahan yang akan
diselesaikan, tujuan penelitian, metode penelitian,
sistematika laporan yang disusun,serta lokasi dan
waktu kerja peraktek.

 BAB II : Tinjauan Umum Perusahaan,

Bab ini berisi mengenai segala hal yang


berhubungan dengan PT.PEPUTRA
MASTERINDO seperti visi, misi, nilai-nilai,
struktur organisasi, maupun sejarah PT.PEPUTRA
MASTERINDO.

3
 BAB III : Tinjauan pustaka,
Bab ini berisikan tentang sejarah dan teori-teori
turbin uap generator.

 BAB IV : Pengoperasian dan perawatan turbin uap generator,


Bab ini berisikan tentang bagaimana cara
mengoperasikan turbin uap bersama generator serta
perawatannya.

 BAB V : Penutup,

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran


peserta kerja praktek setelah di lakukannya proses
kerja praktek di PT. PEPUTRA MASTERINDO.

4
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


PT. PEPUTRA MASTERINDO mulai dibangun pada awal tahun 2002.
Pabrik kelapa sawit (PKS) ini merupakan milik PT. PEPUTRA GRUB.
Perusahaan ini mulai beroperasi pada awal tahun 2003 dengan kapasitas 90
Ton/jam. PT. PEPUTRA MASTERINDO terletak di desa Petapahan Jaya,
Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. PT. PEPUTRA
MASTERINDO adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan
kelapa sawit, sebagai produknya adalah Crude Palm Oil ( CPO ). Peningkatan
produksi dilakukan pada bulan Desember 2012 yaitu dengan penambahan satu
unit turbin baru dengan kapasitas 1200 kw.

Gambar 2.1: Pabrik Kelapa Sawit PT. PEPUTRA MASTERINDO

5
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi Perusahaan adalah susunan pekerja dari perusahaan
dari manager sampai karyawan untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar
2.2.
Gambar 2.2 struktur organisasi perusahaan :

PENDIRI PERUSAHAAN
(Ibu Mariana )

MANAGER
( Bpk.Supriadi,ST)

JUNIOR MANAGER WAKIL MANAGER


( Bpk. Hendro suwito ) ( Bpk.Hendro suwito )

PERSONALIA
(..............................)

Tabel 2.1 Struktur organisasi perusahaan :


PEMBAGIAN KARYAWAN JUMLAH KARYAWAN
 Departemen proses
- Pengolahan I 47 orang
- Pengolahan II 28 orang

6
 Departemen maintenance 15 orang
 Departemen kantor & 16 orang
laboratorium
 Asst. Administrasi 1 orang
 Asst. Pengendali mutu 1 orang
 Asisten pengolahan 4 orang

2.3 Hak Dan Kewajiban Karyawan


Semua komponan yang terlibat dalam perusahaan memiliki hak dan
kewajiban, termasuk kariawan. Kariawan di PT. PEPUTRA MASTERINDO
berhak atas:
a. Gaji dan THR, yang besarnya diatur sesuai dengan tingkat dan
golongan.
b. Mendapatkan peralatan dan perlindungan kerja

Sedangkan kewajiban dari kariawan adalah:


a. Menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik dan penuh rasa
tanggung jawab sesuai dengan peraturan perusahaan dan peraturan
pemerintah.
b. Mentaati perintah-perintah yang layak dari perusahaan.
c. Bersedia menjaga dan merawat alat-alat bantu, memegang teguh
rahasia perusahaan yang dipercaya atau dipertanggung jawabkan
dengan baik dan tenggung jawab.
d. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan kerugian
perusahaan secara langsung maupun tidak langsung, baik kerugian
material maupun kerugian non material

Untuk mendorong semangat kerja karyawan, maka perusahaan memberikan :


a. bonus tahunan, yang besarnya sesuai dengan nilai prestasi kerja
dikalikan dengan gaji pokok.
b. Pelayanan kesehatan, yang berupa penyediaan poliklinik, mengikut
sertakan jaminan sosial tenaga kerja.

7
c. Penyediaan perumahan dengan berbagai perlengkapannya, yang sesuai
dengan golonganya.
d. Sarana olah raga, berupa lapangan bola volly.
e. Sarana kesenian.
f. Sarana ibadah.
g. Balai pertemuan karyawan.

2.4 Laporan Produksi


Laporan produksi PKS PT. PEPUTRA MASTERINDO kekantor pusat
gunanya untuk mengetahui produksi yang dapat dihasilkan oleh suatu pabrik
kelapa sawit, dan laporan ini berupa:
 Laporan Harian : Laporan Produksi dari pengolaha kekantor
pusat melalui ratel setiap hari.

 Laporan Mingguan : Laporan evaluasi mingguan pengolahan

 Laporan bulanan : Pembuatan Laporan Produksi

2.5 Peralatan ( Aset ) Operasi


Pabrik kelapa sawit (PKS) PT. PEPUTRA MASTERINDO memiliki
sejumlah aset yang dapat mendukung suatu unit produksi, aset-aset tersebut
sebagai berikut:.
 STASIUN :
1. Stasiun penerimaan buah
a. jembatan timbang
b. Loading ramp
c. transfer carriage
d. dirty conveyor

2. Stasiun rebusan
a. Rebusan (sterillizer)
b. program digital rebusan

8
3. Stasiun penembah
a. housting crane
b. penembah
c. auto feeder
d. conveyor
e. fruit elevator
f. empty bunch conveyor
g. 1ncenerator

4. Stasiun pressan
a. Press
b. cage breaker conveyor

5. Stasiun klarifikasi
a. vibrating screen
b. crude oil pump
c. oil purifier
d. sludge operator
e. continius settin tank
f. strorage tank
g. recovery
h. loading sheet

6. Stasiun pabrik biji


a. nut hopper
b. riple mill
c. HDC
d. kernel silo
e. kernel bin
7. Stasaiu pembangkit tenaga
a. Boiler
b. turbin steam
c. diesel genset

9
8. Water treatment
a. klarifier tank
b. bank penampungan
c. sand filter
d. tower

9. Effluent treatment

2.6 Proses Pengolahan


Proses pengolahan yang terjadi di PKS PT.PEPUTRA MASTERINDO,
akan dijelaskan secara singkat saja yaitu:
 Stasiun Penerimaan Buah
Proses – proses yang di lakukan pada stasiun penerimaan buah adalah
sbagai berikut:
1. Jembatan Timbangan
Jembatan timbangan berfungsi untuk mengetahui berat muatan sawit
yang diangkut oleh kendaraan. Penimbangan ini dilakukan pada saat
kendaraan memasuki dan keluar dari pabrik.

Berat Bersih = Berat Mobil Muatan – Berat Kosong

2. Loading Ramp
Loading ramp merupakan tempat penampungan buah sawit sebelum
sawit dimasukkan kedalam lori

3. Transfer Carriage
Suatu alat yang berfungsi untuk memindahkan lori dri rel yng satu ke
rel yang lain. Alat ini dapat menampung 3 unit lori, dimana setiap lori
bermuatan 2,5 ton buah sawit.

10
4. Stasiun Rebusan (Sterilizer)
Pada stasiun ini terjadi proses perebusan sawit. Perebusan ini
dilakukan dengan menggunakan steam yang diperoleh dari sisa uap
turbin. Tekanan uap diperkirakan  2.8 kg/cm2 dan uap nya berupa
uap basah. Rebusan ini dapat menampung 11 lori yaitu sekitar 27,5 ton
sawit. Lamanya perebusan sekitar 90 menit, sedangkan lamanya siklus
perebusan yaitu 110 menit.

5. Stasiun Penembah
Stasiun ini terjadi proses pemisahan antara buah sawit dengan
tandannya setelah dilakukannya proses perebusan, selanjutnya buah
sawit diproses lanjut sedangkan tandan kosong dibawa ke incenerator
dengan menggunakan konveyor untuk dibakar. Pemindahan lori dari
rebusan ke stasiun penembah menggunakan housting crane.

6. Stasiun Pressan
Stasiun pressan berfungsi untuk memisahkan minyak dengan serat
yang masih bercampur dengan biji sawit (nut). Minyaknya dilanjutkan
kestasiun klarifikasi dengan menggunakan pipa- pipa. Minyak yang di
dapat dari stasiun press masih berupa minyak mentah., dan minyak
yang masih bercampur dengan air. Sedangkan biji dan serat diproses
lanjut pada stasiun pabrik biji (kernel) dengan menggunakan cege
breaker conveyor.

