Anda di halaman 1dari 6

Bapak dan Ibu selamat bergabung dalam forum diskusi Modul 1, KB-1 tentang "Perkembangan

Penelitian Linguistik. Saudara pahami dan diskusikan:


1. Bagian-bagian terpenting pada masa perkembangan linguistik zaman Yunani, Romawi, dan
tradisional.
2. Konsep pendekatan deskriptif dalam linguistik.
3. Konsep linguistik terapan, dan aplikasinya dalam.pemakaian bahasa.
Setelah menyampaikan gagasan dalam forum diskusi, silakan kerjakan tugasnya dan tes formatif.
Selamat... berdiskusi dan mengerjakan tugas-tugasnya.

Assalamua’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua. Semoga segala aktivitas kita senantiasa ada dalam lindungan dan
pertolongan Alloh SWT. Amin.
1. Bagian-bagian terpenting perkembangan linguistik
a. Perkembangan linguistik zaman Yunani
Sejarah kajian linguistik dimulai oleh bangsa Yunani kuno. Hal ini dilakukan bukan karena
keunggulan karya mereka, bukan juga karena bangsa Yunani adalah pakar tentang bahasa dan tentang
berbagai penelitian di bidang lingusitik. Kajian yang mereka lakukan mengawali penelitian-penelitian
linguistik di benua Eropa dan merupakan penelitian linguistik yang paling luas.
(1) Ciptaan tulisan dan huruf bergambar diciptakan orang di Mesir, juga di Cina, dan Amerika
Tengah.
(2) Tulisan silabik yang yang kemudian menjadi sumber abjad Yunani di ciptakan dengan meniru
tulisan Mesir.
(3) Contoh naskah Gramatika kuno dari Babilonia (1600 SM) ditulis pada tablet dalam bentuk kata
ganti, kata kerja, serta kata lainnya dari bahasa Sumeria.
(4) Pada zaman Yunani kuno lahir catatan pertama linguistik teoretik Eropa
Perkembangan linguistik Eropa dimulai dari Yunani dan mengikuti pergerakan kajian linguistik di
Eropa. Faktor paling penting yang mempengaruhi minat terhadap pengkajian ilmu linguistik dari
bangsa Yunani adalah kesadaran adanya kontak bahasa yang terjadi anatara bangsa Yunani dengan
bangsa-bangsa lain, serta pembagian dialek di antara penduduk yang berbahasa Yunani. Para filsuf
Yunani seperti Herodotus dan lain-lainnya mengutip dan membahas bahasa asing. Sementara Plato
bahkan mengakui bahwa dalam percakapan di Cratylus ditemukan sebagian dari kosakata Yunani.
Akibat pendudukan daerah-daerah yang berbahasa Yunani oleh gelombang penjajah dan akibat
pemisahan bangsa Yunani sendiri ke dalam komunitas pembagian terbentuk karena keadaan alam
bergunung-gunung di daerah daratan Yunani dan pulau yang terpencar di laut yang berdekatan dialek
bangsa Yunani kuno lebih kentara perbedaanya ketimbang banyak bahasa lainnya. Pengetahuan lebih
rinci tentang situasi dialek Yunani kuno adalah dialek-dialek utama direkam dalam tulisan dan ada
bukti tertulis tentang hal ini.
Karya pemikir-pemikir bangsa Yunani, termasuk dalam bidang linguistik, menjadi acuan
bangsa Eropa. Karya pakar-pakar di luar Eropa pada saat itu dikenalkan juga kepada bangsa Eropa dan
dengan demikian memperkaya ilmu linguistik sebagaimana dikenal oleh dunia sekarang ini. Penemuan
pertama dalam ilmu linguistik adalah penggunaan sistem Phoenicia, sistem itu sebagian besar berupa
seperangkat tanda-tanda konsonan. Pada pokoknya apa yang digunakan orang Yunani adalah
menerapkan tanda-tanda konsonan sistem tulisan Ibrani yang melambangkan bunyi-bunyi vokal
Yunani. Jadi huruf (alif) yang melambangkan /?a/ dalam bahasa Phoenica menjadi huruf A (alfa)
Yunani yang melambangkan fonem vokal /a/.