7. Stasiun Klarifikasi
Stasiun ini berfungsi untuk memisahkan antara minyak, air dan
lumpur. Setelah terpisah minyak tersebut dikirim ke tangki
penampungan dengan menggunakan pipa-pipa yang di alirkan oleh
pompa

8. Stasiun Pabrik Biji


pada stasiun pabrik biji, biji dipisahkan kembali dari dari fiber di
dalam nut happer, kemudian biji ini diolah kembali di dalam ripple

11
mill, di sini biji dipisahkan dari cangkang (tempurung). setelah terjadi
pemisahan selanjutnya biji di bersihkan di dalam HDC ( hydro
cyclone) sedangkan cangkang dan fiber dioper melalui conveyor ke
boiler sebagai bahan bakar untuk boiler. Setelah dibersihkan di dalam
HDC diolah lanjut di kernell selo,disinilah biji diperam/dimasak  8
jam dengan temperatur atas 70 oC, tempertur tengah 70 oC, dan
o
temperatur bawah 60 C dimana temperatur pemanasan perlu
diperhatikan. Jika temperaturnya di atas ketentuan, maka biji akan
hangus dan bila temperaturnya dibawahnya maka biji yang diperam
tersebut tidak masak (mentah). Setelah diperam maka biji dikeluarkan
dari kernel silo dan ditumpuk pada satu tempat pengumpulan dan biji
tersebut siap dikirim.

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Singkat Turbin Uap

Ide Turbin Uap ini sudah lama, sudah umum diketahui kira-kira tahun 120
S.M. Oleh HERO dari Alexandria ia membuat prototif turbin pertama yang
bekerja berdasarkan prinsip reaksi. Alat ini menjelma menjadi instalasi tenaga uap
yang primitive.

Beberapa abad kemudian, pada tahun 1629, GEOVANI BRANCA


memberikan gambaran sebuah mesin, yang dibuatnya, mesin buatan branca ini
dari prinsip aksinya adalah prototif turbin impuls.

Pada tahun 1806 sampai 1813 di pabrik SUZUNSKY di altai, seorang


pencipta berkebangsaan rusia polikrap Zalesov, membuat sejumlah model turbin
uap. Pada tahun 30 an abad ke 19, pekerja di Nizhny Tagil membuat sebuah turbin
uap, namun belum bisa dipakai dalam dunia industri. Kemajuan yang besar pada
pengembangan dan kontruksi turbin uap dirasakan pada akhir abad ke 19.

Pada tahun 1890, ahli teknik berkebangsaan Swedia, Gustav de-laval


membuat sebuah turbin uap cakram tunggal dengan kapasitas 5 DK, dengan poros
fleksible dan cakram yang kekuatannya sama.

Pengembangan prinsip impuls turbin de-laval yang lebih lanjut menuju ke


pemunculan turbin-turbin impuls bertingkat pada tahun 1900. ide utama pada
kontruksi turbin-turbin yang demikian adalah untuk menggunakan, sebagai
pengganti satu group Nozel, beberapa group bergantian yang bersama dengan
cakram-cakram sudu gerak membentuk beberapa tingkat turbin.

Pada tahun yang sama yaitu 1900 Curtis menjelaskan sebuah turbin
dengan satu tingkat tekanan tetapi dengan dua atau tiga tingkat kecepatan.

Semua turbin yang telah di perbincangkan di atas dikenal sebagai turbin-turbin


aksial, karena aliran uapnya searah dengan sumbu turbin. Bersamaan dengan
turbin aksial, pada perempat abad ke 20 juga dibuat turbin-turbin radial yang arah
aliran uapnya diperoleh dalam arah yang tegak lurus terhadap sumbunya.

13
Turbin radial yang pertama telah di usulkan dan dibuat oleh Ljungstrom
bersaudara pada tahun 1910.

Turbin radial juga dibuat dengan sudu-sudu pengarah yang tetap. Dalam
hal ini turbin itu beroperasi menurut prinsip yang serupa dengan prinsip turbin
reaksi aksial yang telah dibahas sebelumnya.

Sebelum revolusi sosialis oktober, industri turbin di rusia berkembang


dalam laju yang lambat. Turbin pertama dengan kapasitas 200 kW dibuat pada
tahun 1907 oleh Petersburg Metal Faktori ( sekarang menjadi leningrat Metal
works ), satu-satunya pabrik yang bekerja untuk pembuatan turbin uap pada saat
itu. Dari tahun 1907 sampai 1913 pabrik ini membuat turbin yang jumlahnya 26
Unit dengan kapasitas maksimum sebesar 1250 kW dalam satu Unit tunggal.
Dengan mulainya perang dunia pertama, pembuatan turbin di rusia praktis dalam
keadaan statis.

Industri ini dimulai lagi pada tahun 1924 oleh leningrate Metal Works
(L.M.W) membuat sebuah turbin dengan kapasitas 20.000 kW. Turbin yang
dibuat di Unisofyet mulai berkembang cepat selama rencana pembangunan 5
tahun yang pertama dan yang berikutnya, khususnya pada periode yang terakhir.
Selama rencana pembangunan 5 tahun yang pertama, pabrik ini membuat turbin-
turbin kapasitas menengah dan besar ( sampai 50.000 kW ).

Mulai dari rencana pembangunan 5 tahun yang ke dua, L.M.W beralih ke


pembuatan turbin kondensasi dengan kapasitas 24.000, 50.000, dan 100.000 kW,
yang diuji pada tekanan uap setinggi 29 atm dan temperature 400 oC. selama
periode yang sama LMW bekerja dengan metode kontruksi yang asli, yakni
pembuatan turbin-turbin cerat ( bleeder turbines ) dengan kapasitas 25.000 kW
pada kondisi-kondisi awal uap yang sama, dan membuat prototif turbin mereka
yang pertama.

Pada tahun-tahun terakhir L.M.W membuat sederetan turbin kondensasi


dengan kapasitas 25.000 sampai 100.000 kW pada kondisi uap 29 atm dan
temperature 500 oC yang beroperasi pada kecepatan 3000 rpm.

14
Selanjutnya pada tahun 1952 L.M.W membuat sebuah turbin uap dengan
daya 150.000 kW pada kecepatan 3000 rpm tekanan awal uap adalah 170 atm dan
temperature 550 oC pada kondisi uap yang super kritis.

Pada tahun 1957 L.M.W membuat turbin dengan kapasitas 200.000 kW


yang diuji pada kondisi awal uap 130 atm dan 565 oC dengan pengulang panasan
(reheating) dengan temperature 535 oC.

Pada tahun 1958 L.M.W menyelesaikan kerja proyek turbin kondensasi


yang unik dengan kapasitas 300.000 kW pada tekanan 240 atm dan temperature
580 oC dengan reheating yang dibuat di pabrik Kharkov Turbine Works (Kh.T.W)

3.2 Pengertian Steam Pada Boiler

Steam yang dihasilkan dari penambahan sejumlah panas pada air hingga
terjadi proses penguapan, yaitu terjadinya perubahan dari fase cair ke fase gas.
Bila air di panaskan dalam suatu bejana tertutup ( boiler ), maka uap yang
dihasilkan akan menyebabkan naiknya tekanan pada bejana tersebut.

Temperatur uap selama proses pendidihan pada tekanan tertentu ini masih
berupa uap basah, dan akan menjadi uap kering bila panas terus diberikan hingga
proses pendidihan teruapkan secara sempurna.

Apabila uap kering tersebut masih terus diberikan tambahan panas pada
suatu titik tekanan yang konstan, maka volume uap akan meningkat dan
temperaturnya akan naik melewati jenuh. Uap inilah yang lazim disebut uap panas
lanjut ( super heated steam ) yang difungsikan untuk menggerakkan sudu-sudu
turbin.

3.3 Pengertian Dan Jenis-Jenis Turbin Uap

Turbin uap adalah salah satu komponen mesin yang dapat


mengkorversikan energi steam bertekanan tinggi ( high pressure steam ) menjadi
energi mekanik steam disalurkan ke sudu-sudu turbin melalui nozle-nozle untuk
memutar rotor turbin. Adapun jenis-jenis turbin diantaranya adalah sebagai
berikut :

15
A. Turbin uap dapat di klasifikasikan kedalam kategori yang berbeda, yang
tergantung pada kontruksi, proses penukaran kalor, kondisi-kondoisi awal
dan akhir uap dan pemakaiannya :

1. Berdasarkan pemasukan dan pengeluaran uapnya :

 Turbin ekstrak yaitu turbin yang mengeluarkan sebagian fluidanya


ditengah-tengah turbin untuk keperluan proses produksi.

 Turbin pemanas ulang yaitu turbin yang uapnya dipakai untuk siklus
tenaga uap pemanas ulang.

2. Berdasarkan tekanan uap bekasnya :

 Turbin condenser (condensing turbine).

 Turbin non condenser ( exhaust back steam pressure)

3. Didalan turbin ini terdapat dua macam sudu

 sudu gerak, terletak pada rotor yang memanfaatkan steam hasil


pembakaran menjadi energi gerak pada turbin.
 sudu tetap ( diapraghma ) terletak pada diding turbin yang berfungsi
mengarahkan aliran steam, agar steam yang akan menggerakkan
turbin dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh turbin

4. Menurut jumlah tingkat tekanan :

 Turbin satu tingkat dengan satu atau lebih tingkat kecepatan yang
biasanya berkapasitas kecil, turbin ini kebanyakan dipakai untuk
menggerakkan kompresor sentrifugal dan mesin-mesin lain yang
serupa.
 Turbin impuls dan reaksi, turbin ini dibuat dalam jangka kapasitas
yang luas mulai dari yang kecil hingga yang besar.

16
5. Menurut arah aliran uap :

 Turbin aksial, yang uapnya mengalir dalam arah yang sejajar terhadap
sumbu turbin, tegak lurus terhadap sudu turbin satu atau lebih tingkat
kecepatan rendah pada turbin itu dibuat aksial.
 Turbin radial yang uapnya mengalir dalam arah yang tegak lurus
terhadap sumbu turbin.

6. Menurut jumlah silinder :

 Turbin silinder tunggal,


 Turbin silinder ganda,
 Turbin tiga silinder, dan
 Turbin empat silinder.

7. Menurut metode pengaturan :

 turbin dengan pengaturan pencekikan (throttling) yang uap segarnya


masuk melalui satu atau lebih (yang tergantung pada daya yang
dihasilkan) katup pencekik yang dioperasikan serempak.
 Turbin dengan pengaturan nozel yang uap segarnya masuk melalui
dua atau lebih pengatur pembuka (opening regulator) yang berurutan.
 Turbin dengan pengaturan langkau (By-pass Governing) yang uap
segarnya disamping dialirkan ke tingkat pertama juga langsung
dialirkan ke satu, dua bahkan tiga tingkat menengah turbin tersebut.

8. Menurut prinsip aksi uap :

 Turbin impuls yang energi potensial uapnya diubah menjadi energi


kinetic di dalam nozel atau laluan yang dibentuk oleh sudu-sudu diam
yang berdekatan, dan di dalam sudu-sudu gerak, energi kinetic uap
dirubah menjadi energi mekanis. Menurut praktek turbin impuls yang
dilakukan sekarang ini, pengklasifikasian ini adalah relative, karena
turbin ini beroperasi dengan derajat reaksi yang agak membesar pada

17
sudu-sudu gerak tingkat-tingkat yang berikutnya (pada turbin
kondensasi).
 Turbin reaksi aksial yang ekspansi uap di antara laluan sudu baik sudu
pengarah maupun sudu gerak tiap-tiap tingkat berlangsung hampir
pada derajat yang sama.
 Turbin reaksi radial tanpa sudu pengarah yang diam.
 Turbin reaksi radial dengan sudu pengarah yang diam.

9. Menurut proses penurunan kalor;

 turbin kondensasi (condensing turbine) dengan regenerator pada


turbin jenis ini uap pada tekanan yang lebih rendah dari tekanan
atmosfer di alirkan ke kondensor di samping itu uap juga di cerat dari
tingkat-tingkat menengahnya untuk memanaskan air pengisian ketel,
jumlah penceratan yang demikian itu biasanya dari 2-3 hingga
sebanyak 8 - 9. kalor laten uap buang selama proses kondensasi
semuanya hilang pada turbin ini. turbin kapasitas kecil pada desain
yang terdahulu sering tidak mempunyai pemanasan air pengisian yang
regeneratif.
 Turbin kondensasi dengan satu atau dua penceratan dari tingkat
menengahnya pada tekanan tertentu untuk keperluan - keperluan
industri dan pemanasan.
 Turbin tekanan lawan (back pressure turbine), uap buang di pakai
untuk keperluan - keperluan industri dan pemanasan ke dalam turbin,
jenis ini dapat juga di tambahkan (dalam artian yang relative) turbin
dengan kevakuman yang di hilangkan (deteriorated), yang uap
buangnya dapat di pakai untuk keperluan-keperluan pemanasan dan
proses.
 Turbin tumpang, turbin ini juga adalah jenis turbin tekanan lawan
dengan perbedaan bahwa uap buang dari turbin jenis ini lebih lanjut
masih di pakai untuk turbin-turbin kondensasi tekanan menengah dan
rendah. turbin ini secara umum, beroperasi pada kondisi tekanan dan
temperatur uap awal yang tinggi, dan di pakai kebanyakan untuk

18
membesarkan kapasitas pembangkitan pabrik, dengan maksud untuk
mendapatkan efisiensi yang lebih baik.
 Turbin tekanan lawan (back pressure turbine) dengan penceratan uap
dari tingkat - tingkat menengahnya pada tekanan tertentu, turbin jenis
ini di maksudkan untuk mensuplai uap kepada konsumen pada
berbagai kondisi tekanan dan temperature.
 Turbin tekanan rendah (tekanan buang) yang uap buang dari mesin -
mesin uap, mesin tekan dan lain-lain dipakai untuk keperluan
pembangkit tenaga listrik.
 Turbin tekanan campur dengan dua atau tiga tingkat tekanan, dengan
suplai uap buang ketingkat - tingkat menengahnya.

Turbin yang disebutkan dari ‘1’ sampai ‘9’ biasanya mempunyai


penceratan untuk pemanasan air pengisian ketel secara regeneratif, disamping
penceretan uap pada tekanan-tekanan tertentu untuk keperluan-keperluan lainnya.

10. Menurut kondisi-kondisi uap pada sisi masuk turbin :

 Turbin tekanan rendah, yang memakai uap pada tekanan 1,2 sampai 2
atm.
 Turbin tekanan menengah, yang memakai uap pada tekanan sampai
40 atm.
 Turbin tekanan tinggi, yang memakai uap pada tekanan diatas 40 atm.
 Turbin tekanan yang sangat tinggi, yang memakai uap pada tekanan
170 atm atau lebih dan temperature 550 oC atau lebih.
 Turbin tekanan super kritis, yang memakai uap pada tekanan 225 atm
atau lebih.

11. Menurut pemakaiannya di bidang industri :

 Turbin stasiner dengan kepesatan putar yang konstan dipakai terutama


untuk menggerakkan alternator.

19
 Turbin uap stasioner dengan kepesatan yang berfariasi dipakai untuk
menggerakkan blower, turbo, pengedar udara (air circulator), pompa
dan lain-lain.
 Turbin yang tidak stasioner dengan kepesatan yang bervariasi, turbin
jenis ini biasanya dipakai pada kapal-kapal uap, kapal lokomotif
kereta api (loko motif turbo).
Semua jenis turbin yang telah dijelaskan di atas yang tergantung pada
kepesatan putar dapat dihubungkan langsung atau melalui roda gigi reduksi
dengan mesin-mesin yang digerakkan.

Selain dari jenis-jenis turbin yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat juga
pengklasifikasian turbin yang lain, diantaranya sebagai berikut :

A. Turbin Implus
 Asas Impuls

Gambar. (a) Gambar. (b)

Gambar 3.1 Aliran fluida

Perhatikan gambar di atas, suatu jet-fluida horizontal yang menumbuk pada


arah x pada plat rata vertical ( gambar a )

impuls jet-fluida pada ( a ) pelat rata tetap dan ( b ) pelat rata bergerak fluida akan
tersebar di sepanjang plat dan kecepatannya pada arah jet menjadi nol, dan
memberikan gaya horizontal F pada arah x. gaya tersebut disebut impuls
(Impulse) dan besarnya sama dengan perubahan momentum jet pada arah x yang
juga adalah separuh daya atau energi kinetic jet per satuan waktu. Jadi efisiensi
maksimum konversi energi jet ke plat adalah 50 persen.

20
Selanjutnya plat datar diganti dengan sudu berbentuk silinder yang
memungkinkan laju jet itu berbalik arah seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.2 Impuls jet fluida pada pelat melingkar 180o

Disini jet mengenai roda dengan kecepatan relative Vs – Vb. Perhatikan


bahwa sudu itu tanpa gesekan dan fluida tidak mengalami exspansi atau kontraksi
sejak masuk sampai suhu keluar sudu. Kecepatan relative fluida oleh karena itu,
juga Vs – Vb. Kecepatan absolute jet pada waktu keluar pada arah +X sekarang
menjadi Vb – ( Vs – Vb ) = ( 2Vb – Vs ). Impuls sama dengan perubahan
momentum.

pada sudu adalah dua kali nilai untuk pelat rata seperti yang tertera pada
persamaan diatas. Untuk mencari nilai kecepatan sudu dan daya maksimum maka
dicari diferensial W terhadap Vb dan samakan dengan nol.

Kecepatan sudu optimal adalah separuh dari kecepatan pada pelat rata, tapi daya
maksimum adalah dua kali untuk plat rata. Dengan kata lain efisiensi sudu
maksimum (ηb =100%).