Tiga segi utama kajian linguistik menurut pakar Yunani Kuno adalah (a) Tiga segi kajian
linguistik yang memperoleh perhatian khusus di kalangan pakar-pakar Yunani kuno adalah etimologi,
fonetik (lafal) dan tatabahasa, (b) Etimologi merupakan bidang penelitian untuk mengenal asal usul dan
perkembangan bahasa, (c) Fonetik dan fonologi bahasa Yunani pada periode ini dikaji melalui
gabungan bentuk tulisan serta unsur dasar dari bahasa lisan.
Pencapaian bangsa Yunani dalam bidang linguistik merupaka bidang yang paling mereka kuasai. Teori
gramatikal dan deskripsi gramatikal merupakan kajian yang cukup kuat dan patut terus diteliti secara
seksama. Berdasarkan bidang kajian tata bahasa Yunani dapat digambarkan dalam perkembangan
penelitian linguistik tata bahasa Yunani berikut.
Plato (429-347 SM)
(a) Plato dianggap orang pertama yang mengkaji topik ini secara serius dalam dialog-dialognya dan
secara tegas membedakan kata benda dan kata kerja. Menurut Plato ‘kata benda’ atau ‘nomina’ adalah
kata yang dapat berfungsi dalam kalimat sebagai subyek sesuatu predikat. Dan, kata kerja atau verba
adalah kata yang dapat menyatakan perbuatan atau kualitas yang disebut dalam predikat.
(b) Hal pertama mengenai gramatikal yang dikemukakan oleh Plato adalah “nomina” dan “verba”
disusun berdasarkan alasan logis yaitu sebagai konstituen suatu proposisi. Hal kedua adalah bahwa
yang disebut verba dan kata sifat atau adjektiva disatukan dalam kelas kata yang sama.
Aliran Alexandria
Kaum Alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa. Oleh karena itulah dari mereka kita
mewarisi buku tata bahasa yang disebut tata bahasa Dionysius Thrax yang lahir lebih kurang tahun 100
SM. Tatabahasa menurut aliran Alexandria adalah sebuah pengetahuan praktis tentang pemakaian
bahasa umum oleh penulis puisi dan prosa. Tatabahasa memiliki 6 bagian yaitu (a) bacaan (bersuara)
atau pelafalan, (b) penjelasan mengenai ungkapan sastra dalam karya, (c) pemberian keterangan, (d)
upaya menemukan etimologi, (e) upaya mencari keteraturan analogis, (f) apresiasi komposisi sastra.
Aristoteles (384 -322 SM)
1) Pada abad pertengahan dibuat pembagian kata oleh Aristoteles. Aristoteles membagi 3 macam kelas
kata yaitu onoma, rhema dan syndesmoi. Syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas
dalam hubungan sintaksis. Syndesmoi hampir sama dengan preposisi dan konjungsi.
2) Aristoteles yang membedakan jenis kelamin kata menjadi 3 yaitu maskulin, feminin dan neutrun
3) Aristoteles membedakan antara “nomina” dan “verba” seperti Plato tetapi menambahkan satu kelas
lain yang berbeda, yaitu “kata sambung” atau “konjungsi”.
4) Satu langkah maju yang dibuat Aristoteles adalah pengenalan akan kategori kala dalam kata kerja
Yunani. Aristoteles memperhatikan bahwa variasi sistematis tertentu pada bentuk-bentuk kata kerja
dapat dihubungkan dengan pengertian waktu seperti “kini” atau “lampau”.
5) Penerapan metode klasifikasi Aristoteles dalam ilmu linguistik.
Kaum Sophis
a. Melakukan kerja secara empiris dan secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu
b. Mereka membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna
Kaum Stoik
Teori gramatikal Stoik tetap merupakan bagian dari alur linguistik bahasa Yunani yang kemudian
menjadi kajian linguistik bahasa Latin
a. Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi secara tata bahasa.
b. Mereka membagi jenis kata menjadi 4, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi
Aliran Stoik didiirakan oelh Zeno (kira-kira 300 SM) mengembangkan bidang filsafat dan retorika
mereka melalui metode dan ajaran mereka sendiri. Dibawah pengaruh aliran Stoik, linguistik mencapai
suatu tempat dengan batasan yang jelas di dalam tautan filsafat secara keseluruhan, dan masalah-
masalah linguistik secara nyata dibahas dala karya-karya terpisah yang diperuntukan bagi segi-segi
bahasa dan dibahas secara bersistem.