21
Sudut kecil θ (sudut masuk sudu) tidak boleh bernilai nol dari horizontal karena
harus agak berkaitan dengan arah gerak relative fluida sebab jika demikian fluida
tentu tidak bisa keluar dari deretan sudu secara praktis.

Gambar 3.3 Tampak atas deretan sudu impuls pada roda.

Turbin Implus yaitu turbin yang sederhana berrotor satu atau banyak yang
mempunyai sudu implus pada rotor itu. Sudu implus mempunyai bentuk simetris
dan mempunyai sudut masuk dan keluar  dan  masing-masing 20o.

Pada Turbin ini penurunan enthalpy disebabkan oleh turunnya tekanan


pada nozzle atau sudu tetap. Sedangkan pada sudu bergerak tidak terjadi
penurunan tekanan, kalau pun terjadi paling hanya disebabkan oleh gesekan yang
menaikkan koefisien kecepatan Kv.

 Turbin Implus Satu Tahap

Turbin implus satu tahap ( single stage impluse turbine ) terdiri atas rotor
tunggal yang mempunyai sudu-sudu. Uap diumpamakan melalui nozzle

konvergen-divergen. Pada turbin ini tidak seluruh uap yang sampai di


seputar keliling rotor, sehingga hanya sebagian sudu saja yang terpukul oleh uap
pada saat waktu tertentu.

22
Pada nozzle terjadi penurunan tekanan, sementara kecepatan meningkat.
Sedangkan pada sudu-sudu turbin justru kecepatan yang menurun, sementara
tekanan konstan. Kecepatan maksimum pada turbin implus adalah ½ dari
kecepatan absolute uap masuk.

 Turbin Impuls Gabungan.

Uap yang memuai dari satu kondisi menjadi tekanan condenser, pada satu
tahap nosel akan memepunyai kecepatan sekitar 5.400 ft/s ( 1645 m/s ) sehingga
kecepatan pada sudu 2700 ft/s ( 3200 m/s ). Kecepatan tersebut jauh diatas batas
keselamatan yang diizinkan karena tegangan sentrifugal yang harus ditahan oleh
rotor cukupbesar. Kecepatan uap yang tinggi juga akan mengurangi efisiensi
turbin, serta mencelupkan roda gigi reduksi yang menghubungkannya dengan
generator listrik. Untuk mengatasi kesulitan diatas, maka di lakukan dua cara yaitu
penggabungan atau penahapan. Yaitu turbin gabungan kecepatan dan turbin
gabunggan tekanan.

 Turbin Impuls Gabungan Kecepatan.

Turbin impuls gabungan kecepatan ini terdiri dari dua tahap sudu
penggerak yang di batasi oleh satu sudu tetap yang terpasang pada stator turbin
yang berfungsi untuk menggerakkan uap yang keluar dari barisan sudu penggerak
yang pertama ke barisan sudu penggerak yang kedua.

B. Turbin Reaksi
 Asas Reaksi

Fluida yang diam didalam alat, menimbulkan gaya F pada arah gerakan,
yang besarnya adalah F = mV/ ge

dan memberikan gaya yang besarnya sama yang menyebabakan alat ini
bergerak pada arah yang berlawanan. Gaya itu disebut reaksi yang biasa terjadi
pada nosel dan roket. Pada kondisi ini penurunan tekanan akibat penurunan
enthalpy menyebabkan terjadinya kecepatan tinggi yang berlangsung di dalam alat
tersebut. Pada sudu ini terjadinya penurunan tekanan sehingga mengakibatkan

23
timbulnya gaya reaksi yang arahnya berlawanan . turbin reaksi terdiri dari sudu
tetap ( berfungsi sebagai nosel ) dan sudu bergerak yang bergerak akibat impuls
yang di terimanya ( yang di sebabkan oleh perubahan momentum ). Pada sudu ini
terjadi penurunan enthalpy yang besarnya sama antara barisan sudu bergerak
dengan barisan sudu diam. Sedangkan penurunan tekanan akan lebih tinggi pada
tekanan tinggi dari pada tekanan rendah.

Turbin reaksi yang mempunyai tiga tahap, yang masing-masing terdiri dari
satu sudu tetap dan dua sudu bergerak. Sudu tetapnya merupakan nozzle dengan
pemasukkan uap, dimana dirancang sedemikian rupa sehingga jalur antara sudu-
sudu merupakan lubang aliran nozzle.

Sudu bergerak turbin reaksi tidak semetris, karena berfungsi sebagai


nozzle, maka bentuknya sama dengan sudu tetap dengan arah lengkung
berlawanan. Pada turbin reaksi terjadi penurunan tekanan yang
berkesinambungan. Sedangkan kecepatan absolute berubah setiap tahap dan
berulang dari tahap ke tahap.

Turbin reaksi merupakan turbin yang cocok untuk kapasitas yang besar,
untuk kecepatan sudu tertentu yang terbatas oleh tegangan sentrifugal bahan.
Kecepatan uap di dalam turbin reaksi kira-kira setengah dari kecepatan uap di
dalam turbin impuls sehingga menghasilkan sudu gesekan rendah, namun untuk
kerja yang sam kira-kira juga setengah dari turbin impuls.

Beda antara impuls dan reaksi terdapat pada penurunan tekanan melintasi
sudu bergerak, oleh karena itu turbin reaksi kurang cocok untuk kerja, dimana
penurunan persatuan enthalpy tinggi, yang mengakibatkan kebocoran uap di ujung
sudu. Ini menyebabkan terjadinya pencekikan dan hilangnya ketersediaan. Oleh
karena itu penahapan impuls lebih di sukai untuk tahap masuk turbin, pada waktu
tekanan tinggi. Volume uap spesifik rendah, dan tinggi sudu kecil sehingga
kecepatan uap juga rendah. Pada saat tahapan tekanan rendah, tahapan reaksi lebih
di sukai karena melintas sudu bergerak lebih kecil. Dengan sudu reaksi yang
besar, menjadi lebih besar sehingga dapat menghapus kelemahan akibat daya
pertahap yang lebih rendah dari pada tahap impuls yang sama.

24
3.3.1 Spesifikasi Turbin Uap Generator Di Perusahaan

 Turbin :

Type : TA250-SFC

Model : RB4

Output at generator end : 1200 kW

Turbine speed : 5294 rpm.

Output shaft speed : 1500 rpm.

Inlet steam pressure : 21 barg.

Inlet steam temperature : 215 oC.

Gear Ratio : 1/ 2.72

Service Factor : 1.2

Inlet steam flow : 30960 kg/h.

Exhaust steam pressure : 3.5 barg.

Rotation of output shaft :C.C.W facing turbine toward


generator

Steam inlet bore : 200 mm

Steam exhaust bore : 400 mm

Lubricating system : Forced Lubricatin

Main L.O. pump : 6 m3/h

Priming L.O. pump : 6 m3/h

Oil reservoir (built into common

Baseplate) : 250 liter

Lubricating Oil used : Turbine oil ISO VG68

Oil cooler : 4.5 m2

Cooling water required (Below

32 oC) : 6.6 m3/h

25
Speed regulating governor :Woodward hydraulic type
(UG10DM)

Tahun : 2008

Usia turbin : Lebih kurang 9 tahun hingga sekarang

Gambar 3.4 Turbin uap generator

26
 Generator

Generator adalah sebuah alat yang dapat merubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Penguatan dari generator diperoleh dari satu tegangan AC exiter
dengan bantuan AVR / MVR ( Automatic & Manual Voltage Regulator ).

1. Prinsip kerja generator

Jika sebuah penghantar digerakkan didalam medan megnet, maka fluksi


magnet akan terpotong oleh penghantar, akibatnya pada penghantar akan timbul
gaya gerak listrik. (ggl). Berdasarkan arus yang dihasilkan, generator terbagi atas
generator arus bolak balik AC (alternating current) dan generator arus searah DC
(direct current). Pada dasarnya prinsip kerja antara generator AC dan generator
DC adalah sama, yang membedakannya adalah pada generator AC yang bagian
yang berputar (rotor) adalah kumparan medan, sedangkan yang diam (stator)
adalah kumparan jangkar. Hal tersebut berlaku terbalik pada generator DC. Untuk
membangkitkan medan magnet pada kumparan medan pada generator AC
dialirkanlah arus searah dari penguat sendiri (exciter). Sedangkan arus searah
yang membangkitkan medan magnet pada kumparan medan diberikan oleh
penguat yang terpisah

2. Bagian- bagian generator

Pada generator AC bagian rotor terdiri dari rangka (frame) yang berasal
dari besi padu yang berfungsi sebagai inti kumparan. Kemudian terdapat alur
(slot) yang berfungsi sebagai pendukung inti kumparan serta tempat meletakkan
kumparan. Bgian rotor berbentuk seperti roda yang mempunyai kutub utara (N)
dan selatan (S).