b. Perkembangan linguistik zaman Romawi
Ahli-ahli tata bahasa Romawi mengikuti model-model Yunani mereka tidak hanya dalam
anggapan-anggapan umum tentang bahasa saja, tetapi juga dalam hal yang terperinci. Sebuah tata
bahasa khas Romawi disusun, seperti tata bahasa Dionysius Thrax, dalam tiga bagian. Bagian pertama
menentukan lingkup tata bahasa sebagai seni berbicara yang benar dan alat untuk memahami para
penyair, dan juga membicarakan huruf-huruf dan suku-suku kata. Bagian kedua membicarakan kelas-
kelas kata dan, sedikit banyak lebih terperinci variasi menurut kala, jenis, jumla, kasus, dan
sebagainya.
Dalam membicarakan kelas-kelas kata para ahli bahasa Latin hanya membuat sedikit sekali
perubahan apabila mereka terpaksa memperhatikan perbedaan antara Yunani dan bahasa Latin. Dalam
ilmu linguistik, Linguistik Romawi umumnya adalah penerapan pemikiran Yunani, pertentangan
Yunani dan kategori-kategori bahasa Yunani kepada bahasa Latin.
Varro (116-27SM) adalah seorang penulis bangsa Latin pertama yang bersungguh-sungguh
mengenai masalah-masalah linguistik yang sampai sekarang kita miliki catatan-catatannya. Dia adalah
orang yang menguasai banyak ilmu pengetahuan, yang menunjukan minat yang luas. Salah satu aspek
utama dari karya linguisik Varro adalah penjelasannya dan upayanya yang panjang lebar untuk
memberikan keterangan yang lengkap tentang pendapat-pendapat yang berbeda mengenai pertentangan
anomali dan sejumlah besar deskripsi dan analisis bahasa Latin tampak dalam pembahasanya mengenai
masalah ini.
Dalam menilai karyanya tentang bahasa kita memperoleh tiga bahan kajian linguistik yaitu
etimologi morfologi dan sintaksis. Varro berpendapat tentang bahasa menurutnya berkembang dari
seperangakat terbatas himpunan kata-kata asli, yang dikenakan pada benda-benda untuk mengacu pada
benda-benda tersebut. Dan menjadi sumber yang produktif dari sejumlah besar kata lain melalui
perubahan huruf atau pada bentuk fonetis.
Varro dan “De Lingua Latina” yang dibicarakan dalam buku De Lingua Latina antara lain: (a)
Etimologi, adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal-usul kata beserta artinya, (b) Morfologi,
adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya. Menurut Varro kata adalah
bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi dan merupakan bentuk minimum, (c) kelas kata
Latin terbagi dalam 4 bagian: kata benda, partisipel, kata kerja, adverbium.

Institutiones Grammaticae/Tatabahasa Priscia


Karya tata bahasa Priscian adalah penanda zaman linguistik tradisional. Selain itu merupakan
karya yang menjadi jembatan antara zaman kuno dan zaman pertengahan dalam ilmu pengetahuan
linguistik. Buku tatabahasa Priscia terdiri dari 16 jilid mengenai morfologi dan 2 jilid mengenai
sintaksis.
a. Fonologi: dalam fonologi dibicarakan tulisan/huruf yang disebut litterae (litterae yaitu bagian
terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan). Nama huruf-huruf itu disebut figurae, nilai bunyinya disebut
protestas.
b. Morfologi: dalam morfologi dibicarakan, antara lain mengenai dictio atau kata. Yang dimaksud
dengan dictio adalah bagian minimum dari sebuah ujaran dan harus diartikan terpisah dalam makna
sebagai satu keseluruhan.
c. Sintaksis: bidang sintaksis membicarakan hal yang disebut oratio yaitu tata susun kata yang
berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai.
d. Jenis kata dalam tata bahasa Priscian ada delapan: Nomen, Verbum, Participium Pronomen,
Adverbium, Praepositio, Interictio, Coniunetio
c. Perkembangan linguistik zaman tradisional
Dari berbagai perkembangan linguistik yang dilakukan pada masa Yunani dan Romawi dapat
disimpulkan bahwa linguistik tradisional menekankan kajian bahasa sebagai berikut.