Gambar 3.5 Rotor generator AC

27
sementara stator terdiri dari inti stator, belitan stator, rumah stator, dan terminal
stator. Ada pun kostruksi stator adalah seperti yang terlihat pada gambar dibawah
ini

Gambar 3.6 Stator Generator AC

3. Penguat Generator

Pada generator yang menpunyai kapasitas besar maka dibutuhkan suatu


penguat medan yang disebut exciter. Exciter ini berfungsi untuk membangkitkan
dan memperkuat medan megnet dari rotor generator sehingga mampu
menghasilkan output sesuai dengan karakteristiknya.

Cara kerja exciter : pada exciter yang berfungsi sebagai stator adalah
kumparan medan, sedangkan yang berfungsi sebagai rotor adalah kumpran
jangkar. Cara kerja exciter adalah sebagi berikut :

 Pada stator exciter di inputkan tegangan DC 110 V. sehingga stator exciter


berobah menjadi medan magnet.
 Akibat perputaran poros (rotor) yang mempunyai lilitan didalam medan
megnet (stator) pada exciter maka timbulah tegangan (AC) pada rotor
exciter.
 Tegangan tersebut kemudian dirubah menjadi tegangan searah (DC)
dengan menggunakan rotary recetifier. Dan selanjutnya tegangan searah
ditransfer ke rotor turbin untuk membangkitkan medan megnet pada rotor
turbin

28
Gambar 3.7 Mekanisme penguatan medan magnet pada rotor turbin

4. Pengoperasian Generator

Setelah putaran mencapai 1500 rpm, maka tegangan DC 110 V diberikan


kepada medan generator penguat, dengan sendirinya medan generator utama juga
mendapatkan. Kemudian penguatan diambil alih oleh rangkaian tyristor dengan
sumber tegangan dari generator utama itu sendiri.
Generator siap diparalelkan ke jaringan bila telah mencapai putaran
nominal dan telah mengatur penguatan sendiri dengan syarat sebagai berikut :
 Tegangan effektif terminal generator harus sama besar dengan tegangan
jala-jala.
 Frekuansi generator harus sama besar dengan tegangan jala-jala.
 Putaran phasa generator harus sama dengan putaran phasa jaringan.
 Urutan phasa generator harus sama dengan urutan phasa jaringan.

Alat yang digunakan untuk memparalelkan terminal generator dengan


jaringan adalah syncronouscope. Alat ini bekerja secara otomatis setelah
persyaratan diatas terpenuhi. Ada pun proses untuk memparalelekan turbin
dengan generator adalah sebagai berikut :
 Putaran generator 1500 rpm, tegangan generator harus sama dengan
tegangan system jaringan dengan menggunakan trafo daya.
 Atur putaran turbin sehingga frekwensi generator sama dengan dengan
frekwensi jaringan.

29
 Samakan tegangan apabila terjadi perbedaan tegangan.
 Aktifkan AVR
 Aktifkan Syncronouscope

Apabila jarum syncronouscope masih bergerak, berarti frekwensi


generator belum sama dengan frekwensi jaringan. Semakin cepat putaran jarum
berarti semakin besar perbedaan frekwensinya. Apa bila arah panah sudah sesuai
dengan tanda panah dan bergerak lebih cepat (to-fast) maka frekwensi generator
lebih tinggi dari frekwensi jaringan dan apabila pergeraknya tanda panah lambat
berarti frekwensi generator lebih rendah dari frekwensi jaringan. Syarat untuk
memparalelkan generator dengan jaringan, maka arah putaran jarum harus searah
putaran jarum jam (CW) dengan putaran yang lambat. Caranya dengan mengatur
kecepatan turbin sehingga jarum syncronouscope bergerak lambat dengan arah
CW. Selanjutnya pastikan tengan antara generator dengan sistem sama. Dan bila
putaran jarum syncronouscope mendekati titik synkron maka breaker akan masuk
secara otomatis

5. Sistem pendinginan generator

Sistem pendinginan generator berfungsi untuk mendinginkan sirkulasi


udara didalam generator dengan medium pendingin udara dan air. Sistem
pendinginannya adalah system udara tertutup (closed air cooled cooling system),
dimana udara melalui kipas-kipas dialirkan kebagian - bagian yang penting pada
stator dan rotor. Setelah udara melalui bagian - bagian tersebut lalu didinginkan
dengan air yang mengalir didalam pipa - pipa (tube - tube) yang terdapat pada
salah satu sisi generator. Begitu seterusnya sehingga membentuk sebuah
sirkulasi.

Spesifikasi Generator di Perusahaan :

Manufacturer : Leroy somer

Generator type : LSA 51.2S55 / 1440 kW / 4P

Standard : IEC

Number of phase : 3 phase

Connection : 4 wires / star connection

30
Electric power : 1800 KVA

Power factor : 0.8

Voltage : 380 V

Nunber of pole : 4 pole

Frequency : 50 Hz

Speed : 1500 rpm

Insulation : Class H

Temperature rise : Class H

Ambient temperature : 40 C

Altitude ` : 1000 m

Protection : IP 21

Duty : Continious duty ( SI )

Excitation : Brushess AREP

Voltage regulation : AVR R449 supplied

Gambar 3.8 Generator

31
3.3.2 Peralatan Utama Turbin Uap Generator

Secara utuh turbin tersusun oleh komponen-komponen sebagai berikut :

1. Casing

Yaitu bagian dari turbin yang berfungsi membungkus rotor dan sudu-sudu
sehingga membentuk suatu system yang tertutup yang berguna untuk menjaga
kestabilan suhu dan tekanan di dalam turbin. Tingginya suhu dan tekanan dapat
menyebabkan cesing bergeser dan memuai, oleh karenanya untuk menghindari
kerusakan maka dipasanglah beberapa alat pemandu seperti : flexible plate,
sliding key, sole plate, pedestal dan expantion gauge.

2. Blade

Yaitu komponen turbin yang berbentuk bilah yang berfungsi menerima


energi kinetic dari steam dan merubahnya menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran. Untuk meminimalkan terjadinya loss dari aliran steam yang melewati
blade maka dipasanglah shroud pada ujung blade. Disamping itu shroud juga
berfungsi untuk menyeragamkan aliran steam serta mengantisipasi getaran yang
terjadi pada blade.

3. Rotor

Yaitu bagian turbin yang menerima energi mekanik dalam bentuk putaran
yang kemudian diteruskan lagi ke generator. Untuk mendapatkan keseimbangan
dan gerak yang dinamis maka rotor dilengkapi dengan speed sensor, thrust
bearing, journal bearing, gland packing governor, blade, turning gear dan
coupling.

4. Stator

Stator merupakan bagian yang tetap atau posisinya tidak bisa dipindahkan
nama lain dari stator adalah diafragma. Diafragma terdiri dari dua bagian, masing
- masing bagian dipasang pada bagian atas dan bawah silinder. Diafragma dapat
ditempatkan baik langsung pada alur yang diiris pada silinder maupun pada
tabung (linier) khusus yang diberikan pada rumah turbin. Celah disediakan
diafragma dan alur silinder atau tabung untuk dapat memberikan keleluasaan
untuk ekspansi diafragma. Diafragma dilapisi grafit sampai tipis sebelum

32
memasukkannya kedalam alur atau sebelum memasangnya pada tabung untuk
mencegah lengketnya diafragma baik ke tabung maupun ke rumah turbin.

5. Sudu-sudu

Sudu-sudu turbin terdapat pada bagian rotor dan stator. Sudu-sudu turbin
adalah suatu tempat dimana energi aliran uap harus diubah menjadi gaya keliling
kecepatan uap yang bekerja didalam sudu turbin uap lebih tinggi dari pada
kecepatan fluida yang bekerja pada turbin air. Tetapi sifat-sifat uap menurut ilmu
alam misalnya kerapatan dan kekentalan lebih menguntungkan. Bentuk dan
ukuran sudu sangatlah memegang peranan yang sangat penting, kecuali untuk
tingkat terakhir dari turbin dengan kondensasi yang besar harus menuntut
ketelitian. Bentuk sudu dan celah antara sudu - sudu yang dialiri fluida
mempunyai pengaruh yang besar terhadap rendement transformasi atau perubahan
energi.

6. Nozzle

Adalah salah satu komponen terpenting dalam turbin uap, Yaitu bagian
yang berbentuk bilah dan tidak bergerak (bilah tetap) yang berguna untuk sarana
konversi energi, yang menkonversikan energi thermal menjadi energi kinetik dan
meminimalkan pengaruh tendangan dari aliran steam. Nozzle ini dipasangkan (di
las) di dalam diaphragma.