(a) Deskripsi hanya bertumpu pada bahasa tulisan.
(b) Pendeskripsian bahasa mengambil patokan-patokan bahasa lain (Yunani)
(c) Kaidah bahasa dibuat secara prespektif.
(d) Mendeskripsikan bahasa sering melibatkan logika.
(e) Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.
Istilah tradisional ini sering dipertentangkan dengan istilah .struktural sehingga dalam pendidikan
formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural. Keduanya bertentangan karena
pendekatan yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahwa
bahasa atas dasar struktur atau ciri-ciri formal dalam suatu bahasa tertentu. Selanjutnya linguistik
tradisional ini akan terus dijelaskan dari Zaman Yunani hingga abad ke- 19 menjelang linguistik
moderen
Analisis Sintaksis Linguistik Tradisional
(1) Setiap kalimat memiliki unsur yang disebut pokok kalimat, yaitu unsur yang merupakan tumpuan
pembicaraan.
(2) Pokok kalimat akan diikuti oleh sebuah pelengkap kalimat, yakni unsur melengkapi pokok dan
sebutan kalimat itu. Pelengkap ini bisa menyatakan “pelengkap penderita”, “pelengkap pelaku”, atau
pelengkap penyerta.
(3) Karena belum dikenalnya konsep frase maka unsur anak kalimat disebut “keterangan pokok”
(4) Dalam linguistik tradisional belum dikenal adanya klausa, sehingga satu kalimat ditambah satu
kalimat tetap menjadi sebuah kalimat yaitu kalimat majemuk.
(5) Dalam linguistik yang sudah mengenal konsep kalusa akan menyatakan dalam kalimat majemuk
yang majemuk bukan kalimatnya melainkan klausanya.
2. Pendekatan deskriptif dalam linguistik
Sejak terbitnya Cours de Linguistique General (Saussure, 1916), studi lingustik biasa dibagi
atas synchronic (descriptive) linguistic dan diachronic (historical) linguistic. Dikotomi ini
menunjukkan fakta bahwasannya bahasa itu hadir dalam dimensi ruang (atau tempat tertentu).
Secara garis besar linguistik umum mempunyai 3 subbahasan, yaitu linguistik deskriptif, linguistik
historis, dan linguistik komparatif. Ketiga subbagian sudut kajian itu diperlukan untuk memahami
berbagai konsep dan teori linguistik , juga keperluan prosedur penelitiannya.
a. linguistik deskriptif; mengacu kepada deskripsi dan analisis mengenai cara-cara operasionalisasi
bahasa dan penggunaannya pada waktu tertentu.
b. linguistik historis; mengacu pada kajian mengenai perkembangan bahasa pada waktu tertentu dan
perbandingannya dengan masa sebelumnya
c. lingusitik bandingan ; mengacu pada perbandingan berdasarkan teori dan teknik tertentu
Pertama, linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara preskriptif. Yang
dipentingkan dalam linguistik adalah apa yang sebenarnya diungkapkan seseorang, dan bukannya apa
yang menurut si penyelidik seharusnya diungkapkan. Kedua, lingusitik tidak beruaha untuk
memaksakan aturan-aturan suatu bahasa dalam kerangka bahasa lain. Ketiga, linguistik juga
memperlakukan bahasa sebagai suatu sistem dan bukan hanya sebagai kumpulan dari unsur-unsur yang
terlepas. Keempat, linguistik memperlakukan bahasa bukan sebagai sesuatu yang statis, melainkan
sesuatu yang selalu berkembang sejalan dengan perkembangan budaya pemakainya.
Kata descriptive yang dipakai dalam dikotomi descriptive linguistics – prescriptive linguistics /
historical linguistics adalah pemerian dan analisis kata kerja atau tingkah laku suatu bahasa dan
bagaimana bahasa itu dipergunakan penuturnya dalam kurun waktu tertentu. Dalam studi deskriptif,
para linguis menurunkan pernyataan-pernyataan kebahasaan apa adanya. Mereka mendeskripsi
pemakaian bahasa, bukannya menyusun aturan kebahasaan yang harus ditaati. Mereka membuat
pernyataan-pernyataan deskriptif, bukannya membuat aturan-aturan kebahasaan.
Konsep deskriptif sering dipertentangkan dengan konsep preskriptif atau normatif; secara
deskriptif data merubah, merobah, mengubah; mengintip, ngintip; fonem /ῃ/; adalah gejala gramatika
dan fonologis yang muncul dalam bahasaIndonesia dan dituturkan dalam pemakaian bahasa Indonesia.
Cara pandang deskriptif biasa dilakukan oleh para peneliti bahasa. Sementara, secara preskriptif data
mengubah, mengintip, adalah bentuk yang sesuai dengan kaidah gramatika bahasa Indonesia. Cara
pandang preskriptif seperti ini biasa dilakukan oleh pengajar/guru bahasa .
Studi linguistik Indonesia dikatakan deskriptif apabila studi tersebut seobyektif tersebut
mungkin dan hanya didasarkan pada fakta-fakta yang teramati. Dikatakan preskritif apabila studi itu
berupaya merumuskan seperangkat petunjuk-petunjuk untuk bertingkah laku bahasa. Konsep deskriptif
berikut berkenaan dengan gejala
dalam sistem bahasa Indonesia:
(1) variasi-variasi dalam bahasa Indonesia/ragam dialek,
(2) ragam baku/standar dan nonbaku/nonsatandar,
(3) subsistem dalam fenomena bahasa, yaitu dunia makna dan dunia bunyi yang terdiri atas subsistem
fonologis (aspek artikulatoris dalam kajian fonetik), gramatikal (morfologi dan sintaksis), dan
subsistem leksikal (perbendaharaan kata),
(4) sistem dalam bahasa Indonesia dihubungkan dengan sistem di luar bahasa untuk menentukan serasi
tidaknya sistem bahasa dengan pemakaiannya (pragmatik).
3. linguistik terapan, dan aplikasinya dalam pemakaian bahasa
Objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi
sebagai sistem komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian manusia,
bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa
Inggris disebut dengan an ordinary language atau a natural language.
Sebenarnya ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan linguistik terapan sebagai objek
kajiannya, antara lain:
1. Linguistik terapan atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal ini bahasa digunakan
dalam arti harfiah. Inilah yang disebut pure linguistic atau linguistik murni.
2. Ilmu-ilmu tentang bahasa; dan dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam arti metaforis atau
kiasan. Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah kinesik dan paralinguistik.
3. Ilmu tentang pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metalinguistik, yakni ilmu yang
membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan bahasa yang tercermin dalam
istilah studi teori linguistik, studi metode linguistik dan lain-lain.
4. Ilmu-ilmu mengenai ilmu bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi yang
mengkhususkan dirinya pada ilmu linguistik itu sendiri, sperti studi tentang sejarah perjalanan ilmu
linguistik, studi linguistik pada abad ke dua puluh dan lain-lain.
Dari keempat jenis ilmu tersebut di atas, maka hanya nomor (1) saja yang bisa disebut sebagai
ilmu linguistik yang murni karena objeknya bahasa yang benar-benar bahasa, sedangkan ketiga objek
ilmu lainnya bukanlah bahasa dalam pengertian sehari-hari . Bahasa yang menjadi objek linguistik
terapan dipelajari dari berbagai aspeknya atau tatarannya. Tataran bahasa itu meliputi aspek bunyi,
morfem dan kata, frase dan kalimat serta aspek makna.
Istilah linguistik terapan applied linguistics banyak menggunakan istilah yang berbeda di setiap
negara di jerman digunakan istilah angewandhe sprachwissenscha, di Inggris dan di Amerika
digunakan istilah applied linguistics, sedangkan di Perancis digunakan istilah inguistique appliquee.
Linguistik terapan merupakan linguistik hasil teori, metode, atau temuan, yang diaplikasikan untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan bahasa.
a. Terapan Linguistik untuk Pemerolehan Bahasa
Ruang lingkup terapan linguistik bagi pemerolehan bahasa meliputi semua tahap perkembangan
bahasa. Seseorang dalam proses pemerolehan berbahasanya berkenaan dengan pemerolehan tahap
fonologi, tahap morfologi, tahap sisntaksis, dan pemerolehan tahap semantik.