Syarat-syarat utama sebuah nozzle adalah sebagai berikut :

a) Dapat menghindari perubahan tiba-tiba dari arah aliran steam,


khususnya untuk kecepatan-kecepatan tinggi.
b) Sisi keluar nozzle harus dirancang dengan sedemikian rupa supaya
energi yang berasal dari tingkat sebelumnya dapat dipakai pada
tingkat berikutnya sebanyak mungkin.
c) Permukaan saluran haruslah sehalus mungkin, untuk mereduksi
antara uap dan saluran nozzle, khususnya untuk steam kecepatan
tinggi.
d) Rancangan harus mudah untuk di produksi dan penghalusan, untuk
memungkinkan saluran yang seteliti mungkin khususnya pada
temperature akhir yang tinggi.

33
7. Labyrint

Labyrint atau paking khusus pada ujung tekanan tinggi adalah jenis
nekasirip (multifine yang memungkinkan untuk mengurangi jumlah kebocoran
uap yang berpengaruhnya pada efisiensi turbin). Pembuat turbin yang berbeda
memakai metode perapatan labyrint yang berbeda, yang mungkin dalam bentuk
cincin-cincin carbon.

Poros turbin mempunyai alur yang dibubut pada permukaannya, bila


labyrin masuk kedalam alur ini sementara rotor dan stator berada pada
kedudukannya, labyrint tersebut akan mengubah aliran uap dan memberikan
tahanan yang efektif terhadap aliran tersebut yang dengan demikian akan
menghalangi kebocoran dari ujung poros. Disamping ini poros turbin juga
mempunyai alur yang lebih dalam lagi yang terutama dimaksudkan untuk
kompensasi perubahan untuk (deformasi) local akibat ekspansi thermal yang
disebebkan oleh gesekan poros turbin terhadap bilah labyrint pada saat
perpindahan aksial poros yang berlebihan.

8. Journal bearing dan Thrust bearing

Yaitu bering yang berfungsi sebagai sumbu rotor turbin yang diguinakan
untuk tempat berputar dan menahan beban poros. Journal bearing adalah bearing
tipe talting dengan 5 pad, sementara yang terpasang dibagian exhaust mempunyai
6 pad. Sedangkan thrust turbin mempunyai 2 bagian sisi yang masing-masingnya
mempunyai 6 buah pad.

9. Trip Throtle Valve ( TTV )

Yaitu katup yang berfungsi mengatur aliran steam dari HP header ke aliran
jalur masuk turbin.

10. Governing Valve ( GV )

Yaitu katup yang berfungsi mengatur jumlah steam yang masuk ke turbin,
sehingga mampu menghasilkan output generator yang seimbang.

34
11. Extraction Countrol Valve ( ECV )

Yaitu katup yang berfungsi mengatur jumlah steam yang masuk ke


kondenser, sehingga LP steam bisa seimbang.

12. Poros

Poros adalah suatu komponen untuk mendudukkan dua atau lebih


komponen - komponen instalasi mesin dalam sumbu (garis hati) yang berhimpit
atau segaris disebut dengan shaft aligment.

Penyegarisan sumbu (aligment) poros yang tepat adalah sangat penting


untuk memungkinkan pengoperasian turbin uap secara halus dan bebas dari
gangguan. Pengalaman menunjukkan bahwa vibrasi yang terlalu tinggi sering
terjadi karena ketidak segarisan sumbu poros (misalignment). Ketidak segarisan
sumbu poros sering membawa akibat terjadinya keausan bantalan dan kopling
yang tidak normal. Jadi tidak berfungsinya bantalan atau kopling adalah sebagai
akibat terjadinya misalignment poros.

Ada dua tipe dasar dari misalignment (ketidak segarisan sumbu) poros
yaitu :

a) Ketidak segarisan sumbu menyudut (angular misalignment)


adalah suatu bentuk ketidak segarisan sumbu poros, yang
membentuk dua garis berpotongan (interseet) jadi tidak segaris
lurus (colliner).
b) Ketidak segarisan sumbu sejajar (parallel misalignment) adalah
suatu bentuk ketidak segarisan sumbu poros, yang membentuk dua
garis sejajar (parallel), jadi tidak segaris lurus.

3.3.3 Peralatan Pembantu Turbin Uap Generator

1. Reservoar

Berfungsi untuk tempat penampungan oil yang akan digunakan untuk


melumasi bearing-bearing dan bagian lainnya yang terdapat pada turbin
generator.

35
Kapasitas minimum : 4500 L

Kapasitas normal : 5000 L

Kapasitas maximum : 5500 L

2. Oil cooler

Berfungsi untuk mendinginkan oil dari oil tank sebelum digunakan untuk
lubricating oil dan control oil

Flow maximum : 600 L/M (Oil side)

: 43 M3/H (Water side)

Inlet Temperature : 59 oC pada flow maximum (oil side)

Outlet Temperature : 45 oC (oil side)

Inlet Temperature : 34 oC ( water side)

Outlet Temperature : 39 oC (water side)

Inlet pressure normal : 2,5 Kg/Cm2

3. Lube Oil Filter

Berfungsi untuk menyaring oil dari oil tank sebelum digunakan untuk
pelumasan pada bearing-bearing Kapasitas 600 L/M

Inlet temperature : Normal 45 oC

: Maximum 80 oC

Inlet pressur : 3,5 Kg/Cm2

Pressure loss : Normal 0,2 Kg/Cm2


:
Maximal 0,5 Kg/Cm2

36
4. Kontrol Oil Filter

Berfungsi untuk menyaring oil dari oil tank sebelum digunakan untuk
control oil system.

Kapasitas : 600 L/M

Inlet temperature : 80 oC

Inlet pressure normal : 10,5 Kg /Cm2

Pressure loss : Normal 0,2 Kg /Cm2

: Maximal 0,5 Kg /Cm2

5. Oil purifier

Berfungsi untuk menyaring oil yang terdapat pada oil tank kemudian
dimasukkan kembali kedalam tank.

Kapasitas maximal : 700 L/M

Inlet temperature : Normal = 60 oC

: Maximal = 80 oC

Inlet pressure : 3.9 Kg /Cm2

6. Accumulator

Berfungsi untuk menstabilkan tekanan pada control oil (sebagai


stabilisator)

Kapasitas kerja : 14 L

Fluid temperature : 30 oC – 80 oC

Maximum cooling press : 10,5 Kg /Cm2

Minimum cooling press : 4 Kg /Cm2

37
7. Main oil pump

Berfungsi untuk mensirkulasikan lube oil pada bearing-bearing dan


control oil pada TTV, GV, ECV, MP dan LP extraction check valve pada saat
turbin start atau sinkron.

3.3.4 Sistem Kerja Turbin Uap Generator

Uap kering (steam) dikirim dari boiler dengan temperature 280 oC dan
tekanan 20 barg, steam ini masuk ke turbin dan memutar sudu-sudu turbin,
selanjutnya putaran diteruskan ke generator, dan putaran tersebut diubah menjadi
energi listrik. Energi listrik inilah yang kemudian di distribusikan ke masing-
masing station yang di manfaatkan untuk tenaga pembangkit dan untuk
operasional mesin-mesin yang lainnya.

38
BAB IV

PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN TURBIN UAP GENERATOR

4. 1 Pengoperasian Turbin Uap Generator

Adapun cara pengoperasian turbin uap ada tiga tahapan yaitu antara lain:

a. Sebelum Proses

1. Periksa level dan kondisi oli.

2. Buka secara berturut-turut valve drain, valve uap bekas, valve steam,
dan oil cooler.

3. Periksa posisi load limit pointer (tanda segitiga hitam) harus pada
posisi 0-2.

4. Buka outlet steam valve turbinyang masuk ke BPV.

5. Buka inlet steam valve secara perlahan.

6. Tutup semua drain valve, pastikan valve steam trop terbuka, jalankan
elektrik oil pump.

 Sedang Proses

12. Dorong pilot valve tunggu sampai quick action stop valve terbuka dan
hidupkan turbin selama 15 menit (600-800 rpm).

13. Putar kekanan knop load limit sampai garis penunjuk menunjukkan
angka 10.

14. Putar knop speed setting perlahan sampai 1500 rpm.

15. Lakukan proses sinkronisasi, pada putaran 1500 rpm, 50 Hz, voltage
380 V.

16. Pastikan voltage 380 V, frekuensi 50 Hz, putaran 1500 rpm.capasitor


bank berjalan sampai Cos ɸ0.80-0.90 sebelum turbin dibebani.

17. Pertahankan voltage 380 V

39
18. Pertahankan frekuensi 50 Hz.

19. Amati beban (KW) turbin, segera sinkronisasi dengan genset jika
tekanan steam trubin turun.

20. Pertahankan putaran 1500 rpm.

21. Pastikan Cos ɸ0.80-0.90.

22. Amati tekanan oli (antara 3 bar - 6 bar dan suhu 40-80ᴼC)

 Setelah Proses

1. Paralelkan dengan genset, pindahkan beban kegenset dan tekan knop


open ABC pada turbin.

2. Tarik keluar knop pilot valve.

3. Putar kekiri knop load limit, sehingga load limit pointer menunjuk
keangka 0-2.

4. Putar kekiri knop speed setting sampai habis.

5. Tutup valve inlet steam dan buka valve drain supaya sisa condenstate
bias keluar.

6. Pastikan putaran turbin sudah berhenti. Tutup outlet steam valve


turbin yang masuk ke BPV.

7. Simpan dan bersihakan alat kerja.

4. 2 Perawatan Turbin Uap Generator

Adapun jenis-jenis perawatan (maintenance) mesin adalah sebagai berikut:

1. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance) Pemeliharaan


pencegahan adalah pemeliharaan yang dibertujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan, atau cara pemeliharaan yang direncanakan untuk
pencegahan.

2. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) Pemeliharaan korektif


adalah pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang
dapat di terima.Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatanpeningkatan

40
sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan
agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Pemeliharaan berjalan (Running Maintenance) Pemeliharaan berjalan
dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan
bekerja.Pemeliharan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang
harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi.
4. Pemeliharaan prediktif (Predictive Maintenance) Pemeliharaan prediktif
ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam
kondisi fisik maupun fungsi dari system peralatan. Biasanya pemeliharaan
prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang
canggih.
5. Pemeliharaan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)
Pekerjaan pemeliharaan ini dilakukan ketika terjadinya kerusakan pada
peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, alat-
alat dan tenaga kerjanya.
6. Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance) Pemeliharan darurat
adalah pekerjaan pemeliharaan yang harus segera dilakukan karena terjadi
kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga.
7. Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance) Pemeliharaan berhenti
adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan selama mesin tersebut berhenti
beroperasi.
8. Pemeliharaan rutin (routine maintenance) Pemeliharaan rutin adalah
pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin atau terus-menerus.

i. Perawatan atau pemeliharaan (maintenance) turbin uap pada


perusahaan berdasarkan periodic.
Pada umumnya ada tiga jenis pemeliharaan periodic yang dillakukan pada
turbuin uap yaitu:
 Simple Inspection (Si) atau simplified scale periodic check dilakukan
setiap satu tahun operasi (±8000 jam operasi).
 Mean Inspection (Me) atau medium scale periodic check dilakukan setiap
dua tahun operasi (±16000 jam operasi).

41
 Serious inspection (Se) atau full scale periodik check atau overhaul
dilakukan setiap emat tahun sekali (±32000 jam operasi)
ii. Perawatan atau pemeliharaan (maintenance) turbin uap pada
perusahaan berdasarkan routine Maintenance.

Perawatan bertujuan untuk menjaga kondisi turbin sesuai dengan yang kita
harapkan. Adapun langkah-langkah yang seharusnya kita lakukan adalah sebagai
berikut:

 Harian

Uraian perawatannya:

a) Cek semua level oli dan tambah jika perlu.


b) Periksa temperatur bantalan dan oli lubrikasi.
c) Cek putaran turbin.
d) Periksa kelancaran operasional, serta selidiki perubahan kondisi
operasional ( kebisingan yang tidak biasa ).
e) Jika dilakukan shutdown secara harian, tes katup trip dengan jalan
menurunkan tangki trip

 Mingguan

Uraian perawatannya:

coba katup trip untuk mencegah terjadinya capuk karena terjadinya


endapan atau korosi. Jika dalam suatu skedul yang berkesinambungan, coba katub
trip dengan menurunkan lengan trip tangan. Stel kembali jika putaran turbin
menurun mendekati 80 % putaran yang diizinkan (rated speed).

 Bulanan

Uraian perawatannya:

a. Periksa sample oli lubrikasi dan bila perlu diperbaharui.


b. Periksa sambungan governor untuk ruang main yang berlebihan,
dan ganti bagian yang rusak.
c. Periksa trip kecepatan lebih, dengan menaikkan putaran turbin, jika
beban dibebaskan.

42
 Tahunan
Uraian perawatannya:

a. Ukur semua clearance dan stel.

Bongkar dan bersihkan strainer uap jika strainer luar biasa


kotornya,bersihkan setiap enam bulan.

b. Periksa katub governor dan dudukan katub. Tutup katub dengan


tangan, jika menandai tidak rata karena aus, ganti paking tangkai
katub governor.Bersihkan dan periksa katub ganti bagian-bagian
yang rusak dan bilaperlu lakukan hand lap.

c. Uraikan bersihkan dan periksa trip kecepatan lebih dan


sambungannya.

d. Cek bantalan dukung dan bantalan rotor, jika aus ganti.

e. Periksa dan bersihkan reservoir oli rumah bantalan dan ruang


pendingin.

f. Angkat tutup rumah turbin dan periksa poros rotor, cakra, sudu-
sudu tetap dan sudu-sudu gerak serta tutupnya.

g. Periksa cincin karbon, dan ganti jika perlu.

h. Pindahkan rakitan rotor dari rumah turbin dan periksa ring nozle.

i. Periksa kerja katub pengawal.

iii. Pemeliharaan berdasarkan kondisi (condition based maintenance)

Pemeliharaan yang waktu pelaksanaannya direncanakan sebelumnya,


berdasarkan data operasi yang dicatat dan unit diberhentikan beberapa saat
sebelum sampai pada kondisi rusak.Apabila pemberhentian mesin dilaksanakan
atas hasil analisa data, maka disebut pemeliharaan prediktif.
Pemeliharaan berdasarkan kondisi pada umumnya dibagi dua macam yaitu:
- Pemeliharaan dalam keadaan beroperasi (In Service Maintenance)
- Pemeliharaan dalam keadaan tidak beroperasi (Outage Maintenance)

43
a. Pemeliharaan Dalam Keadaan Beroperasi
Pemeliharaan dalam keadaan beroperasi adalah pekerjaan yang dilakukan
tanpa mengganggu jalannya operasi turbin.Pada umumnya pekerjaan yang
dilakukan adalah pekerjaan-pekerjaan ringan seperti pembersihan, pengukuran,
pengamatan dan sebagainya pada turbin maupun peralatan bantunya.
Pemeliharaan dalam keadaan beroperasi mencakup :
 Pemeliharaan Rutin
Beberapa pemeliharaan rutin yang dapat dilakukan pada saat turbin
beroperasi, diantaranya :
o Penambahan grease pada bagian yang memerlukannya
o Menambah minyak pelumas ke dalam tangki
o Membersihkan minyak pelumas melalui instalasi pemurniminyak pelumas.
o Membuang air dan lumpur melalui drain tangki minyak pelumas dan
memeriksa kondisi minyak pelumas.
o Mengencangkan baut-baut yang longgar
o Menutup atau mengurangi kebocoran pada seal katup-katup.

 Peralatan Stand-by
Beberapa peralatan bantu untuk mengoperasikan turbin uap memiliki unit
cadangan atau stand-by, sehingga apabila peralatan bantu tersebut memiliki unit
cadangan,maka unit cadangan itu dapat dipelihara seperti dalam keadaan stop.
 Pengaman Turbin
Pemeliharaan lengkap dari pengaman turbin beserta sistemnya dilakukan
pada saat turbin tidak beroperasi, akan tetapi untuk melihat unjuk kerja dari
peralatan pengaman tersebut, banyak pabrikan turbin membuat peralatan
pengamatan yang dapat diuji pada saat turbin bekerja dengan cara pengujian
simulasi.
Pengujian pada saat bekerja ini amat riskan, karena dapat menyebabkan
turbin akan trip apabila tidak dilakukan dengan benar dan sangat berhati-hati.

44
 Turbin Supervisory
Pengamatan terhadap pengukuran yang didapat dari peralatan turbine
supervisory haruslah dicatat, diamati dan dievaluasi dengan tepat untuk melihat
gejala kerusakan yang terjadi dan parameter-parameter itu tidak boleh dilampaui.
Peralatan turbin supervisory adalah alat-alat untuk mengukur eksentrisitas,
getaran, temperatur bantalan, kecepatan, posisi rotor dan pemakaian trhust
bearing.
 Kebersihan
Dalam pemeliharaan turbin uap, kebersihan sangat besar pengaruhnya
terhadap keamanan operasi turbin, oleh sebab itu kebersihan pada saat turbin
beroperasi tidak boleh ditinggalkan, seperti kebocoran minyak pelumas.

b. Pemeliharaan Dalam Keadaan Tidak Beroperasi


Biasanya pemeliharaan dalam keadaan tidak beroperasi dapat dilakukan
pada saat periodic inspection yaitu pada simple inspection, mean inspection dan
seirous inspection.
Pada keadaan tertentu dapat dilakukan juga pemeliharaan tak terjadwal,
tetapi hal ini tidak boleh melampaui lama waktu yang diperlukan oleh kegiatan
utama dan ini hanya dilakukan pada peralatan yang pada pengamatan sebelumnya
menunjukkan adanya kelainan.
Dalam sifat pemeliharaan seperti ini harus memperhatikan schedule
inspection yang baik sehingga urutan satu pekerjaan dengan pekerjaan yang
lainnya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya tanpa ada waktu yang
terbuang. Schedule yang baik akan mempercepat penyelesaian pekerjaan dan
mengurangi biaya inspection.
Pemeliharaan dalam keadaan beroperasi mencakup :
 Pemeliharaan Rotor Turbin
Pemeliharaan simple inspection pada rotor turbin dilakukan tanpa harus
mengangkat upper casing. Hal ini hanya berupa pemeriksaan pada sudu turbin
tingkat akhir dengan jalan melihatnya dari bagian atas kondensor setelah menhole
disisi turbin exhaust dibuka. Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah :
o Kemungkinan adanya kerak yang menempel pada sudu akhir.
o Kemungkinan terjadinya keretakan.