Seorang anak umur satu tahun yang sedang mengembangkan kemampuan berbahasanya dan
membunyikan [am] untuk makan, berarti berada dalam tahap pemerolehan fonologi sekaligus dalam
tahap pemerolehan morfologi.
b. Terapan Linguistik untuk Penerjemahan
Dalam linguistik ada cabang yang mempelajari leksikon atau kata-kata. Dalam mempelajari
leksikon sarana yang digunakan adalah kamus. Linguistik terapan yang mencakup metode dan
penyusunan kamus dikenal dengan istilah leksikografi. Kamus merupakan sarana penting dalam .
penerjemahan . Larson (1989: 3) memberi arti penerjemahan sebagai berikut:
(a) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komuniasi, dan konteks budaya dari teks bahasa
sumber;
(b) menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya;
(c) mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur
gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya.
(d) Perencanaan bahasa adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau badan yang
ditunjuk oleh pemerintah, yaitu Badan Bahasa
(e) Perencanaan bahasa adalah sejenis “blue print” yang dengan jelas berorientasi ke masa depan,
dalam bentuk program jangka panjang
(f) Di Indonesia, perencanaan bahasa menghadapi kendala dalam hal menciptakana istilah baru.
(g) Di satu sisi, istilah-istilah baru tersebut belum tersebar luas di kalangan pemakai bahasa, di pihak
lain masyarakat merasa tidak puas karena banyak hal yang tidak dapat diekspresikan dengan tepat
(h) Banyak kosakata asing yang menyusup ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia
c. Terapan Linguistik untuk Media Massa
Media cetak menyampaikan informasi kepada pembaca dengan laras bahasa khas yang disebut
laras bahasa jurnalistik (Wimmer dan Dominick, 1994). Berdasarkan pendapat berbagai pihak, baik
praktisi pers maupun ahli bahasa, diketahui bahwa laras jurnalistik memiliki karakteristik tertentu.
Seperti dikemukakan Hadi (1998), di samping masih terikat pada prinsip bahasa Indonesia yang baik
dan benar, bahasa pers memiliki karakteristik yang berpegang pada prinsip singkat, padat, lugas, dan
menarik. Penggunaan bahasa di media massa dapat dikaji dalam semua tataran linguistik. Pada tataran
gramatikal meliputi bentuk kata dan susunan kalimat. Pada tataran leksikon meliputi pemilihan makna
dan fungsi bagi kata dan istilah. Pada tataran ejaan berkenaan dengan pemakaian dan penulisan huruf,
kata, unsur serapan, dan juga tanda baca. Dan, pada tataran fungsi bahasa berkenaan dengan maksud
yang ditimbulkan dari kata dan kalimat yang digunakan.
d. Terapan Linguistik untuk Forensik
Linguistik forensik adalah salah satu cabang linguistik terapan yang berkaitan dengan hukum.
Masalah hukum dapat dikaji melalui penggunaan bahasa seseorang. Tataran linguistik yang berkaitan
erat dengan linguistik forensik adalah fonetik akustik, analisis wacana, semantik, pragmatik, dan
analisis psikolinguistik. Fungsinya untuk identifikasi penutur berdasarkan gaya bicara, rekaman suara,
dan lain-lain. Berdasarkan penafsiran dari berbagai konteks yang melingkupi sebuah tuturan yang
dihasilkan terdakwa, misalnya, dapat diperoleh kesimpulan tentang motif kejahatan. Dengan demikian
tataran linguistik yang berkaitan adalah analisis wacana, atau pragmatik.
e. Terapan Linguistik untuk Terapi Wicara
Penerapan linguistik untuk kepentingan terapi wicara digunakan dengan memberikan latihan-
latihan yang membantu mengurangi atau menyembuhkan kelainan bicara. Kelainan bicara yang
memerlukan bantuan adalah kondisi gagap, latah, bicara cenderung cepat, atau masalah suara terlalu
kecil atau terlalu melengking pada pria. Melalui terapan fonetik juga dapat dilatih kemampuan
menggunakan alat ucap bagi tuna rungu.