45
o Kemungkinan terjadinya gesekan.
o Kerusakan akibat benda asing.
o Korosi dan erosi.
Sedangkan pada mean inspection dan serious inspection, seluruh bagian
atas rotor diperiksa dan diperbaiki. Pemeriksaan dilakukan dengan cara membuka
upper casing, melepas kopling, membuka bantalan dan komponen lainnya hingga
rotor dapat diangkat dan ditopang pada dudukan khusus yang disediakan.
Pengangkatan ini harus dilakukan dengan hati-hati karena sangat sempitnya
clearance antara rotor dan stator turbin.

 Pemeliharaan Stator Turbin


Pemeliharaan ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuka upper
casing, kemudian angkat rotor dengan hati-hati, lalu lakukan pekerjaan
pemeliharaan, pemeriksaan dan perbaikannya, yaitu :
o Periksa adanya kerak pada sudu tetap, bersihkan dengan sand-blast.
o Laksanakan pemeriksan pada permukaan flanges upper dan lower casing.
o Bersihkan ulir-ulir pada baut dan mur.
o Periksa bekas bocoran uap melalui celah pada flanges antara upper dan lower
casing.
o Periksa akibat korosi dan erosi pada labyrinth dan sudu-sudu.
o Periksa dan perbaiki kerusakan pada sudu-sudu tetap.
o Periksa keretakan-keretakan pada setiap bagian stator.
Setelah pekerjaan pemeliharaan selesai, maka perakitan kembali
dilakukan.Pengencangan baut harus melihat daftar besarnya momen penguncian
yang dikeluarkan pabrik. Perlu diperhatikan juga urutan pemasangan baut
terutama pada flange antara upper dan lower casing.

 Pemeriksaan Bantalan
Turbin uap memiliki dua jenis bantalan yaitu bantalan journal aksial dan
bantalan aksial (thrust bearing). Pemeriksaan dan pemeliharaan pada bantalan-
bantalan ini dilakukan baik pada Si, Me maupun Se.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan diantaranya :
o Pengukuran Clearance.

46
o Pemeriksaan bekas kontak / gesekan antara journal dengan bearing.
o Goresan-goresan pada permukaan babbit (white metal).
o Babbit yang terkelupas.
o Keretakan.
o Cacat cathodic.

 Pemeriksaan Labyrinth (Gland seal)


Pada Si, labyrinth tidak dibuka karena tidak dilakukan pemeriksaan
terhadapnya, tetapi hanya dilakukan pemeriksaan pada sistem uap perapatnya.
Sedangkan pada Me dan Se juga dilakukan pemeriksaan pada keadaan labyrinth-
nya.

 Penyetelan Clerance Rotor dan Stator


Jarak celah atau clerance antara rotor turbin dan stator, terutama pada sisi
tekanan tinggi sangatlah sempit dan kemungkinan akan terjadinya gesekan antara
rotor dengan stator apabila celah ini tidak disetel dengan baik. Jarak clerance ini
telah ditetapkan oleh pabrikan dan penyetelannya harus dalam batas-batas yang
ditentukan pabrikan.
Pengukuran dapat dilakukan dengan fuller, dial gauge, kawat timah dan
alat ukur lainnya.

 Penyebarisan Poros
Dalam kenyataannya posisi turbin dalam keadaan diam dan dingin, tidak
lurus sama sekali, sehingga posisi satu poros dengan poros lainnya tidak lurus/
sebaris, misalnya poros turbin dengan poros generator, atau poros turbin tekanan
tinggi dengan poros turbin tekanan rendah. Ketidaksebarisan ini diakibatkan oleh
melengkungnya poros akibat dibebani rotor. Besarnya kelelngkungan akan
tergantung dari beban rotor dan kekakuan poros.
Dengan demikian satu poros dengan poros lainnya sengaja tidak dibuat
sebaris, akan tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga ada ketidaksebarisan yang
besarnya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat. Diharapkan pada saat turbin
berputar dan panas, posisi poros akan menjadi sebaris baik arah aksial maupun
radial.

47
Dalam pelaksanaan penyebarisan pada turbin generator tertentu harus
sesuai dengan ketentuan pabrik.

 Pemeliharaan Sistem Governor


Pemeliharaan ini meliputi pemeilharaan terhadap katup uap utama, katup
pengatur (governor valve) dan intercept valve serta sistem kontrol governor dan
proteksi putaran lebih (over speed).Hal-hal yang dilakukan mencakup
pemeriksaan, pembersihan dan perbaikan atau penggantian komponen yang rusak.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan perbaikan pada katup-katup, kemudian
dilakukan penyetelan kembali yang sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

48
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek di PT. PEPUTRA MASTERINDO penulis dapat


mengambil beberapa kesimpulan yaitu :

a) Memenuhui kebutuhan bahan baku berupa kelapa sawit untuk perusahaan


ini bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.
b) Kebutuhan tenaga listrik dilingkungan PT. PEPUTRA MASTERINDO
disuplai dari pembangkit listrik tenaga uap ( Turbin Generator )
c) Sistem kelistrikan yang ada di PT. PEPUTRA MASTERINDO terbagi
menjadi dua bagian yaitu :
2 unit turbin generator, dan

3 unit genset

Ke dua sistem ini saling inter koneksi satu sama lainnya, bertujuan untuk :

 Untuk mendapatkan yang sempurna pada pengoperasian di


perlukan perawatan yang intensif pada komponen – komponen
turbin.
 Sistem pendinginan yang digunakan adalah di mana air yang
bersikulasi dalam kondesat lalu menuju kondensat pembuangan.

5.2 Saran

Penulis menyarankan agar PT. PEPUTRA MASTERINDO dapat


menerima mahasiswa – mahasiswa dari seluruh universitas yang ada di Indonesia
umumnya, dan dari Riau khususnya untuk melakukan penelitian mengenai proses
- proses yang ada di industri, sebagai peran serta dalam memajukan sumber daya
manusia ( SDM ). Penulis juga mengharapkan agar pihak perusahaan memberikan
fasilitas berupa :

49
a) Perlunya sarana komputer yang memadai yang dapat dipergunakan oleh
peserta kerja praktek untuk membantu dalam penyelesaian laporan.
b) Selain itu perlu diberikannya kesempatan yang lebih besar kepada peserta
kerja praktek untuk terjun langsung ke lapangan dalam pengambilan data -
data yang diperlukan yang lebih kongkrit.
c) Kepada peserta kerja praktek diharapkan untuk lebih jeli dan teliti dalam
mengumpulkan data yang diperlukan.
d) Selain itu juga harus memiliki sikap yang pro aktif dalam memberikan
pertanyaan terhadap pekerja di lapangan dan kepada karyawan-krayawan
lain yang menyagkut topik yang diambil dalam Kerja Praktek.

50
DAFTAR PUSTAKA

1. FRITZ DIETZEL, Turbin Pompa dan Kompressor, PT. Gelora Aksara


Pratama, Jakarta,1980.
2. Ir. Amirullah, Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Indah Kiat Press
Pekanbaru, 2006
3. SHINKO IND,LTD, Steam Turbin For Generator, PMT. Industries SDN,
Malaysia, 2000
4. LEROY SOMER, Installation And Maintenance Regulator, PMT.
Industries SDN, Malaysia, 2000
5. Zuhal Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1995
6. Setyarjo Djoko, Pembahasan Lanjut Ketel Uap, Pradanya paramita
Jakarta, 1984
7. Sriyanto Dakso, Turbin Pompa dan Kompresor, PT. ERlangga Jakarta,
1993
8. Ir. M.J Djokosetyardjo, Ketel Uap, PT. Pradanya Pratama Jakarta 1993
9. Olson, Ruben Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik, PT. Gramedia
Pustaka Utama Jakarta, 1993
10. DEPNAKER, Kesepakatan Kerja Bersama, PT. Subur Arum Makmur,
Bangkinang, 1999

51
LAMPIRAN

52
53

Anda mungkin juga menyukai