f. Terapan Linguistik untuk Pengajaran Bahasa
Pengetahuan linguistik sangat dibutuhkan sebagai modal dalam pengajaran bahasa. Sarana
pelayanan itu adalah suatu disiplin baru yang disebut linguistik terapan. Bagi kepentingan pengajaran
bahasa, linguistik terapan tersebut memusatkan perhatiannya pada (a) butir-butir teoritik yang
mempunyai keabsahan kuat dalam linguistik, dan (b) berbagai kemungkinan dan alternatif untuk
memandu pelaksanaan pengajaran bahasa. Kemungkinan dan alternatif itu diupayakan agar seiring dan
sejalan dengan butir teoritik dalam linguistik.
Secara lebih transparan, Ramlan menjelaskan tentang kegunaan linguistik terhadap pengajaran bahasa,
antara lain:
(a) Memberi pijakan tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing, termasuk didalamnya
pendekatan, metode dan teknik.
(b) Memberi arahan atau pijakan mengenai isi/materi bahasa yang akan diajarkan yang didasarkan pada
diskripsi bahasa yang mendetail, termasuk cara mempresentasikan.
Dalam kepentingan pengajaran, linguistik terapan berarti pemanfaatan linguistik untuk desain silabus,
desain materi ajar, desain metode dan teknik pengajarann dan untuk desain evaluasi pembelajaran.
Dalam pengajaran bahasa, linguistik terapan dikenal dengan istilah tatabahasa pendidikan atau
tatabahasa pedagogi.
g. Tata Bahasa Pendidikan/Tata Bahasa Pedagogi
Fries dan Lado dikutip dalam Daniel Jos Parera, mengatakan bahwa tata bahasa pedagogik
adalah latihan-latihan untuk mendapatkan kebiasaaan pemakaian bahasa yang dipelajari dan bukan
pembicaraan tentang bahasa yang bersangkutan. Jadi, merupakan tata bahasa yang ditulis sesuai dengan
dan untuk proses belajar-mengajar bahasa. Dapat juga disebut sebagai tata bahasa yang berisikan
kegiatan-kegiatan belajar mengajar bahasa (Parera, 1987).
Tata bahasa pedagogik dapat disamakan dengan buku tata bahasa untuk belajar dan mengajar bahasa.
Sebuah tata bahasa mendeskripsikan bahasa tertentu. Buku tata bahasa yang ditulis oleh seorang linguis
mendeskripsikan sebuah bahasa yang mungkin hanya dapat dipahami oleh linguis sebagai pembaca.
Namun, seharusnya Buku tata bahasa pendidikan seharusnya memainkan beran memperlancar dan
mempercepat pembelajar bahasa memperoleh kemahiran berbahasanya (Nurhadi, 2000).
Ciri-ciri Tata Bahasa Pendidikan
Menurut Chaer, dalam Pateda, tata bahasa pendidikan memiliki ciri yang berbeda dengan tata
bahasa linguistik deskriptif. Linguistik deskriptif menyajikan pola-pola bahasa dan berbagai kaidah
bahasa. Ciri tata bahasa pendidikan adalah sebagai berikut (Mansoer Pateda).
a. Menunjukkan bagaimana menggunakan unsur-unsur ketatabahasaan dalam rangka memperoleh
kemampuan berbahasa baik secara lisan maupun tertulis
b. Menjadi sumber untuk menyajiikan pengajaran bahasa Indonesia baik untuk SD, SLTP, maupun
untuk SLTA
c. Berusaha memberikan sumbagan dalam pengajaran bahasa terutama yang berkenaaan dengan pola-
pola kebahasaan
d. Digunakan istilah dengan urutan kriteria kriteria yang telah ada, dikenal umum, lazim digunakan oleh
ahli bahasa Indonesia, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
e. Rumusan kaidah dibuat sederhana dan semudah mungkin yang sifatnya bukan memerikan melainkan
menujukkan penggunaannya.
f. Kaidah-kaidah dirmuskan berdasarkan bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa
g. Setiap kaidah perlu diberi saran pada jenjang atau peringkat mana kaidah tersebut

Anda mungkin juga menyukai